Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MATERNAL
“POSTPARTUM BLUES”

Disusun Oleh :
JULIANI KUSUMA P27824117002
AFINA SALMA P27824117005
CANDRA ROKHIMATUS P27824117007
FAIDATUL MAULIDAH P27824117008
PUTRI ALVINA DEWI P27824117009
REZMA LATIFAH P27824117012
DEBI YUDIARTI P27824117016
ANISA PUTRI R P27824117022
NABILLA ANIS FAUZIYAH P27824117038
NYUSTIN ELSERA P27824117039
SITI ANISA PUTRI P27824117041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM D3 KEBIDANAN SUTOMO

1
KATA PENGANTAR

            Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan
Kegawatdaruratan Kehamilan.
Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami
tentang  Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan khususnya mengenai Kehamilan dengan
Postpartum Blues.
Selain itu penyusun berharap tulisan ini dapat menjadi dasar pengantar dan
pemenuhan materi perkuliahan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.

                                                                                               

Surabaya, 26 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
1.2 TUJUAN...............................................................................................................................2
1.3 MANFAAT...........................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 LANDASAN TEORI...........................................................................................................4


2.2 KONSEP ASUHAN..........................................................................................................14

BAB III TINJAUN KASUS

3.1 DATA SUBYEKTIF...........................................................................................................25


3.2 DATA OBYEKTIF.............................................................................................................26
3.3 ANALISA DATA...............................................................................................................27
3.4 PENATALAKSANAAN....................................................................................................27

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN...................................................................................................................30
4.2 SARAN...............................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu masalah yang terjadi pada masa nifas adalah postpartum blues. Angka

kejadian postpartum blues di Luar Negeri cukup tinggi yakni 26-85%. Di Indonesia,

diperkirakan insiden depresi postpartum sekitar 10-15% dari perempuan yang melahirkan

(Nurjanah, 2013). Sedangkan, untuk angka kejadian postpartum blues di Indonesia antara

50-70%. Angka kejadiannya rendah bila dibandingkan negara-negara lain (Janiwarty dan

Pieter 2013).

Hasil penelitian Setyowati dan Riska pada tahun 2006 di RSU Dr. Soetomo Surabaya

mengidentifikasi bahwa dari 31 orang ibu postpartum, terdapat 17 orang (54,84%) yang

mengalami postpartum blues. Sedangkan Albright mengemukakan angka kejadian

postpartum blues di luar negeri cukup tinggi pada ibu yang baru melahirkan sekitar 75-80%.

(Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dan Uke(2006) tentang

faktor yang memengaruhi terjadinya postpartum bluesdidapatkan hasil bahwa sebanyak

54,84% mengalami postpartum blues yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya

pengalaman yang tidak menyenangkan pada periode kehamilan dan persalinan sebanyak

38,71%, faktor psikososial (dukungan sosial sebanyak 19,35%, kualitas dan kondisi 2 bayi

baru lahir sebanyak 16,13%) serta faktor spiritual sebanyak 9,78% (Psik, 2014).

Pasca melahirkan ibu akan mengalami beberapa perubahan, baik perubahan fisik

maupun perubahan psikologis. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu, sebagian ibu bisa

menyesuaikan diri dan sebagian tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang

tidak bisa menyesuaikan diri akan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan

berbagai macam sindrom atau gejala, yang biasa disebut dengan sindrom postpartum
blues(Hospital Majapahit, 2014). Perubahan psikis mempunyai peranan yang sangat penting.

Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari

keluarga-keluarga terdekat dan peran bidan untuk menghindari perubahan psikis yang

patologis (Nurjanah, 2013). Banyak bukti menunjukan bahwa periode kehamilan, persalinan

dan pascanatal merupakan masa terjadinya stress berat, kecemasan, gangguan emosi dan

penyesuaian diri (Marmi, 2014).

Postpartum blues merupakan fenomena yang terjadi pada hari-hari pertama

postpartum yang telah dilaporkan sejak 460 tahun sebelum Masehi (Marmi, 2014).

Postpartum Blues adalah bentuk depresi yang paling ringan, biasanya timbul antara hari ke 2

sampai 2 minggu. Postpartum blues dialami hingga 50-80% ibu yang baru melahirkan (Dewi

dan Sunarsih, 2011).

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan umum

Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan postartum bluesdengan

menggunakan pendekatan 7 langkah manajemen kebidanan menurut Hellen Varney.

1.2.2 Tujuan khusus

Penulis mampu:

1. Melaksanakan asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan pengkajian secara menyeluruh

meliputi data subyektif dan obyektif pada Ibu Post Partum dengan postpartum blues.

2. Melaksanakan interpretasi data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan

kebutuhan yang dapat terjadi pada Ibu Post Partum dengan postpartum blues

3. Menentukan diagnosa potensial yang terjadi pada Ibu Post Partum dengan postpartum

blues.

4. Melakukan tindakan segera pada Ibu Post Partum dengan postpartum blues.

5. Merencanakan tindakan sesuai dengan kondisi pada Ibu Post Partum dengan postpartum

blues.

2
6. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ibu Post Partum dengan

postpartum blues.

7. Melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan pada Ibu Post Partum dengan

postpartum blues

1.3 MANFAAT

1.3.1 Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan postpartum blues.

1.3.2 Bagi Profesi

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada anggota

profesi dalam mengembangkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang postpartum

blues.

1.3.3 Bagi Institusi

Hasil penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memberikan mata

kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini terutama mata kuliah Askeb IV Patologi.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Masa Nifas

1. Pengertian

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayiyang dipergunakan untuk

memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu

(Marmi, 2014). Periode pasca persalinan (postpartum) adalah masa waktu antara kelahiran

plasenta dan membran yang menandai berakhirnya periode intra partum sampai waktu

menuju kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil (Varney

dalam Nurjanah, 2013).

Postpartum ialah kelahiran yang dimulai setelah lahirnya bayi sampai pemulihan

kembali organ-organ seperti sebelum kelahiran. Lamanya periode postpartum yaitu sekitar

6-8 minggu dan wanita mengalami perubahan fisik yang kompleks. Selain terjadinya

perubahan-perubahan tubuh, pada periode postpartum juga akan mengakibatkan terjadinya

perubahan kondisi psikologis (Psik, 2014).

2. Tahapan Masa nifas

Menurut Nurjanah (2013) periode Postpartum dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1) Puerperium dini (immadiate puerperium) : Yaitu pemulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam postpartum). Dalam agama

islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium intermedial (early puerperium) : Suatu masa dimana pemulihan dari

organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu.

3) Remote puerpurium (later puerperium) : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap.

4
3. Perubahan Fisiologis pada Ibu setelah Masa Nifas

1) Involusi Uterus Involusi uterus atau pengerutan uterus sebagai proses kembalinya

uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil dengan bobot hanya 60

gram (Marmi, 2014).

2) Involusi Tempat Plasenta Setelah persalinan, luka tempat plasenta cepat mengecil,

pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir masa nifas 1-2 cm.

Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6

minggu (Marmi, 2014).

3) Perubahan Ligamen Ligamen dan diafragma pevis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut

kembali seperti sedia kala (Marmi, 2014).

4) Perubahan Serviks Setelah persalinan serviks bewarna merah kehitaman.

Konsistensi lunak, kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,

tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari

dan setelah 7 hari hanya 1 jari. (Marmi, 2014).

5) Lochia Lochia adalah cairan atau lendir yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas (Marmi, 2014).

Macam-macam lochia yaitu :

a) Lochia Rubra Ini berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

vernix caseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lochia Sanguinolenta Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini

terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lochia Serosa Bewarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke

7-14 pasca persalinan.

d) Lochia alba Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu

6) Perubahan Pada Vagina Pada awal nifas, vagina membentuk suatu lorong luas

5
berdinding licin yang berangsur-angsur mengecil ukuranya, tetapi tetap dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada keadaan tidak hamil

dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara

labia menjadi lebih menonjol (Marmi, 2014).

7) Perubahan Pada perineum Setelah masa nifas, biasanya robekan perineum dan

laserasi akan pulih dalam waktu satu minggu setelah melahirkan (Marmi, 2014).

4. Kebutuhan Dasar Masa nifas

1) Nutrisi

Nutrisi dikonsumsi pada masa nifas harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup

kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses

pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 kalori. Ibu menyusui 11

memerlukan kalori wanita dewasa +700 kalori pada 6 bulan pertama kemudian

+500 kalori bulan selanjutnya (Marmi, 2014).

2) Ambulasi

Ambulasi dini adalah kegiatan untuk secepat mungkin membimbing ibu nifas

keluar dari tempat tidurnya untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya

ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (Ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk

mencegah adanya trombosit) (Dewi dan Sunarsih, 2011).

3) Eliminasi

Dalam 6 jam pertama postpartum, pasien sudah harus dapat buang air kecil (BAK)

semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan

kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Kemudian, dalam 24 jam

pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar (BAB) karena semakin

lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit bagi ibu untuk buang air

besar secara lancar (Sulistyawati, 2009).

6
4) Kebersihan Diri

Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri dari ibu postpartum

menurut Sulistyawati (2009), antara lain:

a) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada

bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat menyebabkan kulit

bayi mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dengan bayi.

b) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ibu mengerti

untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru

kemudian membersihkan daerah anus.

c) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam

sehari.

d) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ibu selesai membersihkan

daerah kemaluannya.

e) Seksual Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam

vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk

melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40

hariatau 6 minggu setelah kelahiran (Sulistyawati, 2009).

5) Istirahat

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Istirahat yang dibutuhkan ibu nifas

sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan (Sulistyawati, 2009).

5. Masalah Dalam Masa Nifas

Menurut Sulistyawati (2009) Masalah dalam masa nifas yaitu:

1) Perdarahan per vagina.

2) Infeksi masa nifas.

7
3) Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur.

4) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas.

5) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih.

6) Payudara berubah menjadi merah, panas, dan sakit.

7) Merasa sedih atau tidak mampu untuk merawat bayi dan diri sendiri (baby blues).

6. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas antara 6 jam setelah persalinan sampai 6 minggu menurut

Marmi (2014) bertujuan untuk:

1) Memastikan bahwa ibu sedang dalam proses penyembuhan yang aman.

2) Memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusu tanpa kesulitan dan bertambah berat

badannya.

3) Memastikan bahwa ikatan antara ibu dan bayi sudah terbentuk.

4) Memprakarsai penggunaan kontrasepsi.

5) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke tenaga kesehatan untuk kontrol.

7. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas menurut Nurjanah (2013) yaitu:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikis.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi, baik pada ibu maupun bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan KB.

5) Untuk mendapatkan kesehatan emosi.

6) Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI).

7) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas

selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami

8
pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

2.1.2 Postpartum Blues

1. Pengertian

Postpartum Blues adalah gangguan perasaan yang menyertai suatu persalinan,

biasanya terjadi pada hari 3 sampai hari ke 10 dan umumnya terjadi akibat perubahan

hormonal (Prawirohardjo, 2009). Postpartum Blues atau sering juga disebut maternity blues

atau sindrom ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu

pertama setelah persalinan (Dewi dan Sunarsih, 2011).

Postpartum Blues adalah ketidakmampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu

keadaan baru dimana adanya kehadiran anggota baru dalam pola asuhan bayi dan keluarga

(Nurjanah, 2013).

Postpartum Blues dikategorikan sebagai sindrom gangguan psikologis masa nifas

paling ringan, namun jika postpartum blues ini tidak ditangani dengan baik dapat menjadi

keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca salin (Marmi, 2014).

2. Gejala

Gejala Postpartum Blues menurut Nurjanah (2013) diantaranya:

1) Sering menangis.

2) Sulit tidur.

3) Nafsu makan hilang.

4) Gelisah.

5) Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol.

6) Cemas atau kurang perhatian pada bayi.

7) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.

8) Pikiran menakutkan mengenai bayi.

9) Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri.

10) Perasaan bersalah dan putus harapan.

9
11) Penurunan atau peningkatan berat badan.

12) Gejala fisik seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.

3. Penyebab Penyebab Postpartum Blues

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) yaitu:

1) Faktor hormonal, turunnya kadar estrogen secara tiba-tiba setelah melahirkan yang

dapat mengakibatkan suasana hati menjadi depresi.

2) Ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada

wanita pasca melahirkan.

3) Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

4) Faktor umur dan jumlah anak.

5) Pengalaman proses kehamilan dan persalinannya.

6) Latar belakang psikososial ibu.

7) Dukungan yang diberikan dari lingkungan.

8) Stres yang dialami oleh ibu.

9) Kelelahan pasca bersalin.

10) Ketidaksiapan pada perubahan peran yang terjadi pada ibu.

11) Rasa sayang dan takut yang berlebihan akan kehilangan bayinya.

12) Masalah kecemburuan dari anak yang terdalam.

4. Penanganan Penanganan Postpartum Blues.

Menurut Marmi (2014) yaitu:

1) Dengan pendekatan komunikasi terapeutik yang bertujuan menciptakan hubungan

baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara:

a) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosinya.

b) Dapat memahami dirinya sendiri.

2) Dengan peningkatan suport mental yang dapat dilakukan oleh keluarga pasien

diantaranya:

10
a) Meminta suami untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah seperti membantu

mengurus bayinya dan menyiapkan susu.

b) Memanggil nenek atau keluarga bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi

kesibukan merawat bayi.

c) Suami lebih perhatian terhadap istri dan permasalahan yang dihadapi istrinya.

d) Menyiapkan mental dalam menghadapi kelahiran anaknya.

e) Suami menggantikan peran istri ketika istri kelelahan dan memperbanyak

dukungan.

f) Suami dianjurkan sering menemani istri dalam mengurus anaknya.

g) Ibu dianjurkan sering berkumpul dengan teman-teman terdekat atau keluarga.

3) Dilakukan pada diri klien sendiri diantaranya dengan cara:

a) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang.

b) Tidurlah ketika bayi tidur.

c) Berolahraga ringan.

d) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu.

e) Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.

f) Bersikap fleksibel.

g) Bergabung dengan kelompok ibu.

4) Gangguan lain adaptasi psikologi ibu nifas

a) Depresi Postpartum

(a) Pengertian

Depresi postpartum adalah perasaan sedih yang berkaitan dengan sikap ibu

yang sulit menerima bayinya. Perubahan ini merupakan respon alamiah sebagai

akibat kelelahan pasca persalinan (Janiwarty dan Pieter, 2013). Umumnya keadaan

ini terjadi dalam beberapa minggu atau bulan setelah persalinan (Prawirohardjo,

2009).

11
(b) Gejala

Gejala Depresi Postpartum menurut Marmi (2013) yaitu:

A. Mimpi Buruk.

B. Insomnia atau sulit tidur.

C. Phobia atau rasa takut terhadap suatu benda atau keadaan.

D. Kecemasan, ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang tidak

diketahui sebabnya.

E. Meningkatnya sensitivitas.

F. perasaan yang berubah-ubah.

(c) Penyebab

Penyebab Depresi Postpartum menurut Janiwarty dan Pieter (2013) yaitu:

A. Kekecewaan emosi yang diikuti rasa tidak puas.

B. Ketakutan pada masa kehamilan dan persalinan.

C. Rasa sakit pada masa nifas.

D. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan.

E. Kecemasan atas ketidaknyamanan merawat bayi setelah pulang dari rumah

sakit.

F. Rasa takut tidak menarik lagi.

(d) Penanganan

Penanganan Depresi Postpartum menurut Dewi dan Sunarsih (2011)

diantaranya:

A. Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.

B. Terapi psikologis dan psikiater.

C. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antidepresan (perlu

diperhatikan pemberiannya pada wanita hamil dan menyusui).

D. Jangan tinggalkan ibu sendiri dirumah.

12
E. Jika diperlukan lakukan perawatan di rumah sakit.

F. Tidak dianjurkan rawat gabung (rooming in) dengan bayinya.

b) Postpartum Psikosis

(a) Pengertian

Postpartum psikosis adalah Insiden yang terjadi 1-2 per 1000 kelahiran. Pada

kasus ini sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala yang

membahayakan seperti menyakiti diri sendiri atau bayinya. Gejala muncul umumnya

dari beberapa hari sampai 4-6 minggu Postpartum (Prawirohardjo, 2009).

(b) Gejala

Gejala Postpartum Psikosis menurut Marmi (2014) adalah:

A. Delusi.

B. Obsesi mengenai bayi.

C. Keresahan dan agitasi.

D. Gangguan perilaku.

E. Kebingungan dan konfusi.

F. Rasa curiga dan ketakutan.

G. Pengabaian kebutuhan dasar.

H. Gangguan saat tidur.

I. Suasana hati depresi yang mendalam.

J. Ibu menjadi hiperaktif.

K. Halusinasi

(c) Penyebab

Penyebab Postpartum Psikosis menurut Prawirohardjo (2009) yaitu:

A. Kurangnya dukungan sosial dan emosional.

B. Mempunyai masalah dalam perkawinan atau keluarga.

C. Riwayat gangguan mental pada saat sebelum atau selama kehamilan.

13
D. Adanya faktor genetik.

(d) Penanganan

Penanganan Postpartum Psikosis menurut Mansur (2009) adalah:

A. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat anti depresan.

B. Memberikan konseling dan dukungan psikologis.

C. Menganjurkan ibu untuk beristirahat.

D. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

E. Menganjurkan ibu untuk bergabung dengan orang-orang baru.

F. Menganjurkan ibu untuk bersikap fleksibel.

G. Menganjurkan ibu untuk berbagi cerita dengan orang terdekat.

2.2 TEORI ASUHAN KEBIDANAN

2.2.1 Pengertian

Manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan dengan menggunakan

langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dan pengorganisasian,

pemikiran serta langkah-langkah dalam suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik

bagi klien maupun bidan (Varney, 2007).

Ketujuh langkah menurut Varney dalam Ambarwati dan Wahyuni (2009) adalah

sebagai berikut :

1. Langkah I Pengumpulan Data Dasar

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk

mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi pasien (Ambarwati dan wulandari, 2009). Proses pengumpulan data mencakup data

subyektif dan obyektif adalah sebagai berikut :

1) Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

14
suatu situasi dan kejadian. Data tersebut dapat ditentukan oleh perawat secara independen

tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2005).

Data subyektif tersebut terdiri dari:

a. Biodata yang mencakup identitas pasien meliputi:

a) Nama

Bertujuan untuk mengetahui nama pasien secara jelas dan lengkap, bila perlu nama

panggilan sehari-hari agar tidak keliru pada saat akan melakukan tindakan asuhan

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

b) Umur

Bertujuan untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang 24 dari 20 tahun, alat-alat

reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35

tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni,

2009). Pada ibu nifas dengan postpartum blues faktor seperti umur dapat mempengaruhi

terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009)

c) Agama

Bertujuan untuk mengetahui kepercayaan pasien yang berhubungan dengan pemberian

dukungan spiritual sesuai kepercayaan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

d) Suku Bangsa

Bertujuan untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-sehari (Ambarwati dan

Wahyuni, 2009).

e) Pendidikan

Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pendidikan dan intelektualnya,

sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikan pasien (Ambarwati

dan Wahyuni, 2009).

f) Pekerjaan

Bertujuan untuk mengetahui pekerjaan pasien yang berhubungan dengan tingkat sosial

15
ekonomi pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

g) Alamat

Bertujuan untuk mengetahui tempat tinggal pasien supaya mempermudah kunjungan

rumah bila diperlukan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

b. Keluhan Utama

Bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa

nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada

perineum (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues

keluhan yang dirasakan yaitu Ibu merasa cemas dan sedih dengan keadaannya sekarang

(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

c. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis

seperti : jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, yang dapat

mempengaruhi pada masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues, faktor seperti riwayat ibu yang pernah

mengalami Postpartum Blues pada kehamilan sebelumnya dapat mempengaruhi terjadinya

postpartum blues (Mansur, 2009).

b) Riwayat kesehatan sekarang

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini

yang berhubungan dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blueskeadaan umum kurang baik dan emosi

tidak stabil (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

c) Riwayat Kesehatan keluarga

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga

terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

16
d) Riwayat perkawinan

Bertujuan untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak,

karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologinya

sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

d. Riwayat obstetrik

a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

Bertujuan untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, pernah abortus atau tidak, berapa

jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan masa nifas yang lalu.

Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues, pengalaman dan proses kehamilan dan

persalinan mempengaruhi terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009).

b) Riwayat persalinan sekarang

Bertujuan untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,

keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan guna pengkajian apakah proses

persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009)

Pada kasus Ibu nifas dengan kasus postpartum blues lamanya persalinan serta

intervensi medis yang digunakan dapat mempengaruhi terjadinya postpartum blues

(Mansur, 2009).

e. Riwayat Keluarga Berenana

Bertujuan untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis

apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah

masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

f. Kehidupan sosial budaya

Bertujuan untuk mengetahui pasien dan keluarga menganut adat istiadat apa yang akan

menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan

pantang makanan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

17
g. Data psikososial

Bertujuan untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Pada kasus

postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami

oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

h. Data pengetahuan

Bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah

melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni,

2009).

i. Pola kebiasaan sehari- hari

a) Nutrisi

Bertujuan untuk mengetahui pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis

makanan, makanan pantangan selama masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada

kasus Ibu nifas dengan postpartum blues Ibu akan mengalami gangguan nafsu makan

(Dewi dan Sunarsih, 2011).

b) Eliminasi

Bertujuan untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar

meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi 29

frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

c) Pola istirahat

Bertujuan untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,

dan kebiasaan sebelum tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat

yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada

kasus Ibu nifas dengan postpartum blues Ibu akan mengalami gangguan tidur atau istirahat

(Dewi dan Sunarsih, 2011).

d) Personal Hygiene

Bertujuan untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama

18
pada daerah genetalia (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan

postpartum blues ibu kurang perhatian terhadap kebersihan diri dan penampilannya

(Nurjanah, 2013).

e) Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola aktivitas perlu dikaji

pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

2) Data obyektif

Menurut Sulistyawati (2009) data obyektif bertujuan untuk melengkapi data dalam

menegakkan diagnosa, yang meliputi (Ambarwati dan Wahyuni, 2009) terdiri dari:

a. Suhu Suhu tubuh normal 36,5°C–37,5°C.

b. Nadi Bertujuan untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam satu menit.

Batas normal 60-80 x/menit, nadi lebih dari 100x/menit pada masa nifas mengindikasikan

adanya suatu infeksi.

c. Respirasi Bertujuan untuk mengetahui jumlah atau frekuensi pernapasan yang dihitung

dalam jumlah satu menit. Batas Normal 16- 20 x/menit.

d. Tekanan Darah Tekanan darah normal 120 mmHg/ 80 mmHg.

e. Pemeriksaan Fisik

Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan fisik dari ujung kaki dan kemudian

menjelaskan pemeriksaan fisik kepada pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pemeriksaan

fisik pada ibu nifas meliputi:

a) Rambut

Bertujuan untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak. Pada kasus

Ibu nifas dengan postpartum blues ibu kurang memperhatikan kebersihan penampilan

dirinya (Nurjanah, 2013).

b) Muka

Bertujuan untuk mengetahui keadaan muka adakah oedema atau tidak. Pada kasus Ibu

19
nifas dengan postpartum bluesmuka ibu tidak oedema (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

c) Mata

Bertujuan untuk mengetahui konjungtiva bewarna kemerah-merahan atau tidak dan

sklera bewarna putih atau tidak. Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues konjungtiva

mata ibu berwarna merah dan skera berwarna putih (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

d) Leher

Bertujuan untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah

bening atau tidak.

e) Mammae

Bertujuan untuk mengetahui bentuk dan ukuran hyperpigmentasi (areola), keadaan

puting susu, retraksi, massa, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar limfe

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues payudara

membesar, puting susu menonjol, aerola hyperpigmentasi, colostrum sudah keluar

(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

f) Ekstremitas

Bertujuan untuk mengetahui ada varices atau tidak, ada oedema atau tidak, reflek

patella. Pada kasus ibu nifas dengan postpartum blues reflek patella positif (Rukiyah dan

Yuliyanti, 2010).

f. Pemeriksaan khusus obstetri

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009) keadaan anogenital adalah :

a) Keadaan Perineum Bertujuan untuk mengetahui adakah oedema, hematoma, bekas luka

episiotomi/ robekan, hecting.

b) Keadaan Anus Bertujuan untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak.

c) Lochea Bewarna merah kehitaman, bau biasa, tidak ada bekuan darah, jumlah

perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)

d) Data Penunjang Data penunjang ini diperoleh dari pemeriksaan laboratorium antara

20
lain : pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar bilirubin dalam darah (Depkes

RI, 2007). Data penunjang yang diperlukan pada kasus Ibu nifas dengan postpartum

blues adalah pemeriksaan Hb (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

2. Langkah II. Interpretasi Data Dasar.

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi

membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah

sering berkaitan dengan pengalaman yang diidentifikasi oleh bidan (Ambarwati dan

Wulandari, 2009). Interpretasi data terdiri dari diagnosa, masalah dan kebutuhan.

1) Diagnosa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan yang berkaitan dengan Para,

abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas (Ambarwati dan wulandari, 2009). Data

yang mendasari untuk diagnosa postpartum bllues adalah data subjektif, objektif dan data

penunjang. Diagnosa pada kasus Ibu nifas dengan postpartum bluesadalah : Ny. A umur ...

tahun , P... A...postpartum hari ke ... dengan postpartum blues (Rukiyah dan Yuliyanti,

2010).

2) Masalah

Bertujuan untuk mengetahui masalah yang muncul berdasarkan pernyataan pasien dari

hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik (Ambarwati dan wahyuni, 2009). Masalah pada kasus

Ibu nifas dengan postpartum blues adalah ketidakmampuan ibu untuk beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi sehingga akan terjadi depresi Postpartum (Rukiyah dan

yuliyanti, 2012).

3) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal- hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi

dalam diagnosa dan masalah. Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues kebutuhan yang

21
diperlukan ialah dukungan dari semua orang terdekat, keluarga, suami atau saudara (Dewi

dan Sunarsih, 2011).

3. Langkah III. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda dan gejala yang

memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien untuk mengatasi dan mencegah

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Masalah potensial pada ibu nifas dengan postpartum blues

akan muncul apabila tidak segera ditangani yang akan menyebabkan potensial terjadi depresi

dan psikosis pacsa salin (Marmi, 2014).

4. Langkah IV. Antisipasi

Langkah bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah potensial dan merumuskan

tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi (Ambarwati dan

Wahyuni, 2009). Antisipasi atau untuk Ibu Nifas dengan postpartum blues menurut Dewi dan

Sunarsih (2011) yaitu konsultasi dengan tenaga kesehatan seperti bidan, dokter spesialis jiwa

serta psikiater untuk membantu melakukan upaya pengawasan.

5. Langkah V. Perencanaan

Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Asuhan kebidanan yang

direncanakan pada pasien dengan postpartum blues menurut Marmi (2014) yaitu :

1) Beritahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk.

2) Beritahukan klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan cara:

a. Makan makanan yang bergizi.

b. Banyak istirahat dan tidur.

c. Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari.

d. Berlatih secara rutin (berjalan selama 20 menit atau lebih).

e. Menyediakan waktu untuk diri sendiri (untuk sejenak menghindari tugas-tugas dan

urusan bayi).

22
f. Melewatkan waktu bersama teman-teman.

3) Anjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin

diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat.

4) Bila perlu, anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi

kekhawatirannya.

6. Langkah VI. Pelaksanaan

Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney, 2007). Pelaksanaan pada kasus Ibu nifas

dengan postpartum blues menurut Marmi (2014) yaitu:

1) Memberitahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk.

2) Membritahukan klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan cara:

a. Makan makanan yang bergizi.

b. Banyak istirahat dan tidur.

c. Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari.

d. Berlatih secara rutin (berjalan selama 20 menit atau lebih).

e. Menyediakan waktu untuk diri sendiri (untuk sejenak menghindari tugas-tugas dan

urusan bayi).

f. Melewatkan waktu bersama teman-teman.

3) Meganjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin

diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat.

4) Bila perlu, menganjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk

mengurangi ke khawatirannya.

7. Langkah ke VII. Evaluasi

Langkah ketujuh adalah evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan (Varney,

2007). Setelah diberi asuhan kebidanan hasil yang diharapkan adalah keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, ibu sudah mau menerima bayinya dan menikmati peran barunya

23
sebagai seorang ibu, ibu sudah memperlakukan dirinya dengan baik dan ibu bersedia untuk

menceritakan perasaan yang dialaminya kepada teman terdekat. Di dalam memberikan asuhan

lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan

dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney, (2007) sistem

pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu :

1) S (Subyektif)

Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa sebagai langkah satu Varney.

2) O (Obyektif)

Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

asuhan langkah satu Varney.

3) A (Assesment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan

obyektif suatu identifikasi :

a. Diagnosa atau masalah.

b. Antisipasi diagnosa atau masalah.

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau

rujukan sebagai langkah II, III, IV Varney.

4) P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi, perencanaan

berdasarkan assesment sebagai llangkah V, VI, VII Varney.

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subyektif


1. Identitas
Nama Ibu : Ny A Nama Suami : Tn. B
Umur : 22 Tahun Umur : 26 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : tidak bekerja Pekerjaan : Tani
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Jl. Seminung No.3 Metro Pusat Alamat : Jl. Seminung No.3 Metro Pusat
2. Keluhan utama
Ibu Post Partum hari ke-3, datang ke bidan mengeluh frustasi karena anak tidak mau tidur,
sering migren,merasa lemah, dan lesu.
3. Riwayat persalinan
1) Anak lahir spontan tanggal 17 Agustus 2007, pukul 08.30
2) Jenis kelamin : Laki-laki
3) Berat badan : 3200 gram
4) Panjang badan : 50 cm
5) APGAR Score : 8
6) Jenis persalinan : Spontan Pervaginam
7) Plasenta tempat persalinan : Lahir dengan selaputnya
8) Tempat persalinan : Bidan Ani
4. Keadaan psiokologis ibu saat ini
Ibu mengatakan merasa frustasi karena anak sering bangun dan kadang tidak mau tidur,
emosi tidak terkontrol.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular dan
penyakit keturunan
6. Kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi :
Sebelum melahirkan : makan 3 x sehari, tidak ada pantangan dalam makanan,dengan
porsi sedang
Sesudah melahirkan : makan 3 kali sehari, tidak ada pantangan dalam makanan,
25
dengan porsi besar
2) Istirahat :
Sebelum melahirkan : tidur siang + 2 jam, tidur malam 7-8 jam
Sesudah melahirkan : tidur siang < 1 jam, tidur malam 5-6 jam dan sering terbangun
3) Eliminasi :
Sebelum melahirkan : BAK 2 x /hari, BAB 1 x/hari
Sesudah melahirkan : BAK 6-8 x/hari, BAB pertama pada hari ketiga
4) Aktifitas :
Sebelum melahirkan : aktifitas sebagai ibu rumah tangga
Sesudah melahirkan : mengurus bayinya dan aktifitas belum banyak sebagai ibu
rumah tangga
5) Personal hygiene :
Sebelum melahirkan : mandi 2 x/hari, keramas 2 hari sekali
Sesudah melahirkan : mandi lap 2 x/hari setelah melahirkan belum keramas setelah
bersalin
3.2 Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : ibu tampak lelah dan kotor
Tanda-tanda vital
TD : 90 / 70 mmHg
PR : 21X / menit
Nadi : 80x/menit
Temp : 37oC
2. Pemeriksaan fisik
1) Muka : Tidak ada oedema
2) Mata : Simetris kanan dan kiri, cojungtiva agak pucat, sklera tidak ikterik, fungsi
penglihatan baik
3) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis
4) Payudara : Simetris kanan-kiri, pembesaran normal, putting susu menonjol, tidak ada
benjolan, konsistensi agak keras, ASI sudah keluar.
5) Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik konsistensi keras, dan
tidak terdapat luka bekas operasi.
6) Genitalia : Tidak terdapat luka perineum, tidak ada varises pada vagina, pengeluaran
berupa lochea rubra dalam jumlah yang normal
7) Anus: tidak haemoroid
26
8) Ekstremitas :
Atas : Normal tidak ada kelainan, jari-jari lengkap, tidak ada oedema
Bawah : Normal tidak ada kelainan, jari-jari lengkap, tidak ada oedema

3.3 Analisa Data


P1001 post partum hari ke-3 dengan Baby Blues

3.4 Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu saat ini ibu mengalami gangguan psikologis yang ringan yaitu
baby blues. Hal ini wajar bagi ibu-ibu baru yang belum punya pengalaman dalam
merawat bayi jika tidak segera diatasi maka akan terjadi gangguan psikologis yang
lebih berat. Hal ini dapat diatasi dengan komunikasi dan perencanaan yang telah dibuat
diatas.
2. Menganjurkan ibu untuk menenangkan diri dengan cara menarik nafas panjang dan
meditasi disaat bayi sedang tidur
3. Mengajarkan ibu cara menarik nafas panjang melalui hidung dan keluarkan melalui
mulut dan lakukan berulang-ulang. Cara melakukan meditasi / yoga dengan posisi
duduk sila atau posisi lain ditempat yang tenang saat bayi sedang tidur
4. Mengajarkan ibu cara melakukan Bounding Attachmant yaitu dengan cara antara lain
saat menyusui, pandang mata bayi dengan kasih sayang, memandikan bayi dengan
penuh kelembutan, mendalami perannya sebagai ibu.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan Bounding Attachmant
6. Mengajarkan ibu melakukan perawatan bayi baru lahir yaitu menjaga kebersihan tubuh
dengan memandikannya pada setiap bagian tubuhnya dan tidak boleh terlalu lama,
membedong bayi setelah dimandikan untuk mencegah hipotermi dan memperbaiki
postur tubuh.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi baru lahir secara mandiri, tidak
dirawat orang lain, karena akan lebih terpercaya jika ibu sendiri yang melakukan.
8. Mengajarkan pada ibu cara yang efektif adalah istirahat disaat bayi sedang tidur dan
mengurangi aktifitas sehari-hari
9. Menganjurkan ibu untuk tidur saat bayi tidur
10. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein dan serat seperti: lauk
pauk, sayuran hijau, buah-buahan segar, dll.
11. Melibatkan keluarga khususnya suami dalam memberikan dukungan psikologis pada
ibu beritahu keluarga bahwa ibu butuh dukungan dari mereka, sebisa mungkin
27
hindarkan dari masalah-masalah dalam keluarga yang dapat mengganggu psikologis
ibu

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 23 Agustus 2007, pukul 10.00WIB
S : Ibu mengatakan frustasi mulai berkurang, tidak migrain lagi, dan masih sering
kelelahan karena suami jarang membantu pekerjaan rumah tangga sehingga ibu sering
melakukannya sendiri
O : Keadaan umum baik
TD : 110/70 mmHg RR : 80x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 37oC
TFU 1 jari di atas simpisis
Kontraksi baik
lochea sangoelenta
ASI sudah keluar
A : P1001 post partum hari ke-6 dengan Baby Blues
P:
1. Observasi keadaan umum dan TTV serta proses involusi uterus
2. Ajarkan ibu perawatan bayi sehari-hari
3. Anjurkan ibu makan dan minum yang cukup serta bergizi seperti sayur-sayuran hijau,
buah-buahan dan susu
4. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya tanpa diselingi makanan tambahan apa pun.
5. Libatkan keluarga khususnya suami untuk membantu ibu melakukan pekerjaan rumah
tangga
6. Anjurkan ibu tetap melakukan meditasi, senam nifas, istirahat yang cukup.

Catatan Perkembangan 2 minggu post partum


Tanggal 7 September 2007, pukul 15.00WIB
S : Ibu mengatakan sudah tidak frustasi , ibu tidak terlalu lelah
O : 1. Keadaan umum ibu baik
TD : 110/70 mmHg RR : 80 x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,8oC
TFU sudah tidak teraba lagi
lochea alba
ASI keluar dengan lancar
28
A : P1001 post partum hari ke-14 dengan
P:
1. Observasi keadaan umum, TTV dan involusi uterus
2. Anjurkan ibu tetap menyusui bayinya tanpa diselingi apapun dan melakukan perawatan
sehari-hari pada bayinya
3. Jelaskan tentang manfaat, jenis-jenis keuntungan dan kerugian dari macam-macam KB
4. Anjurkan ibu untuk mendiskusikan pada suami jenis KB yang mana yang akan dipilih
untuk menjarangkan kehamilan dan fokus pada bayi pertamanya

Catatan Perkembangan 6 minggu post partum


Tanggal 5 Oktober 2007, pukul 11.00WIB
S : Ibu mengatakan senang memantau perkembangan dan pertumbuhan bayinya, ingin ber
KB dengan menggunakan alat kontrasepsi hormonal yaitu KB suntik
O : Keadaan umum ibu baik
TD : 110/70 mmHg RR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 37oC
A : P1001 post partum hari ke-42
P:
1. Jelaskan tentang keuntungan dan kerugian KB suntik, serta cara pemberian dan waktu
pemberian
2. Persiapkan ibu, alat, serta bidan dalam pemberian alat kontrasepsi hormonal yaitu KB
suntik
3. Pemberian alat kontrasepsi hormonal KB suntik sesuai dosis
4. Anjurkan ibu untuk suntik kembali pada waktu yang ditentukan
5. Libatkan keluarga khususnya suami untuk mengingatkan jadwal KB

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Postpartum ialah kelahiran yang dimulai setelah lahirnya bayi sampai pemulihan

kembali organ-organ seperti sebelum kelahiran. Lamanya periode postpartum yaitu sekitar

6-8 minggu dan wanita mengalami perubahan fisik yang kompleks. Selain terjadinya

perubahan-perubahan tubuh, pada periode postpartum juga akan mengakibatkan terjadinya

perubahan kondisi psikologis. Sehingga dalam masa nifas bunda dalam memahami emosi

naik turun, sebagai keluarga kita harus mendukung apapun.

4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami jauh dari kesempuran sehingga kami meminta
saran dan kritik untuk makalah ini agar menjadi lebih baik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia


Press Dewi, V, N, L.
Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika Hidayat,
A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analis Data, Jakarta : salemba medika
Irawati, D. Yuliani, F. 2014. Pengaruh Faktor Psikososial Dan Cara Persalinan Terhadap
Terjadinya Postpartum Blues Pada Ibu Nifas. Jurnal Hospital Majapahit Vol.1 No. 6, Februari
2014. Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto. Mojokerto
Janiwarty, B. Pieter, H, Z. 2013. Pendidikan Psikologi Untuk Bidan. Yogyakarta : Andi Offset
Mansur, H. 2009. Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Marmi.
2014.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Pueperium Care”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ,
dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Manurung, S. Lestari, T, R.
B, Suryati. Miradwiyana, B. Karma, A. Paulina, K. 2011. Efektifitas Terapi Musik Terhadap
Pencegahan Postpartum BluesPada Ibu Primipara Di Ruang Kebidanan RSUP Cipto
Mangunkusmo Jakarta Pusat. Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 14 No. 1, Januari
2011. Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 Jurusan Keperawatan Miyansaski, A,U. Misrawati. Sabrian,
F.2014. Perbandingan Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Postpartum Dengan Persalinan Normal
Dan Sectio Sesaria. Jurnal Jom Psik Vol 1 No. 2, Oktober 2014. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau. Riau Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nurjanah,S,N. Maemunah, A,S. Badriah, D,L. 2013. Asuhan Kebidanan Postpartum.
Bandung : Refika aditama Prawirihardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Rohima Press
Rukiyah, A, Y. Yuliyanti, L. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info Media Rukiyah,
A, Y. Yuliyanti, L. 2012. Asuhan Kebidanan IV Patologi. Jakarta : Trans Info Media

31
Sulistyawati, A.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : Buku kedokteran EGC
Wulandari, S, R. Handayani, S. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : Gosyen
publishing Yuliana. 2010. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan
Postpartum Blues Di BPM Woro Tri Prabandari. Surakarta : STIKes PKU Muhammadiyah
Surakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai