LAPORAN PENDAHULUAN
ROBEKAN JALAN LAHIR
Disusun oleh:
DIENS NANDA ELA PERMANA
1816011
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan yang berjudul “ROBEKAN JALAN LAHIR” ini dengan
lancar. Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Asuhan Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal.
Laporan pendahuluan ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang kami
peroleh dari beberapa buku dan situs blog di internet. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Asuhan Kegawat
Daruratan Maternal dan Neonatal atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
laporan pendahuluan ini, sehingga dapat diselesaikan dengan semestinya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. PENGERTIAN.............................................................................................6
B. ETIOLOGI....................................................................................................11
C. PATOFISIOLOGI........................................................................................12
D. TANDA DAN GEJALA..............................................................................14
E. PENATALAKSANAAN MEDIS..............................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi
mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000
Rate (ARR) atau angka penurunan rata-rata kematian ibu . Dari ketiga
tidak berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015
MDGs.
4
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka
biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari robekan jalan lahir?
2. Apa penyebab robekan jalan lahir?
3. Bagaimana tanda-tanda robekan jalan lahir?
4. Bagaimana penatalaksanaan robekan jalan lahir?
C. Tujuan
Dengan dibuatnya laporan pendahuluan ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan membuat asuhan kebidanan persalinan dengan robekan jalan
lahir.
Tujuan dari pembuatan laporan pendahuluan ini, selaian untuk memenuhi
salah satu tugas kuliah adalah :
1. Untuk mengetahui apa definisi dari robekan jalan lahir.
2. Untuk mengetahui apa penyebab robekan jalan lahir.
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tanda-tanda robekan jalan
lahir.
5
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada robekan jalan lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
1. Robekan Jalan Lahir
Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah peradangan karena
masuknya kuman-kuman ke dalam luka episotomi atau abdomen pada
waktu persalinan dan nifas, dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar
2. Robekan Perinium
6
otot yang lebar bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior,
dari permukaan dalam spina ishiaka dan dari fasia obturatorius.
Serabut otot berinsersi pada tempat-tempat berikut ini: di sekitar vagina dan
rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada persatuan
garis tengah antara vagina dan rektum, pada persatuan garis tengah di bawah
rektum dan pada tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar
diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan
simpisis phubis. Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis
transversalis profunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia
interna dan eksterna (Cunningham, 1995).
Persatuan antara mediana levatorani yang terletak antara anus dan vagina
diperkuat oleh tendon sentralis perinium, tempat bersatu bulbokavernosus,
muskulus perinialis transversalis superfisial dan sfingter ani eksterna.
Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis dan merupakan pendukung
utama perinium, sering robek selama persalinan, kecuali dilakukan
episiotomi yang memadai pada saat yang tepat. Infeksi setempat pada luka
episiotomi merupakan infeksi masa puerperium yang paling sering
ditemukan pada genetalia eksterna.
3. Luka perinium
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian
perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S,1999). Luka
perinium, dibagi atas 4tingkatan :
1) Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perinium
3) Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
7
4) Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum
4. Robekan Serviks
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan dan
bibir belakang servik dijepit dengan klem fenster kemudian serviks
ditariksedidikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan.
Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung untuk
menghentikan perdarahan.
5. Rupture Uteri
Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada
kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada para
8
metrium, kadang-kadang sangat sulit untuk segera dikenali sehingga
menimbulkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Syok yang terjadi
seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah keluar karena perdarhan heat
dapat terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaan-keadaan seperti ini, sangat
perlu untuk diwaspadai pada partus lama atau kasep.
2.Menurut lokasinya:
a. Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami
operasi seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi
9
b. Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit
dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan
akhirnya terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya
c. Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsipal
atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap
4.Menurut etiologinya
3) Bekas miomectomia
10
1. Ruptur uteri kompleta
B. ETIOLOGI
1. Robekan perineum
a. Partus presipitatus
11
b. Trauma krn pemakaian alat-alat operasi
d. Partus lama
3. Ruptur Uteri
d. Panggul sempit
e. Letak lintang
f. Hydrosephalus
C. PATOFISIOLOGI
1. Robekan Perinium
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala
janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan
terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan
12
pendarahan dalam tengkorok janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia
pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil
daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang
daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran
yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak
dilahirkan dengan pembedahan vaginial.
2. Robekan Serviks
3. Rupture Uteri
13
b. Timbulnya ruptura uteri karena tindakan seperti ekstraksi farsep, ekstraksi
vakum, dll
Terjadinya spontan atau bekas seksio sesarea dan bekas operasi pada uterus.
a) Pendarahan segera
d) Plasenta baik
a) Pucat
b) Lemah
c) Menggigil
2. Rupture Uteri
Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
a.Dramatis
14
a. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak
d. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah
menurun dan nafas pendek ( sesak )
i. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak
ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
b). Tenang
15
5) Perkembangan persalinan menurun
10) Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau
kontraksi mungkin tidak dirasakan
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan anti septik
ke vagina dan serviks
b) Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi tidak dibutuhkan
padasebasian besar robekan serviks. Berikan petidin dan diazepam
melalui IV secara perlahan (jangan mencampur obat tersebut dalam
spuit yang sama) atau gunakan ketamin untuk robekan serviks yang
tinggi dan lebar
c) Minta asisten memberikan tekanan pada fundus dengan lembut untuk
membantu mendorong serviks jadi terlihat
d) Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks, jika perlu
e) Pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons dengan hati–hati.
Letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah
secara perlahan untuk melihat seluruh serviks. Mungkin terdapat
beberapa robekan.
16
f) Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur menggunakan benang
catgut kromik atau poliglokolik 0 yang dimulai pada apeks(tepi atas
robekan) yang seringkali menjadi sumber pendarahan.
g) Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan jahitan jelujur
menggunakan benang catgut kromik atau poliglikolik 0.
h) Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan forcep
arteri atau forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang selama 4
jam. Jangan terus berupaya mengikat tempat pendarahan karena upaya
tersebut dapat mempererat pendarahan. Selanjutnya :
Terdapat empat derajat robekan yang bisa terjadi saat pelahiran, yaitu :
1) Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dan jaringan ikat
3) Tingkat III : robekan mengenai trnseksi lengkap dan otot spingter ani
17
3) Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus
berkontraksi.
4) Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
5) Jika robekan perinium panjang dan dalam, inspeksi untuk memastikan
bahwa tidak terdapat robekan derajat III dan IV.
18
1) Masukkan jari yang memakai sarung tangan kedalam anus
19
E. PERBAIKAN RUPTURE UTERUS
d. Buka abdomen
3) Pegang tepi fasia dengan forcep dan perpanjang insisi keatas dan
kebawah dengan menggunakan gunting.
4) Gunakan jari atau gunting untuk memisahkan otot rektus (otot dinding
abdomen )
6) Periksa area rupture pada abdomen dan uterus dan keluarkan bekuan
darah.
20
a) Lahirkan bayi dan plasenta.
b) Infuskan oksitoksin 20 unit dalam 1L cairan IV ( salin normal atau laktat
ringer ) dengan kecepatan 60 tetes permenit sampai uterus berkontraksi,
kemudian kurangi menjadi 20 tetes permenit.
c) Angkat uterus keluar panggul untukmelihat luasnya cedera.
d) Periksa bagian depan dan belakang uterus.
e) Pegang tepi pendarahan uterus denganklem Green Armytage ( forcep
cincin)
f) Pisahkan kandungan kemih dari segmen bawah uterus dengan diseksi
tumpul atau tajam. Jika kandung kemih memiliki jaringan parut sampai
uterus, gunakan gunting runcing.
a) Jika uterus robek sampai serviks dan vagina, mobilisasi kandung kemih
minimal 2cm dibawah robekan.
b) Jika memungkinkan, buat jahitan sepanjang 2cm diatas bagian bawah
robekan serviks dan pertahankan traksi pada jahitan untuk
memperlihatkan bagian-bagian robekan jika perbaikan dilanjutkan.
a) Jika rupture meluas secara lateral sampai mencederai satu atau kedua
arteri uterina, ikat arteri yang cedera.
b) Identifikasi arteri dan ureter sebelum mengikat pembuluh darah uterus.
21
a) Jika rupture uterus menimbulkan hematoma pada ligamentum latum
uteri, pasang klem, potong dan ikat ligamentum teres uteri.
b) Buka bagian anterior ligamentum atum uteri.
c) Buat drain hematoma secara manual, bila perlu.
d) Inspeksi area rupture secara cermat untuk mengetahui adanya cedera
pada arteria uterina atau cabang-cabangnya. Ikat setiap pembuluh
darah yang mengalami pendarahan.
b. Pada semua kasus, periksa adanya cedera pada kandung kemih. Jka
teridentifikasi adanya cedera kandung kemih, perbaiki cedera tsb.
22
( poligkolik ) 0. Tutup kulit dengan penutupan lambat setelah
infeksi dibersihkan.
DAFTAR PUSTAKA
23