Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

POST PARTUM NORMAL


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas 1

Disusun Oleh :

GEA ANDRIANI

(A11701552)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum
Normal” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa terselesainya laporan “MAKALAH POST
PARTUM NORMAL” ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan,
kelemahan, serta kesalahan, karena keterbatasan pengetahuan serta pola berpikir
penulis. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca selalu
penulis harapkan demi menyempurnakan penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Sruweng, 20 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi ........................................................................................................ 4
2.2 Etiologi ........................................................................................................ 4
2.3 Tanda dan Gejala......................................................................................... 5
2.4 Anatomi dan Fisiologi ................................................................................. 9
2.5 Patofisiologi ................................................................................................ 17
2.6 Pathway ....................................................................................................... 18
2.7 Pengkajian Fokus Keperawatan .................................................................. 20
2.8 Diagnosa Keperawatan................................................................................ 22
2.9 Intervensi Keperawatan ............................................................................... 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 25
3.2 Saran .......................................................................................................... 25
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cakupan ilmu keperawatan adalah keperawatan maternitas yang
mana bidang garap keperawatan maternitas lebih difokuskan pada kesehatan ibu
dan anak. Kesehatan ibu tidak akan pernah lepas dari sebuah keadaan mulai
dari perawatan selama prenatal, intra partum dan post partum. Masa nifas atau
post partum adalah masa setelah persalinan selesai dalam waktu sekitar 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Post partum dibagi menjadi 3
periode, yaitu : puerpureum dini, intermedial puerpureum dan remote
puerpureum (Mochtar, 1998).
Di negara berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa yang
kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dipekirakan bahwa 60% kematian ibu
terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam
pertama (Prawirardjo, 2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah
yang kompleks yang sulit diatasi. Dari laporan WHO, di Indonesia merupakan
salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran
hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Pada ibu post partum mengalami perubahan-perubahan baik secara fisiologis
maupun psikologis. Perubahan yang terjadi pada adaptasi fisologis, ibu
mengalami perubahan system reproduksi dimana ibu mengalami proses involusi
uteri, laktasi dan perubahan hormonal. Sedangkan perubahan pada adaptasi
psikologis adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru
memiliki pengalaman tentang proses melahirkan, dan hal ini akan berdampak
kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitive terhadap faktor-
faktor yang mana dalam keadaan normal mampu diatasinya (Yukekirana, 2015).
Selama masa nifas ibu perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI)
adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
1
perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2012). Perubahan yang
mendadak pada ibu post partum penyebab utamanya adalah kekecewaan
emosional, rasa sakit pada masa nifas awal, kelelahan karena kurang tidur
selama persalinan dan kecemasan pada kemampuannya untuk merawat
bayinya, rasa takut tidak menarik lagi bagi suaminya, terutama emosi
selama minggu pertama menjadi labil dan perubahan suasana hatinya dalam
3 - 4 hari pertama, masa ini sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh begitu
banyak faktor, maka penekanan utama adalah pendekatan keperawatan
dengan memberikan bantuan, simpati dan dorongan semangat.
Periode Post Partum menurut Rubin, 1961 (Bobak, 2005) dibagi menjadi
tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua, yang mana
fase-fase penyesuaian tersebut Taking In Phase, Taking Hold Phase dan Letting
Go Phase. Penelitian yang dilakukan (Maulidyah indah & Miftakhul Magfira,
2013) menyebutkan bahwa, beberapa stress menstimulasi penurunan laktasi
baik itu stress fisik atau stress psikologis dapat mengurangi
lepasnyaoksitosin selama laktasi, dan hal ini dapat mengganggu refleks
pengeluaran air susu. Jadi pasien post partum yang mengalami stress dapat
mempengaruhi produksi ASI.
Produksi ASI yang menurun atau bahkan belum ada pada saat post partum
hari 1-3 akan mempengaruhi keinginan ibu untuk menyusui sehingga bayi
tidak mendapatkan ASI eksklusif. Kondisi psikologis ibu seperti merasa cemas
atau stress dapat mempengaruhi produksi ASI karena butuh penyesuaian pada
ibu post partum. Oleh karena itu tenaga kesehatan memegang peranan penting
untuk tetap meningkatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan bermutu
(Dewi, 2011).
Dan salah satu tindakan keperawatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi
cemas atau stress adalah dengan cara melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin
merupakan pemijatan pada sepanjang tulang-tulang belakang pijat, ini dilakukan
untuk merangsang hormone oksitosin atau hormone prolaktin ASI. Ibu yang
menerima pijat oksitosin akan merasa rileks (Monika, 2014).
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep post partum?
2. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan yang tepat pada ibu dengan post
partum normal?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep post partum.
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada ibu
dengan post partum normal.

1.4 Manfaat
1. Sebagai sarana pengaplikasian ilmu pengetahuan peneliti yang didapat dari
institusi pendidikan melalui proses pendidikan.
2. Sebagai bahan masukan dalam proses pelayanan kesehatan tentang post
partum normal pada ibu.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Medis


2.1.1 Definisi
Post partum (masa nifas) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Rustam Mochtar, 1998).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,
ketika alat-alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal (Barbara
F.Weller, 2005).
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan, keluarnya cairan berupa lochea
dan lain sebagainya berkaitan dengan melahirkan (Suherni, 2009).
Post partum spontan adalah masa setelah proses lahirnya bayi dengan
tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umumnya belangsung kurang dari 24 jam (Abdul Bari Saifuddin,
2002).
2.1.2 Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a) Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

4
b) Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d) Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh
kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukkan dalam kanalis servikalis dnegan tujuan merangsang
pleksus framkenhauser, amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin
drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
2.1.3 Tanda dan Gejala
1. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah
bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after
pain post partum terjadi pada hari ke 2-3 hari.
2. Kontraksi uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post partum,
kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh
darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat
berhenti.

5
3. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke-3.
After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan
gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri.
4. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spunglosum, bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan
atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari
lochia. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8
minggu endometrium tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta +3
minggu tidak menimbulkan jaringan parut, tetapi endometrium baru,
tumbuh dibawah permukaan dari pinggir luka.
5. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifas terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi menstruasi, ibu
menyusui menstruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
6. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit
berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan
lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.
Lochia dibagi dalam beberapa jenis:
a. Lochia rubra
Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa
chorion, linguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah
merah.
b. Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecokelatan bercampur
lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit
yang mati.
6
c. Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.
d. Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman
penyakit yang telah mati.
7. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2
jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang
lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti
biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
8. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali
kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot
rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
9. Perubahan sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus
dan eksresi cairan vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali
normal setelah partus.
10. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-
kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
terjadi retensi urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan
refleks miksi menurun.

7
11. Perubahan sistem gastrointestina
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan
perineum karena episiotomi, laserasi, hemoroid dan takut jahitan lepas.
12. Perubahan pada mamae
Hari pertama bila mamae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mamae mulai tegang,
membengkak, lembut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti
vaskuler).
13. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum
yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mamae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030-1.035 reaksi
alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang
mengandung antibodi. Bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau
tidak ada kontra indikasi.
14. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38.0C dan normal
kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya
cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan
terkontaminasinya vagina.
15. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun dibawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya plasenta. Bertambahnya volume darah
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung
dan akan normal pada akhir minggu pertama.

8
16. Tekanan darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan
yang harus diperhatikan secara serius.
17. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada
dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun
sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi.
2.1.4 Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak
didalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia
eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan 9
eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen
dan progesteron (Syafruddin & Fratidhini, 2009).
1. Struktur eksterna

Gambar 2.1 struktur eksterna


a) Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia
externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang
berbentuk lonjong. Berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri
dibatasi bibir kecil sampai kebelakang dibatasi perineum.
9
b) Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak
subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan
jaringan kat jarang diatas simfisis pubis. Mons pubis
mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons
berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis
selama koitus.
c) Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung
yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan
mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis kearah
bawah mengelilingi labia minora, berakhir di perineum pada
garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus
urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah
melahirkan anak pervagina, kedua labia mayora terletak
berdekatan digaris tengah, menutupi struktur-struktur
dibawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera
pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan
bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebabkan atrofi labia
mayora. Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya
memiliki pigmen lebih gelap dari jaringan sekitarnya dan
ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis kearah luar
perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak
ditumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan,
nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini dilakukan adanya jaringan syaraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan
seksual.

10
d) Labia minora
Labia minora terletak diantara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang
memanjang kearah bawah dari bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan
memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus
emosional dan stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar dilabia minora
juga melumasi vulva. Suplai syaraf yang sangat banyak
membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya.
e) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang
terletak tepat dibawah arkus pubis. Dala keadaan tidak
terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau
kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif
daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans
dan badan klitoris membesar. Kelenjar subasea klitoris
menyereksi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang
memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti
“kunci” karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas
wanita. Jumlah pembuluh darah dan persyarafan yang banyak
membuat klitoris sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.

11
f) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti
perahu atau lonjong, terletak diantara labia minora, klitoris dan
fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua
kelenjar didasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap
sisi orifisium vagina.
g) Fourchette
Fouchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora
dan minora digaris tengah dibawah orifisium vagina. Suatu
cekungan dan fosa navikularis terletak diantara fourchette dan
himen.
h) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan
perineum.
2. Struktur internal

Gambar 2.2 struktur internal

12
a) Ovarium
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus , dibawah dan
dibelakang tuba falopi. Dua legamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mensovarium ligamen lebar uterus,
yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-
kira setinggi krista iliaka antrosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dna produksi hormon.
Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. Diantar interval selama masa usia subur ovarium
juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi wanita normal.
b) Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang kearah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar
dan belekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini
kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan
jalan bagi ovum. Ovum didorong sepanjang tuba, sebagian oleh
silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot.
Estrogen dan prostalglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktivitas peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan
mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan
tonjolan bulat dibagian atas dan insersituba fallopi, korpus ynag
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri dan
13
istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai segmen uterus bagian
bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan:
- Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah
ialah suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga
lapisan: lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan
ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang
menghubungkan indometrium dengan mioetrium.
- Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan
serabut otot polos yang membentang ketiga arah. Serabut
longitudinal membentuk lapisan luar miometrium, paling
banyak ditemukan didaerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
- Peritoneum parietalis merupakan suatu membran serosa,
melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat
permukaan anterior bagian bawah, dimana terdpat kandung
kemih dn serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen
karena peritoneum parietalis tidak menutupi seluruh korpus
uteri.
d) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon
dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesteron. Sel-
sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan
selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah.
14
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik diatas
lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus
mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
b. Fisiologi
Perubahan fungsional menurut Dewi vivian & Sumarsih (2011)
a) Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 30C sebagai akibat
pemakaian energi saat melahirkan, dehidrasi meupun perubahan
hormonik, tekanan darah stabil, penurunan sistolik 20 mmHg dapat
terjadi saat ini, nadi berkisar antara 60-70 kali per menit.
b) Sistem kardiovaskuler
Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah
sebelumnya dialirkan melalui utero plasenta dikembalikan ke
sirkulasi general. Volume darah biasanya berkurang 300-400 ml
selama proses persalinan spontan. Trombosit pada hari ke 5 s.d 7
post partum, pemeriksaan homans negatif.
c) Sistem reproduksi
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri setelah 2
jari di bawah pusat, 1-3 hari TFU 3 jari dibawah pusat, 3-7 hari TFU
1 jari diatas sympisis lebih dari 9 hari TFU tidak teraba. Macam-
macam lochea berdasarkan jumlah dan warnanya :
- Lochea rubra : 1-3 hari, berwarna merah terang, mengandung
darah, mungkin ada bekuan kecil, bau amis yang khas (bau
seperti hewan), keluar banyak sampai sedang.
- Lochea serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
- Lochea alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.
Macam-macam episiotomi :
- Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah
diperbaiki, lebih sedikit perdarahan penyembuhan lebih baik
15
- Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak
digunakan karena lebih aman
- Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat
menimbulkan relaksasi introitus, perdarahan lebih banyak
dan sukar direparasi.
d) Sistem gastrointestinal
Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu
pertama. Hal ini disebabkan karena penurunan mrtalitas usus,
kehilangan cairan dan ketidaknyamanan perineum.
e) Sistem muskuloskeletal
Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil,
menyebabkan hilangnya kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah
melahirkan. Dinding perut terlihat lembek dan kendor.
f) Sistem endokrin
Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron
berkurang maka timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin
merangsang air susu. Produksi ASI meningkat setelah 2 s.d 3 hari
pasca persalinan.
g) Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil
selama 2 hari post partum. Penimbunan cairan dalam jaringan
selama berkemih dikeluarkan melalui diuresis yang biasanya dimulai
dalam 12 jam setelah melahirkan.
Adaptasi psikologi post partum Suherni (2009)
a) Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada
diri sendiri, pasif, belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung
1-2 hari.

16
b) Fase taking hold
Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam
perawatan bayinya, berlangsung 10 hari.
c) Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan
diri dan bayinya meningkat terus, menyadari bahwa dirinya terpisah
dengan bayinya.
2.1.5 Patofisiologi
Pada kasus post partum spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis, pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan
terjadi peningkatan kadar ocytosis, peningkatan kontraksi uterus sehingga
muncul masalah keperawatan nyeri akut, perubahan pada vagina dan
perineum terjadi ruptur jaringan dan trauma mekanis, personal hygiene
yang kurang baik, pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi
kotor dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul masalah keperawatan
resiko infeksi, perubahan laktasi akan muncul stuktur dan karakter
peayudara. Laktasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan
prolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga
aliran darah dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan retensi darah di
pembuluh payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada
duktus intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah
keperawatan menyusui tidak efektif. Pada perubahan psikologis akan
muncul taking in (ketergantungan), taking hold (ketergantungan
kemandirian), letting go (kemandirian). Pada perubahan taking in pasien
akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ibu akan cenderung
berfokus pada diri sendiri dan lemas, sehingga muncul masalah
keperawatan gangguan pola tidur, taking hold pasien akan belajar
mengenai perawatan diri dan bayi, akan cenderung butuh informasi karena
mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masalah
keperawatan kurang pengetahuan. Letting go ibu akan mulai mengalami
17
perubahan peran, sehingga akan muncul masalah keperawatan resiko
perubahan peran menjadi orang tua.
2.1.6 Pathway

Pre eklamsi berat (PEB)

Fisiologis Psikologis

Penurunan aliran Prostaglandin Iskemia uterus Stress Bluess


darah plasenta menurun

Hipertensi Ggn. perfusi


jaringan dan multi
organ
Medula oblongata
sistem syaraf Peningkatan
meningkat intracranial, oedem
paru, penurunan
perfusi plasenta

Kejang

Kematian Persalinan dengan His kurang kuat


pacuan

Post partus spontan Retention sisa plasenta

Curetage
Perubahan fisiologi Perubahan psikologi

Proses involusi Vagina dan perineum Laktasi Taking in Taking hold Letting go

Peningkatan kadar Ruptur jaringan Butuh Belajar Kondisi tubuh


ocytosin, perlindungan mengenai mengalami
Peningkatan dan pelayanan perawatan diri perubahan
kontraksi uterus dan bayi

18
Trauma Personal Pembuluh Struktur dan Berfokus pada diri Butuh Resiko
mekanis hygiene darah rusak karakter payudara sendiri dan lemas informasi perubahan
kurang baik ibu peran
Ggn. pola tidur
Kurang menjadi
Nyeri akut Pendarahan pengetahuan orang tua
Genetalia Hormon Aliran darah perubahan
kotor estrogen di payudara
Defisit berurai dari
uterus
volume (involusi)
Resiko Prolaktin
cairan
infeksi meningkat
Retensi darah
di pembuluh
payudara

ASI keluar Penyempitan


pada duktus Bengkak
intiverus

Payudara ASI tidak Retensi ASI


bengkak keluar

Ketidakefektifan Mastitis
menyusui

19
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Fokus Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat ibu
1. Biodata ibu
2. Penolong
3. Jenis persalinan
4. Masalah-masalah persalinan
5. Nyeri
6. Menyusui atau tidak
7. Keluhan-keluhan saat ini, mis: kesedihandepresi, pengeluaran
pervagina/perdarahan/lokhea, putting/payudara
8. Rencana masa datang: kontrasepsi yang akan digunakan
b. Riwayat sosial ekonomi
1. Respon ibu dan keluarga terhadap bayi
2. Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu dirumah
3. Para pembuat keputusan dirumah
4. Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat
5. Kepercayaan dan adat istiadat
c. Riwayat bayi
1. Menyusu
2. Keadaan tali pusat
3. Vaksinasi
4. Buang air kecil/besar
d. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik
Suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, tanda-tanda anemia, tanda-
tanda edema/tromboflebitis, refleks, varises, CVAT (contical
vertebral area tenderness).

20
2. Pemeriksaan payudara
Putting susu: pecah, pendek, rata., nyeri tekan, abses,
pembengkakan/ASI terhenti, pengeluaran ASI.
3. Pemeriksan perut/uterus
Posisi uterus/tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, ukuran kandung
kemih.
4. Pemeriksaan vulva/perineum
Pengeluaran lochea, penjahitan laserasi atau luka episiotomi,
pembengkakan, luka, hemoroid.
5. Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (‘post partum blues’ sering terlihat
kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
8. Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga
sampai kelima pasca partum.
11. Seksualitas
- Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran,
menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
- Lochea rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut
menjadi lochea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis:
rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (mis: menyusui).

21
- Payudara: produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada
suhu matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini,
tergantung kapan menyusui dimulai.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan, peregangan perineum, luka episiotomi, hemoroid,
pembengkakan payudara
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan
3. Resiko meyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah, diuresis, keringat berlebihan
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,
proses persalinan dan proses melelahkan
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
Manajemen nyeri (1400)
Aktivitas-aktivitas:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi. Frekuensi, kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
- Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
- Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan
tepat

22
2. Resiko tinggi infeksi
Perlindungan infeksi (6550)
Aktivitas-aktivitas:
- Periksa kondisi sayatan bedah atau luka
- Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
- Anjurkan asupan cairan
- Anjurkan istirahat
- Anjurkan peningkatan mobilitas dal latihan
- Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
3. Resiko meyusui tidak efektif
Konseling laktasi (5244)
Aktivitas-aktivitas:
- Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik fisiologis
maupun psikologis
- Instruksikan ibu untuk melakukan perawatan puting susu
- Diskusikan untuk istirahat yang cukup, hidrasi, dan diet yang
seimbang
- Diskusikan strategi yang bertujuan mengoptimalkan suplai air susu
(mis: pijatan payudara)
- Monitor nyeri pada puting susu dan adanya gangguan integritas
kulit pada puting susu
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
Manajemen cairan (4120)
Aktivitas-aktivitas:
- Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien
- Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan
- Monitor status hidrasi
- Monitor tanda-tanda vital pasien
- Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan yang baik
23
5. Gangguan pola tidur
Peningkatan tidur (1850)
Aktivitas-aktivitas:
- Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
- Perkiran tidur/siklus bangun pasien di dalam perawatan
perencanaan
- Temukan efek dari obat yang dikonsumsi pasien terhadap pola tidur
- Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlahh jam tidur
6. Defisit pengetahuan
Pendidikan orang tua: bayi (5568)
Aktivitas-aktivitas:
- Tentukan pengetahuan, kesiapan dan kemampuan orangtua dalam
belajar mengenai perawatan bayi
- Ajarkan orangtua keterampilan dalam merawat bayi yang baru lahir
- Bantu orangtua dalam mengidentifikasi karakteristik perilaku bayi
- Berikan informasi mengenai karakteristik perilaku bayi baru lahir
- Berikan dukungan ketika orangtua belajar keterampilan perawatan
bayi

24
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Post partum (masa nifas) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas
ini yaitu 6-8 minggu Pada ibu post partum mengalami perubahan-perubahan baik
secara fisiologis maupun psikologis. Perubahan yang terjadi pada adaptasi
fisologis, ibu mengalami perubahan system reproduksi dimana ibu mengalami
proses involusi uteri, laktasi dan perubahan hormonal. Sedangkan perubahan
pada adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu
yang baru memiliki pengalaman tentang proses melahirkan, dan hal ini akan
berdampak kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitive terhadap
faktor-faktor yang mana dalam keadaan normal mampu diatasinya. Pentingnya
pemberian perawatan yang tepat dan dukungan dari orang-orang sekitar pada ibu
post partum sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
ibu dan bayi.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini saya buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang penerapan asuhan keperawatan pada ibu post partum
normal. Saya selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Terima kasih.

25
DAFTAR PUSTAKA

Kamitshuru, Shigemi. 2018. Diagnosis keperawatan Definisi dan klasifikasi 2018 –


2020 edisi 11. Penerbit buku kedokteran : EGC

Kirana, Yuke. 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum Dengan Kejadian
Post Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Vol 3. No 1. ISSN: 2338-7246

Nurjanah, Intansari. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). Penerbit Buku


Kedokteran : EGC

Nurjanah, Intansari. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). Penerbit Buku


Kedokteran : EGC

Qonitun, Umu., Fitri Novitasari. 2018. Studi Persalinan Kala IV Pada Ibu Bersalin
Yang Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Ruang Mina Rumah Sakit
Muhammadiyah Tuban. Jurnal Kesehatan. Vol 11. No 1. ISSN: 2086-2555

Sridani, Ni Wayan., Nur Asia., Fauzan., Hayati Palesa. 2019. Asuhan Keperawatan
Post Partum Dengan Pijat Oksitosin Untuk Peningkatan Produksi ASI Di
Ruang Meranti RSU Torabelo. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Vol 6. No 2. Hal 41-
57

26

Anda mungkin juga menyukai