Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KELOMPOK 6

RETENSIO PLASENTA

Disusun Oleh

 Yustina Oktavia Lolo

P07124320070

 VeoDora Dewi

P07124320070

Prodi D4 Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Palu

Tahun 2022/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Retensio Plasenta” tepat pada waktunya.
Makalahini dimaksudkan sebagai tuntunan belajar bagi mahasiswa di
insitusipendidikan kesehatan khususnya bidang kebidanan.Semoga dengan adanya makalah
inibisa memberi banyak pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri.Kami
menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini.Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai piha yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca
sekalian.kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

2
DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluaan..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………….4

BAB II pembahasan.........................................................................................................................5
1.1. Definisi Retensio Plasenta ………………………………………………………………………..5

1.2. Etiologi Retensio plasenta ……………………………………………………………………..6

1.3. Jenis Dari Retensio Plasenta ……………………………………………………………………..8

1.4. Patogenesis ………………………………………………………………………………9

1.5. Diagnosa ………………………………………………………………………………..10

1.6. Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta …………………………………………………..10

1.1. komplikasi Retensio plasenta…………………………………………………………...11

1.2. Terapi…………………………………………………………………............................12

1.1. Manual Plasenta…………………………………………………....................................12

1.2. Prosedur Kerja Retensio Plasenta ....................................................................................17

1.3. SOAP ...............................................................................................................................

BAB III Penutup ………………………………………………………………………………………….25

A. Kesimpulan …………………………...…………………………………………………………….25
B. Saran.................................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................26

3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Retensio plasenta merupakan kasus yang banyak kita temui dalam kesehatan
terutama dalam kasus-kasus kebidanan, oleh karena itu retensio plasenta bisa menjadi
faktor pemicu terjadinya kematian pada ibu.Retensio plasenta adalah belum lepasnya
plasenta dengan melebihi waktu setengah jam.Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang
banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan
tindakanplasenta manual dengan segera.Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang
sebagian atau seluruhnya telah lepas dari dinding rahim.Banyak atau sedikitnya
perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul
perdarahan.Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah
plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan
plasenta manual.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Retensio Plasenta?
2. Apa saja penyebab Retensio Plasenta?
3. Bagaimanakah tanda dan gejala Retensio Plasenta?
4. Bagaimanakah Prosedur Kerja Retensio Plasenta?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan retensio plasenta.

2. Untuk mengetahui apa penyebab retensio plasenta.

3. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala retensio plasenta.

4. Untuk mengetahui bagaimana penanganan ibu dengan retensio plasenta.

4
BAB II
Pembahasan

A. Definisi Retensio Plasenta

Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir 1/2 jam sesudah
anak lahir.(Sastrawinata, 2008:174).
Pengertian tersebut juga dikuatkan oleh Winkjosastro (2006:656) yang
menyebutkan retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setangah jam
setelah janin lahir.
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah
jam.Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta
yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila
retensio plasenta tidak diikuti perdarahan makaperlu diperhatikan ada kemungkinan
terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta,plasenta inkreta, plasenta perkreta.(Manuaba
(2006:176).
Plasenta inkarserata artinya plasenta telah lepas tetapi tertinggal dalam uterus
karena terjadi kontraksi di bagian bawah uterus atau uteri sehingga plasenta tertahan di
dalam uterus.(Manuaba (2006:176).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta ialah
plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan ini dapat
diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas
sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm


dan tebal lebih kurang 2,5cm.Beratnya rata-rata 500 gram.Tali-pusat berhubungan
dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis).umumnyaplasenta terbentuk

5
lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu denganruang amnion telah mengisi
seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, makaplasenta sebenarnya berasal dari sebagian
besar dari bagian janin, yaitu vilikoriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil
dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.

Darah ibu yang berada di ruanginterviller berasal dari spiral arteries yangberada di
desidua basalis.Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti
air mancur ke dalam ruang interviller sampaimencapai chorionic plate, pangkal dari
kotiledon-kotiledon janin.Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali
perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.

Plasenta berfungsi : sebagai alat yang memberi makanan pada janin,mengeluarkan


sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk
hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.

Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas
dari dinding rahim.Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian
plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan.Melalui periksa dalam atau
tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasentasudah lepas atau belum dan bila
lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukanplasenta manual.

Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam
setengah jam setelah janin lahir.Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan
tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yangdapat menimbulkan perdarahan
postpartum dini (Early Postpartum Hemorrhage)atau perdarahan post partum lambat
(Late Postpartum Hemorrhage)yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan.

B. Etikologi Retensio Plasenta

Penyebab Retentio Plasenta menurut Sastrawinata 2006;174) adalah :


secara fungsional :

1. His kurang kuat (penyebab terpenting).

2. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya


(plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang
sangat kecil).Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta
adhesive.

6
Secara patologi ; anatomi:

a. Plasenta akreta

b. Plasenta inkreta

c. Plasenta perkreta

Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:

a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus.

b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.

Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan: jikalepas
sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untukmengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat
untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesive), plasenta melekat erat pada
dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium-
sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar,disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).

Menurut Manuaba (2006:301) kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :

1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta


adhesive,plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta

2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan

Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:

a. Darah penderita terlalu banyak hilang.

b. Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak


terjadi.

3. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam

Plasenta manual dengan segera dilakukan :

7
a. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.

b. Terjadi perdarahan postpartum berulang .

c. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.

d. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam


C. Jenis Dan Retensio Plasenta
Jenis dari retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnyaplasenta hingga
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo,2002)
Jenis retensio plasenta:

1. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehinggamenyebabkan kegagalan mekanisme separasi fsiologis.
2. Plasenta akretaadalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagianlapisan miomentrium.
3. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/
memasuki miomentrium.
4. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plasenta inkaserataadalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan
oleh konstriksi ostium uteri.

8
D. Patogenesis
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi danretraksi
otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan.Sesudah berkontraksi,
sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal.
Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu,miometrium menebal secara progresif,
dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus
ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat
berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus.Tegangan yang ditimbulkannya
menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan
plasenta terjadi di tempat itu.Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara
serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan.Kontraksi serat-serat otot ini
menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit
serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan
ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala
tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase laten ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat
plasenta,namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta
melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi >2 cm).
3. Fase pelepasan plasentafase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya
dari dinding uterus dan lepas.Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding
uterus dengan plasenta.Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara
plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya
plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta.Akibatnya
sobek di lapisan spongiosa.
4. Fase pengeluaran dimana plasenta bergerak meluncur.Saat plasenta bergerak
turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah
terkumpul di dalam rongga rahim.ini menunjukkan bahwa perdarahan selama
pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada
persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan
menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu
satu menit dari tempat implantasinya.Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah
sering ada semburan darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan
konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena
plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar
lebih panjang.Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan

9
yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah
bagian bawah rahim atau vagina.Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari
lokasi ini olehadanya tekanan inter-abdominal.Namun, wanita yang berbaring
dalam posisiterlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan.
Umumnya,dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan
kala IV.Metodeyang biasa dikerjakan adalah dengan menekan secara bersamaan
dengantarikan ringan pada tali pusat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta adalah :Kelainan dariuterus
sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks: kelemahan dan tidakefektifnya
kontraksi uterus, kontraksi yang kuat dari uterus, sertapembentukanconstriction
ring. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letakrendah atau plasenta previa dan
adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemenkala tiga persalinan, seperti
manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelumterjadinya pelepasan dari plasenta
menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik,pemberian uterotonik yang tidak tepat
waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta:
serta pemberian anestesi terutamayang melemahkan kontraksi uterus.
E. Diagnosa
a. Anamnesis
Meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode
perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipelfetus dan
polihidramnion.Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas
secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
c. Pemeriksaan Penunjang :
1. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb)
danhematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah
leukosit.Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya
meningkat.
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin time (PT)
dan activated Partial tromboplastin time (APTT) atau yang sederhanadengan
Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). ini penting untukmenyingkirkan
perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.
F. Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta
1. Plasenta Akreta Parsial / Separasi
a. Konsistensi uterus kenyal.
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid

10
d. Perdarahan sedang-banyak
e. Tali pusat terjulur sebagian
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta lepas sebagian
h. Syok sering
2. Plasenta inkarserataa
a. Konsistensi uterus keras
b. TFU 2 jari bawah pusat
c. Bentuk uterus globular
d. Perdarahan sedang
e. Tali pusat terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta sudah lepash
h. Syok jarang
3. Plasenta inkretaa.
a. Konsistensi uterus cukup
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedikit / tidak ada
e. Tali pusat tidak terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta melekat seluruhnyah.
h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat.
(Prawirohardjo, S, 2002 : 178)
1. .
2. Bila dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir dan terjadi pendarahan banyak,
maka plasenta harus dilahirkan dengan manual plasenta.
3. Berikan cairan infuseNaCL atau RL secara guyur untuk mengganti cairan.
G. Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
1. Perdarahan Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit
perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat
luka tidak menutup.
2. Infeksi Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatanplasenta.
3. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis.

11
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah
menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma
invasif.sekali menjadi mikro invasive, proses keganasanakan berjalan terus. Sel ini
tampak abnormal tetapi tidak ganas.Para ilmuwanyakin bahwa beberapa perubahan
abnormal pada sel-sel ini merupakan langkahawal dari serangkaian perubahan yang
berjalan lambat, yang beberapa tahunkemudian bisa menyebabkan kanker.Karena
itu beberapa perubahan abnormalmerupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah
menjadi kanker.Syok haemoragik (Manuaba,IGB, 1998 :30)
H. Terapi
Terapi yang dilakukan pada pasien yang mengalami retensio plasenta adalahsebagai
berikut :
1. Bila tidak terjadi perdarahan
Perbaiki keadaan umum penderita bila perlu missal:infus atau
transfuse ,pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS.
Kemudian dibantu dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa
apakah telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara Klein, Kustner atau
strassman.
2. Bila terjadi perdarahan
lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan pengeluaran manual tidak
lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase. Bila plasenta tidakdapat dilepaskan
dari rahim, misal plasenta increta/percreta, lakukan hysterectomia. Cara untuk
melahirkan plasenta:
a. Dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal :Tangan kanan
penolongmeregangkan tali pusat sedang tangan yang lain mendorong ringan.
b. Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose) Melahirkan plasenta
dengan cara memasukkan tangan penolong kedalam cavum uteri, melepaskan
plasenta dari insertio dan mengeluarkanya.
c. Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan narkose
yangdalam pun tangan tak dapat masuk, maka dapat dilakukan hysterectomia
untukmelahirkan plasentanya.
I. Manual Plasenta
Manual Plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio
plasenta.Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan
bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :
1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive
dan plasenta akreta serta Plasenta inkreta dan plasenta perkreta.
2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.

12
3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan :
a. Darah penderita terlalu banyak hilang.
b. Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak
terjadi.
c. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Manual Plasenta dengan segera dilakukan :
1. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
2. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc.
3. Pada pertolongan persalinan dengan narkoba.
4. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual Plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan
diatas 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu 1/2 jam).
Seandainya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat
dikirim kepuskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan
yang adekuat.
Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan
denganmemasang infuse dan memberikan cairan dan dalam persalinan
diikuti olehtenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.
 Prosedur Plasenta Manual
Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCL
latau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan
memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna
untukmengatasi rasa nyeri.
Penetrasi Ke Kavum uteri :
1. Berikan sedatif dan analgetik melalui karet infuse.
2. Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada
posisi litotomi.
3. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu
tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan
kanan) dengan jari- jari dikuncupkan membentuk kerucut
4. Lakukan kateterisasi kandung kemih.
a. Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar
b. Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
5. jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar
lantai.
6. Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke
bawah)kedalam Vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.

13
7. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegangkocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus
uteri.
8. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri
sehinggamencapai tempat implantasi plasenta.
9. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat
kepangkal jari telunjuk).
Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut dengan
ujung jarimenelusuri tali pusat sampai plasenta.Jika pada waktu
melewati serviksdijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan
(constrition ring), ini dapat diatasidengan mengembangkan secara
perlahan-lahan jari tangan yang membentukkerucut tadi.Sementara itu,
tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luardinding perut ibu
sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah.Setelahtangan
yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke
arah pinggir plasenta.Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada
bagianpinggir plasenta yang terlepas.
 Melepas Plasenta Dari Uterus
1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawaha.
a. Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila
dibagian depan,pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat
dengan punggung tanganmenghadap ke atas.
b. Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinyadengan jalan menyelipkan ujung jari di antara
plasenta dan dinding uterus,dengan punggung tangan mengahadap
ke dinding dalam uterus.
c. Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding
tangan padadinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah
telapak tangan kanan
2. Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser
ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat
dilepaskan. ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di
atas fundus. Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan
yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta
yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air,
plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin),sementara
tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut

14
terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus
(perforasi/)dapat dihindarkan.
Catatan : sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu lakukan
penanganan yanng sesuai bila terjadi penyulit mengeluarkan plasenta.
3. Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang
masih melekat pada dinding uterus.
4. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus
Menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah/)
5. diletakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
6. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar/) ke
dorsokranialsetelah plasentalahir.Mengeluarkan plasenta
7. Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk
mengetahuikalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian
plasenta yang tersisa.Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan
diganti yang baru.Setelahplasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk
memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul
intramuskular, dan lakukan masase uterus.Lakukan inspeksi dengan
spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau
serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.jika setelah plasenta
dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka
dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk
menghetikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu.
8. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa
plasenta.Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase.Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkandengan kuretase pada
abortus.Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atauper
oral.Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.
9. Dekontaminasi Pasca Tindakan alat-alat yang digunakan untuk
menolong didekontaminasi, termasuk sarung tangan yang telah di
gunakan penolong kedalam larutan antiseptic.
10. Cuci Tangan Pasca tindakan Mencuci kedua tangan setelah tindakan
untuk mencegah infeksi.
 Perawatan Pasca Tindakan

15
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
instruksi apabilamasih diperlukan.
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang
tersedia.
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk
dipantau.
4. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
tetapipasien masih memerlukan perawatan. Jelaskan pada petugas
tentang perawatanapa yang masih diperlukan, lama perawatan dan apa
yang perlu dilaporkan (DiRumah Sakit).

16
J. Prosedur Kerja Retensio Plasenta
No Langkah Kerja Ilustrasi
1. Siapkan peralatan, bahan
dan perlengkapan yang
akan di gunakan
key point:
1. Susun peralatan secara
berurutan /ergonomis
2. Periksa kelengkapan
alat serta letakkan
pada tempat yang mudah
dijangkau

2. Menyambut klien dengan


ramah dan sopan,
3. Memperkenalkan diri
sebagai bidan dengan
menyebut nama sambil
menjabat tangan

4. Menjaga privasi dengan


ucapan dan
memperagakan menutup
sampiran
5. Menjelaskan maksud dan
tujuan tindakan yang
akan dilakukan pada
klien.
key point:
Gunakan bahasa yang
mudah dimengerti.

17
6. Cuci tangan dengan air
yang mengalir Lakukan
sebelum tindakan dan
keringkan
menggunakan handuk
pribadi.Jam tangan dan
perhiasan lainnya dilepas.
Gunakan tekhnik
mencuci tangan yang
efektif dengan
menerapkan 6 langkah
mencuci tangan

7. Memposisikan ibu
litotomi

8. memberikan sedative dan


analgetik melalui
infus

18
9. memakai sarung tangan
pendek pada kedua
tangan

10. menggosongkan kandung


kemih menggunakan
kateter

11. Mengganti sarung tangan


yang kanan dengan
sarung tangan streril
panjang hingga mencapai
siku

12. jepit tali pusat dengan


klem, tegangkan tali
pusat
dengan tangan kiri sejajar
lantai
13. tangan kanan

19
dimasukkan secara
obstetrik kedalam cavum
uteri dengan mengikuti
tali pusat hingga
menyentuh serviks
14. setelah tangan kanan
mencapai pembukaan
serviks, , kemudian
tangan kiri memegang
fundus uteri sambil
menahan fundus uteri,
memasukkan tangan
dalam cavum uteri
sehingga mencapai
tempat implantansi
plasenta

20
15. membuka tangan
obstetrik menjadi seperti
memberi salam ( ibu jari
merapat kepangkal jari
telunjuk), tentukan tepi
placenta kemudian
lepaskan secara tumpul
dengan sisi ulnar tangan
kanan kemudia
dilepaskan sedikit demi
sedikit sampai terlepas
seluruhnya apabila
plasenta telah terlepas,
Gerakkan tangan kanan
ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke cranial
sehingga semua
permukaan maternal
plasenta dapat
dilepaskan, Sementara
satu tangan masih
didalam kavum uteri,
lakukan eksplorasi
ulangan untuk
memastikan tidak ada
bagian placenta yang
masih melekat pada
dinding uterus

21
16. Pindahkan tangan luar ke
suprasimphisis untuk
menahan uterus saat
placenta dikeluarkan,
Keluarkan plasenta
dengan hati-hati dan
perlahan letakkan
placenta pada tempat
yang tersedia

17. Lakukan masase uterus,


Putaran searah jarum
jam serta perhatikan
kontraksi uterus dan
kemungkinan perdarahan

18. memeriksa kelengkapan


placenta, dengan
memeriksa koliledon,
memastikan kotiledon
lengkap

22
19. membersikan dan
merapikan ibu

20. dekontaminasi alat bekas


pakai ke dalam larutan
klorin 0,5%

21. membuka sarung tangan


di dalam larutan
klorin0,5%

22. mencuci tangan tangan


dengan sabun dan
keringkan

23
23. pendokumentasian
Telah dilakukan tindakan
manual placenta pada
ny X pada hari...tanggal...
jam.... , placenta
lengkap

24
K. SOAP
Subjek Objek Assesment Planing
Ibu mengatakan Tampak tali pusat Perdarahan post Menjelaskan pada
kenceng kenceng pada vulva disertai partum pada pasien tentang
dan Ibu mengatakan pengeluaran darah ± Retensio plasenta tindakan yang akan
ingin 500 cc.,Plasenta Masalah Aktual dilakukan setelah itu
meneran,mengatakan belum lahir ± 1 jam adalah Anemia Mengajarkan pada
perutnya masih setelah anak sedang dan Masalah ibu untuk melakukan
mules.Ibu lahir,Tinggi fundus Potensial adalah massase fundus
menyatakan terdapat uteri 1 jari atas pusat, terjadi syok uteri,Mengobservasi
nyeri pada jalan kontrakasi uterus hipovolemik jumlah tetesan cairan
lahir.Nyeri post lemah Keadaan infus RL dan
manual plasenta dan umum ibu tampak Mengosongkan
repair lemah,wajah tampak kandung kemih
perineum,Nyeri pucat,Konjungtiva
seperti tertekan, pucat
terbakar,Daerah
perineum,Hilang
timbul, terutama saat
bergerak.ibu
mengatakan sering
haus, pasien
mengeluhkan
payudara nyeri,
keras,ibu tampak
meringis setiap kali
merubah posisinya,
terdapat luka jahitan
V jenis mediolateral
di perineum,
payudara teraba
keras, sedikit
bengkak, ASI keluar
sedikit, konjungtiva
anemis

25
BAB III

penutup
A. Kesimpulan

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan
tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan
plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis).Umumnya plasenta terbentuk lengkap
pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh
kavum uteri. Bila diteliti benar,maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari
bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian
ibu yang berasal dari desidua basalis.Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta
dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,
artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta
manual dengan segera.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan-kesalahan yang perlu di perbaiki.Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.

26
Daftar Pustaka

http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/29/0
http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/29/0

http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/29/0

http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/29/0

http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/29/0

http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/29/0

http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/29/0

27

Anda mungkin juga menyukai