Anda di halaman 1dari 25

KONSEP KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL DAN KOMPLIKASI

Oleh Kelompok 7 :

1. Ni Nyoman Paramitha Dewintasari (P07120220031)


2. Ni Luh Ayu Sintia Aristawati (P07120220032)
3. Ni Gusti Ayu Riana Putri (P07120220033)
4. I Gusti Ayu Agung Purnama Dewi (P07120220034)
5. Erin Aulia Maharani (P07120220035)
6. Tarita Saraswati Dewi (P07120220047)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Pengasih lagi Maha Penyayang atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nyakepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Konsep Keperawatan Post Partum Normal dan Komplikasi”.
Harapan kami semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kami
dan para pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya karena masih dalam tahap
belajar.Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah mengenai Konsep Keperawatan Post Partum
Normal dan Komplikasi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi penulis, dan
terutama terhadap pembacanya.

Denpasar, 15 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………..………. .. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..……. . ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………..…. 1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………..…….... 2
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………..…...... 2
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………..……… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Apa pengertian dari post partum ………………………………………..….. 3


2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Post Partum Normal Dan Komplikasi.. 3
2.3 Bagaimana contoh asuhan keperawatan intranatal ……………………..….. 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….... 21


3.2 Saran ………………………………………………………………………. . 21

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..... . 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Post partum adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah


kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagaian besar menganggapnya antara 4
sampai 6 minggu. Walaupun masa yang relative tidak komplek dibandingkan dengan
kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan
tersebut mungkin hanya sedikit menggagu ibu, walaupun komplikasi serius juga sering
terjadi (Cunningham, F Garry, 2013). Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu
hamil saat ini sangat rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus
yang ditemui di dunia kebidanan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan yang
paling menonjol saat ini adalah kejadian ketuban pecah dini (KPD). Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban ditunggu 1 jam tidak diikuti tanda-tanda persalinan (inpartu).
Sebagaian besar ketuban pecah dini terjadi diatas usia kehamilan 37 minggu, sedangkan
dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah yang
kontroversi dalam obstetrik yang berkaitan dengan penyebabnya (Hidayat, 2009). Asuhan
keperawatan pasca persalinan di perlukan untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan
anak. Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau setelah proses persalinan
kala I sampai kala IV selesai.

Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu terbebas dari bahaya atau
komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu pada masa nifas dan tidak tertangani
dengan baik akan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Asuhan keperawatan pada post partum adalah salah
satu pelayanan kesehatan utama yang di perlukan dapat menurunkan angka kematian ibu,
selain itu diadakannya sistem rujukan yang efektif yang dapat mengurangi angka
kematian ibu dan anak. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi
aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada mingguminggu atau bulan-bulan pertama
setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagai wanita berhasil

1
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagaian lainya tidak berhasil menyesuaikan diri
dengan baik dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau
sindrome yang disebut post partum blues (Saleha, 2009). Hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan Angka Kematian Ibu di Indonesia
mencapai 395/100.000 kelahiran hidup. Target tujuan pembangunan millennium
(Millenium Development Goals/MDGS), Angka Kematian Ibu di Indonesia pada tahun
2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI adalah perdarahan 28%,
eklampsia 12%, abortus 13%, sepsis 15%, partus lama 18%,dan penyebab lainya 2%
(DepkesRI, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari post partum?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan post partum normal dan komplikasi?
3. Bagaimana contoh asuhan keperawatan post partum?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari post patum
2. Untuk mengtahui konsep dasar asuhan keperawatan post partum normal dan komplikasi
3. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan post partum

1.4 Manfaat

Manfaat dari disusunnya makalah yang berjudul ’KONSEP KEPERAWATAN


POST PARTUM NORMAL DAN KOMPLIKASI’ adalah dengan adanya pembahasan
materi secara terperinci dan mendalam diharapkan penulis dan pembaca dapat memahami
dan menambah wawasan terkait dengan materi ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).
Periode postpartum adalah selang waktu antara kelahiran bayi sampai dengan
pulihnya organ reproduksi seperti sebelum hamil. Periode ini sering disebut masa nifas
(puerperium), atau trimester keempat kehamilan, masa nifas biasanya berkisar antara 6
minngu atau lebih bervariasi antara ibu satu dengan ibu yang lainnya (Lowdermilk,
Perry dan Chasion, 2013).
Periode postpartum dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap immediate
postpartum (setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam setelah proses persalinan),
tahap early postpartum (24 jam sampai satu minggu setelah persalinan) dan tahap late
postpartum (satu minggu sampai lima minggu setelah persalinan) (Saleha, 2009).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Post Partum Normal Dan Komplikasi

2.2.1 Tahapan Tahapan Masa Post Partum

Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan menurut bobak (2004) yaitu)

a. Puerperium dini (immwdiate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum, yaitu
masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan – jalan
b. Puerperium intermedikal (early puerperium) : waktu 1-7 hari post patum,
yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ organ reproduksi selama kurang
lebih 6 – 8 minggu

3
c. Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1 – 6 minggu post partum.
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat Kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu apabila selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi

2.2.2 Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Ibu Post Partum

Bobak, Lowdermik dan Jensen, (2005) menyatakan bahwa periode post


partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi
sangat jelas, walaupun dianggap normal dimana proses-proses pada kehamilan
berjalan terbalik. Berikut adalah perubahan atau adaptasi fisiologi serta psikologi
wanita setelah melahirkan.

A. Adaptasi Fisiologi Ibu Post Partum


a. Sistem Reproduksi
1) Involusio Uteri, Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan
kondisi normal setelah kelahiran bayi.(Bobak, Lowdermilk, dan
Jensen, 2005). Involusio terjadi karena masing-masing sel menjadi
lebih kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusio
disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim
pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang sebagai air kencing.
2) Involusio Tempat Plasenta. Pada pemulaan nifas, bekas plasenta
mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
trombus. Biasanya luka yang demikian, sembuh dengan menjadi parut.
Hal ini disebabkan karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah pemukaan luka. Rasa sakit yang disebut
after pains ( meriang atau mules-mules ) disebabkan kontraksi rahim
biasanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan.( Cunningham, F Gary,
Dkk, 2005 )

4
3) Lochea Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
Lochia dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
a) Lochea rubra/cruenta, Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,
selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta Berwarna merah dan kuning berisi darah dan
lendir,yang keluar pada hari ke – 3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia
rubra. Lochia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke -
7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin
sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu
berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta
terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
e) Lochea purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f) Locheastatis Lochea, keluranya tidak lancer

4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7
hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5) Vagina dan Perineum
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan
suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur
luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang
nulipara. Rugae ( lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan ) timbul kembali
pada minggu ketiga. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan

5
luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah
persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi
dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan
terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat dengan pemeriksaan
spekulum. Pada perineum terjadi robekan pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi
luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil
daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan
ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito
bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.
b. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi
susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke

6
arah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal,
pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
3) Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa
tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
mengikatkan volume darah. Di samping itu, progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama
sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg.
Jika ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi orthostatik yang
merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi di
daerah panggul.
d. Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat
mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan
cairan, perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan dan
kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa mengakibatkan
terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil
sampai 2 hari post partum.
e. Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemoroid, dan
laserasi jalan lahir.
f. Sistem Muskuloskeletal

7
1) Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk
mempercepat involusio rahim.
2) Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa post
partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama
kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi recti abdominalis,
mudah di palpasi melalui dinding abdomen bila ibu telentang. Latihan
yang ringan seperti senam nifas akan membantu penyembuhan
alamiah dan kembalinya otot pada kondisi normal.

g. Sistem Kelenjar Mamae


1) Laktasi
Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang
disekresi payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi,
dapat diperas dari putting susu.
2) Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara,
kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar
adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak lebih
sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung globul lemak
agak besar di dalam yang disebut korpustel kolostrum, yang oleh
beberapa ahli dianggap merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami
degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit
mononuclear yang mengandung cukup banyak lemak. Sekresi
kolostrum bertahan selama sekitar lima hari, dengan perubahan
bertahap menjadi susu matur. Antibodi mudah ditemukan dalam
kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan
perlindungan pada neonatus melawan infeksi enterik. Faktor-faktor
kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin - immunoglobulin,
terdapat di dalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi

8
komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin,
laktoperoksidase, dan lisozim.
3) Air susu
Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan lemak. Air
susu isotonik dengan plasma, dengan laktosa bertanggung jawab
terhadap separuh tekanan osmotik. Protein utama di dalam air susu ibu
disintesis di dalam retikulum endoplasmik kasar sel sekretorik alveoli.
Asam amino esensial berasal dari darah, dan asam- asam amino non-
esensial sebagian berasal dari darah atau disintesis di dalam kelenjar
mamae. Kebanyakan protein air susu adalah protein-protein unik yang
tidak ditemukan dimanapun. Juga prolaktin secara aktif disekresi ke
dalam air susu. Perubahan besar yang terjadi 30-40 jam post partum
antara lain peninggian mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa
dari glukosa didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh lactose
sintetase. Beberapa laktosa meluap masuk ke sirkulai ibu dan
mungkin disekresi oleh ginjal dan ditemukan di dalam urin kecuali
kalau digunakan glukosa oksidase spesifik dalam pengujian
glikosuria.

h. Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit. 1). Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan linea
nigra mungkin menghilang sempurna sesudah melahirkan.

B. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum


Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologi ibu post partum
dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 24 - 48 jam setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik

9
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatu kebutuhan dapat dipenuhi orang lain
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan
2. Periode Taking Hold
a. Berlangsung tiga sampai 10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu
dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar
tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya Keinginan untuk merawat bayi
d. meningkat

10
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues

2.2.3 Partus normal

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
bantuan.

1. Partus dibagi menjadi 4 kala :


a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya
kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida
sekitar 8 jam.

b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.

Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran


cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati
lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan
lebih mendorong kepala bayi sehinggakepala membuka pintu. Kepala lahir
seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk
melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk
melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke
atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang
dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda

11
vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

2.2.4 Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500
cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dari 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan
dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam
setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus
lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup. 3) Inversio uteri (Wikenjosastro,

12
2000).
2. Infeksi Puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah :
streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting
susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999)
5. Infeksi Saluran Kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan
bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis Dan Trombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan trombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis
superfisial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post
partum.
7. Emboli Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebapkan kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post Partum Depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan

13
obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung,
nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada
sex, kehilanagan semangat (Novak, 1999)

2.2.5 Tanda – Tanda Bahaya Post Partum

Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan


kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam
terjadinya robekan perineum antara lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada
mukosa vagina.

2.3 Asuhan Keperawatan Post Partum


Asuhan keperawatan pada ibu postpartum adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian
a) Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologis lebih difokuskan pada proses involusi organ reproduksi, perubahan
biofisik sistem tubuh dan deteksi adanya hambatan pada proses laktasi. Area pengkajian
fisiologis postpartum antara lain:
1) Suhu. Suhu merupakan penanda awal adanya infeksi, suhu yang cenderung tinggi
juga dapat menandakan ibu mengalami dehidrasi. Suhu dikaji tiap satu jam
selama 8 jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap dua jam sampai dengan 24
jam setelah persalinan.
2) Nadi, pernapasan dan tekanan darah. Frekuensi nadi yang lebih dari normal
(diatas 100 kali/menit) sebagai tanda adanya infeksi, hemoragi, nyeri, atau
kecemasan. Tekanan darah yang cenderung rendah dapat merupakan tanda syok
atau emboli. Nadi, pernapasan dan tekanan darah dikaji tiap 15 menit sampai

14
dengan empat jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap 30 menit sampai
dengan 24 jam setelah persalinan.
3) Fundus, lokhea dan kandung kemih. Fundus dapat sedikit meninggi pasca
persalinan, tetapi dihari berikutnya fundus akan mulai turun sekitar satu cm
sehingga pada hari ke 10 fundus sudah tidak teraba. Hari-hari awal setelah
persalinan, fundus akan teraba keras dengan bentuk bundar mulus, bila ditemukan
fundus teraba lembek atau kendur menunjukkan terjadinya atonia atau
subinvolusi. Ketika dilakukan palpasi, kandung kemih harus kosong agar
pengukuran fundus lebih akurat. Kandung kemih yang terisi akan menggeser
uterus dan meningkatkan tinggi fundus. Lokhea dapat dijadikan sebagai acuan
kemajuan proses penyembuhan endometrium. Lokhea memiliki warna yang
berbeda setiap harinya, lokhea rubra (berwarna merah gelap, keluar dari hari
kesatu sampai hari ketiga setelah persalinan, jumlahnya sedang), lokhea serosa
(berwarna merah muda, muncul dihari ke empat sampai hari ke 10 setelah
persalinan, jumlahnya lebih sedikit dari lokhea rubra), lokhea alba (berwarna
putih kekuningan, muncul dari hari ke 10 sampai minggu ketiga setelah
persalinan, jumlahnya sangat sedikit). Munculnya perdarahan merah segar setelah
selesainya lokhea rubra atau setelah selesainya lokhea serosa menandakan
terjadinya infeksi atau hemoragi yang lambat. Fundus, lokhea dan kandung kemih
dikaji tiap 15 menit sampai dengan empat jam setelah persalinan, kemudian dikaji
tiap 30 menit sampai dengan 24 jam setelah persalinan.
4) Perineum. Pengkajian pada daerah perineum dimaksudkan untuk mengidentifikasi
ada tidaknya hematoma, memar (ekimosis), edema, kemerahan (eritema), dan
nyeri tekan. Bila ada jahitan luka, kaji keutuhan, perdarahan dan tanda-tanda
infeksi (kemerahan, nyeri tekan dan bengkak). Perineum dikaji tiap satu jam
sampai dengan 24 jam setelah persalinan.
5) Payudara dan tungkai. Pengkajian payudara meliputi bentuk, ukuran, warna, dan
kesimetrisan serta palpasi konsistensi dan deteksi apakah ada nyeri tekan guna
persiapan menyusui. Hari pertama dan kedua pasca melahirkan akan ditemukan
sekresi kolostrum yang banyak. Pengkajian pada tungkai dimaksudkan untuk
menetahui ada tidaknya tromboflebitis. Payudara dan tungkai dikaji tiap satu jam

15
sampai dengan 8 jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap empat jam sampai
dengan 24 jam setelah persalinan.
6) Eliminasi. Pengkajian eliminasi meliputi pengkajian bising usus, inspeksi dan
palpasi adanya distensi abdomen. Ibu post partum dianjurkan untuk berkemih
sesegera mungkin untuk menghindari distensi kandung kemih. Eliminasi dikaji
setiap 9 jam, kaji juga defekasi setiap harinya.

b) Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial ini difokuskan pada interaksi dan adaptasi ibu, bayi baru lahir dan
keluarga. Perawat melihat status emosianal dan respon ibu terhadap pengalaman
kelahiran, interaksi dengan bayi baru lahir, menyusui bayi baru lahir, penyesuaian
terhadap peran baru, hubungan baru dalam keluarga, dan peningkatan pemahaman dalam
perawatan diri (Reeder, Martin dan Koniak-Griffin, 2011).

2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar


Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016), yaitu:
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
b) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI, hambatan pada
neonatus, anomali payudara ibu, ketidakadekuatan refleks oksitosin, ketidakadekuatan
refleks menghisap bayi, payudara bengkak, riwayat operasi payudara, kelahiran kembar,
tidak rawat gabung, kurang terpapar informasi tentang pentingnya menyusui dan/atau
metode menyusui, kurang dukungan keluarga, faktor budaya.
c) Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi berhubungan dengan keterbatasan
kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar
informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan
menemukan sumber informasi.
d) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan, malnutrisi, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.

16
3. Perencanaan dan intervensi keperawatan Intervensi keperawatan yang diberikan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan SLKI (Standar Luaran
Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) (2016),
sebagai berikut:
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.........rasa nyeri teratasi.
Kriteria hasil: Keluhan nyeri menurun, wajah pasien terlihat rileks, pasien mampu
mempraktikkan teknik distraksi nyeri dengan relaksasi.
Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas, dan skala nyeri.
2) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat memperingan atau
memperberat nyeri.
3) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
4) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
5) Memberikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Relaksasi, terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat/dingin)
b) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI,
hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu, ketidakadekuatan refleks
oksitosin, ketidakadekuatan refleks menghisap bayi, payudara bengkak, riwayat
operasi payudara, kelahiran kembar, tidak rawat gabung, kurang terpapar
informasi tentang pentingnya menyusui dan/atau metode menyusui, kurang
dukungan keluarga, faktor budaya
Tujuan : Setelah dilakukan demostrasi tentang teknik menyusui selama ......
diharapkan tingkat pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil: suplai ASI adekuat, kepercayaan diri ibu meningkat, kemampuan
ibu memposisikan bayi benar, putting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan,
dukungan dari anggota keluarga meningkat, kemampuan ibu dalam berinteraksi
dengan bayi meningkat, status nutrisi bayi membaik.
Intervensi :

17
1) Mengkaji kesiapan dan kemampuan ibu dalam menerima informasi
mengenai edukasi menyusui
2) Sediakan materi dan media yang menarik mengenai pendidikan kesehatan
menyusui
3) Dukung kedekatan secara fisik yang sering dan terus menerus antara bayi
4) Dukung ibu untuk meningkatkan percaya diri dalam menyusui.
5) Libatkan system pendukung: suami, keluarga, tenaga kesehatan, dan
masyarakat.
c) Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran,
kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu
mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......tingkat pengetahuan
dan kebutuhan belajar terpenuhi
Kriteria hasil: Ibu menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan. Ibu dapat mendemonstrasikan teknik efektif dari
menyusui. Ibu dapat melaksanakan prosedur yang dijelaskan dengan benar. Ibu
dapat menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan oleh perawat/tim kesehatan.
Intervensi:
1) Kaji kesiapan dan kemampuan ibu dan keluarga dalam menerima
informasi
2) Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik fisiologis maupun
psikologis
3) Berikan pendidikan kesehatan mengenai edukasi menyusui sesuai
kebutuhan.
4) Bantu menjamin adanya kelekatan bayi ke dada dengan cara yang tepat
(misalnya memonitor posisi tubuh bayi dengan cara yang tepat, bayi
memegang dada ibu serta adanya kompresi dan terdengar suara menelan)
d) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan, malnutrisi, ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.

18
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....... diharapkan infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil: Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan risiko/
meningkatkan penyembuhan infeksi, menunjukan luka yang bebas dari drainase
purulen dan bebas dari infeksi, dan mempunyai aliran lokhea dan karakter normal.
Intervensi:
1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien.
4) Kolaborasi pemberian imunisasi, JIKA PERLU
5) Ajarkan cara mencuci tangan yang baik dan benar.
6) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi.
7) Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi dan cairan

4. Evaluasi Menurut Bobak (2004), evaluasi kemajuan dan hasil akhir dari perawatan yang
telah dilakukan harus terus dilakukan sepanjang tahap keempat persalinan. Perawat
mengkaji pemulihan fisiologis kehamilan dan persalinan, demikian pula perkembangan
hubungan antara orang tua dengan anak dalam keluarga yang baru. Penilaian secara klinis
pada faktor-faktor tertentu perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian
hasil akhir dari perawatan yang telah dilakukan, faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Tetap bebas dari infeksi.
b) Tetap merasa nyaman dan bebas dari cedera.
c) Memiliki pengetahuan yang adekuat tentang perawatan payudara, baik pada ibu
menyusui maupun ibu tidak menyusui.
d) Menunjukkan kepercayaan diri bahwa ia (keluarga) dapat memberikan perawatan
yang sangat diperlukan bayi baru lahir.
e) Melindungi kesehatan kehamilan berikutnya dan kesehatan anak-anak. Apabila
dalam proses pengkajian ditemukan hasil akhir kurang atau tidak sesuai dengan
yang diharapkan maka, perlu dilakukan pengkajian, perencanaan dan perawatan

19
lebih lanjut untuk memberi perawatan yang tepat kepada ibu post partum dan
keluarganya

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Tahapan Tahapan Masa Post Partum yaitu
puerperium dini, puerperium intermedikal, remote puerperium, komplikasi yang dapat di
timbulkan antara lain pendarahan, Infeksi Puerperalis, Endometritis, mastitis, infeksi
saluran kemih, Tromboplebitis Dan Trombosis, emboli, Post Partum Depresi. Tanda-tanda
yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain : Kulit perineum mulai melebar
dan tegang, Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap. Ada perdarahan keluar dari
lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa vagina.

3.2 Saran

Sebagai seorang perawat sangat penting halnya untuk memahami apa dan
bagaimana Konsep Keperawatan Post Partum Normal Dan Komplikasi tersebut agar
nantinya Ketika usah terjun dalam menangani masyarakat sudah mengetahui apa yang
seharusynya di lakukan dan di ketahui. Selain itu diharapkan nantinya makalah ini dapat
menambah wawasan mahasiswa, masyarakat dan lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2018). KONSEP KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL DAN KOMPLIKASI,


Terdapat pada: http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/115/jtptunimus-gdl-tissaanggi-
5737-2-babiit-a.pdf. Diakses pada 12 Agustus 2021

Setiyaningrum, W. (2015). KONSEP POST PARTUM, Universitas Muhammadiah Purwokerto.


Terdapat pada:
http://repository.ump.ac.id/1474/3/WIWIK%20SETIYANINGRUM%20BAB%20II.pdf.
Diakses pasa 12 Agustus 2021

Anonim. (2015). KONSEP DASAR POST PARTUM. Terdapat pada:


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-babii.pdf.
Diakses pada: 12 agustus 2021

Zakiyyah, P. N. (2018). PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LAKTASI PADA


IBU POST PARTUM DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR DI
PUSKESMAS MLATI II SLEMAN. Skripsi. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta., Terdapat pada:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1364/3/3.%20BAB%20II.pdf. Diakses pada 12 Agustus
2021

22

Anda mungkin juga menyukai