NPM : 010119093
Kelas : C-D
1.a. Pendidikan Anti Korupsi adalah pendidikan yang berfokus kepada seluk beluk korupsi
dan pemberantasannya serta penanaman nilai-nilai anti korupsi dan memiliki tujuan jangka
panjang untuk menumbuhkan budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong
mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Selain itu dalam jenjang perguruan tinggi, implementasi Pendidikan Anti Korupsi
sudah disuarakan melalui Surat Edaran no. 1016/E/T/2012 , dalam surat edaran tesebut
tertulis poin sebagai berikut:
2. a.Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” . Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih
tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Dari asal usul bahasanya korupsi
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok.Oleh karena itu bisa
disimpulkan korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri,
serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.
Saya tidak setuju kalau korupsi yang makin marak itu diidentikkan dengan budaya.
Sebab, budaya itu adalah sesuatu yang baik dan mulia. pengertian budaya harusnya berkaitan
dengan akal budi manusia tentang hal-hal yang baik dan positif. Mengatakan bahwa korupsi
merupakan sebuah budaya dapat menimbulkan sebuah pikiran bahwa korupsi dapat menjadi
hal wajar, terutama bagi sesiapapun yang hendak mempraktekkannya.
Menurut saya, kegiatan suap menyuap adalah bentuk korupsi yang sering terlihat dalam
kehidupan sehari-hari, kegiatan suap-menyuap bukan hanya dilakukan oleh pejabat publik
namun juga masyarakat umum, dan dalam beberapa kasus, suap-menyuap sudah menjadi hal
yang lumrah dan bahkan sudah menjadi apa yang disebut “budaya negatif”, contohnya adalah
penyuapan dalam kegiatan pembuatan SIM atau disebut “nembak SIM” menurut khalayak
umum.
3.a.
*Faktor Internal :
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan makan. Korupsi adalah
kehjahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai
hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu
datang pada diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi,
wajib hukumnya.
Moral
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu
bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi
kesempatan untuk itu.
Gaya hidup konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seorang konsumtif. Perilaku
konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi
*Faktor Eksternal
Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan bahwa
lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan
mengalahkan sikap baik seseorang yang sudah menjadi tralis pribadinya. Lingkungan dalam
hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia
menyalahgunakan kekuasaannya.
Aspek Politik
Menurut Rahardjo (2003) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang dulakukan untuk
mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku unuk mempengaruhi orang-orang agar
bertingkah laku sesuai harapan masyarakat. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan
politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku
korupsi.
Aspek Ekonomi
Faktor hukum dapat dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan
sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan
dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas tegas (non
lext certa) sehingga multi tafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik
yang sederajat maupun yang lebih tinggi). Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan
yang dilarang sehingga tidak tepat sasaran sehingga dirasa terlalu ringan atau terlalu berat;
penggunaan konsep yang berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan
suatu peraturan tidak kompatibel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau
tidak produktif dan mengalami resistensi.
Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisai yang menjadi korban korupsi atau
dimana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang
atau kesempatan untuk melakukan korupsi.
Aspek-aspek terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi meliputi: (a) kurang
adanya teladan dari pemimpin (b) tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c) sistem
akuntabilitas dalam instansi kurang memadai, (d) manajemen cenderung menutupi didalam
organisasinya.
Teori yang juga membahas mengenai perilaku korupsi, dengan baik dihadirkan oleh
Jack Bologne (Bologne: 2006), yang dikenal dengan teori GONE. Ilustrasi GONE Theory
yang meliputi Greeds (keserakahan), Opportunities (kesempatan), Needs (kebutuhan) dan
Exporsure ( Pengungkapan). Greed, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi.
Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy, merupakan
sistem yang memberi peluang untuk melakukan korupsi, yang bisa diperluas keadaan
organisasi atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan kecurangan. Need, yaitu sikap mental yang tidak pernah merasa
cukup, selalu sarat dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposure, hukaman yang
dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberikan efek jera pelaku maupun
orang lain.
Cultural determinisme sering dipakai sebagai acuan ketika mempelajari penyebab
terjadinya korupsi. Sebagai mana ungkapan Fiona Robertson-Snape (1999) bahwa penjelasan
kultural praktik korupsi di Indonesia di hubungkan dengan bukti-bukti kebiasaan-kebiasaan
kuno orang jawa. Padahal bila dirulut perilaku korup pada dasarnya merupakan sebuah
fenomena sosiologis yang memiliki implikasi ekonomi dan politik yang terkait dengan
jabaran beberapa teori. Teori tersebut antara lain means-end scheme yang di perkenalkan oleh
Robert Merton. Dalam teori yang di tokohi oleh Robert Merton ini sebagai mana dikutip
Handoyo (2009: 55) ini dinyatakan bahwa korupsi merupakan suatu perilaku manusia yang
diakibatkan oleh oleh tekanan sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma.
Teori lain yang menjabarkan terjadinya korupsi adalah teori Solidaritas Sosial yang
dikembangkan oleh Emile Durkheim (1858-1917) teori ini memandang bahwa watak
manusia sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh masyarakat. Solidaritas sosial itu
sendiri memang merupakan unit yang abstrak. Emile Durkheim berpandangan bahwa
individu secara moral, netral dan masyarakatlah yang menciptakan kepribadiannnya.
5.a. Menurut pemahaman saya , hukum di Indonesia belum memberikan efek jera bagi para
koruptor sehingga jauh dari kata adil. Contohnya adalah Ketua DPRD Bengkalis pada tahun
2017 hanya divonis 1,5 tahun penjara meski terbukti merugikan negara sebesar Rp.31 Miliar.
salah satu penyebab masih maraknya praktik korupsi di Indonesia lantaran vonis ringan yang
kerap dijatuhkan majelis hakim pengadilan tindak pidana korupsi.Bila ini terus terjadi maka
pemberantasan korupsi di Indonesia masih jauh dari keadilan
b. Seharusnya harta pejabat publik Indonesia perlu dibatasi dan dibuat saja patokan harta
yang adil. Hal ini sesungguhnya perlu menjadi pembahasan di DPR, mulai dari jabatan
tertinggi Presiden, Wakil Presiden, DPR, MPR, Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat,
Lurah, Jenderal hingga kopral, Hakim Agung hingga Hakim Muda, Jaksa Agung hingga
Jaksa muda, Jenderal Polisi hingga Brigadir, semua pejabat negara yang mendapatkan uang
negara perlu dibatasi kekayaannya secara adil. Kalau ada kelebihan dari batas kekayaan yang
ditentukan, maka itu menjadi milik negara. Sebagai contoh yang paling tinggi Presiden,
maksimum Rp.50 milyar, dst; ketika petugas pajak mengetahui presiden memiliki kekayaan
lebih dari pada Rp.50 milyar, maka itu otomatis menjadi penerimaan negara.
Social Distancing
Social distancing adalah mengurangi jumlah aktivitas di luar rumah dan interaksi
dengan orang lain, mengurangi kontak tatap muka langsung. Langkah ini termasuk
menghindari pergi ke tempat-tempat yang ramai dikunjungi, seperti supermarket,
bioskop, dan stadion.
Bila seseorang dalam kondisi yang mengharuskannya berada di tempat umum,
setidaknya perlu menjaga jarak sekitar 1,5 meter dari orang lain. (Dani Garjito: 2020)
Lockdown artinya situasi yang melarang warga untuk masuk ke suatu tempat karena
kondisi darurat. Lockdown juga bisa berarti negara yang menutup perbatasannya, agar
tidak ada orang yang masuk atau keluar dari negaranya. (Dani Garjito:2020)
Isolasi
Menurut Dani Garjito, Isolasi artinya tindakan pemisahan pasien berpenyakit menular
dari orang lainnya. Istilah isolasi biasanya digunakan untuk seseorang yang telah
menunjukkan gejala terinfeksi virus corona dan berpeluang untuk menginfeksi orang
lain, sehingga perlu dipisahkan agar virus tidak menyebar.Dalam situasi ini,
pemerintah 'memaksa' menutup sejumlah tempat dan kawasan umum guna menekan
penyebaran virus corona. Aktivitas warga juga akan dibatasi dan diharuskan untuk
tetap berada di dalam rumah. Bila kita memiliki gejala dan tetap tinggal dirumah ,
maka kita menunjukkan nilai kepedulian terhadap sesama kita.
Karantina Wilayah
Enam warga asal Mataram berstatus orang dalam pemantauan (ODP) wabah Corona
Virus Disease (Covid-19) asal kelurahan Banjar dan Babakan enggan menjalani masa
karantina mandiri di rumahnya. Hal ini mambuat warga panik.
Lurah Banjar, Sapardi membenarkan adanya lima warganya yang berstatus ODP enggan
menjalani masa karantina mandiri setelah datang dari darah pandemi Covid-19. Kelima warga
tersebut, dua di antaranya datang dari Kalimantan Timur, dua dari Bali dan satu dari luar
negeri. Dalam menangani virus ini, kita perlu mengikuti imbauan pemerintah, bila
harus karantina mandiri, maka harus dilakukan, dengan mengindahkan karantina
mandiri, kita telah menganut nilai kepedulian dan kedisiplinan
Adanya pemudik yang tidak mau didata sepulang dari Bali menuju Solo
(Nilai KEPEDULIAN dan TANGGUNG JAWAB yang teruji)
Sepasang warga asal Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, yang
baru pulang dari Bali terpaksa didatangi petugas mengenakan alat pelindung diri (APD)
Warga tersebut menolak didata RT/RW setempat setelah pulang dari Bali yang masuk
sebagai zona merah persebaran virus corona. Menurut salah seorang anggota tim reaksi cepat
(TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Hananto Leo, warga itu
sempat marah-marah.
Sebagai pemudik harusnya kita menunjukkan nilai kepedulian dan tanggung jawab
dengan cara mengikuti imbauan dari pemerintah setempat dan mengikuti aturan yang
berlaku.