Anda di halaman 1dari 12

JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan Initial manuscript submission

PERAN MAHASISWA EKONOMI DALAM


MENYIKAPI WABAH KORUPSI : MENGGALI AKAR
MASALAH DAN MERUMUSKAN SOLUSI
Reynanda1, Sulistia2, Mutmainnah3, Ima Sutria4

1 Jurusan Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Makassar
2 Jurusan Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Makassar
3 Jurusan Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Makassar

ABSTRACT

Keywords:
keyword_1, keyword_2, keyword_3, keyword_4, keyword_5

ABSTRAK

___________
* Corresponding Author at Department of Accounting, Faculty of Economics and Business, Universitas Negeri
Makassar, Jl. Raya Pendidikan No. 1 Gunung Sari, Makassar 90221 South Sulawesi, Indonesia. E-mail address:
reynanda1232@gmail.com (author#1), tia90447@gmail.com (author#2),
mutmainnahinnah0207@gmail.com (author#3), imasutria04@gmail.com (author#4)

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 2

1. Pendahuluan
Korupsi telah lama menjadi masalah serius yang menghambat pembangunan di berbagai
belahan dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, wabah korupsi telah menjadi sorotan utama dalam diskusi
publik, baik di tingkat lokal maupun global. Dampak korupsi yang merugikan tidak hanya terbatas pada
aspek ekonomi, tetapi juga sosial, politik, dan moral. Di tengah perdebatan yang semakin memanas
tentang cara terbaik untuk mengatasi korupsi, peran mahasiswa ekonomi dalam menyikapi masalah ini
semakin mendapat perhatian.
Penelitian ini bertujuan untuk mendalami pandangan, sikap, dan kontribusi mahasiswa ekonomi
dalam menyikapi wabah korupsi serta merumuskan solusi yang dapat diimplementasikan dalam konteks
sosial, ekonomi, dan politik. Dengan latar belakang adanya permasalahan korupsi yang merajalela dan
dampaknya yang merugikan bagi pembangunan suatu negara, penelitian ini mencoba untuk menggali
akar masalah korupsi dan melihat bagaimana mahasiswa ekonomi dapat berperan sebagai agen
perubahan dalam menghadapinya.
Artikel ini akan menjelajahi berbagai aspek terkait peran mahasiswa ekonomi dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan korupsi. Melalui pengumpulan data kualitatif yang mendalam, kami
akan mengeksplorasi pandangan mahasiswa ekonomi tentang korupsi, pemahaman mereka tentang akar
masalah yang mendasarinya, serta solusi yang mereka ajukan untuk mengatasi wabah korupsi.
Diharapkan bahwa temuan dari penelitian ini akan memberikan wawasan baru dan solusi
konkret dalam upaya mengatasi wabah korupsi yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Melalui
kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan lainnya, diharapkan dapat diciptakan
langkah-langkah nyata untuk memerangi korupsi dan mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan
bermoral.

2. Tinjauan Literatur
1) Korupsi

Pengertian Korupsi Istilah korupsi berasal dari kata latin korupsi atau corrptus yang telah
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Misalnya, disalin ke dalam bahasa Inggris sebagai
korupsi, Perancis sebagai korupsi, dan Belanda sebagai Corruptie. Kata korupsi dalam bahasa
Indonesia sepertinya berasal dari bahasa Belanda. Secara harfiah, frasa ini mengacu pada berbagai
perilaku negatif; Sebagaimana disampaikan Andi Hamzah, sebagaimana dipaparkan Adami
Chazawi, korupsi mencakup kebusukan, keburukan, kebobrokan, ketidakjujuran, penyuapan,

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 3

amoralitas, penyimpangan dari kesucian, dan ucapan atau ucapan yang menyinggung atau
memfitnah.

Klitgraard mendefinisikan korupsi sebagai perilaku yang menyimpang dari kewajiban resmi
seseorang untuk memperoleh status atau keuntungan finansial bagi diri sendiri (individu, keluarga
dekat, atau kelompok), atau yang melanggar undang-undang penerapan yang mengatur perilaku
pribadi. Pemahaman ini berasal dari sudut pandang administrasi negara. Menurut leksikon hukum
Subekti dan Tjitrosoedibio, korupsi merujuk pada korupsi, perbuatan curang, atau perbuatan
melawan hukum yang merugikan keuangan negara.

Sedangkan menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak


pidana korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiap orang yang dikategorikan
melanggar hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi. , menyalahgunakan wewenang atau kesempatan, atau fasilitas yang
ada padanya karena jabatannya, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.

2) Faktor Penyebab Korupsi

Permasalahan utama dalam kasus korupsi adalah, seiring dengan kemajuan pertumbuhan
suatu negara, kebutuhan dan dorongan masyarakat untuk melakukan korupsi juga meningkat. 8
Korupsi, misalnya, tidak terjadi secara kebetulan. Sejumlah faktor mempengaruhi terjadinya
perbuatan melawan hukum korupsi. Korupsi terjadi karena dua faktor: internal dan eksternal.

a. Faktor internal.

Faktor internal adalah faktor yang diciptakan oleh keinginan pelaku. Faktor internal dapat
dikarakterisasi dengan menggunakan ungkapan berikut.

1) Kualitas kepribadian serakah. Korupsi, bukan kejahatan ringan, karena memerlukan makanan.
Korupsi adalah kejahatan para profesional yang egois. Sudah berkecukupan tapi serakah.
Memiliki dorongan yang kuat untuk memperkaya diri sendiri. Unsur yang menyebabkan terjadinya
korupsi pada diri para pelaku kejahatan berasal dari dalam diri mereka sendiri, khususnya
keserakahan mereka, yang sering kali dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh lebih dari
yang seharusnya.
2) Lemahnya moral dan nilai. Setiap remaja yang lahir ke dunia pasti belajar tentang perilaku yang
baik dan buruk, baik dari keluarga atau orang tua maupun dari lingkungan. Seseorang yang

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 4

melakukan korupsi telah menyimpang dari prinsip moral. Korupsi merupakan suatu hal yang
mengerikan, bahkan dianggap memalukan. Karena itu. Korupsi dapat diartikan sebagai
kurangnya moral atau amoralitas.
3) Gaya hidup konsumtif. Kehidupan di kota-kota besar seringkali mendorong gaya hidup
konsumeris. Jika perilaku konsumtif tidak diimbangi dengan uang yang memadai, maka akan
tercipta peluang bagi masyarakat untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
kebutuhannya. Korupsi adalah salah satu tindakan yang bisa dilakukan.
4) Lemahnya iman. Orang yang kurang beriman sangat rentan terbujuk oleh hal-hal negatif.
Landasan agama merupakan pilar utama dalam menguatkan perilaku seseorang. Jika seseorang
mempunyai iman yang kuat, maka hampir pasti akan terhindar dari praktik korupsi.
b. Faktor eksternal.

Merupakan faktor eksternal akibat kondisi lingkungan yang mendorong seseorang


melakukan korupsi. Berikut ini adalah beberapa elemen eksternal yang berkontribusi terhadap
korupsi.

1) Faktor ekonomi. Pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Seseorang mungkin
menghadapi keadaan darurat finansial pada suatu saat dalam hidupnya. Ketergesaan ini
membuka peluang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas, termasuk melakukan korupsi.
2) Faktor organisasi. Dalam keadaan demikian, organisasi yang dimaksud mempunyai ruang
lingkup yang luas, meliputi sistem pengorganisasian masyarakat. Organisasi yang menjadi
korban korupsi atau daerah dimana terjadi korupsi biasanya berkontribusi karena menciptakan
peluang terjadinya korupsi. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain kurangnya role
model dari pimpinan, budaya perusahaan yang salah, sistem akuntabilitas yang kurang memadai,
dan kurangnya arahan dalam manajemen.
3) Faktor politik. Politik adalah salah satu akar penyebab korupsi. Hal ini terlihat dari ketidakstabilan
politik dan kepentingan orang-orang yang berkuasa. Kasus suap dan politik uang juga banyak
diketahui masyarakat luas. Persaingan dan persaingan politik merupakan salah satu akar
penyebab korupsi, khususnya di kalangan elite politik. Secara umum, tindakan korupsi yang
dilakukan pejabat mencerminkan hambatan budaya dan kelembagaan yang mendorong
terjadinya korupsi.
4) Faktor Perilaku Masyarakat: Sikap apatis masyarakat terhadap praktik korupsi memberikan jalan
mudah bagi para koruptor. - Bahkan ketika mereka mengetahui adanya praktik korupsi, beberapa
orang memilih untuk menyembunyikannya demi keuntungan beberapa orang. Masyarakat seperti

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 5

ini terus membiakkan korupsi. Selain itu, masyarakat juga kurang sadar bahwa dirinya melakukan
korupsi.
5) Faktor Hukum Unsur hukum dalam tindak pidana korupsi dilihat dari dua sudut pandang, yaitu
peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum yang tidak efektif. Banyak tindakan dan
peraturan dalam penerapan penegakan hukum yang masih bersifat diskriminatif, tidak lengkap,
tidak adil, dengan rumusan yang tidak tepat dan tumpang tindih dengan peraturan perundang-
undangan lainnya. Namun, Anda harus memperhatikan persyaratan hukum.
3) Besarnya Dampak Korupsi

Korupsi mempengaruhi lebih dari satu aspek kehidupan. Korupsi mempunyai efek domino
yang meluas terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara. Meluasnya praktek korupsi di suatu
negara akan memperburuk kondisi perekonomian negara tersebut, misalnya harga barang menjadi
mahal dengan kualitas yang buruk, akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi
sulit, keamanan suatu negara terancam, lingkungan hidup rusak, dan citra pemerintah yang buruk
di mata internasional sehingga menggoyahkan fondasi kepercayaan pemilik modal asing, krisis
ekonomi yang berkepanjangan, dan negara menjadi terpuruk.

a. Ekonomi

Korupsi mempunyai dampak negatif yang luas terhadap seluruh sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara, khususnya perekonomian yang merupakan penggerak utama kesejahteraan
masyarakat. Di sisi lain, semakin banyak korupsi akan meningkatkan pengeluaran barang dan jasa,
sehingga berpotensi meningkatkan utang publik. Dalam hal ini, inefisiensi terjadi ketika pemerintah
lebih banyak mengeluarkan kebijakan namun dibarengi dengan maraknya praktik korupsi; Alih-alih
memberikan nilai positif, seperti memperbaiki kondisi yang menjadi lebih terorganisir, justru
memberikan nilai negatif terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Berbagai macam kesulitan ekonomi tambahan akan muncul dengan sendirinya jika korupsi
merajalela, dan berikut dampak ekonomi yang akan terjadi:

1) Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan investasi. Korupsi adalah penyebab lambatnya


pertumbuhan ekonomi dan investasi dalam negeri. Korupsi juga menghambat pembangunan
ekonomi dengan menyebabkan distorsi dan inefisiensi yang signifikan. Di sektor bisnis, korupsi
meningkatkan biaya komersial karena kerugian akibat pembayaran ilegal, biaya manajemen
dalam pembicaraan dengan pejabat yang korup, dan bahaya pembatalan atau penyelidikan

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 6

kesepakatan. Investasi yang dilakukan oleh pihak dalam negeri (PMDN) dan internasional (PMA)
yang seharusnya digunakan untuk pembangunan negara sangat sulit dilaksanakan karena
masalah kepercayaan dan kepastian hukum, serta masalah stabilitas.
2) Menurunnya Produktivitas Dengan lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, niscaya
produktivitas akan semakin menurun. Hal ini terjadi ketika sektor industri dan manufaktur
terhambat kemampuannya untuk meningkatkan atau memperluas kapasitas. Program
peningkatan produksi melalui berbagai inisiatif, seperti pembangunan pabrik dan perusahaan
produktif baru, atau upaya peningkatan kapasitas produksi untuk usaha yang sudah ada,
terhambat oleh kurangnya pendanaan. Hilangnya produktivitas ini akan mengakibatkan
banyaknya PHK dan meningkatnya pengangguran. Kemiskinan masyarakat merupakan akibat
akhir dari penurunan produksi tersebut.
3) Buruknya kualitas barang dan jasa bagi masyarakat. Kejadian tragis di masyarakat kita ini tidak
perlu terjadi jika jalan raya tersebut memiliki kualitas yang baik dan tidak membahayakan
pengendara yang melintasinya. Hal ini juga mungkin tidak terjadi jika tersedia pilihan transportasi
umum yang memadai, ramah lingkungan, dan ekonomis. Ironisnya, pemerintah dan kementerian
yang terlibat tidak merasa sedih dengan situasi yang terjadi saat ini, dan secara konsisten
bersikeras bahwa mereka mengikuti proses yang telah ditetapkan.
Jalan rusak, jembatan ambruk, kereta api terbalik, harga beras murah yang tidak layak
dikonsumsi, tabung gas yang meledak, bahan bakar yang merusak kendaraan masyarakat,
angkutan umum yang tidak memadai dan tidak nyaman, serta runtuhnya gedung sekolah
merupakan contoh barang dan jasa yang berkualitas rendah. pelayanan yang diakibatkan oleh
korupsi. Korupsi menyebabkan kekacauan di sektor publik dengan mengalihkan dana publik ke
proyek lain di mana suap dan gaji lebih mudah diperoleh. Kewenangan birokrasi yang korup akan
mempersulit proyek untuk menyembunyikan berbagai perilaku korupsi yang terjadi.
Pada akhirnya, korupsi menurunkan kualitas barang dan jasa bagi masyarakat dengan
mengurangi kepatuhan terhadap persyaratan keselamatan bangunan, persyaratan material dan
produksi, persyaratan kesehatan, pembatasan lingkungan, dan sebagainya. Korupsi juga
menurunkan kualitas layanan dan infrastruktur pemerintah, sehingga memberikan tekanan pada
anggaran pemerintah.
4) Menurunnya penerimaan negara dari sistem perpajakan. Sebagian besar negara di dunia
mempunyai sistem perpajakan yang merupakan alat penting untuk membiayai pengeluaran
pemerintah atas barang dan jasa publik, yang menyiratkan bahwa pajak merupakan hal yang

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 7

penting bagi negara. Situasi menurunnya penerimaan pajak ini diperparah dengan banyaknya
pegawai dan pejabat pajak yang bermain-main untuk kepentingan pribadi dan memperkaya diri
sendiri.
Kita tidak percaya, jika skeptisisme masyarakat terhadap pajak ini dibiarkan berkepanjangan,
maka akan berdampak pada percepatan pembangunan yang merugikan masyarakat. Di sinilah
letak ketidakadilan.

b. Bidang sosial.

Kejahatan korupsi dapat merugikan kehidupan sosial masyarakat. Kekayaan negara yang
dikorupsi tidak hanya mengancam stabilitas perekonomian negara, namun juga tatanan sosial.
Implikasi sosial tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Kemiskinan masyarakat meningkat.


2) Demoralisasi nasional
3) Meningkatnya angka kejahatan.

c. Bidang politik.

Korupsi juga mempengaruhi kehidupan politik. Praktik korupsi tentu saja melemahkan
kinerja sistem politik. Beberapa dampak signifikan korupsi di arena politik antara lain:

1) Maraknya pemimpin yang korup. Kekacauan politik dan korupsi mengakibatkan masyarakat
menjadi tidak demokratis. Perilaku korupsi dan tindakan korupsi dimulai dari tingkat paling bawah.
Para konstituen mencalonkan diri karena calon pimpinan partai menawarkan suap kepada
mereka, bukan karena simpati atau kepercayaan terhadap kemampuan dan kepemimpinan
mereka.
Ikatan transaksional sudah menyebar ke hulu, sehingga melahirkan pemimpin yang korup karena
prosesnya sama-sama transaksional. Masyarakat juga seolah-olah didorong untuk memilih
pemimpin yang curang dan diberi mimpi serta janji kekayaan yang diinginkan rakyat sambil
mengumpulkan suap dari calon pemimpin tersebut.
2) Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Demokrasi di Indonesia sedang
menghadapi tantangan besar, khususnya menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
demokrasi. Hal ini disebabkan oleh meluasnya korupsi yang dilakukan oleh pejabat tinggi

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 8

pemerintah, politisi, dan pejabat partai politik. Keadaan ini menyebabkan menurunnya bahkan
hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada.
Masyarakat akan semakin tidak tertarik dengan apa yang dilakukan dan diputuskan oleh
pemerintah. Sikap apatis yang terjadi seolah-olah memutus hubungan masyarakat dengan
pemerintah sehingga terkesan bertindak independen. Hal ini harus disikapi dengan
kepemimpinan yang baik, jujur, bersih, dan adil. Sistem demokrasi Indonesia masih dalam tahap
awal, dan meskipun terlihat kokoh, sistem ini masih memiliki sejumlah kelemahan. Pemusatan
kekuasaan di tangan sejumlah besar orang telah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
maraknya korupsi. Reformasi yang dilakukan tanpa landasan hukum yang kuat justru membuka
banyak lokus ekonomi bagi praktik suap, yang justru melibatkan calo bahkan memperkuat mafia.
3) Hancurnya kedaulatan rakyat. Ketika plutokrasi semakin terlihat, kekayaan negara ini hanya
dinikmati oleh segelintir orang saja, bukan oleh orang-orang yang seharusnya menikmatinya.
Politik dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan besar, dan sebaliknya; politik juga digunakan
untuk menguntungkan perusahaan besar.
Jika kita melihat sisi lain dari politik, maka kedaulatan harus berada di tangan rakyat. Namun
karena partai politik dianggap sebagai representasi rakyat, maka kedaulatan kini ada di tangan
mereka. Karena partai terdiri dari dan mewakili rakyat, banyak orang yang berpendapat bahwa
wajar jika partai (rakyat) mendapat manfaat dari sumber daya pemerintah.
4) Sektor hukum Masyarakat lebih cenderung melakukan tindakan korupsi ketika penegakan hukum
lemah. Hukuman yang dijatuhkan masih ringan jika dibandingkan dengan nilai dan implikasi hasil
korupsi. Denda, penjara, dan bahkan hukuman mati tidak menghalangi korupsi kelas atas.
Peluang ini juga dimanfaatkan untuk memberikan dampak negatif terhadap persepsi masyarakat
terhadap pemerintah yang tidak mampu menjalankan kewajibannya dengan baik.

d. Masyarakat dibombardir dengan informasi mengenai kegagalan penegakan hukum melalui


berbagai media. Korupsi memudahkan pihak berwenang menggunakan politik uang untuk
mempengaruhi kebijakan atau keputusan apa pun yang membahayakan keamanan nasional.
Faktanya, banyak hakim dan pengacara menerima suap untuk menyelesaikan tuduhan korupsi.
Hal ini tentu saja sangat meresahkan. Hal ini disebabkan karena individu yang dikenal sebagai
aparat penegak hukum meremehkan supremasi hukum. Banyaknya undang-undang antikorupsi
menunjukkan bahwa pemerintah dengan tulus ingin menghapuskan korupsi di Indonesia.

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 9

4) Kontribusi Mahasiswa Dalam Upaya Pencegahan Korupsi

Keterlibatan Mahasiswa dalam Kampanye Anti Korupsi Mahasiswa telah memainkan peran
penting sepanjang sejarah Indonesia. Keterlibatan ini terdokumentasi dalam peristiwa-peristiwa
penting seperti Kebangkitan Nasional pada tahun 1908, Sumpah Pemuda pada tahun 1928,
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, munculnya Orde Baru pada tahun
1996, dan Reformasi pada tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa penting
tersebut, mahasiswa tampil sebagai motor penggerak karena beragamnya sudut pandang,
semangat, dan idealisme mereka. 14 Mahasiswa memegang peranan penting karena ciri-cirinya,
antara lain intelektualitas, awet muda, dan idealisme. Mahasiswa selalu memegang peranan penting
dalam sejarah negeri ini, berkat kemampuan akademisnya yang unggul, semangat mudanya, dan
idealismenya yang murni. Beberapa peristiwa besar dalam sejarah negeri ini telah menunjukkan
betapa pentingnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Dalam konteks kampanye
antikorupsi, mahasiswa juga diharapkan menjadi pemimpin dan penggerak. Siswa didukung oleh
kemampuan inti yang meliputi kecerdasan, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian mengatakan
kebenaran. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, menyuarakan kepentingan
masyarakat, mengkritik sistem yang korup, dan bekerja di lembaga pengawasan negara dan sebagai
aparat penegak hukum. Keterlibatan mahasiswa dalam kampanye antikorupsi dapat digolongkan
menjadi empat kategori: lingkungan keluarga, kampus, masyarakat sekitar, dan tingkat
lokal/nasional. Lingkungan rumah yang penuh kepercayaan dapat menjadi kriteria pertama dan
terpenting bagi siswa untuk menentukan apakah proses internalisasi antikorupsi telah terjadi.
Keterlibatan mahasiswa dalam kampanye antikorupsi di kampus tidak bisa dilepaskan dari
kedudukan mahasiswa sebagai mahasiswa yang mempunyai kewajiban untuk menjalankan visi dan
misi kampusnya. Sementara itu, partisipasi pelajar dalam kampanye antikorupsi di masyarakat dan
di tingkat lokal/nasional berkaitan dengan kedudukan pelajar sebagai warga negara yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya.

Keterlibatan mahasiswa dalam kampanye antikorupsi di kampus dipisahkan menjadi dua


kategori: mahasiswa perorangan dan komunitas mahasiswa. Secara individu, seorang pelajar
diharapkan mampu menahan diri untuk tidak melakukan perilaku korupsi. Sedangkan dalam
lingkungan masyarakat, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah rekan-rekannya dan
organisasi kemahasiswaan di kampus untuk melakukan tindakan korupsi. Untuk berperan efektif
dalam gerakan antikorupsi, seorang mahasiswa harus terlebih dahulu berperilaku antikorupsi dan
tidak koruptif di semua tingkatan. Mahasiswa harus mempunyai cita-cita antikorupsi dan memahami

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 10

gagasan-gagasannya. Hal kedua ini dapat dicapai dengan mengikuti kegiatan sosialisasi,
kampanye, seminar, dan ceramah edukasi antikorupsi. Nilai dan pengetahuan yang diperoleh harus
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, seorang mahasiswa harus mampu
menunjukkan dirinya jujur dan tidak korupsi. Nilai-nilai antikorupsi dapat ditanamkan pada komunitas
dan organisasi mahasiswa melalui berbagai kegiatan untuk mendorong budaya anti korupsi.
Kegiatan kampanye, penjangkauan, seminar, pelatihan, pengembangan kader, dan inisiatif lainnya
dapat membantu menumbuhkan budaya anti korupsi. Ujian yang bersih dan kampanye anti-
kecurangan dapat mendorong nilai-nilai seperti usaha keras, kejujuran, tanggung jawab, dan
kemandirian. Kantin kejujuran mengedepankan cita-cita kejujuran dan akuntabilitas.

5) Upaya Pemberantasan Korupsi

Ada yang berpendapat bahwa cara paling efektif untuk memberantas korupsi adalah dengan
menghukum pelakunya sekeras mungkin. Oleh karena itu, sektor hukum, khususnya hukum pidana,
akan dianggap sebagai sektor yang terbaik. Korupsi di tingkat internal. Banyak hal yang terus terjadi
dalam berbagai tingkatan seolah-olah telah menjadi bagian dari hidup kita dan bahkan dianggap
sebagai hal yang lumrah. Jika kita terus membiarkan hal ini terjadi, korupsi pada akhirnya akan
menghancurkan negara ini. Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan ekstrem yang memerlukan
upaya luar biasa dari para pelakunya. Upaya pemberantasan korupsi dibagi menjadi dua bagian
penting: (1) tindakan dan (2) pencegahan. Upaya-upaya tersebut tidak akan pernah berhasil
sepenuhnya jika dilakukan hanya oleh pemerintah tanpa keterlibatan masyarakat. Oleh karena itu,
tidak berlebihan jika kita mengharapkan mahasiswa, sebagai elemen penting masyarakat dan
penerus masa depan, untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Ada juga keyakinan bahwa penyediaan pendidikan (termasuk pendidikan agama)


mempunyai peran penting dalam mencegah korupsi. itu sebabnya? Yang mengejutkan, negara-
negara dengan tingkat korupsi yang tinggi cenderung memiliki populasi yang sangat religius.

Ada yang berpendapat bahwa reformasi lembaga negara, sistem pemerintahan, dan institusi
diperlukan untuk memberantas korupsi. Perbaikan ini berlaku pada sistem, institusi, dan pejabat
publik. Praktik korupsi harus diatasi. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan peluang untuk
membatasi perilaku pegawai negeri sipil. Penting juga untuk membentuk lembaga tersendiri yang
bertugas mencegah dan menyebarkan korupsi. Kelompok-kelompok ini harus bertanggung jawab
atas segala kerugian yang mereka timbulkan terhadap masyarakat. Masyarakat sipil memerlukan

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 11

lebih banyak ruang untuk bermanuver dan menggunakan haknya atas kebebasan berekspresi,
termasuk pengembangan masyarakat yang bebas dan mandiri.

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meluncurkan program yang disebut Program Global


Melawan Korupsi dan telah menghasilkan Perangkat Anti-Korupsi PBB (UNODC: 2004) sebagai
salah satu dari beberapa inisiatif atau taktik untuk mengakhiri korupsi. Selain itu juga telah dibentuk
lembaga antikorupsi. Parlemen Swedia pertama kali membentuk organisasi ini pada tahun 1809
dengan nama Justicombudsmannen. Terdapat Ombudsman di Indonesia yang meningkatkan
kesadaran masyarakat akan hak mereka atas perlakuan yang adil, jujur, dan efektif terhadap
pegawai negeri (UNODC: 2004).

Mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan harta kekayaannya merupakan salah satu
cara untuk memberantas korupsi di sektor publik. Strategi lainnya adalah pencegahan sosial,
pemberdayaan masyarakat, dan pemberian hak akses informasi kepada masyarakat. Perangkat
hukum yang membantu pencegahan dan pemberantasan korupsi; kolaborasi internasional dengan
negara lain; pemantauan dan penilaian untuk mengidentifikasi strategi pemberantasan korupsi; dan
organisasi non-pemerintah internasional. Sebagai ilustrasi, pertimbangkan skala global.
Transparency International (TI) mendirikan inisiatif Sistem Integritas Nasional, misalnya. Bank Dunia
dan program Infrastruktur Etika didirikan oleh OECD.

3. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena bertujuan
menggambarkan upaya mahasiswa ekonomi dalam pemberantasan korupsi secara mendalam.
Adapun penerapan metode deskriptif kualitatif dalam penelitian topik tersebut adalah dengan
melakukan wawancara kepada mahasiswa ekonomi guna memahami pandangan dan sikap mereka
terhadap fenomena korupsi. Selain itu juga diskusi terfokus dengan kelompok mahasiswa ekonomi
untuk menggali penyebab merajalelanya korupsi. Observasi partisipatif terhadap inisiatif antikorupsi
yang telah dilakukan mahasiswa juga penting sebagai bentuk validasi data. Terakhir, triangulasi data
dari berbagai sumber tadi untuk pengecekan temuan dan peningkatan kredibilitas hasil studi.
Dengan demikian metode deskriptif kualitatif diharapkan bisa memberi gambaran yang kaya tentang
pendapat, upaya dan hambatan mahasiswa ekonomi dalam memberantas korupsi serta alternatif
solusi yang bisa dirumuskan.

Daftar Pustaka

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 12

Jurnal El-Faqih, Volume 5, Nomor 1, April 2019


E-ISSN : 2503-314x; P-ISSN : 2443-3950

Jurnal Visi Komunikasi/Volume XII, No. 02, November 2013

Initial manuscript submitted to JIAN: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai