DOSEN PEMBIMBING
Disusun Oleh :
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. Berkat perlindungannya makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan
banyak terimakasih atas bimbingan dari dosen pembimbing mata kuliah hukum delik-delik
khusus. Karena berkat bimbingan dan informasi yang diberikan kami dapat menyelesaikan tugas
ini sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan, atas kerjasama kelompok, alhamdulillah
makalah ini bisa diselesaikan yang Insya Alloh sesuai dengan yang diharapkan. Kami
mengharapkan kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki kekurangan, dan semoga makalah
ini dapat bermamfaat bagi kita semua. Amiin ya rabbal all-amin.
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
A. Latar belakang...................................................................................................................
B. Rumusan masalah...............................................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. ....................................
B. .....................................
KESIMPULAN.......................................................................................................
SARAN....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tindak pidana korupsi selalu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan dengan
tindak pidana lain di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat
dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan
dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak
pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan
pembangunan sosial ekonomi dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan
moralitas, karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya. Korupsi
merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur. Tidak hanya
pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di
sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.
Tindak pidana ini tidak hanya merugikan keuangan Negara, tetapi juga merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat.
Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian lebih
dibandingkan tindak pidana lainnya. Penyelenggara negara yang bersih menjadi penting dan
sangat diperlukan untuk menghindari praktik-praktik korupsi yang tidak saja melibatkan
pejabat bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan kroninya, yang apabila dibiarkan, rakyat
Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra
Jaya menyebutkan bahwa tindak pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara
negara, antar negara, melainkan juga penyelenggara negara dengan pihak lain seperti
keluarga, kroni dan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara.Perkembangan korupsi di
Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya masih sangat lambat. Romli
Atmasasmita menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah merupakan virus yang menyebar
keseluruh tubuh pemerintah sejak tahun 1960-an langkah-langkah pemberantasannya pun
masih tersendat sampai sekarang. Selanjutnya, dikatakan bahwa korupsi berkaitan pula
dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat menyalahgunakan
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya.
Oleh karena itu, korupsi telah menjadi suatu kejahatan luar biasa . Hal ini
dikarenakan, metode konvensional yang selama ini digunakan, terbukti tidak bisa
menyelesaikan persoalan korupsi yang ada di masyarakat. Dengan demikian, dalam
penanganannya pun juga harus menggunakan cara-cara luar biasa. Kasus-kasus tindak pidana
korupsi sulit diungkapkan karena para pelakunya menggunakan peralatan yang canggih serta
biasa dilakukan oleh lebih dari satu orang dalam keadaan terselubung dan terorganisasi. Oleh
karena itu kejahatan ini disebut dengan white collar crime atau kejahatan kerah putih.
Menurut Sutherland dan Edelhertz, yang dikutip dalam buku “Kejahatan Ekonomi” karangan
Sudaryono, menyebutkan white collar crime sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh
orang-orang dari golongan sosial-ekonomi menengah dan atas yang berhubungan dengan
jabatan mereka. Sementara Edelhertz mendefinisikan white collar crime sebagai serangkaian
tindakan illegal yang dilakukan dengan cara-cara nonfisik dan dengan penyembunyian, untuk
memperoleh uang atau harta benda, untuk menghindarkan pembayaran, kerugian uang dan
harta benda atau untuk memperoleh keuntungan (manfaat) perorangan dan bisnis.Mereka
memperlihatkan dirinya selalu mengutamakan masyarakat, kalau ada tuntutan, mereka
memberikan ganti rugi. Mereka menampilkan diri berhati sosial, Akan tetapi dibalik itu
semua, mereka melakukan perbuatan yang tidak bermoral, menyuap pejabat, serta melakukan
praktik yang melanggar perdangangan. Menyadari kompleksnya permasalahan korupsi di
tengah-tengah krisis multidimensional serta ancaman nyata yang pasti terjadi, yaitu dampak
dari kejahatan ini. Maka tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai masalah nasional
yang harus dihadapi secara sungguh-sungguh melalui langkah-langkah yang tegas dan jelas
dengan melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat khususnya pemerintah dan
aparat penegak hukum.
Pemberantasan korupsi secara hukum adalah dengan mengandalkan diperlakukannya
secara konsisten Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan berbagai
ketentuan terkait yang bersifat repressif.
Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Dicermati dari awal sampai akhir tujuan khusus yang
hendak dicapai lah bersifat umum, yaitu penegakan keadilan hukum secara tegas bagi yang
terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Penegakan hukum dasarnya melibatkan seluruh
warga negara Indonesia, dalam laksanaannya dilakukan oleh penegak hukum. Aparat negara
yang berwenang dalam pemeriksaan perkara pidana adalah aparat Kepolisian, Kejaksaan,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
B. Rumusan masalah
Korupsi di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu, namun hingga kini
pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang,Melebarnya korupsi
memasuki seluruh kehidupan masyarakat, menyebabkan kerugian keuangan Negara semakin
bertambah, Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa
bencana, tidak saja bagi kehidupan perekonomian nasional, juga pada kehidupan berbangsa
dan bernegara.
A. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan korupsi di indoneisa terus meningkat?
B. Bagaimanakah strategi atau cara untuk memberantas korupsi di Indonesia sekarang ini?
c. Tujuan
A. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan korupsi di indoneisa terus
meningkat.
B. Untuk mengetahui bagaimanakah strategi atau cara untuk memberantas korupsi di
Indonesia sekarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
4). Penegakan Hukum yang Tegas, Konsisten, dan Terpadu Dalam Rangka Mewujudkan
Keadilan, Kepastian Hukum, dan Kemanfaatan, Yaitu Timbulnya Efek Jera Bagi
Koruptor dan Mencegah Calon Koruptor.
Penegakan hukum yang konsisten dan terpadu sangat penting bagi terwujudnya
pilar-pilar keadilan dan kepastian hukum. Pilar-pilar keadilan dan kepastian hukum
merupakan pondasi utama berjalannya proses demokratisasi. Demokratisasi merupakan
salah satu prinsip dari tata kelola pemerintahan yang baik, sebab demokratisasi membuka
ruang bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara. Selain itu,
kepastian hukum juga sangat diperlukan bagi kalangan usaha dalam berinvestasi dalam
suatu negara. Sebab tanpa adanya kepastian hukum, maka resiko berusaha tidak dapat
diprediksi sehingga dapat menurunkan iklim investasi. Kecilnya angka investasi akan
memperkecil lapangan kerja baru bagi masyarakat, sehingga akan terjadi banyak
pengangguran yang berpotensi menimbulkan ancaman dan gangguan bagi keamanan.
Selanjutnya, penegakan hukum yang konsisten dan terpadu juga akan membawa
kemanfaatan bagi masyarakat yaitu timbulnya efek jera, sehingga dapat mencegah
seseorang yang hendak melakukan korupsi. Manfaat lainnya ialah tumbuhnya kepercayaan
masyarakat terhadap upaya penegakan hukum dan aparatur penegak hukum, sehingga
dukungan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum akan menguat. Sebaliknya bila
terjadi inkonsistensi dan ketidakterpaduan dalam penegakan hukum, masyarakat akan
menilai bahwa dalam proses penegakan hukum terjadi tarik menarik kepentingan, sehingga
kepercayaan kepada penegak hukum akan melemah. Implikasinya, hal ini akan
melemahkan budaya hukum dan kepatuhan terhadap hukum oleh masyarakat. Dengan
demikian tidak seharusnya pemberantasan tindak pidana korupsi hanya ditumpukan pada
satu lembaga saja. Bahkan para penegak hukum sadar akan pentingnya keterpaduan dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi dengan dituangkannya suatu kesepakatan bersama
antara Kejaksaan RI, Polri, dan KPK Nomor : KEP-049/A/JA/03/2012, B/23/III/2012,
Nomor : SPJ-39/01/03/2012, tanggal 29 Maret 2012. Adapun ruang lingkup kesepakatan
bersama tersebut meliputi :
a). Pencegahan tindak pidana korupsi.
b). Penanganan perkara tindak pidana korupsi.
c). Pengembalian kerugian negara perkara tindak pidana korupsi.
d). Perlindungan hukum bagi pelapor dan saksi pelaku yang bekerjasama atau dalam
pengungkapan tindak pidana korupsi.
e). Bantuan personil dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi.
f). Pendidikan/pelatihan bersama dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi.
BAB III
KESIMPULAN
Adanya berbagai ketentuan, kemudian dibuatnya kesepakatan bersama memperkokoh
keterpaduan dan kebersamaan dalam pemberantasan korupsi, pada gilirannya akan membawa
dampak positif dalam mengoptimalkan pemberantasan korupsi di Indonesia. Selain itu, yang
tidak kalah penting adalah komitmen penegak hukum dalam menjalankan penegakan hukum
dengan tegas, konsisten, dan terpadu agar mampu menghasilkan penegakan hukum yang
berkeadilan, memberikan kepastian hukum, dan kemanfaatan bagi masyarakat. Langkah yang
diambil melalui pengenaan sanksi yang yang terberat bagi pelaku korupsi, baik sanksi pidana,
denda, uang pengganti, pembuktian terbalik diakumulasikan dengan tindak pidana pencucian
uang (TPPU), dibarengi dengan pemberian sanksi sosial. Dengan demikian operasionalisasi
pemberantasan korupsi dilakukan secara komprehensif, integral, dan holistik. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, investor, harga diri bangsa, serta
menimbulkan efek jera, mencegah calon koruptor, mengoptimalkan pengembalian uang
negara/rakyat serta dampak positif lainnya.
SARAN
Demikian makalah ini saya buat, terima kasih atas partisipasi saudara serta teman-teman,
adapun kritik dan saran dari saudara serta teman-teman sekalian saya ucapkan banyak terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Basrief. 2013. Perampasan Aset Hasil Kejahatan, Jakarta: Kejaksaan Agung
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK Tahun
2013, Jakarta: KPK
Muladi. 2005. Konsep Total Enforcement Dalam Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional “Korupsi, Pencegahan dan
Pemberantasannya”, Lemhanas RI dan ADEKSI-ADKASI, Jakarta, 8Desember 2005
Sedarmayanti. 2012. Good Governance “Kepemimpinan Yang Baik”, Bagian Kedua,
(Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan produktivitas Menuju Good
Governance), Bandung: Mandar Maju.