Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KORUPSI POLITIK TERHADAP

PEMBANGUNAN EKONOMI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial
Dosen pengampu: Dra. Mujinem, M.Hum

Disusun oleh:
Kelas 1C
Ridho Abdillah Fitri
21/23010630123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “pengaruh korupsi politik terhadap pembangunan
ekonomi.” dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Mujinem, M.Hum.


selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial atas tugas yang
telah diberikan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Ibu Dra. Mujinem, M.Hum. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai pemikiran
korupsi politik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin menyusun makalah
dengan baik, tetapi mungkin masih ada yang perlu diperbaiki. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 06 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL............................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1..........................................................................................................................
Latar belakang ................................................................................................
1.2..........................................................................................................................
Rumusan masalah ...........................................................................................
1.3..........................................................................................................................
Tujuan..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................
2.1. Penyebab terjadinya korupsi ..........................................................................
2.2. Dampak dari adanya korupsi politik terhadap Pembangunan ekonomi ........
3.3. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi politik..................................
BAB III PENUTUP............................................................................................
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................
3.2. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Korupsi politik didefinisikan sebagai hubungan permasalahan anatara
sumber-sumber kekuasaan dan hak-hak moral penguasa. Lord Acton
menyatakan bahwa semua kekuasaan cenderung korupsi dan kekuasaan
mutlak maka korupsi absolut terjadi (Adelina, 2019). Seperti yang kita semua
ketahui bahwa korupsi politik sudah ada sejak zaman kuno, yang dimana
pada saat itu terdapat kasus korupsi dalam administrasi publik dan dalam
sistem patron-klien. Patron memberikan perlindungan dan dukungan politik
kepada kline yang memberikan imbalan.
Korupsi politik merupakan satu fenomena yang telah ada dalam berbagai
konteks politik di seluruh dunia, karena manusia cenderung mencari
keuntungan pribadi atau kelompok terutama Ketika memiliki akses kekuasaan
dan sumber daya. Seperti contoh kasus pada tahun 2014-2019, KPK
menetapakan 22 DPR RI sebagai tersangka korupsi. Tersangka tersebut
diantaranya ketua DPR sekaligus ketua umum partai Golkar Novanto, wakil
ketua DPR Taufik Kurniawan, dan ketua umum PPP Muhammad
Romahurmuziy (Ghaliya & Sjafrina, 2019). Tidak hanya itu, pada tahun 2023
semester satu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menerima laporan
dugaan korupsi sebanyak 2.707. wakil ketua KPK Johanis Tanak menjelaska
bahwa laporan tersebut berasal dari lingkungan pemerintahan.
Peningkatan korupsi di berbagai negara dapat dilihat dari transparency
internasional. Transparency internasional adalah sebuah Internasional Non-
Governmental organization yang bertujuan untuk menkan tingkat korupsi
yang terjadi dibeberapa negara. Dari transparency ini dapat dilihat urutan dari
180 negara di dunia berdasarkan tingkat presepri atau anggapan dari
masyarakar mengenai korupsi yang terjadi pada jabatan public atau politik
(Amalia Yunia Rahmawati, 2020).

1
Adanya korupsi dapat memperlambat tumbuhnya Pembangunan ekonomi
di setiap negara. Kebanyakkan kasus korupsi yang tinggi terdapat di negara
negara berkembang, sedangkan di negara-negara maju tingkat kasus
korupsinya sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa korupsi berkolerasi
dengan rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi, kesenjangan ekonomi,
hingga pertumbuhan sumber daya manusia. Selain itu korupsi juga dapat
memengaruhi dan berdampak terhadap kehidupan Masyarakat seperti
merusak moral, menurunkan kualitas layanan publik, meningkatkan
kemismikan, serta merusak tatanan hukum.
Upaya yang dapat dilakukan dalam melakukan pencegahan korupsi
politik dengan cara membina Kembali sumber daya manusia, penguatan
kapasitas badan atau komisi anti-korupsi, penyelidikan, penuntutan,
peradilan, dan penghukuman koruptor dengan efek jera, serta peningkatan
kesadaran Masyarakat.
Korupsi politik dapat merusak pembanguna ekonomi suaru negara. Hal
ini dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat,
ketidaksetaran ekonomi, dan kesulitan bagi negara untuk mencapai tujuan
Pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu disini akan dibahas lebih
rinci mengenai korupsi politik dan pengaruhnya terhadap pembanguan
ekonomi dan sosial.
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana penyebab terjadinya korupsi?
2. Bagaimana dampak dari adanya korupsi politik terhadap Pembangunan
ekonomi?
3. Bagaimana Upaya penceghan dan pemberantasan korupsi politik?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya korupsi
2. Untuk mengetauhi dampak dari adanya korupsi politik terhadap
Pembangunan ekonomi.
3. Untuk mengetahui Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penyebab terjadinya korupsi

Korupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai


penyalahgunaan uang negara, Perusahaan, Yayasan, dan sebagainya hanya
untuk kepentingan pribadi. Istilah korupsi berasal dari Bahasa latin yaitu
corruptio sedangkan dalam Bahasa Belanda disebut dengan coruptie. Dari
bahasa Belanda inilah yang melahirkan kata korupsi dalam bahsa Indonesia
(Therapy et al., 2018).

Korupsi merujuk pada segala tindakan yang terkait dengan pelanggaran


hukum yang diatur dalam undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak pidana korupsi dan undang-undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang pemberantasan Tindak pidana korupsi, serta peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2020.

Penyebab terjadinya korupsi politik karena terdapat beberapa kondisi


yang mendukung untuk munculnya korupsi itu sendiri diantaranya:

1. Pemusatan kekuasaan pada pengambilan keputusan yang tidak


bertanggung jawab langsung kepada rakyat.
2. Kurangnya transpirasi.
3. Kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran di atas
pengeluaran politik normal.
4. Proyek yang melibatkan dana publi dalam jumlah besar.
5. Lingkungan tertutup yang berfokus pada jaringan pribadi dan kolega.
6. Implementasi dan penegakan hukum yang lemah.
7. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan pres.

(Lamijan dan Tohari, 2022) menyimpulkan bahwa ada beberapa


penyebab terjadinya korupsi yaitu:

1. Pembuatan undang-undang yang belum sempurna.

3
2. Pengelolaan yang lambat, biaya mahal, dan tidak fleksibel.
3. Tradisi yang menambah penghasilan pejabat pemerintah yang tidak
mencukupi dengan upeti ayau suap.
4. Menganggap korupsi sebagai hal biasa, tidak dianggap bertentangan
dengan moral, sehingga orang-orang berlomba-lomba melakukan
korupsi.
5. Ketika orang-orang tidak mengikuti aturan atau tujuan formal
orgganisasi.

Dari penyebab-penyebab di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa


penyebab dari adanya korupsi adalah lemahnya peraturan perundang-
undangan, anggapan bahwa korupsi adalah hal yang biasa, dan penegakan
hukm yang tidak tegas atau kuat (Lamijan & Tohari, 2022).

Faktor penyebab lain dari adanya korupsi terutama di Indonesia yaitu


sebagai berikut:

1. Perilaku individu
Seseorang melakukan tindakan korupsi karena termotivasi oleh
sifat rakus manusia, gaya hidup yang konsumtif, kurangnya agama,
lemahnya moralitas dalam menghadapi godaan korupsi, dan
kurangnya etika sebagai pejabat. Menurut Undang-Undang No.12
Tahun 2001 dan Undang-undng No.31 Tahun 1999 korupsi
dilakukan karena dipaksakan yang disebabkan oleh tidak memiliki
uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga korupsi menjadi
alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Faktor Pendidikan
korupsi merupakan suatu kejahatan yang dilakukan oleh para
intelektual. Rata-rata pejabat yang terjebak dalam kasus korupsi
adalah meraka yang memiliki Pendidikan tinggi. Seharusnya
pendidikan tinggi dapat membuat merka tidak melakukan Tindakan
korupsi, seperti yang dikatakan Kats dan Hans bahwa peran
akademisi tanpaknya masih paradoks.

4
Secara keseluruhan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
martabat manusia. Oleh karena itu, rendahnya tingkat pemahaman
tentang pendidikan sebagai langkah untuk memanusiakan manusia,
pada kenyataan-nya lebih jauh melahirkan para kerdil yang
berpikiran kecil dan mereka sibuk mencari keuntungan sendiri dan
mengabaikan kepentingan bangsa. Karena alasan ini, pendidikan
moral sangat dibutuhkan sejak dini untuk meningkatkan moral
generasi bangsa ini.
3. Sikap kerja
Tindakan korupsi juga bisa dating dari sikap bekerja dengan
pandangan bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus dapat
melahirkan uang. Biasanya sebelum mereka melakukan pekerjaan
mereka berpikiran apakah mereka akan mendapatkan uang atu tidak,
untung atau rugi, dan sebagainya.
4. Hukum dan perauran
Tindakan korupsi akan dengan mudah muncul karena undang-
undang dan peraturan memiliki kelemahan, yang meliputi sanksi
yang terlalu ringan, penerapan sanksi yang tidak konsisten dan
sembarangan, lemahnya bidang revisi dan evaluasi legislasi (Syarief
& Prastiyo, 2018).
2.2. Dampak dari adanya korupsi politik terhadap Pembangunan
ekonomi

Tindakan korupsi diberbagai belahan dunia selalu mendapatkan perhatian


yang lebih dibandingkan dengan tindakan pidana lainnya. Hal ini dimaklumi
karena mengingat bahwa dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan
korupsi ini. Korupsi adalah hal yang sangat serius, dampak yang ditimbulkan
dari korupsi dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan dan membahayakan
stabilitas dan keamanan Masyarakat, membahayakan Pembangunan ekonomi
dan sosial, dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan
moralitas karena cepat atau lambat tindakan ini akan berubah menjadi
budaya.

5
Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh korupsi politik adalah
Pembangunan ekonomi dan sosial. Korupsi juga mempersulit Pembangunan
ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan pemerintah dengan membuat
distori dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran illegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan
perjanjian atau karena penyelidikan. (Nuraeni et al., 2017)

Korupsi politik yang merajalela menimbulkan dampak yang serius bagi


Pembangunan. Dalam politik korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik karena dapat merusak proses formal. Berdasarkan
analisis empiris-sosiologis, korupsi menimbulkan berbagai akibat
diantaranya:
a. Pemborosan sumber daya, pelarian modal, campur tangan investasi,
pemborosan keahlian, hilangnya bantuan subsidi.
b. Instabilitas, revolusi sosial, pengambilalihan militer, menyebabkan
kesenjangan sosial budaya.
c. Kurangnya kapasitas pejabat pemerintah, administrative, hilangnya
kekuasaan, dan stabilitas administratif.

Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dan juga menurunkan


kualitas pelayanan pemerintah. Korupsi juga mempersulit pembangunan
ekonomi dengan menciptakan distorsi dan inefisiensi yang tinggi. Di sektor
swasta, korupsi meningkatkan biaya menjalankan bisnis melalui kerugian
akibat pembayaran ilegal, biaya administrasi karena berurusan dengan pejabat
yang korup, dan risiko pembatalan kontrak.

Praktik korupsi dala kehidupan demokasi di Indonesia semakin mudah


ditemukan diberbagai bidang kehidupan. Pertama, kearena melemahnya nilai-
nilai sosial kepentingan pribadi menjadi pilihan yang lebiih utama
dibandingkan dengan kepentngan umum, serta kepemiikan harta benda secara
individual menjadi etika pribadi yang melandasi perilaku sosia Sebagian
besar orang. Kedua, tidak adanya trasparansi dan tanggung jawab gugat

6
sistem integrasi publik. Kantor pelayanan publik justru digunakan oleh
pejabat publik unntuk mengejar ambisi politik pribadi, hanya semata-mata
untuk promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Sementara kualitas dan
kuantitas publik bukann lagi prioritas dan orientasi yang utama.

Korupsi cenderung menciptakan infesiensi dan pem-borosan sektor


ekonomi selalu terjadi. Output yang dihasilkan tidak sebanding dengan nilai
yang dikeluarkan, inflasi selalu mengancam terhadap Pembangunan ekonomi.

2.3. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi politik

Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja jika suatu negara ingin
mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan
terbiasa dan menjadi subur serta akan menimbulkan sikap mental pejabat
yang selalu mencari jalan pintas untuk memudahkan dan menghalalkan segala
cara (the end justifies the means). Dengan demikian, korupsi politik perlu
ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab.
Korupsi politik adalah salah satu bentuk korupsi yang merugikan negara
dan Masyarakat. (Lamijan & Tohari, 2022) menjelaskan, kunci pemecahan
masalah korupsi adalah keberpihakan pemerintah pada keadilan. Korupsi
harus dianggap menghambat pewujudan keadilan sosial, pembangunan sosial,
dan pembangunan moral. Jika sekarang korupsi telah menghinggapi anggota-
anggota legislatif di pusat dan di daerah, bahayanya harus dianggap jauh lebih
parah karena mereka (anggota DPR/DPRD) adalah wakil rakyat. Jika wakil-
wakil rakyat sudah “berjamaah” dalam berkorupsi maka tindakan ini jelas
tidak mewakili aspirasi rakyat, Jika sejak krisis multidimensi yang berawal
dari krisis moneter, terdapat keberpihakan pemerintah pada ekonomi
kerakyatan (tidak lagi pada konglomerat) dalam bentuk program-program
pemberdayaan ekonomi rakyat. Hal itu berarti harus ada keadilan politik.
Berikut ini ada beberapa Upaya atau strategi yang dapat dilakukan dalam
memberantas tindak pidana korupsi:
1. Strategi Preventif

7
Stategi Preventif adalah Upaya untuk mencegah atau mengurangi
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dimasa
mendatang. Strategi preventif ini harus dibuat dan dilaksanakan
dengan diarahkan pada hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya
korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat Upaya
preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi.
Selain itu perlu dibuat Upaya yang dapat meminimalkan peluang
untuk melakukan korupsi dan Upaya ini memerlukan banyak pihak
dalam pelaksanaann agar dapat berhasil dan mampu mencegah
adanya Tindakan korupsi.
2. Strategi Deduktif
Strategi Deduktif adalah strategi pembelajaran yang menerapkan
penalaran dari hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dengan hal-hal yang lebih khusus. Strategi ini harus
dibuat dengan diarahkan supaya jika suatu korupsi terlanjur terjadi,
maka perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam waktu yang
singkat dan akurat sehingga dapat ditangani dengan tepat.
Dengan menggunakan Dasar pemikiran ini banyak sistem yang
harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi
sebagai aturan yang cukup tepat dalam memberikan sinyal apabila
terjadi suatu perbuatan korupsi. Dengan menggunakan strategi ini
makan sangat dibutuhkan adanya kedisiplinan dalam berilmu bail itu
ilmu hukum, ekonomi maupun ilmu ekonomi dan sosial.
3. Strategi Represif
Strategi reprentif adalah strategi yang dilakukan sebagai lanjutan
dari strategi preventif, terutama dalam hal pelanggaran yang sudah
terjadi. Stategi ini dilakukan dengan tujuan memberikan sanksi
hukum yang maksimal terhadap pelaku tindak pidana korupsi
sehingga menimbulkan efek jera.
Stategi ini dibuat dan harus dilaksanakan terutama dalam
mengarahkan dalam pemberian sanksi hukum yang setimpal secara

8
cepat dan tepat kepada piha-pihak yang terlibat dalam korupsi.
Dengan strategi ini proses penanganan dalam kasus korupsi dimulai
dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan
peradilan perlu dikaji supaya dapat disempurnakan disegala
aspeknya, sehingga proses penangannya dapat dilakukan secara
optimal dan tepat. Namun penerapannya harus dilakukan secara
integrasi.

Dengan demikian pemerintah dapat memilih strategi apa saja yang akan
diambil atau dilakukan dalam pemberantasan korupsi (Nuraeni et al., 2017).

Ada beberapa upaya dalam memberantas korupsi yang diusulkan oleh


para ahli yang masing-masing memiliki pandangan yang berbeda-beda seperti
berikut:

1. Caiden
Langkah-langkah yang diberikan oleh Caiden adalah sebagai berikut
a. Membenarkan transaksi yang dahulu dilarang dengan menentukan
sejumlah pembayaran tertentu.
b. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan
dibuat, melakukan perubahan organisasi yang dapat mempermudah
masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat
c. Rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih dalam organisasi
yang sama, birokrasi saling bersainng, dan penunjukan instansi
pengawasan guna mengurangi kesempatan korupsi.
d. Korupsi dapat dikurangi dengan jalan meningkatkan ancaman atau
hukum.
Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di atas membenarkan (legalized)
tindakan yang semula dikategorikan ke dalam korupsi menjadi tindakan yang
legal dengan adanya pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang
membuka untuk kesempatan korupsi harus segera ditutup. Begitu halnya
dengan struktur organisasi haruslah membantu ke arah pencegahan korupsi,
misalnya tanggung jawab pimpinan dalam pelaksanaan pengawasan melekat,

9
dengan tidak lupa meningkat-kan ancaman hukuman kepada para pelaku
korupsi.

2. Myrdal
Dalam menanggulangi korupsi Myrdal memberikan saran agar peraturan
dan prosedur untk keputusan-keputusan administratif yang menyangkut
perorangan dan Perusahaan lebih disederhanakan dan dipertegas,
melaksanakan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan pribadi dalam
menjalankan kekuasaan hendaknya ikuragi sejauh mungkin, gaji pegawai
yang rendah harus dinaikkan dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki,
satuan-satuan pengamanan termasuk polisi harus diperkuat,hukum pidana dan
hukum atas pejabat-pejabat yang korupsi dapat lebih cepat diambil.
3. Marmosudjono
Marmosudjono mengatakan bahwa dalam menanggulangi korupsi perlu
adanya sanksi malu bagi koruptor yaitu dengan cara menayangkan wajah para
koruptor di televisi. Karena menurutnya masuk penjara tidak dianggap
sebagai hal yang memalukan lagi.
4. Kartono
Kartono menyarankan penanggulangan korpsi dilakukan dengan cara
berikut:
a. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna
melakukan partisipasi politik dan control sosial.
b. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan
kepentingan nasional.
c. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan dalam memberantas
dan menindak korupsi.
d. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan
menghukum tindak korupsi.

10
e. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi emerintah melelui
penyederhanaan jumlah kementrian dan jawaban di bawahnya.
f. Adanya sistem pemerintahan pegawai yang berdasarkan
“achievement” dan bukan berdasarkan sistem “ascription”
g. Adanya kebutuhan pegawai negeri non-politik demi kelancaran
administrasi pemerintah.
h. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur.
i. Sistem budget dikelola oleh pejabat yang mempunyai tanggung jawab
etis tinggi yang dibarengi sitem kontrol yang efisien
j. Pencatatan ulang terhadap kekayaan perorangan yang mencolok
dengan pengenaan pajak yang tinggi.

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpuann bahwa penyebab dari
adanya Tindakan korupsi yaitu dikarenakan adanya ketidak sempurnaan dalam
pembuatan undang undang yang menyebabkan lemahnya peraturan perundang-
undangan, anggapan bahwa korupsi adalah hal yang biasa, dan penegakan hukum
yang tidak tegas atau kuat. Tindakan korupsi ini berdampak pada Pembangunan
ekonomi seperti hilangnya bantuan subsidi, kesenjangan sosial budaya, dan
kurangnnya kapasitas pejabat pemerintah. Upaya yang dapat dilakukan dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi bisa dilakukan dengan cara menggunakan
beberapa strategi yaitu strategi preventif, strategi deduktif, dan strategi repserif.
3.2. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Adelina, F. (2019). Bentuk-Bentuk Korupsi Politik. Jurnal LEGILASI


INDONESIA, 16(1), 59–75.
Amalia Yunia Rahmawati. (2020). KEPENTINGAN PEMERINTAH INDONESIA
BEKERJASAMA DENGAN TRANSPARENCY INTERNATIONAL DALAM
UPAYA MEMINIMALISIR TINGKAT KORUPSI DI INDONESIA. 4(July),
1–23.
Ghaliya, A., & Sjafrina, P. (2019). Dampak Politik Uang Terhadap Mahalnya
Biaya Pemenangan Pemilu dan Korupsi Politik. Jurnal Antikorupsi
INTEGRITAS, 5(1), 43–53. https://doi.org/10.32697/integritas.v5i1.389
Lamijan, & Tohari, M. (2022). Dampak Korupsi Terhadap Pembangunan
Ekonomi DanPembangunan Politik. Jurnal Penelitian Hukum Indonesia,
3(2), 40–59.
Nuraeni, R., Mulyati, S., Putri, T. E., Rangkuti, Z. R., Pratomo, D., Ak, M., Ab,
S., Soly, N., Wijaya, N., Operasi, S., Ukuran, D. A. N., Terhadap, P.,
Sihaloho, S., Pratomo, D., Nurhandono, F., Amrie, F., Fauzia, E.,
Sukarmanto, E., Partha, I. G. A., … Abyan, M. A. (2017). DAMPAK DAN
UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI
INDONESIA. Diponegoro Journal of Accounting, 2(1), 2–6. http://i-
lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=2227%0A???%0Ahttps://
ejournal.unisba.ac.id/index.php/kajian_akuntansi/article/view/
3307%0Ahttp://publicacoes.cardiol.br/portal/ijcs/portugues/2018/v3103/
pdf/3103009.pdf%0Ahttp://www.scielo.org.co/scielo.ph
Syarief, R. A. O., & Prastiyo, D. (2018). Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di
Indonesia: Antara Faktor Penyebab dan Penegakan Hukum. Jurnal Hukum
Respublica, 18(1), 1–13.
http://journal.unilak.ac.id/index.php/Respublica/article/view/3947
Therapy, C., Gordon, V., Meditation, C., VanRullen, R., Myers, N. E., Stokes, M.
G., Nobre, A. C., Helfrich, R. F., Fiebelkorn, I. C., Szczepanski, S. M., Lin,
J. J., Parvizi, J., Knight, R. T., Kastner, S., Wyart, V., Myers, N. E.,
Summerfield, C., Wan-ye-he, L. I., Yue-de, C. H. U., … No, S. (2018).
korupsi di Indonesia. ‫ ثقثقثقثق‬,)‫ ث ققثق(ثق ثقثقثق‬,‫ثبثبثب‬.
http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&db=sph&AN=119374333&site=ehost-live&scope=site
%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.neuron.2018.07.032%0Ahttp://dx.doi.org/
10.1016/j.tics.2017.03.010%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.neuron.2018.08.006

13

Anda mungkin juga menyukai