Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH: (KELOMPOK 1)

SINTIYA NADELA 221025010

ELIYA RESITA RAYES 221025012

NIKEN MUJI ASTUTI 221025013

NURUL NAZILATIN NATOHE 221025007

SELICHA PUTRI HADILIAN 221025020

PRODI HUKUM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2022

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan atas berkat rahmat yang diberikan Allah
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.

Proposal ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan. Terciptanya proposal ini tidak hanya hasil dari kerja keras kami,
melaingankan banyak pihak-pihak yang memberikan dorongan-dorongan motivasi. Sekali
lagi kami mengucapkan terima kasih atas terselesainya proposal ini.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesan
sempurna. Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki proposal
ini diwaktu mendatang.

Sumbawa, 23 Oktober 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................................i

Halaman Kata Pengantar............................................................................................................ii

Halaman Daftar Isi....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anti Korupsi.................................................................................................3


B. Faktor-faktor penyebab Korupsi....................................................................................3
C. Upaya penanggulangan Korupsi....................................................................................6
D. Nilai-nilai Anti Korupsi.................................................................................................7
E. Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi Korupsi.......................9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

III
IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi yang ada di Indonesia sudah merajalela dan mengalami perkembangan dari masa
kemasa. Bicara tentang korupsi seakan tiada habisnya, bagai jamur yang tumbuh dimusim
hujan. Itu terjadi karena adanya wewenang dan kekuasaan yang besar tanpa pertanggung
jawaban yang jelas. Untuk mendapatkan kekuasaan, para pejabat atau calon-calon pejabat
banyak yang melakukan korupsi dan berlomba-lomba menikmati harta Negara dengan
semaunya sendiri. Entah dari skala yang terkecil sampai skala yang terbesar.

Lemahnya hukum di Indonesia yang kurang tegas menyebabkan para koruptor tiada henti
melakukan tindakan korupsi. Demi mendapatkan kekuasaan yang di inginkan para pejabat itu
rela menyuap. Belum tuntas kasus A, bermunculan kasus B, kasus C dan sebagainya.
Penyesuaian kasus yang lama dapat menyita waktu, tenaga dan biaya. Korupsi seperti parasit
dalam pemerintahan yang merusak moral para pejabat.

Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pemerintah sampai saat
ini masih terus bergulir, walaupun berbagai strategi telah dilakukan, upaya perbuatan korupsi
masih tetap saja merebak di berbagai sektor kehidupan. Beberapa kalangan berpendapat
bahwa terpuruknya perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, salah satu
penyebabnya adalah korupsi yang telah merasuk ke seluruh lini kehidupan yang diibaratkan
seperti jamur dimusim penghujan, tidak saja di birokrasi atau pemerintahan tetapi juga sudah
merambah ke korporasi termasuk BUMN.

Begitu membudayanya tindak pidana korupsi (Tipikor) di Indonesia membuat masyarakat


tidak sadar bahwa korban yang paling dirugikan sebenarnya adalah rakyat, yakni kita semua.
Runtuhnya nilai-nilai, macam-macam norma, etika, moral, budaya dan religi disuatu wilayah
memang sangat berpengaruh pada perkembangan tipikor. Bahkan sering kali perilaku kita
mengarah ke korup tanpa kita mengerti bahwa tindakan tersebut masuk dalam delik pidana
korupsi. Keterbatasan pemahaman mengenai korupsi telah membentuk image bahwa korupsi
di negara kita sulit dicegah ataupun diberantas. Dan kita selalu beranggapan bahwa masalah
korupsi adalah tanggung jawab pemerintah. Pernyataan seperti itu adalah salah besar. Justru
masyarakat sebenarnya berperan penting ketika semua mau turut serta terlibat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Anti Korupsi?
2. Apa faktor-faktor penyebab Korupsi?
3. Bagaimana upaya penanggulangan Korupsi?
4. Apa nilai-nilai Anti Korupsi?
5. Bagaimana peran serta masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi Korupsi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Anti Korupsi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab Korupsi.
3. Untuk mengetahui upaya penanggulangan Korupsi.
4. Untuk mengetahui nilai-nilai Anti Korupsi.
5. Untuk mengetahui peran serta masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi
Korupsi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anti Korupsi

Anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang bagi
berkembangnya korupsi (Maheka, t.th: 31). Pencegahan yang dimaksud adalah bagaimana
meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi dan bagaimana
menyelamatkan uang dan aset negara. Menurut Maheka (t.th: 31), peluang bagi
berkembangnya korupsi dapat dihilangkan dengan cara melakukan perbaikan sistem (Hukum
dan kelembagaan) dan perbaikan manusianya. Dalam hal perbaikan sistem, langkah-langkah
antikorupsi mencakupi:

1. Memperbaiki peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mengantisipasi


perkembangan korupsi dan menutup celah hukum atau pasal-pasal karet yang sering
digunakan koruptor melepaskan diri dari jerat hukum;
2. Memperbaiki cara kerja pemerintahan (Birokrasi) menjadi sederhana (Simpel) dan
efisien;
3. Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan pribadi serta
memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan
umum dan penggunaannya untuk kepentingan pribadi;
4. Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan pemberian sanksi secara
tegas;
5. Penerapan prinsip-prinsip good governance;
6. Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan memperkecil terjadinya human error.

Berkaitan dengan perbaikan manusia, langkah-langkah antikorupsi meliputi:

1. Memperbaiki moral manusia sebagai umat beriman, yaitu dengan mengoptimalkan


peran agama dalam pemberantas korupsi. Artinya bahwa pemuka agama berusaha
mempererat ikatan emosional antara agama dengan umatnya, menyatakan dengan
tegas bahwa korupsi merupakan perbuatan tercela, mengajak masyarakat untuk
menjauh diri dari segala bentuk perilaku korupsi, dan menumbuhkan keberanian
masyarakat untuk melawan korupsi.
2. Memperbaiki moral bangsa, yakni mengalihkan loyalitas keluarga, klan, suku, dan
etnis ke loyalitas bangsa;

3
3. Meningkatkan kesadaran hukum individu dan masyarakat melalui sosialisasi dan
pendidikan antikorupsi;
4. Mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan kesejahteraan;
5. Memilih pemimpin (Semua level) yang bersih, jujur, antikorupsi, peduli, cepat
tanggap (Responsif) dan dapat menjadi teladan bagi yang dipimpin.

2.2 Faktor-Faktor penyebab Korupsi

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri
pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku
materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih “Mendewasakan”
materi maka dapat “Memaksa” terjadi permainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah:2009).

Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum dan
ekonomi, dan birokrasi serta transnasional sebagaimana dalam buku berjudul peran parlemen
dalam membasmi korupsi (ICW:2000) yang mengidentifikasikan 4 faktor penyebab korupsi
yaitu Faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional.

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika
terjadi instabilitas politik, kepentingan politis, para pemegang kekuasaan, bahkan ketika
meraih dan mempertahankan kekuasaan.

Penelitian james scott (Moctar Mas’oed:1994) mendeskripsikan bahwa dalam


masyarakat dengan ciri pelembagaan politik eksklusif dimana kompetisi politik dibatasi
pada lapisan tipis elit dan perbedaan antar elit lebih didasarkan pada klik pribadi dan
bukan pada isu kebijakan, yang terjadi pada umumnya desakan kultural dan sktruktural
untuk korupsi itu betul-betul terwujud dalam tindakan korupsi para pejabatnya.

2. Faktor Hukum

Faktor hukum menjadi penyebab korupsi, dikarenakan banyak produk hukum yang
tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecendrungan aturan hukum
dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu meskipun orang awam tidak bisa
melihatnya. Demikian pula, sanksi yang tidak ekuivalen dengan perbuatan yang dilarang,
sehingga tidak tepat sasaran dan dirasa terlalu ringan atau terlalu berat. Selaras dengan
hal ini, Susila (Dalam Hamzah, 2004), menyatakan bahwa tindakan korupsi mudah

4
timbul, karena ada kelemahan dalam perundang-undangan yang mencakupi: (1) Adanya
peraturan perundang-undangan yang bermuatan kepentingan pihak-pihak tertentu, (2)
Kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai, (3) Peraturan kurang
disosialisasikan, (4) Sanksi terlalu ringan, (5) Penerapan sanksi yang tidak konsisten dan
pandang bulu, dan (6) Lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-
undangan. Lemahnya penegakan hukum, rendahnya mental aparatur, rendahnya
kesadaran masyarakat, serta kurangnya political will pemerintah, menurut Saleh (2006)
juga menjadi pemicu terjadinya korupsi.

Dari aspek hukum, penelitian Ezung (2012) juga memberikan kesimpulan yang tidak
jauh berbeda, bahwa terjadinya korupsi disebabkan oleh lemahnya peraturan yang dibuat
dan lemahnya peegakan hukum.

3. Faktor Ekonomi

Menjadi penyebab korupsi, terutama di negara-negara yang sistem ekonominya sangat


monopolistik. Kekuasaan negara dirangkai dengan informasi orang dalam turut
menciptakan kesempatan-kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk mempertinggi
kepentingan mereka beserta sekutu-sekutunya. Serangkaian faktor tersebut berkaitan
dengan faktor birokrasi, dimana dalam suasana demikian kebijakan ekonomi pemerintah
diimplementasikan, dikembangkan, dan dimonitor dengan cara yang tidak partisipatif,
tidak transparans dan tidak akuntabel.

Kenyataan juga menunjukkan bahwa korupsi tidak hanya dilakukan oleh orang yang
ekonominya pas-pasan untuk bertahan hidup, tetapi saat ini korupsi juga dilakukan oleh
orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi (Sulistyantoro, 2004). Rendahnya pendapatan
dan gaji tidak serta merta mendorong orang untuk melakukan korupsi. Banyaknya
pemimpin nasional dan daerah, serta para anggota legislatif di tingkat nasional dan di
level daerah yang dipidana, karena telah terbukti secara sah melakukan tindak pidana
korupsi. Mereka korupsi tidak karena kekurangan atau untuk memenuhi kebutuhan yang
kurang (By need). Mereka melakukan korupsi karena mental buruk, tidak bermoral,
sehingga berjiwa serakah (By greed) untuk mengambil harta negara guna menambah
pundi-pundi kekayaannya.

5
4. Faktor Transnasional

Faktor transnasional amat terkait dengan perkembangan hubungan ekonomi lintas negara
yang tidak jarang menambah lahan sumber bagi tumbuhnya korupsi di kalangan birokrasi
pemerintahan. Korupsi mudah terjadi, karena perusahaan-perusahaan asing
(Transnasional) dapat beroperasi di suatu negara tanpa harus masuk ke lini birokrasi
pusat. Mereka bisa masuk ke lini birokrasi pemerintah daerah dengan cara memberi uang
pelicin agar dapat berinvestasi di daerah. Korupsi berlangsung bagai simbiosis
mutualisme, dimana pengusaha asing memiliki uang yang dapat digunakan untuk
menyogok pejabat agar memperoleh izin untuk melakukan usaha di daerah, sedangkan
elit daerah mempunyai otoritas untuk memutuskan.

2.3 Upaya Penanggulangan Korupsi

Perbuatan korupsi tidak bisa dibiarkan berjalan begitu saja dan seakan menjadi sebuah
fenomena di negeri ini, kalau suatu negara ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan
secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menjadi subur dan seakan-akan perbuatan
korupsi itu sah-sah saja dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari
jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Untuk
itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab.

Disini ada beberapa upaya atau jalan untuk penanggulangan Korupsi yang ditawarkan
para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan. Caiden (Dalam
Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah dalam menanggulangi korupsi adalah sebagai
berikut:

a. Membenarkan transaksi yang dulunya dilarang dengan menentukan sejumlah


pembayaran tertentu.
b. Membuat struktur yang baru yang mendasarkan bagaimana keputusan itu dibuat.
c. Melakukan perubahan atau perombakan organisasi yang dapat mempermudah
masalah pengawasan atau monitoring dan pencegahan kekuasaan yanh terpusat, rotasi
(Perputaran) penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi
yang saling bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang
secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.
d. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan meningkatkan
ancaman dengan sanksi yang berat.

6
e. Korupsi adalah masalah nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi
dibatasi, tetapi memang harus ditekan sekecil mungkin, agar beban korupsi
organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu
pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan
dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.

2.4 Nilai-nilai Anti Korupsi

Upaya untuk melawan atau memberantas korupsi tidak cukup dengan menangkap dan
menjebloskan koruptor ke penjara, sebab peluang untuk berbuat korupsi terhampar luas
dihadapan para calon koruptor, terlebih lagi banyak tersedia arena bagi koruptor-koruptor
baru untuk melampiaskan hasrat korupsinya. Itulah sebabnya diperlukan penanaman nilai-
nilai antikorupsi sebagai upaya pencegahan kepada generasi muda. Mengapa nilai-nilai
antikorupsi perlu disemaikan ke dalam jiwa dan roh generasi muda? Ada keyakinan bahwa
generasi sekarang ini adalah generasi yang lahir, tumbuh, dan berkembang di dalam sistem
dan budaya yang korup. Hal ini berakibat pada sikap permisif generasi sekarang terhadap
perbuatan korupsi. Secara lahiriah mereka mengukut dan mencela perbuatan korupsi, tetapi
hati mereka tidak tega terhadap para koruptor, sehingga mereka cendrung membiarkan dam
memaafkan para koruptor. Jika demikian halnya, selamanya korupsi tidak akan dapat
diberantas. Untuk itulah, generasi yang akan datang atau yang saat ini disebut generasi muda
harus didorong untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas setiap bentuk korupsi.

Perubahan dari sikap membiarkan dan menerima korupsi ke sikap tegas menolak
korupsi tidak akan pernah terwujud jika generasi sekarang yang masih memiliki hati nurani
tidak mau dan mampun membina generasi muda untuk mengevaluasi dan memperbarui nilai-
nilai yang diwarisi dari generasi terdahulu dan sekarang sesuai dengan tuntutan,
perkembangan dan kebutuhan bangsa. Nilai yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang
menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai atau sesuatu
yang baik (Bertens, 2001:139). Nilai-nilai anti korupsi yang perlu disampaikan kepada
generasi muda, terutama mereka yang masih duduk dibangku TK, SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi, antara lain:

1. Kejujuran

Kejujuran adalah sifat (Keadaan) jujur, ketulusan hati, dan kelurusan hati (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2002:479). Kejujuran adalah mengungkapkan sesuatu sesuai
dengan kenyataan yang dilakukan, dialami dan dirasakan (Sutrisno dan Sasongko,

7
t.th.:40). Kejujuran merupakan dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara
moral (Suseno, 1987: 142). Tanpa kejujuran, manusia tidak dapat maju selangkah
pun, karena ia tidak berani menjadi diri sendiri. Tanpa kejujuran, keutamaan-
keutamaan moral lainnya akan kehilangan nilainya. Bersikap baik kepada orang lain,
tetapi tidak dilandasi kejujuran adalah kemunafikan dan racun bagi diri sendiri. Tidak
jujur berarti tidak seiya-sekata dan itu berarti orang yang tidak jujur belum sanggup
mengambil sikap yang lurus.

2. Tanggung Jawab

Kaa tanggung jawab berasal dari kata tanggung dan kata jawab. Kata tanggung
bermakna beres, tidak perlu khawatir (Pusat Bahasa Depdiknas, 2022: 1138).
Tanggung Jawab berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya atu fungsi
menerima pembebanan sebagai akibat sikap pihak sendiri atatu orang lain (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2022: 1139). Tanggung jawab adalah melaksankan tugas dengan
sungguh-sungguh dan orang lain atau diri sendiri hingga selesai atau sanggup
menangung resiko dari apa yang telah dikerjakan atau diperbuat (Surono (ed), t.th:
16).

3. Keberanian

Keberanian berasal dari kata berani, yang artinya mempunyai hati yang mantap dan
rasa percya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya
(Pusat Bahasa Depdiknas, 2022: 138). Keberanian adalah tindakan untuk
memperjuangkan sesuatu yang diyakini kebenarannya (Sutrisno dan Sasongko (ed),
t.th.: 30). Orang yang berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah
adalah salah, merupakan agen penting dalam mengembangkan nilai-nilai antikorupsi.

4. Keadilan

Keadilan berasal dari kata adil, artinya sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak; berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran; sepatutnya, tidak
sewenang-wenangnya (Pusat Bahasa Depdiknas, 2022:8). Kata keadilan juga
memiliki makna yang beragam. Cephalus, seorang wartawan terkemuka Athena,
memaknai keadilan sebagai bersikap fair dan jujur dalam membuat kesepakatan
(Rasuanto, 2005: 8).

2.5 Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi Korupsi.

8
Peran serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya
pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2022 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan membrantas
korupsi merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “Martir” bagi para
pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut:

1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.


2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sektor dengan mewujudkan good
govermance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

Peran serta msyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia:

Bentuk-bentuk peran serta dalam pemerantasan tindak korupsi menurut UU No. 31 tahun
1999 antara lain adalah SBB:

1. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana
korupsi
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan
informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hukum.
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi.
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan kepada
penegak hukum waktu paling lama 30 hari.
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum.
6. Penghargaan pemerintah kepada masyarakat.

9
BAB III

KESIMPULAN

Anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang bagi
berkembangnya korupsi (Maheka, t.th: 31). Pencegahan yang dimaksud adalah bagaimana
meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi dan bagaimana
menyelamatkan uang dan aset negara.

Faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum dan ekonomi, dan
birokrasi serta transnasional sebagaimana dalam buku berjudul peran parlemen dalam
membasmi korupsi (ICW:2000) yang mengidentifikasikan 4 faktor penyebab korupsi yaitu
Faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional.

upaya atau jalan untuk penanggulangan Korupsi yang ditawarkan para ahli yang masing-
masing memandang dari berbagai segi dan pandangan. Caiden (Dalam Soerjono, 1980)
memberikan langkah-langkah dalam menanggulangi korupsi adalah sebagai berikut:

a. Membenarkan transaksi yang dulunya dilarang dengan menentukan sejumlah


pembayaran tertentu.
b. Membuat struktur yang baru yang mendasarkan bagaimana keputusan itu dibuat.
c. Melakukan perubahan atau perombakan organisasi yang dapat mempermudah
masalah pengawasan atau monitoring dan pencegahan kekuasaan yanh terpusat, rotasi
(Perputaran) penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi
yang saling bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang
secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.
d. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan meningkatkan
ancaman dengan sanksi yang berat.
e. Korupsi adalah masalah nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi
dibatasi, tetapi memang harus ditekan sekecil mungkin, agar beban korupsi
organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu
pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan
dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.

Nilai-nilai anti korupsi yang perlu disampaikan kepada generasi muda, terutama
mereka yang masih duduk dibangku TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, antara lain:

10
5. Kejujuran

Kejujuran adalah sifat (Keadaan) jujur, ketulusan hati, dan kelurusan hati (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2002:479). Kejujuran adalah mengungkapkan sesuatu sesuai
dengan kenyataan yang dilakukan, dialami dan dirasakan (Sutrisno dan Sasongko,
t.th.:40). Kejujuran merupakan dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara
moral (Suseno, 1987: 142). Tanpa kejujuran, manusia tidak dapat maju selangkah
pun, karena ia tidak berani menjadi diri sendiri. Tanpa kejujuran, keutamaan-
keutamaan moral lainnya akan kehilangan nilainya. Bersikap baik kepada orang lain,
tetapi tidak dilandasi kejujuran adalah kemunafikan dan racun bagi diri sendiri. Tidak
jujur berarti tidak seiya-sekata dan itu berarti orang yang tidak jujur belum sanggup
mengambil sikap yang lurus.

6. Tanggung Jawab

Kaa tanggung jawab berasal dari kata tanggung dan kata jawab. Kata tanggung
bermakna beres, tidak perlu khawatir (Pusat Bahasa Depdiknas, 2022: 1138).
Tanggung Jawab berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya atu fungsi
menerima pembebanan sebagai akibat sikap pihak sendiri atatu orang lain (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2022: 1139). Tanggung jawab adalah melaksankan tugas dengan
sungguh-sungguh dan orang lain atau diri sendiri hingga selesai atau sanggup
menangung resiko dari apa yang telah dikerjakan atau diperbuat (Surono (ed), t.th:
16).

7. Keberanian

Keberanian berasal dari kata berani, yang artinya mempunyai hati yang mantap dan
rasa percya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya
(Pusat Bahasa Depdiknas, 2022: 138). Keberanian adalah tindakan untuk
memperjuangkan sesuatu yang diyakini kebenarannya (Sutrisno dan Sasongko (ed),
t.th.: 30). Orang yang berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah
adalah salah, merupakan agen penting dalam mengembangkan nilai-nilai antikorupsi.

8. Keadilan

11
Keadilan berasal dari kata adil, artinya sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak; berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran; sepatutnya, tidak
sewenang-wenangnya (Pusat Bahasa Depdiknas, 2022:8). Kata keadilan juga
memiliki makna yang beragam. Cephalus, seorang wartawan terkemuka Athena,
memaknai keadilan sebagai bersikap fair dan jujur dalam membuat kesepakatan
(Rasuanto, 2005: 8).

Peran serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya
pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2022 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan membrantas
korupsi merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “Martir” bagi para
pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut:

1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.


2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sektor dengan mewujudkan good
govermance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Insan. 2009. “Peran Serta Penyelenggara Negara dalam Upaya pemberantasan
Korupsi”. Makalah. Disampaikan dalam workshop Forum komunikasi Wartawan Jawa
Tengah (FKWJT) di Hotel Santika Semarang pada tanggal 26 Februari 2009.

Handoyo, Eko. 2009. Pendidikan Anti Korupsi. Semarang: Widya Karya.

Jasin,Moch.2009.”Kebijakan dan Langkah-langkah Pemberantasan Korupsi dan Peran KPK


dalam menciptakan Pemerintahan yang Bersih”. Makalah. Disampaikan dalam Seminar dan
Sosialisasi LHKPN kepada Pejabat di Lingkungan Universitas Negeri Semarang pada tanggal
10 Desember 2008.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami untuk membasmi. Jakarta: KPK.

13

Anda mungkin juga menyukai