Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATANMATERNITAS

“ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM ”

Oleh :

KELOMPOK 4

Sri Hanna Windi Wulan Utami (1611316003)


Dewi Anita (1611316005)
Azi Serandi (1611316012)
Vania Aresti Yendrial (1611316016)
Khairina (1611316026)
Marina (1611316027)

Dosen Pembimbing : Ns.Yanti Puspita, S.Kep,M.Kep

PROGRAM B
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
2016-2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan Dia mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


Keperawatan Maternitas, yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Asuhan Keperawatan Teoritis pada Post


Partum”

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan


dan arahan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua umumnya dan tenaga
kesehatan khususnya.

Padang, Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………… i


DAFTAR ISI …………………………………………………...……... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………......
B. Tujuan ……………………………………………………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................

BAB III ASUHAN TEORITIS.............................................................

BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan ……………....………………………………......
B. Saran..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode post partum adalah waktu mengenai penyembuhan perubahan
besar yang berjangka pada periode dari puncak pengalaman melahirkan untuk
menerima kebahagiaan dan kehidupan tanggung jawab dalam keluarga.
(Cuningham 1998:388).
Perawatan post partum yang terintegrasi dengan baik mempunyai peranan
penting yang digunakan dalam membangun transisi ini dan mengenalkan
keluarganya pada kehidupan baru mereka bersama-sama.Selama masa post
partum sejumlah perubahan fisiologis dan psikologis terjadi yaitu : Organ-organ
kembali ke kondisi tidak hamil, perubahan fisiologi lain yang terjadi selama
kehamilan dikembalikan ,Laktasi terbentuk, dasar hubungan bayi dan orang
tuanya disiapkan dan Ibu pulih dari ketegangan pada waktu kehamilan dan
persalinan.
Walaupun tubuh harus mengalami perubahan seperti pemeliharaan setelah
melahirkan anak, asuhan kebidanan sangat memperhatikan hal ini. Karena masih
banyak ibu-ibu maupun yang belum mengerti apa yang seharusnya diperbuat,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap bayinya.
 Di sini penulis dapat membantu dan mengarahkan ibu dalam mengatasi
masalah yang sedang dihadapi, sehingga masa nifas dapat dilalui dengan baik,
bayi dan ibu dalam keadaan sehat serta kembali saat sebelum melahirkan.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan khusus yang dapat kita ambil dari penyusunan laporan ini adalah
mahasiswa mampu :
1) Mengetahui Konsep Teoritis Post Partum
2) Mengetahui Asuhan Keperawatan Teoritis Post Partum
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, dkk,
2009).
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama  6 minggu (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002)
Menurut Bobak (2004) Post partum adalah periode 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ - organ reproduksi kembali ke keadaan nornal sebelum hamil
sedangkan Ambarwati & Wulandari (2008) masa post partum (nifas/puerperium)
adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat – alat reproduksi pulih seperti
sebelum hamil dan secara normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari.

B. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS

Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan
bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)

C. Periode Post Partum


Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada post partum adalah sebagai
berikut :
1. Periode Immediate Post partum (24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat masalah, misalnya perdarahan kerana atonia uteri. Oleh karena
itu, dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode Early Post partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode Late Post partum (1 minggu – 5 minggu)
Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB.

D. Perubahan Fisiologis
1. Alat-alat reproduksi
a. Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus (Bobak, 2005).
Table 2.1.Tinggi fundus uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu
I Pertengahan pusat 500 gram
2 minggu simfisis
Tidak teraba 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Mochtar, 1998.
b. Lochea
Menurut mochtar (1998) yang dimaksud lochea adalah cairan yang
berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam –macam
lochea fisiologi
1. Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari post partum.
2. Lochea Sanguinolenta
Berwarna kuning berisi darah dan lender yang terdiri dari darah lama,
serum, leukosit dan debris jaringan hari 3 –7 post partum.
3. Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berupa darah lagi, pada hari ke 7 - 14
post partum
4. Lochea alba
Cairan putih mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum,
bakteri. Bertahan selama setelah 2-6 minggu setelah bayi lahir.

c. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang –kadang terdapat
perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim.
Setelah dua jam dapat dilalui oleh dua sampai tiga jari dan setelah tujuh
hari hanya dapat dilalui satu jari (Mochtar, 1998).

d. Ligament, Fasia dan Diagfragma Pelvis


Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi baru lahir, secara berangsur – angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga tidak jarang jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah
melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan berkusuk atau berurut,
dimana sewaktu diurut tekanan intra abdominalis bertambah tinggi.
Karena setelah melahirkan, ligamentum, fasia, dan jaringan penunjang
menjadi kendor. Bila dilakukan urut, banyak wanita akan mengeluh
kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan – latihan dan gimnastik pasca persalinan.

e. Vagina dan perineum


Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pemisahan
mukosa dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya sangat
teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai
8 minggu setelah bayi lahir.
Jaringan perineum yang lembut menjadi edema da kebiruan. Jika
terdapat luka bekas episiotomi pada proses penyembuhannya maka seperti
penyembuhan luka operasi lain. Tanda – tanda infeksi (nyeri, merah,
panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa
saja terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya perawatan kebersihan
vagina dan perineum. Apabila tidak ada komplikasi infeksi luka episiotomi
dapat sembuh dalam waktu satu minggu (Mochtar, 1998; Bobak, 2005).

f. Payudara dan laktasi


Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai
besarnya. Hal ini disebabkan oleh proliferasi sel – sel duktus laktiferus.
Proses proliferasi dipengaruhi hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu
laktogen, prolaktin, kotiogonadotropin, estrogen dan progesteron. Setelah
persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya
plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada hambatan
terhadap prolaktin oleh estrogen. Pembuluh payudara menjadi bengkak
terisi darah, menyebabkan hangat, bengkak, dan rasa sakit. Keadaan
tersebut di sebut engorgement (Bobak, 2005).

Menurut (Sarwono, 2005) Perubahan yang terjadi pada kedua mamae


antara lain sebagi berikut :
a. Proliferasi jaringan, terutama kelenjar- kelenjar dan alveolus mamae dan
lemak.
b. Pada duktus latiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan
dan berwarna kuning (kolostrum).
c. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan mamae pada bagian dalam
mamae.
d. Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron
terhadap hipofisis hilang.
2. Ada tiga refleks Maternal utama sewaktu menyusui adalah sebagai berikut :
a) Refleks Prolaktin
Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk
memulai dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi
mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior
untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi
susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamae. Jumlah prolaktin yang
disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya
stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi menghisap.
b) Refleks Ereksi Puting Susu
Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi.
Refleks ereksi puting susu ini membantu propulsi susu melalui sinus-
sinus laktiferus ke pori-pori putting susu.
c) Refleks Let-Down
Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau, dapat
juga ibu tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda Let-Down adalah
tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari
payudara ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang
diisap oleh bayi. Reflek Let-Down dapat terjadi selama aktivitas seksual
karena oksitosin dilepas selama orgasme. Kebanyakan ibu merasa sangat
rileks atau mengantuk setelah mereka menyusui. Peningkatan rasa haus
juga merupakan tanda bahwa proses menyusui berlangsung baik. (Bobak,
2004)
Manfaat ASI bagi bayi yaitu mengandung berbagai zat penangkal
infeksi, mudah dicerna karena mengandung zat pencerna, bukan protein
asing sehingga tidak menyebabkan alergi, kontak kasih sayang ibu dan
bayi lebih lama, ibu merasa bangga dan dibutuhkan, isapan bayi
membantu rahim berkontraksi sehingga mengurangi perdarahan setelah
melahirkan, dengan pemberian ASI Ekslusif (secara 4 bulan terus
menerus) dapat menjarangkan kehamilan atau bermakna KB, dengan
menyusui teratur, produksi hormon akan teratur pula sehingga ASI tetap
tersedia cukup abgi bayi yang dikasihi, ASI lebih murah dan selalu
tersedia, steril dan hangat setiap waktu.
Tanda-tanda bayi kekurangan ASI yaitu usia 2 minggu berat
badan bayi masih kurang dari berat badan lahir, dalam 6 bulan pertama
pertambahan berat badan bayi kurang dari 600 gram, BAK kurang dari 6
kali dengan warna kuning dan berbau tajam dan BAB jarang dan sedikit
tinjanya kering, keras dan berwarna hijau.

3. Sistem urinaria
Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler 50%.
Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urin. Aseton uria bisa
terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau
setelah persalinan lama yang disertai dehidrasi. Trauma bisa terjadi pada
uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan. Selain itu, rasa nyeri
padsa panggul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau
episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Dengan
mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih
biasanya akan pulih dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
4. Sistem pencernaan
Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anestesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal. Buang air besar biasanya tertunda selama
dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan
karena tonus otot menurun selama proses persalinan dan pada awal pasca
partum, diare sebelum persalinan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu
sering kali sudah menduga rasa nyeri yang dirasakannya di perineum
akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar
yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus otot kembali ke normal
(Bobak, 2004).
5. Sistem muskuloskletal
Teregangnya otot dinding abdomen secara bertahap selama
kehamilan mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Hal ini jelas
terlihat setelah melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendor
6. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah ibu stabil, apabila terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih atau 20 mmHg saat posisi tidur ke posisi duduk disebut
hipotensi ortostatik. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik
15 mmHg dan disertai sakit kepala atau gangguan penglihatan maka
dicurigai pre eklampsi post partum. Nadi berkisar 60-80 denyutan
permenit, segera setelah partus dapat terjadi bradikardi. Bila terjadi
takikardi sedangkan badan tidak panas, mungkin ada perdarahan
berlebih. Suhu dalam 12 jam pertama meningkat atau sama dengan 380C,
namun bila terjadi peningkatan lebih dari 38 0C maka dicurigai adanya
infeksi (Bobak, 2004).

E. Fase Adaptasi Psikologis Ibu Post Partum


Tiga fase dari perilaku yang terjadi pada wanita untuk beradaptasi untuk menjadi
peran ibu, yaitu :
1. Fase Taking in
Fase ini juga disebut sebagai fase menerima. Timbul pada jam-jam
pertama kelahiran sampai dengan dua hari post partum. Pada fase ini adalah
suatu waktu yang penuh dengan kegembiraan dan kebanyakan orang tua
sangat suka mengkomunikasikannya. Mereka sangat perlu menyampaikan
pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata pada
orang lain yang berada di sekitarnya saat itu.
2. Fase Taking Hold
Fase ini juga disebut dengan fase dependen mandiri, berlangsung pada
hari ketiga sampai sepuluh hari post partum. Dalam fase ini secara bergantian
muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain
dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia
berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan
berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang
gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung.
3. Fase Letting Go
Merupakan fase yang penuh stress bagi orang tua. Kesenangan dan
kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Pria dan wanita harus
menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak,
mengatur rumah dan membina karier (Bobak, 2004).

F. Patofisiologi (WOC)

Adanya proses persalinan



Robekan jalan lahir mk: Resti infeksi

Discontuinitas jaringan

implus/penekanan pada syaraf nyeri

cortex cerebri

dipersepsikan nyeri

Mk: gangguan rasa nyaman nyeri

G. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine lengkap
H. Penatalaksanaan Medis
a. observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan Observasi Berjalan

I. KOMPLIKASI
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi,
menjdi keras dan berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada
kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur
naik 38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada
tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya
meluas)

3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
d. Gangguan involusi uterus

K. Perawatan Diri Ibu Selama Masa Nifas


Perawatan post partum dimulai sejak kala uri (kala 3) dengan
menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum, dan infeksi
(Wiknjosastro, 1999). Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi
dan meningkatkan kesejahteraan mereka (Hamilton, 1995).
Ibu dapat melakukan sendiri perawatan pasca melahirkan. Oleh karena itu
ada beberapa hal yang perlu diketahui dengan baik oleh ibu dalam masa nifas
yang normal, yaitu:
1. Keadaan umum
Tanda-tanda vital, seperti suhu, pernapasan, denyut nadi, dan tekanan
darah normal, dengan Hb lebih dari 10 mg / dl (Huliana,2003).
2. Mobilisasi
Persalinan merupakan proses yang melelahkan. Itulah mengapa ibu di
sarankan tak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat
menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik.
Namun setelah istirahat 8 jam, mobilisasi sangatlah perlu agar tidak
terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu
(Mochtar,1998).
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya
cobalah untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari
ranjang dan berdiri. Khusus bagi ibu yang menjalani sesar di anjurkan untuk
turun dari tempat tidur setelah beristirahat selama 24 jam. Setelah itu, ibu bisa
pergi ke kamar mandi. Dengan begitu, sirkulasi darah di tubuh akan berjalan
dengan baik. Gangguan yang tak diinginkan pun bisa dihindari (Uttiek, 2007).
Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan, lakukan
mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini
berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(Huliana, 2003:18). Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat,
terlentang selama 8 jam setelah persalinan, kemudian boleh miring-miring ke
kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli.
Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas mempunyai variasi,
bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka
(Mochtar, 1998).

3. Kebersihan pribadi
Menjaga kebersihan pribadi selama masa nifas secara keseluruhan
diperlukan guna menghindari infeksi dan memberikan kenyamanan.
a. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urin). Produksi
keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat
hamil. Sebaliknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga
payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian
dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat
lochea (Huliana, 2003).
b. Kebersihan rambut dan kulit
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan
rambut akibat gangguan perubahan hormonal sehingga keadaannya
menjadi lebih tipis dari keadaan normal. Cuci rambut dengan konditioner
yang cukup, lalu sisir menggunakan sisir yang lembut. Hindari
penggunaan pengering rambut. Ibu akan merasakan jumlah keringat yang
lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering, dan jaga agar
kulit tetap kering (Huliana, 2003:8).
c. Buang air kecil (miksi)
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat pada 24 sampai 48
jam pertama sampai sekitar hari ke lima setelah melahirkan. Ini terjadi
karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak
dibutuhkan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar
berkemih secara spontan setelah melahirkan. Sebaliknya, ibu tidak
menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan
buang air akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni. Akibatnya,
timbul gangguan pada kontraksi rahim sehingga pengeluaran darah
pervagina tidak lancar (Huliana, 2003:6).Buang air besar (BAB)
d. Sulit Buang Air Besar (BAB)
Dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan
terbuka, atau karena adanya haemoroid atau wasir (Mochtar, 1998).
Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi
makanan tinggi serat dan cukup minum sehingga bisa BAB dengan
lancar. Bila sampai hari ke 3 belum bisa BAB, ibu bisa menggunakan
pencahar berbentuk suppositoria. Ini penting untuk menghindarkan
gangguan pada kontraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran
cairan vagina (Huliana, 2003).

e. Kebersihan vagina dan perineum


Perawatan vagina dan perineum akan menambah kenyamanan dan
keamanan sebagai pencegahan terhadap terjadinya infeksi (Bobak, 2005).
Untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pada daerah vagina dan
perineum, menurut Hamilton (1995) dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
1) Perawatan perineal
Tujuan : Mencegah kontaminasi dari rektum, mengurangi rasa tidak
nyaman dan membersihkan keluaran yang menjadi sumber infeksi
dan bau
f. Perawatan payudara
Perawatan payudara adalah cara yang dilakukan kepada ibu post
partum. Tujuannya adalah untuk melancarkan sirkulasi darah dan
melancarkan haluaran ASI. Merawat payudara sebenarnya bukan 'PR'
setelah melahirkan saja, namun selagi hamil payudara justru harus dirawat
karena berguna untuk melancarkan ASI setelah melahirkan.
Selama kehamilan, payudara mengalami perubahan massa dan
ukuran. Biasanya menjadi lebih besar, kencang dan penuh. Payudara bisa
naik 2 ukuran lebih besar dibanding sebelum hamil. perawatan payudara
yang benar selama kehamilan dapat pula menjaga bentuk payudara selama
menyusui.
Pada Ibu hamil, pembuluh darah bekerja lebih aktif untuk
menyiapkan kelenjar pada payudara agar nanti siap berproduksi. Di dalam
payudara terdapat 15 - 25 segmen/cuping yang terdiri atas tandon
kelenjar/alveoli. Di sekitar alveoli, lapisan otot membentuk saling terkait.
Otot-otot tersebut nantinya akan berkontraksi memeras susu keluar dari
kantung saluran kecil yang mengalir ke putting susu.
Sejak awal kehamilan, hormon merangsang perkembangan sel-sel
produksi susu di alveoli. Hormon yang paling penting dalam pembentukan
air susu adalah prolaktin, yang mulai bekerja sejak kehamilan berusia 8
minggu. Hormon ini juga menjaga keseimbangan banyaknya jumlah susu
yang diproduksi pada tiap tahapan dengan bantuan hormon estrogen yang
dibuat oleh plasenta
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi
tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan
diagnosa keperawatan. Tahap pengkajian keperawatan pada klien dengan post
laparatomi sama seperti pada kasus keperawatan lainnya yaitu terdiri dari dua
tahap :
a. Pengumpulan Data
a) Identitas klien
Identitas klien terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian.

b) Riwayat Kesehatan Klien.


 Alasan Masuk Perawatan
Menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan pasien dibawa ke
Rumah Sakit dan dirawat.
 Keluhan Utama
Keluhan utama ini diambil dari data subjektif atau objektif yang paling
menonjol yang dialami oleh klien. Keluhan utama pada klien ialah nyeri
di daerah abdomen, mual, muntah, demam .
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah pengembangan dari keluhan utama
dan data yang menyertai menggunakan pendekatan PQRST
P (Paliatif) : Faktor pencetus / penyebab yang dapat memperingan dan
memperberat keluhan klien.
Q (Qualitas) : Menggambarkan seperti apa keluhan dirasakan
R (Region) : Mengetahui lokasi dari keluhan yang dirasakan, apakah
keluhan itu menyebar atau mempengaruhi area lain.
S (Severity) : Merupakan skala / intensitas keluhan.
T (Time) : Waktu dimana keluhan itu dirasakan

d) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang faktor resiko penyebab
masalah kesehatan sekarang serta jenis penyakit dan kesehatan masa lalu.
Pada klien post operasi akibat ileus obstruksi, perlu dikaji mengenai
riwayat penyakit saluran pencernaan (seperti Typhoid, Apendicitis, dll)
dan riwayat pembedahan sebelumnya.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang penyakit yang
menular atau penyakit menurun yang ada dalam keluarga.

b. Pola-pola fungsional kesehatan menurut Gordon adalah:


1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, dan piñata laksanaan
kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek
kesehatan.
Komponen:
a. Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini,
b. alasan kunjungan dan harapan,
c. gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang
dilakukan,

 Kepatuhan terhadap pengobatan


 Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan
 Penggunaan obat resep dan warung,
 Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari dan
frekuensi (misal : rokok, alkohol)
 Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor resiko
timbulnya penyakit
 Gambaran kesehatan keluarga

2. Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan
elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan
terakhir, kesulitan menelan, mual / muntah, kebutuhan jumlah zat gizi,
masalah / penyembuhan kulit, akanan kesukaan.
Komponen
 Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack)
 Tipe dan intake cairan
 Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan
 Penggunaan obat diet
 Makanan Kesukaan, Pantangan,alergi
 Penggunaan suplemen makanan
 Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln,
 Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal)
 Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
 Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi, defisit
sensori,penurunan mobilitas)

3. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit.
Komponen
 Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
 Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu
untuk miksi
 Gambaran pola BAB, karakteritik
 Penggunaan alat bantu
 Bau bdn, Keringat berlebih,lesi & pruritus
4. Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi.
Komponen
 Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
 Aktivitas saat senggang/waktu luang
 Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada,palpitasi,nyeri pada tungkai, gambarkan!
Gambaran dalam pemenuhan ADL
1. Level Fungsional (0-IV)
2. Kekuatan Otot (1-5)

5. Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi.
Komponen
 Berapa lama tidur dimalam hari
 Jam berapa tidur-Bangun
 Apakah terasa efektif
 Adakah kebiasaan sebelum tidur
 Apakah mengalami kesulitan dalam tidur

6. Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil,
penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan.
Komponen
 Kemampuan menulis dan membaca
 Kemampuan berbahasa
 Kemampuan belajar
 kesulitan dalam mendengar
 Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
 Bagaimana visus
 Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya
 Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas,nyeri
 Apakah merasa nyeri
(Skala dan karaketeristik)

7. Persepsi Diri – Konsep Diri


Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan,harga diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
Komponen
 Bagaimana menggambarkan diri sendiri
 Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
 Apa hal yang paling menjadi pikiran
 Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana
gambarannya

8. Peran – Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-
lainnya.
Komponen
 Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)
 Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?Puas?
 Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling
keterikatan
 Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
 Bagaimana keadaan keuangan
 Apakah mempunyai kegiatan sosial?

9. Seksualitas – Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
Komponen
 Apakah kehidupan seksual aktif
 Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
 Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
seks
 Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/
menopause riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid

10. Koping – Toleransi Stres


Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan
sistem pendukung.
Komponen
 Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam bbrp thn terakhir
 Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
 Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang tersebut ada
sampai sekarang?
 Apakah anda selalu santai/tegang setiap saat
 Adakah penggunaan obat/zat tertentu

11. Nilai – Kepercayaan


Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup.
Komponen
 Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan
 Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa y.a.d
 Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
 Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup? Gambarkan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (episiotomi)


2. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan bayi b/d
kurangnya sumber informasi
C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan


No Intervensi
Keperawatan criteria hasil

1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Managemen nyeri


agen injuri tindakan  Lakukan pengkajian
fisik keperawatan nyeri secara
(episiotomi) selama 1x24 jam komprehensif yang
klien akan
meliputi lokasi,
menunjukkan
respon kontrol karakteristik, awitan,
terhadap nyeri durasi, frekuensi,
dengan indikator : kualitas, intensitas atau
berat dan faktor
- Klien mampu presipitasi
menerapkan  Ekspresikan penerimaan
teknik penurunan tentang nyeri
nyeri non invasif  Kurangi rasa takut
farmakologis dengan meluruskan setiap
misinformasi
- Klien
menunjukkan 2. Manajemen lingkungan
respon penurunan Implementasikan
rasa nyeri, rileks, tindakan untuk kenyamanan
denyut nadi fisik seperti menciptakan
dalam batas suasana yang nyaman,
normal meminimalkan stimulasi
lingkungan

3. Edukasi:
prosedur/perawatan
Demonstrasikan pereda
nyeri non invasif/ non
farmakologis : massage,
distraksi/imajinasi,
relaksasi, pangaturan posisi
yang nyaman
4. Edukasi : proses penyakit
a. Berikan penjelasan
tentang penyebab
timbulnya nyeri
b. Berikan penjelasan
tentang proses/waktu
penyembuhan / rencana /
intervensi

5. Manajemen medikasi
a. Berikan analgetik sesuai
program
b. Evaluasi keefektifan
analgetik
c. - Evaluasi tindakan
perencanaan sesuai
kebutuhan

2. Risiko infeksi Setelah diberikan 1. Infection control


b.d tindakan tindakan  Terapkan pencegahan
invasif, keperawatan klien universal
paparan menunjukkan  Berikan hygiene yang
lingkungan kontrol terhadap baik
patogen risiko dengan 2. Infection protection
indikator :  Monitor tanda dan gejala
infeksi lokal/sistemik
- klien bebas  Amati faktor-faktor yang
dari tanda dan menaikkan
gejala infeksi infeksi/memperlambat
penyembuhan luka :
- klien mampu
infeksi luka, nutrisi dan
menjelaskan
hidrasi tidak adekuat,
tanda dan gejala
penurunan suplai darah
infeksi
3. Vital sign monitoring
Pantau suhu tubuh dan
denyut nadi tiap 8 jam

4. Environmental management

 Batasi pengunjung yang


sedang demam

 Jaga kebersihan tempat


tidur, lingkungan

5. Incision site care

 Rawat luka post operasi


dengan cara steril.
 Pantau kondisi luka,
waspadai tanda-tanda
infeksi

6. Post partal care

 Pantau produksi lochea,


pantau kondisi vagina
 Pantau kondisi uterus
7. Urinary elimination
management
Monitor potensi kateter,
pantau karakteristik urine,
jaga hygiene genetalia.
8. Health Education
Berikan penjelasan tentang
mengapa klien menghadapi
risiko infeksi, tanda dan
gejala infeksi
9. Administrasi medikasi
Berikan antibiotik sesuai
program
3. Kurang Pengetahuan 1. Pendidikan kesehatan
pengetahuan klien tentang  Kaji tingkat pengetahuan
tentang perawatan ibu klien.
perawatan ibu nifas dan  Jelaskan tentang cara
nifas dan perawatan bayi perawatan ibu nifas dan
perawatan akan meningkat perawatan bayi dengan
bayi b/d dengan indikator: bahasa yang sederhana
kurangnya - Mampu  Diskusikan tentang
sumber menjelaskan perubahan gaya hidup
informasi tentang perawatan pada pasien yang mungkin
ibu nifas dan dibutuhkan.
perawatan bayi.  Klarifikasi informasi yang
diberikan oleh tim
kesehatan lain sebelum
informasi kita berikan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama  6 minggu
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).
Periode post partum terdiri dari yaitu Periode Immediate Post partum
(24 jam), Periode Early Post partum (24 jam – 1 minggu),Periode Late Post
partum (1 minggu – 5 minggu). Pada setiap periode ini harus dilakukan
pemantaun secara seksama terhadap ia guna mencegah kematian ibu dan
anak.
B. SARAN
Sebagai perawat sebaiknya mengetahui tentang bagaimana asuhan
keperawatan dan konsep teori post prtum guna menyelesaikan masalah
kesehatan di dalam kesehatan ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC


Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
EGC. Jakarta
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta
Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia
Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Anda mungkin juga menyukai