Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

“CAPUT SUCCEDANEUM”

DOSEN PENGAMPU

Lidia Lushinta, M.Keb

DISUSUN OLEH

Fanny Fira Indayani (P07224219017)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN
SAMARINDA
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah subhanallah wa ta’ala, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyususnan makalah ini sebagai tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi dan Balita”.

Dalam penyususan makalah yang berjudul “Caput Succedaneum” ini , saya


telah menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya dan semaksimal mungkin. Namun
tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekerungan . Harapan
saya, semoga bisa menjadi koreksi dimasa mendatang agar lebih baik lagi dari
sebelumnya .

Tak lupa ucapan terimaksih saya sampaikan kepada ibu Lidia Lushinta,
M.Keb selaku dosen pembimbing dimata kuliah kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya
sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dan insya allah sesuai yang saya harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat dan pengetahuan bagi kita semua.

Berau, 29 Juni 2020

Fanny Fira Indayani

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.............................................................................................................................6
2.2 Etiologi.............................................................................................................................6
2.3 Tanda dan Gejala.............................................................................................................7

2.4 Patofisiologis....................................................................................................................7

2.5 Komplikasi.......................................................................................................................8

2.6 Penatalaksanaan...............................................................................................................8

2.7 Konsep dasar manajemen...............................................................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................................17

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan...........................................................................................................................23
Saran.....................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Menurut survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Bayi
adalah 35 per 1000 kelahiran hidup dan target pada tahun 2010 menjadi 25 per
1000 kelahiran hidup. Menurut MDG’s tahun 2007 Angka Kematian Bayi masih
sangat tinggi sekitar 34 per 1000 kelahiran dan target pada tahun 2015 Angka
Kematian Bayi menjadi 5 per 1000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2009).
Angka Kematian Bayi pada tahun 2010 sebesar 97 per 1000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian bayi baru lahir adalah Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) sebanyak 226 (36%), cacat bawaan sebanyak 210 bayi (33%),
kekurangan oksigen (asfiksia) sebanyak 199 bayi (31%), sedangkan penyebab
lain kematian bayi baru lahir disebabkan oleh sepsis (infeksisistemik), kelainan
bawaan dan trauma persalinan (chepal hematoma, caput succedaneum) (DinKes,
2010).
Menurut pendapat Prawirohardjo (2009:273) Caput succedaneum
merupakan penumpukan cairan serosanguineous, subkutan dan ekstra periostal
dengan batas yang tidak jelas. Kelainan ini biasanya pada presentasi kepala,
sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi
oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Kelainan ini
disebabkan oleh tekanan bagian terbawah janin saat melawan dilatasi servix.
Caput succedaneum menyebar melewati garis tengah dan sutura serta
berhubungan dengan moulding tulang kepala. Caput succedaneum biasanya tidak
menimbulkan komplikasi dan akan menghilang dalam beberapa hari setelah
kelahiran. Menurut Dewi (2010), akibat yang timbul dari caput succedaneum
apabila tidak ditangani dengan baik adalah dapat terjadi infeksi sekunder bila
timbul vesikel atau lecet didaerah sirkuler tersebut.

4
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan caput seccedaneum?
2. Apa penyebab terjadinya caput succedaneum?
3. Apa tanda dan gejala caput succedaneum?
4. Apa saja komplikasi yang dapat ditemukan pada caput succedaneum?
5. Bagaimana penatalaksanaan caput succedaneum?
6. Bagaimana konsep managemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
caput succedaneum?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan caput seccedaneum.


2. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya caput succedaneum.
3. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala caput succedaneum.
4. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang dapat ditemukan pada caput
succedaneum.
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan caput succedaneum.
6. Untuk mengetahui bagaimana konsep managemen asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan caput succedaneum.

5
BAB II

KONSEP DASAR TEORI & KONSEP DASAR MANAJEMEN

2.1 Definisi

Caput succedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala, yang


dapat melampaui sutura garis tengah (Prawirohardjo, 2008). Caput succedaneum
adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya timbunan getah bening di
kepala (pada persentasi kepala) yang terjadi pada bayi baru lahir (Dewi, 2010).
Caput succedaneum adalah oedema pada kulit kepala, lunak tidak berfluktuasi,
batasannya tidak tegas dan menyebrangi sutura dan akan hilang dalam beberapa
hari (Arwin, 2010).

Sedangkan menurut Reeder dan Koniak-Griffin (2011:684) Caput


succedaneum adalah pembengkakan atau oedema pada atau dibawah kulit kepala
janin. Pembengkakan edematosa lunak pada kulit kepala ini sering terjadi pada
bagian terendah janin. Tekanan dari uterus atau jalan lahir dapat mencetuskan
penumpukan serum atau darah di atas periosteum. Ekstraksi vacum juga dapat
menyebabkan caput, caput dapat bervariasi dari area yang kecil hingga kepala
menjadi sangat panjang. Pembengkakan dapat melintasi garis sutura. Tidak ada
pengobatan yang diindikasikan, caput succedaneum biasanya hilang dengan
sendirinya dalam 12 jam atau 1-2 hari setelah lahir.

2.2 Etiologi

Caput succedaneum terjadi karena tekanan keras pada kepala ketika


memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe di
sertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravakuler, benjolan pada caput
berisi cairan serum dan sedikit bercampur dengan darah, benjolan tersebut dapat
terjadi sebagai akibat tumpang tindihnya (molage) tulang kepala di daerah sutura

6
pada saat proses kelahiran sebagai upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran
kepala agar dapat melewati jalan lahir, pada umumnya molase ini di temukan
pada sutura sagitalis dan terlihat setelah bayi lahir dan akan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu 1-2 hari.
Kelainan ini biasanya terjadi pada presentasi kepala, pada bagian tersebut
terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah, kelainan
ini disebabkan oleh tekanan bagian terbawah janin saat melawan dilatasi servix
(Prawirohardjo, 2009:723).
Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala saat
memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang
disertai dengan pengluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Kejadian ini
bias terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vaccum ekstrasi (Dewi,
2010).
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya Caput succedaneum pada bayi
baru lahir, yaitu:
a. Persalinan lama Dapat menyebabkan Caput succedaneum karena terjadi
tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena
tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam
cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
b. Persalinan dengan ekstraksi vakum Ekstraksi vakum seperti juga ekstraksi
forsep, merupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang
masih berada dalam jalan lahir. Forsep yang memegang kepala janin dari
samping secara teoritis memberi tenaga pada basis crani janin, sedangkan
ekstraksi vacum memegang bagian terdepan dari kepala janin ditarik keluar pada
rambutnya. Bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya
caput vakum sebagai oedema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot
vakum yang digunakan (Eniyati dan Sholihah, 2012).

7
2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum
(Prawirohardjo, 2009:723) yaitu :

a. Udema dikepala
b. Terasa lembut dan lunak pada perabaan
c. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
d. Udema melampaui tulang tenggorak
e. Batas yang tidak jelas
f. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
g. Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan

2.4 Patofisiologis
Pada kala II lama terjadi penekanan otot diafragma pelvis mengakibatkan
spasme pintu panggul. Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi
uterus sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga fontanel meregang dan CSS
(Central Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke seluruh otak. Sehingga CSS
menerobos ke jaringan atau intraviber. Sehingga potensial (cairan) tedorong ke
bagian ubun-ubun besar dan terjadi timbunan CSS dibawah kulit kepala.
Sehingga menyebabkan Caput Succedaneum. Kelainan ini timbul karena tekanan
yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan
sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan
extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan
sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang
kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi
untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya
moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir
dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.

8
2.5 Komplikasi

Komplikasi lain dari caput succedaneum adalah sebagai berikut:

a. Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala yang terluka.
b. Ikterus Pada bayi yang terkena caput succedaneum dapat menyebabkan ikterus
karena inkompatibilitas factor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan
bayi.
c. Anemia Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedaneum karena
pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.
(Dewi,2013).

2.6 Penatalaksanaan Caput Succedaneum

Menurut Dewi (2010) dan Arief (2009), penatalaksanaan caput succedaneum


adalah sebagai berikut :
1) Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal.
2) Observasi keadaan umum bayi dan vital sign setiap 6 jam per hari.
3) Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang
cukup.
4) Pertahankan suhu bayi agar tetap hangat dengan meletakan dalam incubator.
5) Rawat tali pusat dengan mengganti kassa steril 2 x sehari setelah mandi.
6) Cukupi nutrisi bayi dengan pemberian ASI yang adekuat, bidan harus
mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar.
7) Observasi BAB dan BAK.
8) Jaga bayi agar tidak sering diangkat.
9) Beri terapi sesuai anjuran dokter spesialis anak.
10) Berikan konseling pada orang tua, tentang :
a. Keadaan trauma yang dialami oleh bayi.
b. Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah
2 sampai 4 hari tanpa pengobatan.

9
c. Perawatan bayi sehari-hari.
d. Manfaat dan teknik pemberian ASI.

KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU


LAHIR DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM

I. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian :

Waktu pengkajian :

Nama pengkaji :

Tempat pengkajian :

A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien

Nama :

Umur/Tanggal lahir : Caput succedaneum adalah benjolan karena adanya


timbunan getah bening dikepala yang terjadi pada bayi
baru lahir (Dewi, 2013: 124).

Jenis kelamin :

Tanggal MRS :

Diagnosis medis :

b. Identitas orang tua

Nama ayah :

Nama ibu :

10
Usia ayah / ibu :

Pendidikan ayah / ibu :

Pekerjaan ayah / ibu :

Agama :

Suku/bangsa :

Alamat :

2. Alasan MRS dan Keluhan Utama


a. Alasan MRS

Alasan MRS adalah alasan klien masuk Rumah Sakit, bisa disebabkan klien
datang sendiri karena adanya keluhan ataupun rujukan.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah
benjolan pada kepala bayi (Makrum,2002).

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan sekarang
- Persalinan dengan ekstrasi 11acuum dan forcep dapat mengakibatkan
caput succedaneum (mochtar, 2012)
- Selain itu persalinan lama dan malpresentasi pada persalinan juga dapat
mengakibatkan caput succedaneum (Oxorn & Forte, 2010).
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
 Riwayat kehamilan dan kelahiran :
- Hasil pemeriksaan ibu selama hamil dapat mempengaruhi terjadinya
caput succedaneum, tertekan pada panggul yang sempit
(sulistyawati,2009),
- malpresentasi juga dapat mempengaruhi pada kehamilan, sehingga
menimbulkan caput seccedaneum (Prawirhajo, 2008)

11
 Riwayat imunisasi :
 Riwayat alergi :
 Riwayat penyakit yang pernah di derita :
 Riwayat operasi/pembedahan :
 Riwayat tumbuh kembang :
 Riwayat Pertumbuhan :

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Riwayat penyakit menula
b. Riwayat penyakit menurun
c. Riwayat penyakit menahun

5. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan

Pola Nutrisi

Pola Eliminasi

Pola Istirahat

Pola Personal Hygiene

Pola Aktivitas

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)
Dari data ini dapat diketahui antara lain apa keluarga pasien
termasuk keluarga batih (nuclear family) atau keluarga besar
(extended family), yang masing masing mempunyai implikasi dalam
praktik pengasuhan anak. Selain itu, terdapatnya perkawinan
dengan keluarga dekat (konsanguinasi) antara ayah dan ibu juga

12
dapat berpengaruh terhadap penyakit bawaan/keturunan
(Matondang, dkk, 2000)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :

Tekanan darah:

Nadi :

Pernapasan :

Suhu :

Antropometri:

Tinggi badan :

Berat badan : Bayi dengan makrosomia beresiko terjadinya persalinan lama


dan tindakan vakum. Caput Succedaneum dapat terjadi pada
persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau
persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam
atau vakum (Rukiyah dan Yulianti, 2013:22-23).

LILA :

Lingkar kepala:

Lingkar dada :

Lingkar perut :

13
2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Kulit :

Kepala : Melihat caput pembengkakan pada bagian kepala, yang


melampaui sutura garis tengah untuk memastikan bahwa
pembengkakan adalah caput succedaneum (Saefudin, 2002)

Wajah :

Mata :

Telinga :

Hidung :

Mulut :

Leher :

Dada :

Abdomen :

Genetalia eksterna :

Anus :

Ekstremitas :

Palpasi :

Kepala : Meraba kepala untuk mengetahui pembengkakan pada kepala


bayi, bahwa pembengkakan berisi cairan (Dewi, 2010).

Wajah :

Mata :

Telinga :

14
Hidung :

Mulut :

Leher :

Dada :

Abdomen :

Genetalia eksterna :

Anus :

Ekstremitas :

Auskultasi :

Perkusi :

3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks

Pada neonatus, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :

Refleks moro :

Refleks tonic neck :

Refleks rooting :

Refleks sucking :

Refleks graps (plantar & palmar grasp) :

Refleks babynski :

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium :

15
Data pendamping pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum tidak
diperlukan pemeriksaan laboratorium karena benjolan pada kepala bayi akan
hilang dalam waktu 2-4 hari (Dewi, 2010).

Pemeriksaan diagnostik lainnya


1. Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan memeriksa apgar score yang dilakukan pada menit
pertama kelima dan kesepuluh (Saifuddin, 2006). Pada bayi dengan caput
succedaneum permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
(Dewi, 2010).

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan (Varney, 2007).
 Diagnosa : NKB/NCB/NLB , KMK/SMK/BMK, Usia …….. (jam/hari)
dengan CAPUT SUCCEDANEUM

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnose potensial yang dapat muncul pada bayi baru lahir dengan caput
succedaneum adalah kerusakan membrane mukosa, dan resiko gangguan
pernafasan (green & Wilkinson, 2012). Dengan penanganan tidak sering
menggendong bayi serta tidak melakukan pijatan pada daerah benjolan dan
mengompres daerah benjolan dengan air dingin (Dewi, 2010).

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tindakan segera yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan caput
succedaneum antara lain segera diberikan asi yang adekuat, pengawasan

16
keadaan umum bayi, diletakkan pada linggukan yang berventilasi dan
mendapatkan sinar matahari cukup ( Dewi, 2010).

V. INTERVENSI
Perencanaan pada kasus bayi dengan caput succedaneum.
1. Setelah lahir bayi ditempatkan pada tempat yang terjaga kehangatannya.
2. Keringkan badan bayi untuk menghindari Hipotermi.
3. Periksa reflex bayi dan nilai APGAR pada bayi.
4. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk perawatan pada bayi.
5. Berikan kecukupan nutrisi berupa pemberian asi, dilanjutkan dengan
pemberian nutrisi setiap 2-3jam (Prawiharjo, 2008).
6. Pantau frekuensi dan karakter nafas dan juga frekuensi jantung terhadap
perubahan.
7. Pantau selalu suhu tubuh bayi, untuk mencegah hipotermi dan infeksi pada
benjolan kepala bayi.
8. Pantau dan pertahankan suhu tubuh untuk mencegah stress dingin.

VI. IMPLEMENTASI

Asuhan secara menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima secara
efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan ini biasanya dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya. Pelaksanaan
asuhan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum disesuaikan dengan
perencanaan yang telah dibuat (Arief, 2009).

VII. EVALUASI

Evaluasi dari bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah benjolan pada
bayi menghilang dalam 3-4 hari dan keadaan umum bayi baik.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN CAPUT


SUCCEDANEUM

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : Senin, 29 Juni 2020
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : RS Abdul Rivai
Oleh : Dokter

S:
1. Identitas
Nama ayah/ibu : Tn. A/Ny.N
Alamat : Maguo Harjo
Tanggal lahir : 29 Juni 2020
Hari : Senin
Jam : 08.00 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
2. Riwayat Kelahiran yang Lalu
Ibu mengatakan ini adalah kelahiran pertamanya

3. Riwayat Kehamilan Sekarang


Merupakan kehamilan pertama, selama ibu hamil mengalami mual muntah
sampai usia kehamilan 3 bulan. Ibu rajin memeriksakan dirinya ke bidan
dan hasil pemeriksaan normal. Dan ibu mulai meraskan gerakan janin saat
usia kehamilan 4 bulan. Ibu rajin minum obat yang diberikan oleh bidan

18
O:
1. Riwayat Rekam Medis
Riwayat Persalinan Sekarang
P1 A0 UK : 39 minggu
DS : Ibu merasa cemas dengan keadaan benjolan
yang ada dikepala bayinya.
Tanggal/Jam persalinan : 29 Juni 2020/ 01.00 Wib
Tempat persalinan : RS Abdul Rivai
Penolong persalinan : Dokter Obsygn
Jenis persalinan : Persalinan dengan ekstraksi vakum indikasi
Kala II Memanjang.
Komplikasi persalinan : Ibu : Tidak ada
Bayi : Caput Succedaneum

APGAR score : 8/9

Ketuban pecah :+

Keadaan plasenta : Lengkap

Tali pusat : 50 cm

Lama persalinan : Kala I: 10 jam, Kala II : 2 jam, Kala III :15


menit Kala IV : 2 jam

Jumlah perdarahan : Kala I: ±50cc, Kala II : ±200cc, Kala III:


±50cc, Kala IV: ± 100cc, Selama operasi :
Tidak ada

2. Keadaan Bayi Saat Lahir


a. Tanggal : 29 Juni 2020 Jam : 08.00 WIB
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Kelahiran : tunggal
d. Jenis persalinan : Persalinan dengan ekstraksi vakum

19
e. Alasan dilakukan tindakan persalinan : inpartu fase laten
f. Tali pusat : jumlah pembuluh darah 2 arteri 1 vena.

3. Nilai APGAR
Kriteria 0 1 2 Jumlah

Frekuensi ( ) 0 tidak
( ) 0 < 100 (ѵ) 0 ѵ > 100 2/2
Jantung ada

(ѵ) 0 ѵ
( ) 0 tidak
Usaha Nafas ( ) 0 lambat menangis 2/2
ada
kuat

( ) 0
(ѵ) 0 ѵ
Tonus Otot ( ) 0 lumpuh ekstremitas 2/2
gerakan aktif
fleksi sedikit

( ) 0 ѵ
( ) 0 tidak (ѵ) 0 gerakan
Refleks gerakan 1/1
bereaksi sedikit
melawan

( v ) 0 tubuh
½
( ) 0 biru/ kemerahan, ( ) 0 ѵ
Warna Kulit
pucat tangan dan kemerahan
8/9
kaki biru

Keterangan : ( ) : Penilaian menit ke satu O : Penilaian menit ke-2

4. Tindakan Resusitasi
Dilakukan tindakan langkah awal resusitasi HAIKAL :
a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Mengatur posisi bayi menjadi sedikit ekstensi
c. Menghisap lendir mulai dari mulut kemudian hidung
d. Mengeringkan bayi
e. Mengatur kembali posisi bayi dan menyelimuti bayi.

20
5. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Umur : 1 Jam Tanggal : 29 Juni 2020 Jam : 08.00 WITA
Pemeriksaan Umum :
Antropometri
1. Berat badan : 3200 gram
2. Panjang badan : 49 cm
3. Lingkar kepala : 34 cm
4. Lingkar dada : 32 cm
5. Lingkar perut (jika ada indikasi) : Tidak dilakukan

Pemeriksaan umum :
1. Jenis kelamin : Perempuan
2. Keadaan umum : Composmentis
3. Suhu : 36,5 0C
4. Bunyi jantung : Teratur
Frekuensi : 100 x/menit
Respirasi : 50 x/menit

Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
Simestris kiri dan kanan, terdapat benjolan (caput succedaneum), teraba
lunak, batas tidak tegas, sutura melewati tulang tengkorak, UUK belum
menutup rambut hitam tipis dan halus.
b. Mata
Simestris kiri dan kanan, pupil mata bereaksi dengan baik, sklera putih
dan tidak ikterus, kongjontiva merah muda.
c. Hidung
Simestris kiri dan kanan, tidak ada gerakan cuping hidung, hidung
tampak bersih.
d. Telinga

21
Simestris kiri dan kanan, lekuk telinga kesan normal, daun telinga mudah
kembali, tidak ada sekret.
e. Mulut
Refleks menghisap kuat, tidak ada lendir, tidak ada kelainan pada
pallatum, bibir lembab.
f. Leher Tidak ada pembesaran, pembengkakan dan nyeri tekan di tandai
dengan bayi tidak menangis.
g. Dada dan perut
Simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai dengan nafas bayi, tidak ada
tonjolan dada pada bayi, tonus otot bayi baik, tali pusat masih basah.
h. Punggung dan Bokong Tidak ada tonjolan pada tulang punggung.
i. Genetalia dan Anus
Tidak ada kelainan pada genitalia.
j. Ektreminitas atas dan bawah
Pergerakan aktif, jari tangan kiri dan kanan lengkap, refleks
mengenggam baik, refleks babinsky dan refleks morro baik.
k. Status neurologi (refleks) :
A. Morro : positif
B. Rooting : positif
C. Sucking : positif
D. Swallowing : positif
E. Babinski : positif
F. Graf : positif
Nutrisi :
Bayi hanya mengkonsumsi ASI
Eliminasi :
BAK 3-4 x sehari.
BAB 2 x sehari.
Terapi yang Didapatkan :
a. Tetes Mata 0,5 % : diberikan

22
b. Injeksi Neo K (1 mg) : diberikan
c. Imunisasi Hb 0 : belum diberikan

A : Diagnosis : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan caput


succedaneum

P:

NO JAM TINDAKAN EVALUASI

1 08.15 Mengganti alas box bayi dan Lampu telah di nyalakan.


Meletakan bayi di box

2 08.30 Melakukan pemerikasaan fisik Terdapat caput succedaneum


pada bayi
3 08.45 Mengganti popok BAK konsistensi cair, warna kuning
jernih.
4 09.45 Menyusukan bayi pada ibunya Ibu mengerti dengan penjelasan yang
Memberikan KIE teknik diberikan. Dan dapat mempraktekkan
menyusui yang benar cara menyusui yang benar.
Memberikan KIE tentang Ibu mengerti dengan penjelasan yang
keadaan trauma yang dialami diberikan. Dan tidak akan sering
oleh bayinya mengangkat bayinya.
5 11.45 Mengganti popok BAK konsistensi cair, warna kuning
jernih.
6 12.45 Menyusukan bayi pada ibunya Ibu mengerti dengan penjelasan yang
Memberikan KIE bahwa diberikan.
benjolan akan menghilang
dengan sendirinya setelah 2
sampai 4 hari tanpa
pengobatan.
Memberikan KIE tentang

23
perawatan bayi sehari-hari.
Memberikan KIE tentang
manfaat ASI.
7 14.45 Memberikan injeksi sesuai ampisilin 85 mg /IV
advice dokter
8 16.00 Mengganti popok By BAB konsistensi lunak, warna
Merawat tali pusat hijau kehitaman, BAK konsistensi
cair, warna kuning jernih
Mengganti dengan kassa steril.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Caput Succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-
kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian

24
yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput
succedaneumdapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi
jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk
kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput succedaneum disertai dengan
molding atau penumpangan tulang perietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang
setelah satu minggu.

B. Saran
1. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar selalu memantau
keadaan pada bayi.
2. Diharapkan kepada bidan untuk benar-benar mengerti tentang penatalaksanaan
pada setiap kelainan kepala yang mungkin terjadi pada neonatus.
3. Diharapkan kepada setiap orangtua untuk melakukan perawatan bayinya secara
rutin dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan iritasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, dkk : /jurnal KESMAS UAD. Vol. 6. No. 3, September 2012.

25
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia Menurut WHO
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50561/Chapter%20I.p df?
sequence=5. Diakses tanggal 30 mei 2020 jam 18.00 wita)

Dewi, Vivian Nanny Lia. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika. Edisi kelima. 2013

Diouf dkk: / Jurnal Of Neonatal and Pediatric Medicine. Vol. 3. Issue. 1, Maret
2017.

Dian Insana Fitri dkk : / Jurnal Kesehatan Andalas. Hubungan Pemberian ASI
dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo Vol. 3. Issue
2 .2014

Ekiz Ozlem dkk: / Skin Findings in Newborns and Their Relationship with Maternal
Factors: Observational Research. Vol. 25, No. 1, 2013

Putra Sitiatava Rizema. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Jogjakarta. D-Medika. Cetakan pertama. 2012

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Cv Trans Info Media. Cetakan ketiga. 2013

Rn, Anita Lockhart dan Lyndon Saputra. Asuhan Kebidanan Neonatus Normal &

Patologis.Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher. 2014

Tando Naomy Marie. Asuhan kebidanan persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Penerbit In Media. 2013

Walyani,Elisabeth Siwi dan Th. Endang Purwoastuti. Asuhan Kebidanan Perslinan


& Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2015

26

Anda mungkin juga menyukai