Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

JENIS-JENIS KORUPSI DAN DAMPAK MAZIK KORUPSI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Karakter dan Anti Korupsi

Dosen Pengampu: Bu Khoirotul izza, M..Pd

Disusun oleh:

1. Defa alfina agesti


2. Nur Aslamiah
3. Dewi Hidayatul Muhyi
4. Rinda Risma Yuliana

SEMESTER I

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI

SUMBERSARI KENCONG KEPUNG KEDIRI


2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Standar
Kompetensi dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Bu Khoirotul Izzah M.Pd selaku dosen mata kuliah “Pendidikan
Karakter dan Anti Korupsi.

Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang


kami miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi,
terutama kegiatan penyusunan makalah ini memberikan kita tambahan ilmu
pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kita.

Kediri, 25.September, 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3

A. Jenis-jenis Korupsi ...............................................................................3


B. Dampak masif Korupsi.........................................................................3

BAB III KESIMPULAN................................................................................6


DAFTAR PUSTAKA......................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan wadah untuk mengembangkan potensi manusia


dengan membentuk kecerdasan sesuai amanat pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 serta berusaha untuk menyelenggaran sistem
pendidikan nasional yang mampu mengubah kualitas masyakarat
indonesia untuk dapat memiliki moral dan sikap dalam memajukan mutu
pendidikan (Salistina, 2015). Hal ini mengacu pada pengelolahan sistem
pendidikan nasional untuk menumbuhkan budaya anti korupsi melalui
lembaga pendidikan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional
dalam UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan pendidikan nasional berfungsi
untuk mengembangkan karakter dan sikap dalam peradaban bangsa.
Korupsi di indonesia telah terjerumus pada kehidupan sosial dan
pemerintahan yang mengakar pada kebiasaan hidup, perilaku sosial dan
cara berfikir masyarakat (Kristiono, 2018). Secara singkat korupsi
diartikan sebagai tindakan penggelapan dana untuk kepentingan pribadi.
Fenomena ini semakin berjalan dinamis dan berkembang sangat subur
sehingga tindakan korupsi dipandang sebagai kejahatan yang dapat
menggerogoti bangsa indonesia (Arliman, 2016).

B. Rumusan masalah
1. Bagai mana jenis-jenis korupsi?
2. Bagaimana dampak masif korupsi?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui jenis-jenis korupsi
2. Untuk mengetahui dampak masif korupsi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis korupsi
Korupsi memiliki berbagai bentuk dan jenis, yang dilakukan
mulai dari tataran terendah hingga para penyelenggara negara dan
anggota legislatif. Jika dibagi berdasarkan skala dampak dan
paparannya, maka korupsi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu petty
corruption, grand corruption, dan political corruption.
● petty corruption adalah korupsi skala kecil oleh pejabat publik
yang berinteraksi dengan masyarakat. Jenis korupsinya seperti
pungutan liar, gratifikasi, penyuapan, uang pelicin, atau pemerasan
untuk memuluskan pelayanan publik atau birokrasi. Padahal,
pelayanan tersebut seharusnya murah atau bahkan gratis untuk
masyarakat.
Petty corruption dalam keseharian misalnya memberikan uang
untuk mengurus surat-surat kependudukan atau uang damai kepada
polisi ketika ditilang. Korupsi kecil-kecilan ini kadang terjadi terang-
terangan, namun dianggap biasa dan penuh pemakluman dari
masyarakat.
Wuryono Prakoso, Kepala Satuan Tugas Direktorat Sosialisasi dan
Kampanye Antikorupsi KPK, mengatakan sekecil apapun, korupsi
tetaplah korupsi. Petty corruption, kata dia, tidak bisa dianggap sepele
karena dapat membentuk kebiasaan buruk dalam birokrasi dan telah
merenggut hak-hak rakyat. Jika dibiarkan, para pelaku korupsi kecil ini
dapat berbuat lebih jauh dengan melakukan kejahatan yang lebih besar
lagi.
"Pelaku petty corruption merasa nyaman melakukannya karena
nilai korupsinya dianggap kecil dan tidak terdeteksi oleh pusat. Tapi
walau kecil, telah merugikan masyarakat secara langsung," kata
Wuryono.
Masyarakat permisif dengan jenis korupsi ini, karena sudah
dianggap biasa. Padahal menurut Wuryono, masyarakat telah dicuri
hak-haknya dengan memberikan uang pelicin atau suap tersebut.
"Masyarakat seharusnya menyadari bahwa hak-hak mereka telah
dipotong dan dicuri. Seharusnya hak-hak dasar, seperti pengurusan
kartu identitas, itu gratis. Cara melawannya adalah dengan
menumbuhkan kesadaran bahwa korupsi itu berbahaya dan
menghancurkan," kata Wuryono.

● Grand corruption adalah Grand corruption atau biasa disebut


korupsi kelas kakap adalah korupsi dengan nilai kerugian negara
yang fantastis, miliaran hingga triliunan rupiah. Korupsi kakap
menguntungkan segelintir orang dan mengorbankan masyarakat
secara luas.
KPK dalam Renstra 2011-2015 menjelaskan ada empat
kriteria grand corruption. Pertama, melibatkan pengambil
keputusan terhadap kebijakan atau regulasi, kedua, melibatkan
aparat penegak hukum, ketiga, berdampak luas terhadap
kepentingan nasional, dan keempat, kejahatannya berlangsung
sistemik dan terorganisir.Grand corruption kadang muncul
akibat kongkalikong (kesepakatan) antara pengusaha dan para
pengambil keputusan atau pembuat kebijakan untuk melakukan
state capture. State capture adalah korupsi sistemik yang terjadi
ketika kepentingan swasta memengaruhi pembuatan kebijakan
untuk keuntungan mereka sendiri.
Salah satu contoh grand corruption adalah korupsi proyek
e-KTP yang dilakukan sejak 2011, membuat negara merugi hingga
Rp2,3 triliun. Korupsi ini melibatkan tujuh orang yang kesemuanya
telah divonis antara 6-15 tahun penjara. Salah satu tokoh prominen
dalam kasus ini adalah Mantan Ketua DPR Setya Novanto yang
divonis penjara 15 tahun.Menurut lembaga Transparency
International, grand corruption tidak hanya merugikan orang
banyak dan dilakukan oleh pejabat publik, tapi juga melanggar hak
asasi manusia. Pernyataan ini diamini oleh Wuryono.
"Benar, korupsi bisa melanggar HAM. Korupsi e-KTP,
misalnya, telah melanggar hak-hak asasi masyarakat untuk
memiliki kartu identitas. Sementara kasus korupsi bantuan sosial
(bansos) telah melanggar hak asasi masyarakat untuk dapat hidup
di saat krisis. Belum lagi pelanggaran hak asasi pada tersedianya
pendidikan yang layak, atau sarana kesehatan yang baik," ujar
Wuryono.

● Political corruption adalahPolitical corruption atau


korupsi politik terjadi ketika pengambil keputusan politik
menyalahgunakan wewenangnya dengan memanipulasi kebijakan,
prosedur, atau aturan demi keuntungan diri atau kelompoknya.
Keuntungan ini bisa berupa kekayaan, status, atau
mempertahankan jabatan. Jenis-jenis political corruption adalah
penyuapan, perdagangan pengaruh, jual beli suara, nepotisme, atau
pembiayaan kampanye. Seperti halnya grand corruption, political
corruption melibatkan orang-orang di level tinggi penyelenggaraan
negara yang main mata dengan pengusaha dalam upaya state
capture. Padahal para pejabat ini seharusnya mewakili rakyat
untuk menciptakan kesejahteraan bagi mereka, namun berkhianat.
Political corruption sangat berpotensi terjadi ketika
anggota legislatif juga merangkap sebagai pengusaha. Mereka
kemudian memanipulasi institusi politik untuk memengaruhi
pemerintahan dan sistem politik demi kepentingan perusahaannya.
Undang-undang dan regulasi disalahgunakan, tidak dilakukan
secara prosedural, diabaikan, atau bahkan dirancang sesuai dengan
kepentingan mereka. Selain untuk memperkaya diri sendiri dan
mempertahankan jabatan, Wuryono mengatakan, political
corruption juga biasa dilakukan untuk mengumpulkan dana bagi
pemenangan parpol atau dirinya pada pemilihan berikutnya. Uang
hasil korupsi ini kemudian digunakan untuk melakukan money
politic, yaitu menyogok rakyat, agar bisa terpilih kembali.
"Akhirnya yang terjadi adalah sebuah lingkaran setan. Di
sinilah pentingnya pendidikan pemilu untuk memutus mata rantai
korupsi ini. Banyak orang yang tidak sadar bahayanya money
politic," kata Wuryono.
Korupsi politik juga telah merendahkan dan merusak iklim
demokrasi dengan memengaruhi pilihan rakyat menggunakan
materi. Masyarakat seharusnya layak mendapatkan wakil yang
terpercaya di parlemen, bukannya orang-orang yang mengandalkan
uang untuk mendapatkan dukungan.
Salah satu bentuk money politic yang paling umum adalah
memberikan amplop berisi uang agar rakyat memilih mereka.
Masyarakat mesti menyadari, bahwa nilai uang itu tidak sepadan
dengan kerugian yang akan mereka alami jika politisi kotor duduk
sebagai pengambil kebijakan.

"Jangan mau menggadaikan hidup lima tahun hanya karena


amplop. Analogi sederhananya, jika kita menerima amplop berisi
Rp500 ribu, berarti kita telah menggadaikan kehidupan kita dengan
hanya Rp100 ribu per tahun," kata Wuryono.
B. Dampak Masif Korupsi

1. Dampak korupsi terhadap bidang ekonomi :


 Pertumbuhan ekonomi dan investasi menjadi terhambat
 Terjadi penurunan produktivitas bidang industri
 Rendahnya kualitas barang dan jasa bagi publik
 Meningkatnya hutang negara
 Pembangunan melemah
 Impor barang meningkat

2. Dampak korupsi terhadap bidang sosial :


 Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik
 Angka kemiskinan terus meningkat
 Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
 Meningkatnya kriminalitas
 Melemahnya solidaritas
 Terjadi demoralisasi bangsa

3. Dampak korupsi terhadap bidang Kesehatan :


 Tingginya biaya kesehatan untuk masyarakat
 Pelayanan kesehatan menjadi terhambat
 Teknologi kesehatan menjadi kurang memadai
 Meningkatnya angka stunting
 Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi

4. Dampak korupsi terhadap bidang hukum :


 Lemahnya penegakan hukum
 Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap penegakan
hukum

5. Dampak korupsi terhadap bidang birokrasi :


 Terhambatnya fungsi sejumlah pelayanan birokrasi
 Tidak terjadinya pemerataan akses dan aset birokrasi kepada
public.

6. Dampak korupsi terhadap bidang lingkungan :


 Terjadinya kerugian ekologis dalam jangka panjang
 Terjadinya kerusakan alam dan lingkungan

7. Dampak korupsi terhadap bidang politik :


 Kredibilitas pemerintah dan partai politik diragukan
 Kinerja politik menjadi terganggu
 Terjadinya konflik kepentingan partai
 Melahirkan pemimpin yang korupsi.

8. Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan :


 Terjadinya krisis identitas diri
 Terjadinya krisis bela negara
 Melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap negara
 Terjadinya ketegangan antar daerah
 Eksploitasi penduduk semakin besar
 Berkurangnya rasa cinta tanah air
BAB III
KESIMPULAN

1. Korupsi memiliki berbagai bentuk dan jenis, yang dilakukan mulai dari
tataran terendah hingga para penyelenggara negara dan anggota
legislatif. Jika dibagi berdasarkan skala dampak dan paparannya, maka
korupsi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu petty corruption, grand
corruption, dan political corruption.

2. Korupsi menimbulkan dampak masif diantaranya dalam bidang


Ekonomi,Sosial,Kesehatan,Hukum,Birokrasi,Lingkungan,Politik serta
Pertahanan dan Keamanan yang menimbulkan banyak kerugian bagi
bangsa Indonesia sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari: https://nasional.kompas.com/read/2023/07/12/00150091/dampak-


masif-korupsi

Buku Ajar Pendidikan Antikorupsi Oleh Ibnu Khaldun, Taufik, Edy Suparjan, Ady Irawan ·
2022

Mengenal tiga jenis korupsi berdasarkan skala dan paparannya.Pusat edukasi anti
korupsi

Anda mungkin juga menyukai