Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

DAMPAK KORUPSI

Dosen Pembimbing:
NLP Yunianti SC, S.Kep.,Ns.,M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1 Kelas 2A
Gusti Ayu Maheswari Wirawan (P07120222009)
Ni Made Deby Novita Dewi (P07120222010)
Ni Nyoman Ayu Triandini (P07120222014)
Luh Made Risma Ardelia Swari (P07120222024)
Kadek Enjelina Pratiwi (P07120222034)
Ni Wayan Eka Suryantini (P07120222040)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ Dampak Korupsi” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Pendidikan Budaya Anti
Korupsi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Pendidikan Budaya Anti Korupsi” bagi para pembaca dan juga para penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu NLP Yunianti SC,
S.Kep.,Ns.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 21 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Korupsi ........................................................................................ 3
2.2 Dampak Korupsi di Berbagai Bidang ........................................................... 3
2.3 Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia ............................................. 8
2.4 Upaya Penanggulangan Korupsi ................................................................. 12
BAB III ................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
3.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi sering kita dengar saat ini, baik di media masa maupun media
elektronik.Korupsi bisa terjadi di sekitar kita dan bisa di mulai dari hal-hal kecil
dan sepele sampai dengan hal yang besar.Korupsi adalah salah satu masalah dan
tantangan besar yang dihadapi oleh Negara Indonesia pada saat ini Maraknya
praktek korupsi di Indonesia tampaknya sudah sangat parah. Korupsi terlanjur
kuat, tak terkendali, dan menjadi sistem tersendiri yang mengakar di Indonesia.
Orang yang awalnya baik, dapat dengan mudah berubah menjadi
koruptor.Celah hukum dan pengawasan yang lemah sering dianggap sebagai
penyebab utama terjadinya korupsi. Namun demikian sebenarnya sikap
individu dan masyarakat yang menganggap remeh praktek korupsi merupakan
pendorong yang sangat kuat untuk melakukan tindakan korupsi.
Pada kenyataannya rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari
aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di
Indonesia ini sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara
yang sangat besar. Korupsi dapat membawa dampak negatif yang cukup luas
dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Dampak negatif ini berimbas
kepada berberapa aspek kehidupan salah satunya aspek ekonomi dan kerusakan
lingkungan yaitu pelayahgunaan hutan lindung, banjir, longsor dan kerugian
materi dan jiwa.
Upaya penanggulangan atau pemberantasan terhadap korupsi dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu pencegahan dan penindakan. Upaya
pencegahan adalah mencakup keseluruhan usaha yang dilakukan untuk.
mencegah terjadinya korupsi, baik dilakukan melalui pendidikan maupun
pengawasan. Sedangkan upaya penindakan adalah usaha yang dilakukan untuk
menindak pelaku korupsi sesuai ketentuan hukum yang berlaku serta
menyelamatkan keuangan negara.Selain itu bidang hukum khususnya hukum
pidana akan dianggap sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas

1
korupsi. Merupakan sebuah realita bahwa kita sudah memiliki berbagai
perangkat hukum untuk memberantas korupsi yaitu peraturan perundang-
undangan. Kita memiliki lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk
menjalankan peraturan tersebut baik kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.
Kita bahkan memiliki sebuah lembaga independen yang bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kesemuanya dibentuk salah satunya untuk
memberantas korupsi
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu korupsi?
2. Apa saja dampak korupsi di berbagai bidang?
3. Apa kerugian negara akibat korupsi di Indonesia?
4. Bagaimana upaya penanggulangan korupsi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui dampak korupsi di berbagai bidang.
3. Untuk mengetahui kerugian negara akibat korupsi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya penanggulangan korupsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah. (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok )
adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri serta pihak
lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi
politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua
bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi
adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh pencuri, dimana
pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele
atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan
kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu
sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan
membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan
kejahatan.Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan
antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai
politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat
lain.
2.2 Dampak Korupsi di Berbagai Bidang
Korupsi mewujud dalam berbagai bentuk serta menyebabkan berbagai
dampak, baik pada ekonomi dan masyarakat luas. Berbagai hasil penelitian
mengungkap dampak negatif. Di antara penyebab paling umum korupsi adalah
lingkungan politik dan ekonomi, etika profesional dan moralitas, serta
kebiasaan, adat istiadat, tradisi dan demografi. Korupsi menghambat
pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi operasi bisnis, lapangan kerja, dan

3
investasi. Korupsi juga mengurangi pendapatan pajak dan efektivitas berbagai
program bantuan keuangan. Tingginya tingkat korupsi pada masyarakat luas
berdampak pada menurunnya kepercayaan terhadap hukum dan supremasi
hukum, pendidikan dan akibatnya kualitas hidup, seperti akses ke infrastruktur
hingga perawatan kesehatan. (Wahyu et al., 2021). Adapun dampak korupsi di
berbagai bidang, antara lain:
1. Dampak Ekonomi
Dampak korupsi dari perspektif ekonomi adalah misallocation of
resources,
sehingga perekonomian tidak optimal (Ariati, 2013). Berbagai dampak
korupsi terhadap aspek ekonomi, adalah sebagai berikut.
a. Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi
Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk
menanamkan modalnya di Indonesia dan lebih memilih
menginvestasikannya ke negara negara yang lebih aman.
Ketidakinginan berinvestasi pada negara korup memang sangat
beralasan karena uang yang diinvestasikan pada negara tersebut tidak
akan memberikan keuntungan seperti yang diharapkan oleh para
investor, bahkan modal mereka pun kemungkinan hilang dikorupsi
oleh para koruptor. Hal ini menyebabkan kerugian yang besar bagi
negara tersebut karena dengan tidak ada bantuan dari negara donor
akan menghambat pertumbuhan perokonomian negara. Oleh sebab itu,
korupsi memberikan dampak yang sangat besar terhadap eksistensi
negara.
b. Melemahkan Kapasitas dan Kemampuan Pemerintah dalam Program
Pembangunan untuk Meningkatkan Perekonomian
Korupsi juga dapat menyebabkan kurang baiknya hubungan
internasional antarnegara. Hal ini disebabkan negara yang korup akan
merugikan negara lain yang memberikan modal atau bekerja sama
dalam bidang tertentu. Misalnya, negara yang memberikan modal
untuk membangun sarana dan prasana berupa jalan tol untuk membantu
suatu negara berkembang dalam meningkatkan kesejahteraan

4
masyarakatnya, namun karena adanya korupsi, pembangunan sarana
dan prasarana tersebut akan terhambat sehingga akan menyebabkan
ketidakpuasan dari negara pemberi modal dan akhirnya hubungan
dengan negara tersebut akan semakin merenggang
c. Meningkatkan Utang Negara
Kondisi perekonomian global yang mengalami resesi melanda
semua negara termasuk Indonesia. Kondisi ini memaksa pemerintah
untuk melakukan utang untuk menutupi defisit anggaran. Korupsi
makin memperparah kondisi keuangan
d. Menurunkan Pendapatan Negara
e. Menurunkan produktivitas
Lemahnya investasi dan pertumbuhan ekonomi serta menurunnya
pendapatan negara akan menurunkan produktivitas
2. Dampak terhadap pelayanan kesehatan
Dampak korupsi di bidang kesehatan, antara lain tingginya biaya
kesehatan, tingginya angka kematian ibu, tingkat kesehatan masih
buruk, dan lain-lain. Laksono Trisnantoro dalam Seminar
Pencegahan Korupsi di Sektor Kesehatan yang diselenggarakan oleh
Keluarga Alumni Gadjah Mada Fakultas Kedokteran Yogyakarta
(Kagama Kedokteran) pada Rabu, 22 Mei 2013, secara khusus
menyoroti dampak korupsi terhadap sistem manajemen rumah sakit.
Sistem manajemen rumah sakit yang diharapkan untuk pengelolaan
lebih baik menjadi sulit dibangun. Apabila korupsi terjadi di
berbagai level maka akan terjadi keadaan sebagai berikut:
a. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang
mempunyai sisi bayangan yang semakin gelap,
b. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi
tidak relevan,
c. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus
membayar untuk menjadi direktur) menjadi sulit menghargai
ilmu manajemen,

5
d. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan
tidak seperti apa yang ada di buku teks.
3. Dampak Sosial dan Kemiskinan
Dampak korupsi terhadap sosial dan kemiskinan masyarakat, menurut
transparency international, terdapat hubungan erat antara jumlah korupsi
dan jumlah kejahatan. Rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka
angka kejahatan yang terjadi juga meningkat. Sebaliknya, ketika angka
korupsi berhasil di kurangi, maka kepercayaan masyarakat terhadap
penegakan hukum (law enforcement) juga meningkat, sehingga bisa
dikatakan mengurangi korupsi secara tidak langsung dapat mengurangi
kejahatan dalam masyarakat. Beberapa dampak sosial akibat korupsi yaitu:
a. Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik,
b. Tingginya angka kriminalitas
c. Meningkatkan kemiskinan
d. Solidaritas yang semakin langka
4. Dampak terhadap politik dan demokrasi
Rencana anggaran yang diajukan pihak eksekutif kepada pejabat
legislatif yakni pihak DPR/DPRD untuk disetujui dalam APBN/APBD
adalah berdampak politik. Anggaran APBN/APBD yang dikucurkan ke
masyarakat implementasinya harus dapat dipertangungjawabkan secara
accountable kepada masyarakat dan bebas dari intervensi kepentingan
pribadi maupun golongan tertentu. Beberapa bentuk konflik kepentingan
dapat menimbulkan suatu potensi korupsi seperti dalam bentuk kebijakan
dan gratifikasi. Korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku.
Publik cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang
diduga terkait dengan tindakan korupsi.
5. Dampak terhadap penegakan hukum
Korupsi adalah penyakit moral dan kecenderungan semakin
berkembang dengan penyebab multifaktor, lemahnya penegakan hukum
mendorong masyarakat lebih berani melakukan tindakan korupsi, sebab
hukuman yang diperoleh lebih ringan dibandingkan nilai perolehan korupsi.
6. Dampak terhadap pertahanan dan keamanan

6
Korupsi terhadap peluang-peluang penyalahgunaan uang negara,
yang sangat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terhadap realitas
kehidupan, yang ujung-ujungnya dapat menimbulkan rasa frustrasi, iri,
dengki, gampang menghujat, tidak menerima keadaan dan rapuh, dan pada
ujungnya masyarakat dapat kehilangan arah dan identitas diri serta
menipisnya sikap bela negara dalam pertahanan dan keamanan.
Korupsi dapat berdampak pada lemahnya sistem pertahanan dan
keamanan nasional, negara yang korup dapat memiskinkan rakyat, dan
rakyat yang miskin sangat rapuh dan mudah diintervensi oleh pihak-pihak
yang ingin merongrong pemerintahan.
7. Dampak terhadap pelestarian lingkungan
Dampak kerusakan lingkungan akibat perbuatan korupsi, sekarang
sudah terlihat di mana-mana, bukan saja lingkungan fisik, melainkan juga
lingkungan sosial budaya. Terhadap lingkungan fisik yakni penyimpangan
terhadap anggaran pembangunan sarana-prasarana dapat memperlambat
laju pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada kemiskinan rakyat.
Begitupun penyalahgunaan pengelolaan hutan lindung yang membuat
ekosistem terganggu, menimbulkan banjir, longsor, berdampak kerugian
materi dan jiwa pada masyarakat.
Dampak kerusakan lingkungan sosial dalam masyarakat makin
memperlebar strata sosial di masyarakat, yang kaya semakin kaya, yang
miskin makin sulit memperoleh kehidupan yang layak, bahkan kesulitan
mendapatkan kebutuhan pokok karena harganya yang mahal. Biaya
pendidikan yang mahal, akibatnya masyarakat dapat melakukan tindakan-
tindakan yang anarkis kurang menghargai hak-hak asasi manusia.
8. Dampak Birokrasi Pemerintahan
Upaya pemerintah mencanangkan clean government dalam upaya
memberantas korupsi di kalangan birokrasi pemerintahan, belum dapat
menjamin menanggulangi korupsi, berbagai jenis kebocoran keuangan
negara masih saja terjadi, berdampak pelayanan publik dapat terganggu.
Kebocoran keuangan negara yang paling besar di lingkungan
lembaga negara adalah melalui Pengadaan Barang dan Jasa, lemahnya

7
pengawasan dan kurangnya penerapan disiplin serta sanksi terhadap
penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas-tugas negara berdampak
birokrasi pemerintahanyang buruk.
Sementara itu, dampak korupsi yang menghambat berjalannya
fungsi pemerintah, sebagai pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi;
b. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset;
c. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga
stabilitas ekonomi dan politik
2.3 Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia
Kerugian negara adalah kekurangan uang, surat berharga dan barang,
yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai. Maka dapat diuraikan kembali menjadi unsur-unsur,
antara lain:
− Adanya pelaku/ penanggung jawab
− Kekurangan uang, surat berharga, dan properti
− Kerugian yang nyata dan pasti
− Tindakan yang sengaja atau lalai yang melawan hukum
− Serta adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum
dengan kerugian yang diderita.
Kerugian negara dalam arti dunia usaha/komersial, tetapi kerugian
tersebut disebabkan oleh suatu perbuatan (perbuatan melawan hukum). Dalam
hal ini, faktor lain yang merugikan negara adalah penerapan kebijakan yang
tidak tepat, memperkaya diri sendiri, orang lain atau perusahaan. Bahkan,
pengelola keuangan negara lupa identitasnya ketika menjalankan tugas
mengelola keuangan negara, sehingga negara mengalami kerugian. Kerugian
keuangan negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan harta benda
dalam jumlah yang nyata dan ditentukan sebagai akibat perbuatan hukum, baik
disengaja maupun karena kelalaian. Beberapa peristiwa yang dapat merugikan
keuangan Negara, sebagai berikut:

8
1. Terdapat pengadaan barang - barang dengan harga yang tidak wajar
karena jauh di atas harga pasar, sehingga dapat merugikan keuangan
Negara sebesar selisih harga pembelian dengan harga pasar atau harga
yang sewajarnya.
2. Harga yang wajar untuk barang dan jasa. Wajar tetapi tidak sesuai
dengan spesifikasi barang dan jasa yang diminta. Jika harga barang dan
jasa murah, tetapi kualitas barang dan jasa kurang baik, maka dapat
dikatakan juga merugikan keuangan negara.
3. Terdapat transaksi yang secara tidak wajar menambah utang Negara,
yang dapat dikatakan merugikan keuangan Negara karena kewajiban
pembayaran utang Negara meningkat.
4. Pengurangan utang Negara berkurang secara tidak wajar juga dapat juga
dianggap merugikan keuangan Negara.
5. Negara dapat dirugikan jika barang milik negara disusutkan dengan
menjualnya dengan harga murah atau kepada orang lain atau dengan
pertukaran pribadi atau pribadi.
Tindakan korupsi yang merugikan keuangan negara merupakan salah satu
tindak pidana yang memiliki hukuman yang paling berat di antara tindak pidana
korupsi yang lainnya, hal ini tentunya sejalan dengan fungsi dari keuangan
negara adalah untuk membiayai kegiatan Negara yang tujuannya adalah untuk
menyejahterakan rakyat, salah satu sumber keuangan Negara adalah dari
kontribusi iuran pajak dari rakyat. Terdapat cara penanggulangan dalam
mengatasi masalah keuangan negara apabila terjadi sesuatu yang merugikan
keuangan negara yang terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Pengembalian kerugian negara di peradilan, antara lain:
a. Hukum Pidana
Mengganti kerugian berdasarkan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku tentang tindak pidana korupsi yaitu
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
memuat ketentuan – ketentuan atas tindakan yang merugikan
negara, seperti dalam Pasal 2 ayat (1):

9
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).” Pengantian kerugian tersebut dilakukan pelaku
merupakan bukan suatu hukuman namun kewajiban agar
keuangan negara dapat kembali stabil.
b. Hukum Administrasi
Apabila pelaku merupakan seseorang yang memiliki jabatan dan
melakukan penyalahgunaan wewenang dalam melaksanakan
tugasnya tidak dapat digunakan pertanggungjawaban pidana.
c. Hukum Perdata
Jika terjadi kerugian negara diakibatkan suatu perusahaan atau
perseroan terbatas, maka negara akan bertindak sebagai penggugat
dan menggugat persero secara perdata agar dapat mengembalikan
kerugian tersebut.
2. Pengembalian kerugian negara di luar peradilan, antara lain:
a. Ganti Kerugian (Tuntutan)
Segala hal yang merugikan negara atas tindakan melanggar hukum
akan dilakukan dengan sesuai ketentuan perundang-undangan dan
disaat menjatuhkan ganti rugi pada seseorang tidak boleh sewenang-
wenangnya harus sesuai dengan bukti. Dan pihak yang dikenakan
tuntutan wajib mengganti kerugian yang telah dilakukannya.
b. Bebas dalam Ganti Kerugian (Tuntutan)
Dapat bebas apabila pelaku (penyelenggara negara) yang merugikan
Negra tidak paham dengan berlakunya peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Serta dalam proses penanggulangan dan
pengelolaan keuangan negara agar tidak terjadi perbuatan melawan
hukum yang merugikan negara, maka diperlukan suatu

10
badan/lembaga negara dalam membantu proses tersebut yang
independen, tidak memihak kepada siapa pun serta obyektif yang
dapat membantu dikelola secara tertib, sesuai dan taat pada
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan agar segala kekurangan dalam laporan
keuangan pemerintah dapat dideteksi secara akurat sebagai bahan
dalam memperbaiki dan memeriksa sistem pengelolaan dan
tanggung jawab atas keuangan negara. Maka lembaga yang
dimaksud dan diperlukan yaitu Badan Pemeriksaan Keuangan
(BPK). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan satu lembaga
yang independen dan mandiri yang bertugas mengkaji pengelolaan
dan pertanggung jawab keuangan Negara berdasarkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah suatu badan negara yang
dibentuk berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi dan merupakan badan/ lembaga ini adalah satu-satunya pemeriksa
keuangan eksternal di Indonesia yang mempunyai wewenang yang luas
memberikan opini terhadap laporan pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara. (Raba, 2017) BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha
Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga
atau badan lain yang mengelola keuangan negara (Pasal 6 ayat (1).
BPK berwewenang menilai serta menetapkan jumlah kerugian negara
oleh sudah diakibatkan perbuatan melawan hukum baik disengaja maupun tidak
yang dilakukan oleh seorang bendahara, pengelola keuangan negara, lembaga
atau badan yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara. (Raba,
2017)Pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keuangan
negara, fungsi BPK dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) fungsi yakni:
1. Fungsi pemeriksaan
2. Fungsi rekomendasi

11
3. Fungsi quasi yudisial
4. Fungsi legislasi.
BPK yang merupakan satu-satunya lembaga yang bertugas memeriksa
keuangan negara, dan mengupayakan kinerja yang optimal secara sistematis
untuk mempercepat pemberantasan korupsi yang mengakibatkan kerugian di
Indonesia. (Raba, 2017)
2.4 Upaya Penanggulangan Korupsi
Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi seharusnya dilakukan
dalam seluruh aspek kehidupan: politik, hukum, sosial, dan terutama
pendidikan. Secara politik, upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
dilakukan dengan menegakkan integritas serta pemilihan para penyelenggara
negara yang berpihak pada penyelenggaraan tata pemerintahan dan tata kelola
yang bersih dan transparan.
Secara hukum, upaya pencegahan dan penanggulangan korupsi adalah
dengan menerapkan sanksi yang berat untuk setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
dimaksud. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, sanksi tersebut
berupa pidana penjara, pidana penjara seumur hidup atau bahkan pidana mati
untuk keadaan tertentu. Pidana penjara ancamannya mulai dari 4 (empat) tahun
sampai dengan 20 (dua puluh) tahun. Di samping itu, pelaku juga dapat
dikenakan denda mulai dari 200 juta rupiah sampai dengan 1 milyar rupiah.
Selanjutnya secara sosial, upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara luas: mulai dari
aktif dalam menyebarkan nilai-nilai anti-korupsi melalui gerakan sosial dan
lembaga swadaya masyarakat sampai dengan berperan aktif dalam upaya
penegakan hukum sebagai pelapor aktif dan sebagai saksi yang dilindungi
secara hukum.
Upaya penanggulangan korupsi tidak terlepas dari pentingnya peran serta
masyarakat Indonesia. Dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana yang diubah oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

12
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, telah merumuskan mengenai peran
serta masyarakat, hal mana ditegaskan dalam:
Pasal 41 :
(1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan
dalam bentuk:
a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi;
b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak
pidana korupsi;
c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana
korupsi;
d. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya
yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari.
e. hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal:
1) melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf
a.b,dan c;
2) diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan dan di
sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi
ahli, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
(4) Hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan ayat (3) dilaksanakan dengan berpegang teguh pada
asas-asas atau ketentuan yang diatur dalam peraturan

13
perundang undangan yang berlaku dan dengan menaati
norma agama dan norma sosial lainnya.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta
masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 42:
(1) Pemerintah memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang
telah berjasa membantu upaya pencegahan, pemberantasan, atau
pengungkapan tindak pidana korupsi.
(2) Ketentuan mengenai penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Sebagai amanat Pasal 41 Ayat (5) dan Pasal 42 ayat (2) sebagaimana diuraikan
diatas, maka pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Negara, di mana dalam Pasal 7 ditegaskan bahwa : setiap
orang, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, yang telah
berjasa dalam usaha pencegahan atau pemberantasan tindak pidana korupsi,
berhak mendapat penghargaan. Bentuk penghargaan ini berupa piagam dan
premi yang besarnya 2 per mil dari kekayaan Negara yang dikembalikan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu perilaku penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan
yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok dimana
korupsi ini melanggar hukum atau menyimpang dari norma dan moral.Korupsi
mewujud dalam berbagai bentuk serta menyebabkan berbagai dampak, baik
pada ekonomi dan masyarakat luas.Korupsi menghambat pertumbuhan
ekonomi dan memengaruhi operasi bisnis, lapangan kerja, dan investasi.
Tingginya tingkat korupsi pada masyarakat luas berdampak pada menurunnya
kepercayaan terhadap hukum dan supremasi hukum, pendidikan dan akibatnya
kualitas hidup, seperti akses ke infrastruktur hingga perawatan kesehatan.
Korupsi berdampak pada beberapa bidang misalnya Dampak ekonomi, Dampak
pada pelayanan kesehatan, Dampak Sosial dan Kemiskinan, Dampak Birokrasi
Pemerintahan, Dampak terhadap politik dan demokrasi, Dampak terhadap
penegakan hukum, Dampak terhadap pertahanan dan keamanan, Dampak
terhadap pelestarian lingkungan, Dampak Birokrasi Pemerintahan.Korupsi juga
dapat menyebabkan kerugian yang berpengaruh terhadap Negara Indonesia.
Adapun upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan dalam seluruh aspek
kehidupan misalnya pada politik, hukum, sosial, dan terutama pendidikan.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis harap kepada pembaca dapat
memahami dengan benar mengenai korupsi agar nantinya dapat memilah
manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai motivasi agar kita
tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan
pemikiran yang intelektual khususnya dalam mata kuliah Pendidikan Budaya
Anti Korupsi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Edbert, F., Tundjung, D., & Sitabuana, H. (2022). Keuangan Negara Dan
Kerugian Negara Di Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi. Serina Iv
Untar 2022, 513–522.

Justiana, S. (2014). Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Antikorupsi. Jakarta


Selatan : Pusdiknakes

Naufal Ridha, F., Komarasari, F., Damayanti, I., & Sunan Gunung Djati Bandung,
U. (2022). Dampak Masif Korupsi Terkait Dengan Penyalahgunaan
Anggaran Di Masa Pandemi Covid-19. Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Negara, 9(1), 38–50.
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/dinamika/article/view/6639

Ridwan. (2014). Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Melalui Peran Serta
Masyarakat The Efforts Of Corruption Prvention Through Community
Participation Oleh: Ridwan *). 64, 385–399.

Tendelilin,. (2010). Aspek Hukum Pencegahan Dan Penanggulangan Korupsi


Melalui Pendidikan Antikorupsi Di Perguruan Tinggi Khususnya Di
Universitas Negeri Jakarta, 6(1), 7.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.
org/10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.
044%0Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token
=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8

iv

Anda mungkin juga menyukai