Kelompok 3 :
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian masa nifas.
2. Untuk mengetahui klasifikasi masa nifas.
3. Untuk mengetahui fisiologi masa nifas.
4. Untuk mengetahui komplikasi pada post partum.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada post partum.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan post partum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagianya berkaitan saat melahirkan.
(Suherli S.pd,APP,M.Kes dkk:2009)
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Hadijono, 2008:356)
Post partum adalah masa 6 minggu antara kelahiran sampai kembalinya organ
reproduksi pada kondisi normal seperti sebelum hamil. (Bobak:2003)
Masa post partum (masa peurperium) juga disebut masa setelah partus selesai dan
berakhir kira-kira sampai 6 minggu, akan tetepi alat genetalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan kira-kira 3 bulan. (Prawirohardjo:1996)
2.2 Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium dini : kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan berdiri dan
berjalan
b. Puerperium Intermedial : kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh dengan lama
+ 6-8 minggu
c. Remote Puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.
2.3 Fisioogi
a. Sistem Reproduksi
1. Uterus
3
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran
(involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut
masa involusi:
3. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen (prolaktin)
terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai
hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral
4
tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada
ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI.
Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi.
b. Sistem Pencernaan
1. Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa
sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi
diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
a. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
b. Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum
akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai kembali
setelah tonus usus kembali normal.
c. Sistem Perkemihan
1. Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan
edema, seringkali diserti daerah – daerah kecil hemoragi.
d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar
tetapi tidak hilang seluruhnya.
1. Involusi rahim : terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil, yang disebabkan
karena adanya proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah diabsorbsi
dan kemudian dibuang melalui air kencing.
2. Inovasi tempat plasenta : setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat
permukaan kasar tidak rata kira – kira sebesar telapak tangan, dengan cepat luka ini
mengecil pada akhir minggu kedua, hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
5
3. Perubahan pada serviks dan vagina : pada serviks terbentuk sel – sel otot terbaru, karena
adanya kontraksi dan retraksi, vagina teregang pada waktu persalinan namun lambat
laun akan mencapai ukuran yang normal.
4. Perubahan pembuluh darah Rahim : dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh
darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah
yang banyak, maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
5. Dinding perut dan peritoneum : setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena
teregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
6. Saluran kencing : dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan
obstruksi dan menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan pyelum kembali normal
dalam 2 minggu.
7. Laktasi : keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan pada waktu ini. Buah dada belum mengandung susu melainkan colostrum.
Colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
6
7
2.4 Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selama persalinan atau
sesudah persalinan.
2.5 Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan – perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status perkawinan.
Terdapat juga identitas penanggung jawab, misal suami.
b. Keluhan Utama
Ibu menyatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika untuk duduk dan berjalan.
c. Riwayat obstetri
1. Riwayat menstruasi
2. Riwayat nifas yang lalu :
Pengeluaran ASI lancar / tidak
BB bayi
Riwayat ber KB / tidak
8
d. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
1. Tipe persalinan
2. Tempat persalinan
3. Keadaan ibu
4. Normal atau terdapat komplikasi
5. Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, dan kala IV)
6. Penggunaan analgesik dan anastesi
7. Apakah terdapat masalah dalam persalinan
8. Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast care, perineal
care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui.
e. Keadaan bayi
g. Riwayat kesehatan
1. Penyakit yang pernah dialami klien
2. Pengobatan yang pernah di dapat
3. Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes militus, penyakit
jantung, penyakit hipertensi.
9
d. Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
3. Pola personal hygiene
Bagaimana frekuensi normal hygiene klien, seperti mandi, oral hygiene, maupun
cuci rambut.
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. GCS
b. Tingkat kesadaran
c. Tanda-tanda vital: Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada ibu.
Periksa tanda-tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah
melahirkan atau sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam
berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya
infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan
dan keletihan.Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan
adanya perdarahan postpartum.
2. Head to toe
a. Rambut dan Kepala
I : Rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe, kulit kepala bersih
10
P: Tidak ada edema pada kepala
P: -
A: -
b. Wajah
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tak ikterik, tiak ada
kotoran mata, tidak ada edema
Hidung : Simetris, tidak ada kotoran didakam lubang hidung, tidak ada polip
Mulut : Mukosa bibir kering, mulut bersih, gigi masih utuh, tidak ada
pembengkakan gusi, tidak ada stomatitis
Telinga : Simetris, tak ada serumen, tak ada benjolan
c. Leher
I : Hiperpigmentasi perlahan berkurang
P: Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah kelenjar tiroid
membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis.
d. Thorax
1) Payudara
I : - Kaji ukuran dan bentuk payudara
- Ada tindaknya benjolan pada payudara
- Kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya
peradangan
- Kaji permukaan kondisi dapat licin atau berkerut, bila ada sisik putih
perlu dipikirkan adanya penyakit kulit.
- Warna : Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan
menyebabkan warna kulit Pada areola mammae menjadi lebih gelap
dibanding sebelum hamil
- Papilla mammae : Kaji ukuran dan bentuk. Bentuk putting susu ada
beberapa macam seperti datar , normal, panjang dan terbenam.
P : - Konsistensi : Kaji konsistensi payudara, pada ibu PP konsistensi lebih
keras karena laktasi
2) Jantung
I : tak tampak retraksi dinding dada
P : bunyi pekak
P : tak ada nyeri tekan, tak teraba ictus cordis
A : S1-S2 reguler
11
3) Paru
- Fungsi paru kembali normal, RR: 16-24 x/menit, keseimbangan asam
basa kembali setelah 3 minggu post partum.
I : expansi dada tidak optimal
P : bunyi sonor
P: tak adaa nyeri tekan, fokal fremitus seimbang kanan dan kiri
A : Tidak ada whezing dan ronchi
e. Abdomen
I : Kaji adanya strie dan linia alba. Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau
keras. Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga
perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya
dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
- Kondisi luka : Jika di SC
Luka SC harus dikaji apakah terdapat tanda-tanda infeksi, jika ada harus
dilaporkan segera untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
P : Fundus uteri:
- Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam
kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap
hari.
- Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
- Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
- Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis
- Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi : kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan konteraksi
uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan.
- Posisi : posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.
f. Genetalia
1. Lochea
Memeriksa lochea: tipe, jumlah, bau
Komposisi: jaringan endometrial, darah, limfe
Tahap:
Rubra (merah): 1-3 hari
Sanguinolenta: 3-7 hari
12
serosa (pink kecoklatan): 7-14 hari
alba (kuning-putih): > 2 minggu
2. Pemeriksaan Diagnostik
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (
status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat
14
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000)
Diagnose keperawatan yang muncul pada klien postpartum menurut Marilyn doengoes, 2001
yaitu :
1. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan.
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak
seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
6. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
7. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
4. Intervensi
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang meliputi
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-
masalah yang diidentifikasi pada diagnose keperawatan.
15
kenyal/turgor kulit ml/jam, haus, Mencegah pasien jatuh
baik. takikardia, gelisah, TD ke dalam kondisi
di bawah rentang kelebihan cairan yang
normal, urine gelap beresiko terjadinya
atau encer gelap. oedem paru.
Konsultasi dokter bila Mengidentifikasi
manifestasi kelebihan keseimbangan cairan
cairan terjadi. pasien secara adekuat
Pantau: cairan masuk dan teratur.
dan cairan keluar
setiap 8 jam.
Perubahan pola Pola eleminasi Kaji haluaran urine, Mengidentifikasi
eleminasi BAK (BAK) pasien keluhan serta penyimpangan dalam
(disuria) b/d teratur. keteraturan pola pola berkemih pasien.
trauma Kriteria hasil: berkemih. Ambulasi dini
perineum dan eleminasi BAK Anjurkan pasien memberikan rangsangan
saluran kemih. lancar, disuria tidak melakukan ambulasi untuk pengeluaran urine
ada, bladder kosong, dini. dan pengosongan
keluhan kencing Anjurkan pasien untuk bladder.
tidak ada. membasahi perineum Membasahi bladder
dengan air hangat dengan air hangat dapat
sebelum berkemih. mengurangi ketegangan
Anjurkan pasien untuk akibat adanya luka pada
berkemih secara bladder.
teratur. Menerapkan pola
Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur
minum 2500-3000 akan melatih
ml/24 jam. pengosongan bladder
Kolaborasi untuk secara teratur.
melakukan kateterisasi Minum banyak
bila pasien kesulitan mempercepat filtrasi
berkemih. pada glomerolus dan
mempercepat
16
pengeluaran urine.
Kateterisasi memabnatu
pengeluaran urine untuk
mencegah stasis urine.
Perubahan pola Pola eleminasi Kaji pola BAB, Mengidentifikasi
eleminasi BAB (BAB) teratur. kesulitan BAB, warna, penyimpangan serta
(konstipasi) b/d Kriteria hasil: pola bau, konsistensi dan kemajuan dalam pola
kurangnya eleminasi teratur, jumlah. eleminasi (BAB).
mobilisasi; diet feses lunak dan Anjurkan ambulasi Ambulasi dini
yang tidak warna khas feses, dini. merangsang
seimbang; bau khas feses, tidak Anjurkan pasien untuk pengosongan rektum
trauma ada kesulitan BAB, minum banyak 2500- secara lebih cepat.
persalinan. tidak ada feses 3000 ml/24 jam. Cairan dalam jumlah
bercampur darah dan Kaji bising usus setiap cukup mencegah
lendir, konstipasi 8 jam. terjadinya penyerapan
tidak ada. Pantau berat badan cairan dalam rektum
setiap hari. yang dapat menyebabkan
Anjurkan pasien feses menjadi keras.
makan banyak serat Bising usus
seperti buah-buahan mengidentifikasikan
dan sayur-sayuran pencernaan dalam
hijau. kondisi baik.
Mengidentifiakis adanya
penurunan BB secara
dini.
Meningkatkan
pengosongan feses dalam
rektum.
Gangguan ADL dan kebutuhan Kaji toleransi pasien Parameter menunjukkan
pemenuhan beraktifitas pasien terhadap aktifitas respon fisiologis pasien
ADL b/d terpenuhi secara menggunakan terhadap stres aktifitas
immobilisasi; adekuat. parameter berikut: nadi dan indikator derajat
kelemahan. Kriteria hasil: 20/mnt di atas frek penagruh kelebihan kerja
17
– Menunjukkan nadi istirahat, catat jnatung.
peningkatan dalam peningaktan TD, Menurunkan kerja
beraktifitas. dispnea, nyeri dada, miokard/komsumsi
– Kelemahan dan kelelahan berat, oksigen , menurunkan
kelelahan berkurang. kelemahan, resiko komplikasi.
– Kebutuhan ADL berkeringat, pusing Stabilitas fisiologis pada
terpenuhi secara atau pinsan. istirahat penting untuk
mandiri atau dengan Tingkatkan istirahat, menunjukkan tingkat
bantuan. batasi aktifitas pada aktifitas individu.
– frekuensi dasar nyeri/respon Komsumsi oksigen
jantung/irama dan Td hemodinamik, berikan miokardia selama
dalam batas normal. aktifitas senggang berbagai aktifitas dapat
– kulit hangat, merah yang tidak berat. meningkatkan jumlah
muda dan kering Kaji kesiapan untuk oksigen yang ada.
meningkatkan aktifitas Kemajuan aktifitas
contoh: penurunan bertahap mencegah
kelemahan/kelelahan, peningkatan tiba-tiba
TD stabil/frek nadi, pada kerja jantung.
peningaktan perhatian Teknik penghematan
pada aktifitas dan energi menurunkan
perawatan diri. penggunaan energi dan
Dorong memajukan membantu keseimbangan
aktifitas/toleransi suplai dan kebutuhan
perawatan diri. oksigen.
Anjurkan keluarga Aktifitas yang maju
untuk membantu memberikan kontrol
pemenuhan kebutuhan jantung, meningaktkan
ADL pasien. regangan dan mencegah
Jelaskan pola aktifitas berlebihan.
peningkatan bertahap
dari aktifitas, contoh:
posisi duduk ditempat
tidur bila tidak pusing
18
dan tidak ada nyeri,
bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri
dst.
Gangguan rasa Pasien Kaji tingkat nyeri Menentukan intervensi
nyaman (nyeri) mendemonstrasikan pasien. keperawatan sesuai skala
b/d peregangan tidak adanya nyeri. Kaji kontraksi uterus, nyeri.
perineum; luka Kriteria hasil: vital proses involusi uteri. Mengidentifikasi
episiotomi; sign dalam batas Anjurkan pasien untuk penyimpangan dan
involusi uteri; normal, pasien membasahi perineum kemajuan berdasarkan
hemoroid; menunjukkan dengan air hangat involusi uteri.
pembengkakan peningkatan aktifitas, sebelum berkemih. Mengurangi ketegangan
payudara. keluhan nyeri Anjurkan dan latih pada luka perineum.
terkontrol, payudara pasien cara merawat Melatih ibu mengurangi
lembek, tidak ada payudara secara bendungan ASI dan
bendungan ASI. teratur. memperlancar
Jelaskan pada ibu pengeluaran ASI.
tetang teknik merawat Mencegah infeksi dan
luka perineum dan kontrol nyeri pada luka
mengganti PAD secara perineum.
teratur setiap 3 kali Mengurangi intensitas
sehari atau setiap kali nyeri denagn menekan
lochea keluar banyak. rangsnag nyeri pada
Kolaborasi dokter nosiseptor.
tentang pemberian
analgesik bial nyeri
skala 7 ke atas.
Resiko infeksi Infeksi tidak terjadi. Pantau: vital sign, Mengidentifikasi
b/d trauma jalan Kriteria hasil: tanda tanda infeksi. penyimpangan dan
lahir. infeksi tidak ada, Kaji pengeluaran kemajuan sesuai
luka episiotomi lochea, warna, bau dan intervensi yang
kering dan bersih, jumlah. dilakukan.
takut berkemih dan Kaji luka perineum, Mengidentifikasi
19
BAB tidak ada. keadaan jahitan. kelainan pengeluaran
Anjurkan pasien lochea secara dini.
membasuh vulva Keadaan luka perineum
setiap habis berkemih berdekatan dengan
dengan cara yang daerah basah
benar dan mengganti mengakibatkan
PAD setiap 3 kali kecenderunagn luka
perhari atau setiap kali untuk selalu kotor dan
pengeluaran lochea mudah terkena infeksi.
banyak. Mencegah infeksi secara
Pertahnakan teknik dini.
septik aseptik dalam Mencegah kontaminasi
merawat pasien silang terhadap infeksi.
(merawat luka
perineum, merawat
payudara, merawat
bayi).
Resiko Gangguan proses Beri kesempatan ibu Meningkatkan
gangguan parenting tidak ada. untuk melakuakn kemandirian ibu dalam
proses parenting Kriteria hasil: ibu perawatan bayi secara perawatan bayi.
b/d kurangnya dapat merawat bayi mandiri. Keterlibatan bapak/suami
pengetahuan secara mandiri Libatkan suami dalam dalam perawatan bayi
tentang cara (memandikan, perawatan bayi. akan membantu
merawat bayi. menyusui). Latih ibu untuk meningkatkan
perawatan payudara keterikatan batih ibu
secara mandiri dan dengan bayi.
teratur. Perawatan payudara
Motivasi ibu untuk secara teratur akan
meningkatkan intake mempertahankan
cairan dan diet TKTP. produksi ASI secara
Lakukan rawat gabung kontinyu sehingga
sesegera mungkin bila kebutuhan bayi akan ASI
tidak terdapat tercukupi.
20
komplikasi pada ibu Mneingkatkan produksi
atau bayi. ASI.
Meningkatkan hubungan
ibu dan bayi sedini
mungkin.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ada berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat (Doenges M.E, 2001)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses fisiologis yang akan dialami wanita untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang hidup dari uterus, sedangkan pasca persalinan adalah waktu penyembuhan
untuk kembali kepada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga
baru mulai dari selesai persalinan sampai kira-kira 6 minggu, tetapi alat genital baru pulih 3
bulan setelah persalinan.
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagianya berkaitan saat melahirkan.
(Suherli S.pd,APP,M.Kes dkk:2009)
3.2 Saran
Kepada mahasiswa diharapkan untuk sering membaca tentang asuhan keperawatan
masa nifas terutama kepada para perempuan yang semuanya pasti akan mengalaminya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC.
Jakarta
23
24