“CAPUT SUCCEDANEUM”
DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah subhanallah wa ta’ala, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyususnan makalah ini sebagai tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi dan Balita”.
Tak lupa ucapan terimaksih saya sampaikan kepada ibu Lidia Lushinta,
M.Keb selaku dosen pembimbing dimata kuliah kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya
sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dan insya allah sesuai yang saya harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat dan pengetahuan bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.............................................................................................................................6
2.2 Etiologi.............................................................................................................................6
2.3 Tanda dan Gejala.............................................................................................................7
2.4 Patofisiologis....................................................................................................................7
2.5 Komplikasi.......................................................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan...............................................................................................................8
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan...........................................................................................................................23
Saran.....................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan caput seccedaneum?
2. Apa penyebab terjadinya caput succedaneum?
3. Apa tanda dan gejala caput succedaneum?
4. Apa saja komplikasi yang dapat ditemukan pada caput succedaneum?
5. Bagaimana penatalaksanaan caput succedaneum?
6. Bagaimana konsep managemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
caput succedaneum?
5
BAB II
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
6
pada saat proses kelahiran sebagai upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran
kepala agar dapat melewati jalan lahir, pada umumnya molase ini di temukan
pada sutura sagitalis dan terlihat setelah bayi lahir dan akan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu 1-2 hari.
Kelainan ini biasanya terjadi pada presentasi kepala, pada bagian tersebut
terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah, kelainan
ini disebabkan oleh tekanan bagian terbawah janin saat melawan dilatasi servix
(Prawirohardjo, 2009:723).
Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala saat
memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang
disertai dengan pengluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Kejadian ini
bias terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vaccum ekstrasi (Dewi,
2010).
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya Caput succedaneum pada bayi
baru lahir, yaitu:
a. Persalinan lama Dapat menyebabkan Caput succedaneum karena terjadi
tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena
tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam
cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
b. Persalinan dengan ekstraksi vakum Ekstraksi vakum seperti juga ekstraksi
forsep, merupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang
masih berada dalam jalan lahir. Forsep yang memegang kepala janin dari
samping secara teoritis memberi tenaga pada basis crani janin, sedangkan
ekstraksi vacum memegang bagian terdepan dari kepala janin ditarik keluar pada
rambutnya. Bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya
caput vakum sebagai oedema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot
vakum yang digunakan (Eniyati dan Sholihah, 2012).
7
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum
(Prawirohardjo, 2009:723) yaitu :
a. Udema dikepala
b. Terasa lembut dan lunak pada perabaan
c. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
d. Udema melampaui tulang tenggorak
e. Batas yang tidak jelas
f. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
g. Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan
2.4 Patofisiologis
Pada kala II lama terjadi penekanan otot diafragma pelvis mengakibatkan
spasme pintu panggul. Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi
uterus sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga fontanel meregang dan CSS
(Central Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke seluruh otak. Sehingga CSS
menerobos ke jaringan atau intraviber. Sehingga potensial (cairan) tedorong ke
bagian ubun-ubun besar dan terjadi timbunan CSS dibawah kulit kepala.
Sehingga menyebabkan Caput Succedaneum. Kelainan ini timbul karena tekanan
yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan
sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan
extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan
sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang
kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi
untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya
moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir
dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.
8
2.5 Komplikasi
a. Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala yang terluka.
b. Ikterus Pada bayi yang terkena caput succedaneum dapat menyebabkan ikterus
karena inkompatibilitas factor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan
bayi.
c. Anemia Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedaneum karena
pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.
(Dewi,2013).
9
c. Perawatan bayi sehari-hari.
d. Manfaat dan teknik pemberian ASI.
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Nama pengkaji :
Tempat pengkajian :
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis medis :
Nama ayah :
Nama ibu :
10
Usia ayah / ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
Alasan MRS adalah alasan klien masuk Rumah Sakit, bisa disebabkan klien
datang sendiri karena adanya keluhan ataupun rujukan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah
benjolan pada kepala bayi (Makrum,2002).
11
Riwayat imunisasi :
Riwayat alergi :
Riwayat penyakit yang pernah di derita :
Riwayat operasi/pembedahan :
Riwayat tumbuh kembang :
Riwayat Pertumbuhan :
Pola Nutrisi
Pola Eliminasi
Pola Istirahat
Pola Aktivitas
12
dapat berpengaruh terhadap penyakit bawaan/keturunan
(Matondang, dkk, 2000)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
Tekanan darah:
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri:
Tinggi badan :
LILA :
Lingkar kepala:
Lingkar dada :
Lingkar perut :
13
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Kulit :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Palpasi :
Wajah :
Mata :
Telinga :
14
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi :
Perkusi :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Refleks moro :
Refleks rooting :
Refleks sucking :
Refleks babynski :
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
15
Data pendamping pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum tidak
diperlukan pemeriksaan laboratorium karena benjolan pada kepala bayi akan
hilang dalam waktu 2-4 hari (Dewi, 2010).
16
keadaan umum bayi, diletakkan pada linggukan yang berventilasi dan
mendapatkan sinar matahari cukup ( Dewi, 2010).
V. INTERVENSI
Perencanaan pada kasus bayi dengan caput succedaneum.
1. Setelah lahir bayi ditempatkan pada tempat yang terjaga kehangatannya.
2. Keringkan badan bayi untuk menghindari Hipotermi.
3. Periksa reflex bayi dan nilai APGAR pada bayi.
4. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk perawatan pada bayi.
5. Berikan kecukupan nutrisi berupa pemberian asi, dilanjutkan dengan
pemberian nutrisi setiap 2-3jam (Prawiharjo, 2008).
6. Pantau frekuensi dan karakter nafas dan juga frekuensi jantung terhadap
perubahan.
7. Pantau selalu suhu tubuh bayi, untuk mencegah hipotermi dan infeksi pada
benjolan kepala bayi.
8. Pantau dan pertahankan suhu tubuh untuk mencegah stress dingin.
VI. IMPLEMENTASI
Asuhan secara menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima secara
efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan ini biasanya dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya. Pelaksanaan
asuhan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum disesuaikan dengan
perencanaan yang telah dibuat (Arief, 2009).
VII. EVALUASI
Evaluasi dari bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah benjolan pada
bayi menghilang dalam 3-4 hari dan keadaan umum bayi baik.
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : Senin, 29 Juni 2020
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : RS Abdul Rivai
Oleh : Dokter
S:
1. Identitas
Nama ayah/ibu : Tn. A/Ny.N
Alamat : Maguo Harjo
Tanggal lahir : 29 Juni 2020
Hari : Senin
Jam : 08.00 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
2. Riwayat Kelahiran yang Lalu
Ibu mengatakan ini adalah kelahiran pertamanya
18
O:
1. Riwayat Rekam Medis
Riwayat Persalinan Sekarang
P1 A0 UK : 39 minggu
DS : Ibu merasa cemas dengan keadaan benjolan
yang ada dikepala bayinya.
Tanggal/Jam persalinan : 29 Juni 2020/ 01.00 Wib
Tempat persalinan : RS Abdul Rivai
Penolong persalinan : Dokter Obsygn
Jenis persalinan : Persalinan dengan ekstraksi vakum indikasi
Kala II Memanjang.
Komplikasi persalinan : Ibu : Tidak ada
Bayi : Caput Succedaneum
Ketuban pecah :+
Tali pusat : 50 cm
19
e. Alasan dilakukan tindakan persalinan : inpartu fase laten
f. Tali pusat : jumlah pembuluh darah 2 arteri 1 vena.
3. Nilai APGAR
Kriteria 0 1 2 Jumlah
Frekuensi ( ) 0 tidak
( ) 0 < 100 (ѵ) 0 ѵ > 100 2/2
Jantung ada
(ѵ) 0 ѵ
( ) 0 tidak
Usaha Nafas ( ) 0 lambat menangis 2/2
ada
kuat
( ) 0
(ѵ) 0 ѵ
Tonus Otot ( ) 0 lumpuh ekstremitas 2/2
gerakan aktif
fleksi sedikit
( ) 0 ѵ
( ) 0 tidak (ѵ) 0 gerakan
Refleks gerakan 1/1
bereaksi sedikit
melawan
( v ) 0 tubuh
½
( ) 0 biru/ kemerahan, ( ) 0 ѵ
Warna Kulit
pucat tangan dan kemerahan
8/9
kaki biru
4. Tindakan Resusitasi
Dilakukan tindakan langkah awal resusitasi HAIKAL :
a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Mengatur posisi bayi menjadi sedikit ekstensi
c. Menghisap lendir mulai dari mulut kemudian hidung
d. Mengeringkan bayi
e. Mengatur kembali posisi bayi dan menyelimuti bayi.
20
5. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Umur : 1 Jam Tanggal : 29 Juni 2020 Jam : 08.00 WITA
Pemeriksaan Umum :
Antropometri
1. Berat badan : 3200 gram
2. Panjang badan : 49 cm
3. Lingkar kepala : 34 cm
4. Lingkar dada : 32 cm
5. Lingkar perut (jika ada indikasi) : Tidak dilakukan
Pemeriksaan umum :
1. Jenis kelamin : Perempuan
2. Keadaan umum : Composmentis
3. Suhu : 36,5 0C
4. Bunyi jantung : Teratur
Frekuensi : 100 x/menit
Respirasi : 50 x/menit
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Simestris kiri dan kanan, terdapat benjolan (caput succedaneum), teraba
lunak, batas tidak tegas, sutura melewati tulang tengkorak, UUK belum
menutup rambut hitam tipis dan halus.
b. Mata
Simestris kiri dan kanan, pupil mata bereaksi dengan baik, sklera putih
dan tidak ikterus, kongjontiva merah muda.
c. Hidung
Simestris kiri dan kanan, tidak ada gerakan cuping hidung, hidung
tampak bersih.
d. Telinga
21
Simestris kiri dan kanan, lekuk telinga kesan normal, daun telinga mudah
kembali, tidak ada sekret.
e. Mulut
Refleks menghisap kuat, tidak ada lendir, tidak ada kelainan pada
pallatum, bibir lembab.
f. Leher Tidak ada pembesaran, pembengkakan dan nyeri tekan di tandai
dengan bayi tidak menangis.
g. Dada dan perut
Simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai dengan nafas bayi, tidak ada
tonjolan dada pada bayi, tonus otot bayi baik, tali pusat masih basah.
h. Punggung dan Bokong Tidak ada tonjolan pada tulang punggung.
i. Genetalia dan Anus
Tidak ada kelainan pada genitalia.
j. Ektreminitas atas dan bawah
Pergerakan aktif, jari tangan kiri dan kanan lengkap, refleks
mengenggam baik, refleks babinsky dan refleks morro baik.
k. Status neurologi (refleks) :
A. Morro : positif
B. Rooting : positif
C. Sucking : positif
D. Swallowing : positif
E. Babinski : positif
F. Graf : positif
Nutrisi :
Bayi hanya mengkonsumsi ASI
Eliminasi :
BAK 3-4 x sehari.
BAB 2 x sehari.
Terapi yang Didapatkan :
a. Tetes Mata 0,5 % : diberikan
22
b. Injeksi Neo K (1 mg) : diberikan
c. Imunisasi Hb 0 : belum diberikan
P:
23
perawatan bayi sehari-hari.
Memberikan KIE tentang
manfaat ASI.
7 14.45 Memberikan injeksi sesuai ampisilin 85 mg /IV
advice dokter
8 16.00 Mengganti popok By BAB konsistensi lunak, warna
Merawat tali pusat hijau kehitaman, BAK konsistensi
cair, warna kuning jernih
Mengganti dengan kassa steril.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Caput Succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-
kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian
24
yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput
succedaneumdapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi
jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk
kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput succedaneum disertai dengan
molding atau penumpangan tulang perietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang
setelah satu minggu.
B. Saran
1. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar selalu memantau
keadaan pada bayi.
2. Diharapkan kepada bidan untuk benar-benar mengerti tentang penatalaksanaan
pada setiap kelainan kepala yang mungkin terjadi pada neonatus.
3. Diharapkan kepada setiap orangtua untuk melakukan perawatan bayinya secara
rutin dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan iritasi.
DAFTAR PUSTAKA
25
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia Menurut WHO
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50561/Chapter%20I.p df?
sequence=5. Diakses tanggal 30 mei 2020 jam 18.00 wita)
Dewi, Vivian Nanny Lia. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika. Edisi kelima. 2013
Diouf dkk: / Jurnal Of Neonatal and Pediatric Medicine. Vol. 3. Issue. 1, Maret
2017.
Dian Insana Fitri dkk : / Jurnal Kesehatan Andalas. Hubungan Pemberian ASI
dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo Vol. 3. Issue
2 .2014
Ekiz Ozlem dkk: / Skin Findings in Newborns and Their Relationship with Maternal
Factors: Observational Research. Vol. 25, No. 1, 2013
Putra Sitiatava Rizema. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Jogjakarta. D-Medika. Cetakan pertama. 2012
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Cv Trans Info Media. Cetakan ketiga. 2013
Rn, Anita Lockhart dan Lyndon Saputra. Asuhan Kebidanan Neonatus Normal &
Tando Naomy Marie. Asuhan kebidanan persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Penerbit In Media. 2013
26