Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GENERASI MUDASEBAGAI GARDA TERDEPAN DALAM MELAWAN KORUPSI


DALAM DUNIA KEFARMASIAN

OLEH :

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat-NYA
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
matakulia ANTIKORUPSI. Akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya,
dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu. Dengan
keterbatasan yang ada kami hanya mampu menyelesaikan makalah ini jauh dari sempurna.
Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini diwaktu
yang akan datang

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi telah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini dan korupsi pun menjadi
permasalahan yang serius di negeri ini. Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dan
berkembang dengan pesat, meluas dimana-mana dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa
yang canggih dan memanfaatkan teknologi modern. Kasus terjadinya korupsi dari hari kehari
kian marak. Hampir setiap hari berita tentang korupsi menghiasi berbagai media. Bahkan
Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang sehingga masyarakat sulit membedakan
mana perbuatan korupsi dan mana perbuatan yang tidak korupsi. Korupsi tidak hanya
berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek yang meluas
terhadap eksistensi bangsa dan negara.

Salah satu kasus korupsi yang sering terjadi adalah di bidang farmasi, seperti korupsi
di bidang pengadaan bahan obat yang marak dilakukan oleh staf pengadaan di industri farmasi.
Perilaku ini tentu dapat merugikan berbagai pihak terkhususnya pabrik farmasi dan konsumen
karena dengan adanya tindakan ini, bahan yang digunakan untuk formula obat merupakan
bahan kualitas yang buruk. Buruknya kualitas bahan obat tentu akan berpengaruh terhadap
terapi pasien dan buruknya citra industry farmasi itu sendiri. Tindakan seperti ini harus
diberantas secara menyeluruh dari dunia kefarmasian karena dapat merugikan berbagai pihak.
Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik untuk mengatasi korupsi adalah dengan
memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda terkhusunya calon
tenaga kefarmasian dan apoteker. Karena generasi muda adalah generasi penerus yang akan
menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Jadi, kita lebih mudah mendidik dan
mempengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka
lebih dulu dipengaruhi oleh budaya korupsi dari generasi pendahulunya.

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap pola pikir generasi
muda calon tenaga kefarmasian dan apoteker agar tidak melakukan tindak korupsi yang bisa
merugikan diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat luas. Diharapkan dapat membantu
memberikan pembelajaran khususnya terhadap generasi muda untuk membenahi dan
meningkatkan peranan dan dukungan terhadap edukasi anti korupsi sejak dini. Generasi muda
didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, ide-ide kreatif,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi
yang mereka miliki tersebut generasi muda diharapkan mampu menjadi agen perubahan bagi
dirinya sendiri, keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar.
BAB II
TINJAUAN

Korupsi atau rasuah bahasa laitn corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, mengoyakan, memutar balik, menyogok adalah tindakan penjabat publik, baik
politisi maupun pegawai negri serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara
tidak wajar dan tidak legal menyalggunakan keprcayaan publik yang dikuasankan kepada
mereka untuk mendaptkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Perbuatan melawan hukum
2. Penyalagunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana.
3. Memperkaya diei sendiri,orang lain, atau korporasi
4. Merugikan keungan negara atau perekonomiana negara

2.1 Faktor Penyebab Korupsi


Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum,
ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi (ICW:
2000) yang mengidentifikasikan empat faktor penyebab korupsi yaitu
1. Faktor Politik
Politik salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika terjadi instabilitas
politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Menurut Susanto (2002) korupsi level pemerintahan adalah dari
sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-barang
publik untuk kepentingan pribadi, disebabkan suatu hal yang disebut konstelasi politik
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan sisi
lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam
aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas tegas sehingga
menjadi multi tafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain, sanksi yang tidak
equivalen dengan perbuatan yang dilarang, sehingga tidak tepat sasaran, dan sebagainya,
memungkinkan peraturan tidak kompatibel dengan realitas di masa mendatang akan
mengalami resistensi. Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan legitimasi bagi
berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan mempertahankan dan mengakumulasi
kekuasaan. Bibit Samad Riyanto (2009) mengatakan lima hal yang dianggap berpotensi
menjadi penyebab timbulnya korupsi. Pertama, sistem politik; kedua, intensitas moral
seseorang atau kelompok; ketiga, remunerasi (pendapatan) yang minim; keempat, pengawasan
baik bersifat internal-eksternal; kelima, budaya taat aturan.
Hal senada juga dikemukakan oleh Basyaib, dkk (Basyaib: 2002) yang menyatakan
bahwa lemahnya sistem peraturan perundang-undangan memberikan peluang untuk melakukan
tindak pidana korupsi. Di samping itu, praktik penegakan hukum juga masih dililiy berbagai
permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya.
3. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat dijelaskan
dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak benar
karena dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi seharusnya dilakukan orang untuk memenuhi
dua kebutuhan yang paling bawah dan hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-
pasan yang bertahan hidup. Namun di saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan
berpendidikan tinggi (Sulistyantoro: 2004). Pendapat lain menyatakan kurangnya gaji dan
pendapatan pegawai negeri merupakan faktor paling menonjol menyebabkan meluasnya
korupsi di Indonesia. Dari keinginan pribadi untuk keuntungan yang tidak adil,
ketidakpercayaan sistem peradilan, banyak faktor motivasi orang kekuasaan, anggota parlemen
termasuk warga biasa, terlibat dalam perilaku korupsi.
4. Faktor Organisasi
Menurut Tunggal (2000). Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang
organisasi meliputi:
(a) kurang adanya teladan dari pimpinan,
(b) tidak adanya kultur organisasi yang benar
(c) sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
(d) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya.
Melalui tujuan organisasi para anggota dapat memiliki arah yang jelas tentang segala
kegiatan dan tentang apa saja yang tidak, serta apa yang dikerjakan dalam kerangka organisasi.
Tujuan organisasi dapat berfungsi menyediakan pedoman-pedoman praktis bagi anggotanya.
Tujuan organisasi menghubungkan anggota dengan berbagai tata cara dalam kelompok.
Standar tindakan anggota organisasi akan menjadi tolok ukur dalam menilai bobot tindakan.
Sebuah organisasi berfungsi baik, bila anggotanya bersedia mengintegrasikan diri di bawah
sebuah pola tingkah laku (yang normatif), sehingga dapat dikatakan kehidupan bersama
mungkin apabila anggota-anggota bersedia memenuhi aturan yang telah ditentukan.
2.2 Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi
1. Faktor Internal
a. Aspek Perilaku Individu
1. Sifat tamak/rakus manusia
Korupsi adalah kejahatan profesional yang rakus. Berkecukupan, tapi rakus.
Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri.
2. Moral yang kurang kuat
Godaan bisa berasal dari atasan atau pimpinan, teman setingkat, bawahannya, pihak
lain untuk berbuat seperti itu.
3. Gaya hidup yang konsumtif
Perilaku konsumtif tidak diimbangi pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untuk melakukan tindakan bejatnya.
b. Aspek Sosial
Perilaku korup terjadi karena dorongan keluarga. Lingkungan keluarga yang secara
kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi mengalahkan sifat baik seseorang.

2. Faktor Eksternal
a. Aspek Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh
segelintir oknum dalam organisasi. Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak
korupsi terjadi karena:
1) Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.
2) Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyakarat sendiri.
Apabila negara merugi esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga.
3). Masyarakat kurang menyadari bahwa dirinya terlibat korupsi. Masyarakat sudah terbiasa
terlibat kegiatan korupsi sehari-hari.
4) Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi bisa dicegah dan diberantas bila masyarakat
ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi.
b. Aspek Ekonomi
Pendapatan kurang mencukupi kebutuhan. Keterdesakan itu membuka ruang bagi
seseorang untuk mengambil jalan pintas di antaranya dengan melakukan tindak pidana korupsi
c. Aspek Politis
Kontrol sosial dijalankan dengan menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan
yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan
secara politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya.
d. Aspek Organisasi
1. Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
2. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
3. Kurang memadainya sistem akuntabilitas
4. Kelemahan sistem pengendalian manajemen
5. Lemahnya pengawasan
BAB III
PEMBAHASAN

Generasi muda adalah aset paling menentukan kondisi zaman tersebut dimasa depan.
Belajar dari masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa perjalanan bangsa ini tidak lepas dari
peran kaum muda yang menjadi bagian kekuatan perubahan. Untuk konteks sekarang dan
mungkin masa-masa yang akan datang yang menjadi musuh bersama masyarakat adalah
praktek bernama Korupsi. Maraknya kasus korupsi di Indonesia menjadi ancaman bagi
keutuhan bangsa, karena kita tahu bahwa sekarang kasus korupsi sudah menyerang setiap
element dari negara Indonesia termasuk bidang kefarmasian seperti dalam pengadaan obat dan
bahan obat pada industri farmasi sampai gratifikasi dan suap dibalik peresepan obat. Dengan
adanya masalah ini, generasi muda terkhususnya farmasis dan calon apoteker harus berdiri di
garda terdepan membantu pemerintah dalam memberantas korupsi dalam dunia kefarmasian.
Sebagai calon pemimpin masa depan generasi muda tampil di depan sebagai motor penggerak
dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang mereka miliki dan jalankan. Peran
penting generasi muda tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki,
yaitu: intelektualitas, jiwa muda dan idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi,
jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni telah terbukti selalu mengambil
peran penting.

Peran pokok generasi muda dalam mengiatkan pendidikan antikorupsi dalam


pemberantasan tindak pidana korupsi terbagi dalam 3 tahap yaitu
1. Tahap pencegahan
Pendidikan antikorupsi terdiri dari :
a) Mewajibkan pemimpin genarasi muda untuk mengikuti pendidikan
antikorupsi
b) Mendorong adanya pendidikan antikorupsi di sekolah atau kampus
c) Mengadakan seminar antikorupsi
d) Adanya menteri pendidikan antikorupsi
Usaha Kampanye terdiri dari :
a. Pembuatan media prograganda (balibo, spanduk dan poster)
b. Pembuatan media online untuk usaha kampanye
c. Menanamkan nilai kejujuran
2. Tahap opini
Gagasan atau ide tersiri dari :
a. Memperbanyak kasus korupsi kemedia
b. Membuat buku mengenai antikorupsi
c. Membuat audio visual interaktif terkait antikorupsi
Metode pencegahan korupsi
a. Gagasan untuk pencegahan korupsi sejak dini(Paud, SD, SMP, SMA)
b. Membuat korps antikorupsi di tingkat universitas
c. Adanya tata etika dan norma diantara pemuda
Mengangkat isu korupsi nasional meliputi :
a. Pemuda diharapkan dapat lebh peka dan siaga menangapi isu korupsi lokal yang
terjadi
b. Advokasi dan pemngawlan penusunan anggran serta pelaksanan pembanganu
di daerah atau nasional
3. Tahap gerakan moral
Gerakan moral untuk mendorong pemerintah menidak lanjuti kasus korupsi yang
terjadi terdiri dari :
a. Sebagai kelompok penyeimbang bagi gerakan yang mendukung koruptor
b. Mendorong penguatan institusi KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi
yang kredibel, kokoh, dan transparant.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Korupsi yang terjadi diIndonesia sangat mengkwatirkan dan berdampak buruk luar
biasa pada seluruh kehidupan. Korupsi telah mengahncurkan sistem perekonomian, sistem
demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatananan sosial dinegeri
ini. Dilain pihak upaya pemberantasan koruspi yang telah dilakukan selama ini belum
menujukan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi
seolah-olah telah menjadi bangian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai
hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan
menghancurkan negeri ini. Ini dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai dan prinsip korupsi
seperti yang telah diterangkan diatas penerapan masih sangat jauh yang diharapkan. Banyak
nilai-nilai yang terabaikan dan tidak dengan sungguh-sungguh dijalani sehingga
penyimpanganaya menjadi hal yang biasa.
Dalam dunia kefarmasian sendiri, korupsi menjadi ancaman bagi pemerintah, industri
obat sampai konsumen. Dengan banyaknya kasus korupsi di dunia farmasi, generasi muda
harus menjadi garda terdepan dalam memeranginya bersama dengan pemerintah. Salah satu
hal yang dapat dilakukan adalah dengan mendalami pendidikan antikorupsi agar dapat
mengetahui bahaya dari korupsi. Pendidikan memang menjadi hal pokok untuk merubah
keadaan ini. Akan tetapi semua itu tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukungi
oleh lingkungan masyarakat serta lingkungan keluarga. Oleh karena itulah tugas generasi muda
untuk membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip antikorupsi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia

4.2 Saran
Generasi muda sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan
peduli akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan antikorupsi yang didapat harusnya dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila sudah mengenali dan memahami
korupsi alangkah baiknya kita dapat mencegahnya muali dari diri kita sendiri kemudian setelah
itu baru mencegah orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, AA. 2002. Mengantisipasi Korupsi di Pemerintahan Daerah.


Tunggal I.S. dan Tunggal A.W. 2000. Audit Kecurangan dan Akuntansi Forensik.
Jakarta: Harvarindo.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan


atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai