Anda di halaman 1dari 12

“MENCIPTAKAN KARAKTER GENERASI MILENIAL DALAM BUDAYA

ANTIKORUPSI”
DOSEN PENGAMPU:

MATA KULIAH PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


SHINTYA PIRENI (220632111160)
INDAH KRISTINA SINAGA (220632111158)
HAJAH MUNAWARAH (221632111261)
MUHAMMAD ANDRI SATRIAWAN (220632111144)

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI TABALONG (STIA)


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS
KELAS NONREGULER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Terima kasih kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat

dan Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Menciptakan

Karakter Generasi Milenial dalam Budaya AntiKorupsi sehingga akhirnya dapat

terselesaikan tepat waktu. Selain itu, kami juga ingin mengucapkan terima

kasih kepada Dosen terkait Mata Kuliah Pendidikan antikorupsi atas

bimbingan dan arahannya kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada

waktunya.

Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan

dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca,

tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala

kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat untuk masyarakat umumnya dan kami ucapkan terima kasih atas

waktu Anda telah membaca hasil Makalah Kami.

Tanjung, 09 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI:

KATA PENGANTAR ...............................................................................(2)


DAFTAR ISI ..............................................................................................(3)
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................(4)
A. Latar Belakang.................................................................................(4-5)
B. Rumusan Masalah............................................................................(5)
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................(6)
A. Pengertian Korupsi...........................................................................(6-9)
B. Generasi Milenial ............................................................................(9)
1) Pengertian Generasi Milenia .......................................................(9)
2) Karakteristik Generasi Milenia....................................................(11-12)
C. Menurut Peraturan Perundang-undangan …………………….

D. Pengertian Budaya Anti Korupsi......................................................(13- 16)


E. Menciptakan Karakter Generasi Milenial dalam Budaya anti
korupsi..............................................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................(17)
A. Kesimpulan..........................................................................................(17)
B. Saran.....................................................................................................(17- 18)
DAFTAR PUSAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan korupsi di Indonesia merupakan masalah yang terjadi


secara masif dan berkepanjangan tanpa ada solusi yang tepat. Korupsi merupakan
kegiatan yang dapat mengancam stabilitas suatu negara, sektor keamanan,
ekonomi, kesehatan, dan pembangunan dapat terdampak korupsi. Hal ini
dibutuhkan upaya sungguh-sungguh dalam penanganan korupsi agar
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Namun, masih banyak pejabat publik
yang tidak bisa menjaga amanah yang diberikan oleh masyarakat. Hal tersebut
dibuktikan dengan banyaknya Operasi Tangkap Tangan (OTT) Oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).

Korupsi merupakan kejahatan yang tidak kunjung usai dalam


perjalanan Indonesia. Kemerosotan nilai-nilai integritas menjadi salah satu
penyebab tindak pidana korupsi selalu tumbuh subur di Indonesia. korupsi
merupakan kata yang pasti dikenal dan menjadi popular di telinga masyarakat
indonesia dari tingkat keluarga sampai negara. kata itu selalu diperbincangkan
mulai dari masyarakat kelas bawah hingga pejabat, dari berbagai kalangan mulai
masyarakat biasa, tokoh agama, kaum intelektual, sampai pejabat sepakat
mengatakan bahwa korupsi dikonotasikan sebagai budaya.

Sikap masyarakat yang lunak, dan cenderung acuh memberikan lahan


subur terhadap pelaku korupsi di Indonesia. Hal seperti inilah yang menyebabkan
korupsi di Indonesia dianggap sebagai hal yang wajar atau biasa, dibuktikan
dengan seringnya operasi tangkap tangan oleh KPK. Benih- benih korupsi di
Indonesia juga ada pada generasi milenial, kurangnya kejujuran yang ada pada
generasi milenial, tanggung jawab yang tidak ada pada diri generasi muda, sifat

4
curang dan suka menerabas menjadi benih tindak pidana korupsi di masa yang
akan datang. Korupsi sudah seperti hal yang biasa saja dengan dalih sudah sesuai
prosedur. Tidak ada rasa malu sedikitpun dari wajah koruptor. Politisi tidak lagi
mengabdi pada rakyat yang memilihnya, partai politik tidak lagi dijadikan sebagai
alat perjuangan melainkan sebagai alat mencari harta dan ambisi. Padahal korupsi
dikategorikan sebagai sesuatu hal yang mengancam stabilitas keamanan negara
dan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial, politik, dan ekonomi
bahkan rusaknya moralitas dalam masyarakat dikarenakan perilaku korupsi yang
membudaya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Korupsi ?

2. Pengertian & karakteristik Generasi Milenial?

3. Mengenal apa itu Budaya Anti korupsi ?

4. Bagaimana cara menciptakan karakter generasi milenial dalam budaya

anti korupsi?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN KORUPSI

a. Pengertian Korupsi secara Umum

Korupsi  adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri,


serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah rentan korupsi
dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam
bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yaitu pemerintahan oleh para pencuri, di
mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali . Dari sudut pandang
hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut:

1. perbuatan melawan hukum,
2. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
3. memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
4. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
B. Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli

a. Syed Husein Alatas

6
Menurut pemakaian umum, istilah korupsi pejabat, kita menyebut koruptor

apabila seorang pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkan oleh

seorang swasta dengan maksud mempengaruhinya agar memberikan perhatian

istimewa pada kepentingan-kepentingan si pemberi. Terkadang perbuatan

menawarkan pemberian seperti itu atau hadiah lain yang menggoda juga

tercakup dalam konsep itu. Pemerasan, yakni permintaan pemberian-pemberian

atau hadiah seperti itu dalam pelaksanaan tugas-tugas publik, juga bisa

dipandang sebagai korupsi. Sesungguhnyalah, istilah itu terkadang juga

dikenakan pada pejabat-pejabat yang menggunakan dana publik yang mereka

urus bagi keuntungan mereka sendiri.

b. David H. Bayley

Korupsi sebagai seorang pejabat pemerintah berdasarkan itikad buruk agar ia

melakukan pelanggaran kewajibannya. Lalu suapan/sogokan diberi definisi

sebagai hadiah, penghargaan, pemberian atau keistimewaan yang

dianugerahkan atau dijanjikan, dengan tujuan merusak pertimbangan atau

tingkah laku, terutama seorang dari dalam kedudukan terpercaya. Jadi korupsi

sekalipun khusus terkait dengan penyuapan atau penyogokan, adalah istilah

umum yang mencakup penyalahgunaan wewenang sebagai hasil pertimbangan

demi mengejar keuntungan pribadi dalam arti yang seluas-luasnya, korupsi

mencakup penyalahgunaan kekuasaan serta pengaruh jabatan atau kedudukan

istimewa dalam masyarakat untuk maksud-maksud pribadi.

c. Sudomo

7
Sebenarnya pengertian korupsi ada tiga, pertama menguasai atau mendapatkan

uang dari negara dengan berbagai cara secara tidak sah dan dipakai untuk

kepentingan sendiri, kedua, menyalahgunakan wewenang. Wewenang itu

disalahgunakan untuk memberikan fasilitas dan keuntungan yang lain. Yang

ketiga adalah pungutan liar. Pungli ini interaksi antara dua orang, biasanya

pejabat dengan warga setempat, yang maksudnya si-oknum pejabat

memberikan suatu fasilitas dan sebagainya, dan oknum warga masyarakat

tertentu memberi imbalan atas apa yang dilakukan oleh oknum pejabat yang

bersangkutan.

C. Menurut Peraturan Perundang-undangan

Rumusan pengertian korupsi menurut peraturan perundang-undangan yang

terdapat pada pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 undang-undang No. 31 Tahun 1999

tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut:

 Pasal 2 ayat (1) UUPTPK No. 31 Tahun 1999:

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya


diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.

 Pasal 3 UUPTPK No. 31 Tahun 1999

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.

Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian korupsi menurut UU No. 31


Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah : Perbuatan
setiap orang baik pejabat pemerintah maupun swasta yang secara melawan hukum

8
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Pada Pejabat
pemerintah biasanya terdapat unsur penyalahgunaan kewenangan, kesempatan,
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atau Undang-


undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Sejak undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi diundangkan, terdapat berbagai interpretasi atau penafsiran yang
berkembang di masyarakat khususnya mengenai penerapan undang-undang
tersebut terhadap tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999 diundangkan. Hal ini disebabkan pasal 44 Undang-undang
tersebut yang menyatakan bahwa undang-undang Nomor 31 Tahun 1971 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi dinyatakan tidak berlaku sejak Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 diundangkan, sehingga timbul suatu anggapan
kekosongan hukum untuk memproses tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum
berlakunya undang-undang Nomor 31 Tahun 1999.2

Perubahan dan perkembangan baru yang diatur dalam Undang-undang Nomor 20


Tahun 2001 adalah sebagai berikut:

1) Merubah rumusan tindak pidana korupsi dalam pasal 5 sampai dengan


pasal 12 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, dengan tidak mengacu
pada pasal-pasal KUHP, tetapi langsung menyebut unsur-unsur delik
yang bersangkutan.
2) Menambah pasal baru (pasal12-13) tentang gratifikasi
3) Memperluas alat bukti yang sah yang berupa petunjuk, sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 26 A
4) Menambah ketentuan baru mengenai pembuktian terbalik
5) Hak negara untuk mengajukan gugatan perdata terhadap harta benda
terpidana yang diduga atau patut diduga berasal dari tindak pidana
korupsi

9
6) Memuat ketentuan peralihan Ketentuan-ketentuan di atas, merupakan
perkembangan baru yang diatur didalam undang-undang Nomor 20
Tahun 2001, yang tidak diatur dalam Undang-undang korupsi
sebelumnya.

D. PENGERTIAN BUDAYA ANTI KORUPSI


Budaya (bahasa Sansekerta yaitu Buddhaya kata jamak dari kata Buddhi
artinya adalah segala hal yang berhubungan dengan budi dan akal manusia.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan perilaku
positif yang berasal dari akal budi manusia. Jika parameternya adalah akal
budi, maka perilaku yang dihasilkan oleh budaya, mempunyai unsur kebaikan
dan memberikan manfaat untuk masyarakat.
Korupsi merupakan perbuatan busuk yang mempunyai daya rusak yang sangat
luar biasa antara lain mempengaruhi perekonomian nasional, meningkat
kemiskinan dan ketimpangan sosial, merusak mental dan budaya bangsa,
mendistorsi hukum, dan mempengaruhi kualitas layanan publik. Semakin
tinggi korupsi di suatu negara, bisa dipastikan negara tersebut tidak
sejahtera/maju dan layanan publiknya memprihatinkan. Sebaliknya, negara
yang sangat rendah tingkat korupsinya, maka negara tersebut sejahtera/ maju,
kehidupan sosial dan pelayanan publiknya baik. Oleh sebab itu, korupsi
bukanlah budaya, namun kemungkinan bisa membudaya
Melihat korupsi yang ‘massif’ dan daya rusaknya, maka sudah selayaknya
seluruh komponen bangsa untuk memerangi korupsi dan mencegahnya supaya
tidak membudaya di Indonesia. Artinya korupsi tidak menjadi kebiasaan yang
dianggap wajar.
Perilaku korupsi bisa saja dianggap perbuatan yang wajar jika masyarakat
sudah bersikap permisif terhadap korupsi dan tidak membangun sikap anti
korupsi. Oleh sebab itu pencegahan dan pemberantasan korupsi harus
melibatkan seluruh masyarakat Indonesia.Peran masyarakat dalam memberantas
korupsi dapat dilakukan melalui tigapendekatan. Strategi preventif, masyarakat
berperan aktif mencegah terjadinyaperilaku koruptif, misalnya dengan tegas

10
menolak permintaan pungutan liar dan membiasakan melakukan pembayaran
sesuai dengan aturan. Strategi detektif, masyarakat diharapkan aktif melakukan
pengawasan sehingga dapat mendeteksi terjadinya perilaku koruptif sedini
mungkin. Selanjutnya adalah strategi advokasi, masyarakat aktif melaporkan
tindakan korupsi kepada instusi penegak hukum dan mengawasi proses
penanganan perkara korupsi.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran

11
DAFTAR PUSAKA

http://repository.untag-sby.ac.id/9149/4/Bab%20II.pdf

http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3925/3/104211009_Bab2.pdf

https://www.merdeka.com/jabar/mengenal-jenis-jenis-korupsi-yang-sering-

dilakukan-lengkap-dengan-contohnya-kln.html

https://www.kppu.go.id/docs/Artikel/Seminar%20PBJ.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai