Dosen Pembimbing :
Ns. Netha Damayantie, M. Kep.
NIP.
Disusun Oleh :
Kelompok I Tingkat II B
A. Latar Belakang
Korupsi merupakan fenomena sosial yang hingga kini masih belum dapat diberantas oleh
manusia secara maksimal. Korupsi tumbuh seiring dengan berkembangnya peradaban
manusia. Tidak hanya di negeri kita tercinta, korupsi juga tumbuh subur di belahan dunia
yang lain, bahkan di Negara yang dikatakan paling maju sekalipun
Di mata Internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia, citra
buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini menyebabkan rasa rendah diri
saat berhadapan dengan negara lain dan kehilangan kepercayaan pihak lain.
Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri
berpihak ke negara-negara tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi
seperti ini merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara ini. Pemerintah
Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi dengan berbagai cara.
KPK sebagai lembaga independen yang secara khusus menangani tindak korupsi, menjadi
upaya pencegahan dan penindakan tindak pidana. Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk
memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu
penindakan dan pencegahan tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan
jika mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang merupakan pewaris
masa depan diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya
penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif mahasiswa
diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun
budaya antikorupsi di Masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen
perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi di Masyarakat. Untuk dapat berperan
aktif, mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi
dan pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa
harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya pembekalan mahasiswa dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain melalui
kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar atau perkuliahan. Untuk keperluan perkuliahan
dipandang perlu membuat sebuah Buku Ajar yang berisikan materi dasar mata
kuliah Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa.
Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang
cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai
antikorupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya antikorupsi dikalangan
mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi diIndonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari korupsi ?
2. Apa ciri dan jenis-jenis Korupsi ?
3. Bagaimana korupsi dalam berbagai perspektif ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari korupsi
2. Untuk mengetahui ciri dan jenis-jenis korupsi
3. Untuk mengetahui bagaimana korupsi dalam berbagai perspektif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”. Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”. Dari bahasa Latin
tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption”
(Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Dari asal-usul bahasanya korupsi
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, memfitnah,
menyimpang dari kesucian atau perkataan menghina).
Sedangkan pengertian korupsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S.
Poerwadarminta) adalah sebagai perbuatan curang, dapat disuap, dan tidak bermoral.
Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau
penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi
maupun orang lain. Sedangkan di dunia Internasional pengertian korupsi menurut
Black’s Law Dictionary korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain
secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu
keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibannya
dan hak-hak dari pihak lain.
Korupsi menurut wikipedia dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat
yang diresmikan, dan sebagainya.
Jadi, korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan negara atau perekonomian Negara.
Pemerintah Indonesia memang sudah berupaya untuk melakukan pemberantasan
korupsi melaui proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan peradilan sesuai
dengan undang-undang yang berlaku. Namun semuanya juga harus melihat dari sisi
individu yang melakukan korupsi, karena dengan adanya faktor-faktor yangt
menyebabkan terjadinya korupsi maka perlu adanya strategi pemberantasan korupsi
yang lebih diarahkan kepada upaya-upaya pencegahan berdasarkan strategi preventif,
disamping harus tetap melakukan tindakan-tindakan represif secara konsisten. Serta
sukses tidaknya upaya pemberantasan korupsi tidak hanya ditentukan oleh adanya
instrument hukum yang pasti dan aparat hukum yang bersih, jujur,dan berani serta
dukungan moral dari masyarakat, melainkan juga dari political will pemimpin negara
yang harus menyatakan perang terhadap korupsi secara konsisten.
a) Penyuapan
Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumlah
pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan
tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa
uang, tapi bisa berupa barang berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan
ataupun janji tindakan, suara atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan public.
b) Penggelapan (embezzlement) dan pemalsuan atau penggelembungan (froud).
Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang,
properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga dan
mengurus uang, properti atau barang berharga tersebut. Penggelembungan menyatu
kepada praktik penggunaan informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara
suka rela.
c) Pemerasan (Extorion)
Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang
menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal ini
pemangku jabatan dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan.
d) Nepotisme (nepotism)
Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbagan
hubungan kekeluargaan, bukan karena kemampuannya. Kata nepotisme ini berasal
dari kata Latin nepos, berarti "keponakan" atau "cucu".Dalam UU RI No. 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme, menyebutkan bahwa, nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara
Negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan
atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
e) Gratifikasi
Gratifikasi adalah Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut
baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik (Penjelasan Pasal 12B
UU Pemberantasan Tipikor).
Pada UU 20/2001 setiap gratifikasi yang diperoleh pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap suap, namun ketentuan yang sama tidak berlaku apabila penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (KPK) yang wajib dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.