OLEH :
NAMA : KASNI
NIM : 171701003
i
HALAMAN PENGESAHAN
KASNI
171701003
DOSEN PENGGAMPU :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ASUHAN PERSALINAN KALA II”.
Makalah ini kami susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah “ASKEB
PERSALINAN” . kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
pengetahuan bagi kita semua. Amin.
penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (sarwono,1)
Kala II persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan
dan piñata laksanaan kala pembukaan, batasan kala II dimulai ketika pembukaan servik
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi, kala II juga disebut sebagai
pengeluaran bayi. (Depkes RI hal 79)
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan
keluarganya ,sangat penting untuk di ingat bahwa persalian adalah proses yang normal dan
merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang
mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan
bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan terus menerus dan penatalaksanaan yang
terampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang
menyenangkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
1
5. Untuk mengetahui asuhan sayang ibu dan posisi meneran yang baik pada kala II
persalinan
6. Untuk mengetahui manufer tangan dan langkah-langkah dalam melahirkan janin
7. Untuk mengetahui pemantauan kala II persalinan
8. Untuk mengetahui asuhan kebidana pada ibu kala II persalinan
9. Untuk mengetahui prosedur menolong persalinan sesuai APN
10. Untuk mengetahui melakukan Amniotomi dan episiotomy
11. Untuk mengetahui panggul sempit pada proses persalinan
12. Untuk mengetahui pengertian dari KPD dan KPSW
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kala II persalinan adalah kala pengeluaran bayi ,di mulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir Uterus dengan kekuatan hisnya di tambah kekuatan meneran akan
mendorong bayi hingga lahir .Proses ini biasanya berlangsung 2 Jam pada primigravida dan
1 jam pada multigravida. Diagnosi prsalina kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janinsudah
tampak pada vulva.
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran
bayi. Kontraksi selama kala dua adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu kira-kira 2
menit yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya.
Pada waktu selang kontraksi periode relaksasi diantara kontraksi memberikan dampak
berfungsinya system-sistem dalam tubuh, yaitu :
1. Memberikan kesempatan pada jaringan otot-otot uterine untuk beristirahat agar tidak
memberikan menurunkan fungsinya oleh karena kontraksi yang kuat secara terus-
menerus.
3
2. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk istirahat, karena rasa sakit selama
kontraksi.
3. Menjaga kesehatan janin karena pada saat kontraksi uterus mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah placenta sehinggah bila secara terus menerus berkontraksi, maka
akan menyebabkan hipoksia, anoksia dan kematian janin.
Pada awal persalinan kontraksi uterus selama 15-20 detik. Pada saat memasuki fase aktif,
kontraksi terjadi selama 45-90 detik rata-rata 60 detik. Dalam satu kali kontraksi selama 3
fase, yaitu fase naik, puncak dan turun. Pada saat fase naik lamanya 2 kali fase lainnya.
Pemeriksaan kontraksi uterus meliputi, frekuensi, durasi lama, intensitas kuat /lemah.
Frekuensi dihitung dari awal timbulnya kontraksi sampai muncul kontraksi berikutnya. Pada
saat memeriksa durasi/ lama kontraksi, perlu diperhatikan bahwa cara pemeriksaan
kontraksi uterus dilakukan dengan palpasi pada perut. Karena bila berpedoman pada rasa
sakit yang dirasakan ibu bersalin saja kurang akurat.
Ambang rasa nyeri tiap individu berbeda. Pada ibu bersalin yang belum siap
menghadapi persalinan, kurang matang psikologis, tidak mengerti proses persalinan yang ia
hadapi akan bereaksi serius dengan berteriak keras saat kontraksi walaupun kontraksinya
lemah. Sebaliknya ibu bersalin yang sudah siap menghadapi persalinan, matang psikologis,
mengerti tentang proses persalinan, mempunyai ketabahan, kesabaran yang kuat, pernah
melahirkan, didampingi keluarga dan didukung oleh penolong persalinan yang professional,
dapat menggunakan teknik pernafasan untuk relaksasi,maka selama kontraksi yang kuat
tidak akan berteriak.
Intensitas dapat diperiksa dengan cara jari-jari tangan ditekan pada perut, bisa atau tidak
uterus ditekan. Pada kontraksi yang lemah akan mudah dilakukan, tetapi pada kontraksi
yang kuat tidak mudah dilakukan. Bila dipantau dengan monitor janin, kontraksi uteru yang
paling kuat pada fase kontraksi puncak tidak akan melebihi 40 mmHg.
B. Uterus
Perubahan Bentuk uterus menjadi oval yang disebabkan adanya pergerakan tubuh
janin yang semula membungkuk menjadi tegap, sehingga uterus bertambah panjang 5-
10 .
Terjadi perbedaan pada bagian uterus
a. Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba keras saat
kontraksi.
b. Segmen bawah : terdiri atas uterus dan serviks, merupakan daerah yang teregang,
bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah uterus.
c. Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk lingkaran cincin
retraksi fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk cincin
retraksi patologis yang dinamakan cincin bandl.
4
3. Mekanisme persalinan
Adapun gerakan-gerakan janin dalam persalinan/ gerakan cardinal adalah sebagai berikut:
a. Engagement
Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan,sedangkan pada
multigravida dapat terjdi pada awal persalina.engagement adalah peristiwa ketika diameter
biparietal melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang / oblik didakam
jalan lahir da sedikit fleksi.masuknya kepala akan mengalami kesulitan bila saat masuk
kedalam panggul dengan sutura sagitalis dalam anterior posterior.jika kepala
masuk kedalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintag dijalan lahir ,tulang
parietal kanan dan kiri sama tinggi,maka keadaan ini disebut sinklitismus.
kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan yang
menunjukkan sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium atau ke simfisis maka hal ini
disebut asinklitismus. Ada dua macam asinklitismus. asinklitismus posterior dan asinklitimus
anterior
A. asinklitimus posterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati simfisis dan tulang
parietal belakang lebih rendah dari pada tulang parietal depan.terjadi karena tulang
parietal depan tertahan oleh simfisis pubis sedang tulang parietal belakang dapat turun
dengan mudah karena adanya lengkung sacrum yang luas.
B. Asinklitismus anterior yaitu keadaan bila suturassangitalis
mendekato promontorium dan tulang parietal depan lebih rendah dari pada tulang
parietal belakang.
Perubahan awal kepala janin dari asnklitismus posterior kedalam
keadaan asinklitismus anterior memudahkan mekanisme persalinan karena sesuai
dengan keadaan pnggul dengan adanya lengkung sacrum. Engagement dan penurunan
kepala terjadi secara simultan/bersamaan,tetapi untuk kepentingan pembelajaran
dibahas secarah terpisah.
5
b. Penurunan kepala
a. Dimulai sebelum onset persalinan/inpartu.penurunan kepala terjadi bersamaan dengan
mekanisme lainnya.
b. Kekutan yang mendukung menurut cunigham dalam buku obstetr i Willam yang
diterbitkan tahun 1995 dan ilmu kebidanan Varney 2002:
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung fundus pada bokong
3. Kontraksi otot-otot abdomen
4. Ekstensi dan pelusuran badan janin atau tulang belakang janin
c. Fleksi
a. Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin
terhambat oleh servik, dinding panggul atau dasar panggul.
b. Pada kepala janin,dengan adanya fleksi maka diameter oksipitofrontalis 12 cm
berubah menjadi sub oksipitobregmatika 9 cm.
c. Posisi dagu bergeser kearah dada janin.
d. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba dari pada ubun-ubun besar.
d. Rotasi dalam
a. Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari
posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah simpisis.bila presentsi belakang
kepla dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil
memutar kedepan sampai berada dibawah simfisis.gerakan ini adalah uoaya keala
janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentik bidang tebgah dan
pintu bawah panggul.rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala.rotasi ini
terjadi setekah kepala melewati hodge III ( setinggi spina ) atau setelah
didasar panggul.pada pemeriksaan ubun-ubun kecil megarah ke jam 12.
b. Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:
1) bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi.
2) Bagia belakng kepala mencari tahanan yg paling sedikit yang disebelah depan atas
yaitu hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan.
e. Ekstensi
a. Gerakan ekstensi merupakan gerakan oksiput yang berhimpit langsung pada mergo
inferior simfisi pubis.
b. Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada pinti bawah panggul mengarah kedepan
dan atas,sehingga kepala meyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat
melaluinya.pada saat kepala janin mencapai dasar panggul tidak
langsung terkstensi,akan tetapi terus didorong kebawah sehingga mendesak
kejaringan perineum.
Pada saat itu ada dua gaya yang mempengaruhi,yaitu:
a. Gaya dorong dari fundus uteri kearah belakang.
b. Tahanan dasar panggul dan simpisis kearah depan.
Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva dan terjadilah ekstensi.
6
Gerakan ekstensi ini mengakibatkan bertambahnya penegangan pada perineum dan
intruitus vagina.ubun-ubun kecil semakin banyak terlihat dan sebagai hypomochlion
atau pusat pergerakan maka berangsur-angsur lahirlah ubun-ubun keci ,ubun-ubun
besar,dahi,mata,hidung,mulut,dan dagu.pada saat kepala sudah lhir seluruhnya,dagu
bayi berada diatas anus ibu.
f. Rotasi luar
Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh factor-fackor
panggul,sama seperti pada rotasi dalam.
a. Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kerah pungggung janin,bagian
belakang kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri,sedangkan
muka janin meghadap salah satu paha ibu.bila ubun-ubun kecil pada mulanya
disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri,bila pada
mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan.
b. Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter biakromial janin
searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul,satu bahu di anterior di
belakang simfisis dan bahu yang satunya dibagian posterior di belakang perineum.
c. Suta sagitalis kemali melintang
g. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar,bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion untik
kelahiran bahu belakang.kemudian setelah kedua bahu lahir di susul lahirlah trochanter
depan dan belakang sampai lahir janinseluruhnya.gerakan kelahiran bahu depan,bahu
belakanh ,badan seluruhnya.
1. Adapun beberapa hal yang merupakan asuhan sayang ibu adalah sebagai berikut:
a. Pendampingan keluarga
Selama proses persalinan berlangsung,ibu membutuhkan teman dari keluarga.bisa
dilakukan oleh suami ,orang tua,atau kerabat yang di sukai oleh ibu.dukungan dari keluarga
7
yang mendampingi ibu selama proses persalinan sangat membantu mewujudkan
persalinan yang lancar.
b. Libatkan keluarga
Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain membantu ibu berganti posisi
,teman bicara,membantu dalam mengatasi rasanya nyeri dengan memijat bagian
lumbal/pinggang belakang.bila persalinan di lakukan di rumah,keluarga dapat membantu
menyiapkan tempat dan peralatan yang di gunakan dalam persalinan.
c. Dukungan psikologi
Dukungan psikologi dapat di berikan dengan bimbingan dan menanyakan apakah
ibu perlu pertolongan.berikan kenyamanan,berusaha menenangkan hati ibu dalam
meghadapi dan menjalani proses persalinan.memberikan perhatian agar dapat menurunkan
rasa tegangg sehingga dapat membantu kelancaran proses persalinan.
d. Membantu ibu memilih posisi
Posisi pada saat meneran tergantung pada keinginan ibu dalam memilih posisi yang
paling nyaman dirasakan ibu.
e. Cara meneran
Penolongan persalinan menganjurkan ibu untuk meneran bila ada dorongan yang
kuat dan spontan untuk meneran.penolong tidak di oerkenankan meminta ibu untuk
meneran secara tterus-menerus tanpa mengambil nafas saat meneran atau tidak boleh
meneran sambil meahan nafas.penolng sebaiknya menyarankan ibu untuk beristirahat
dalam waktu relaksasi kontraksi hal ini di maksudkan untuk mengatisipasi agar ibu tidak
kelelahan dan menghondaro resiko asfiksia( kekuranga O2 pada janin) karena supli oksigen
melalui plasenta berkurang.
f. Pemberian nutrisi
Ibu bersalin perlu di perhatikan pemenuhan kebutuhan cairan,elektrolit dan nutrisi.hal
ini untuk mengantisipasi ibu mengalami dehidrasi.dehidrasi pada ibu bersalin dapat
berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang penting artinya
dalam menimbulkan kontraksi uterus.
2. Posisi meneran
Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus
berlangsung progresif. Penolong persalinan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan
rileks, maka penolong persalinan tidak boleh mengatur posisi meneran. Penolong persalinan
harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi meneran dan menjelaskan alternatif-
alternatif posisi meneran bila posisi yang dinpilih ibu tidak efektif.
8
a. Duduk atau setengah duduk
Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran
kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.
b. Merangkak
Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang.
c. Jongkok atatu berdiri
Posisi berbaring miring ke kiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava inferior
sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplai oksigen tidak
terganggu, dapat memberi suasana relaks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat
pencegahan terjadinya laserasi / robekan jalan lahir.
e. Hindari posisi telentang.
1) Hipotensi dapat beresiko terjadinya syok dan berkurangnya supplai oksigen dalam
sirkulasi uteroplasenta sehingga dapat menyebabkan hipoksia bagi janin.
9
b) Mengupayakn seminimal mungkin ibu mengalami trauma persalinan.
c) Memberikan rasa aman dan kepercayaan penolong dalam menolong ibu dan janin.
1. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang di lapisi kain, latakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan – lahan menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat
kepala lahir.
2. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan ).
3. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.
4. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
2. Setelah kedua bahu dilahirkan, penelusuran tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum, memberikan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan.gunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan
tanagn anterior bayi saat keduanya lahir.
3. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas ( anterior) dari
punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki
lahir.memegang kedua mata kaki bayi dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.
10
ibu jari penolong di dada janin dan ke empat jari lainnya di punggung janin. Bila janin
punggung kanan, maka ibu jari penolong pala punggung janin, sedangkan keempat
jari yang lain pada dada janin.
3. Scara similtan, tangan atas menelusuri dan memegang bahu, siku dan tangan.
4. Telusuri sampai kaki, selipkan jari telunjuk tangn atas di kedua kaki
6. Letakkan janin di atas handuk di atas perut ibu dengan posisi kepala sedikit lebih
rendah.
2. Pasang klem tali pusat pertama dengan jarak 3 cm dari dinding perut bayi. Tekan tali
pusat dengan 2 jari, urut ke arah ibu, pasang klem tali pusat ke dua klem dengan
tangan kiri dan jadikan tangan kiri penolong sebagai alas untuk melindungi perut janin.
3. Pakai gunting tali pusat DTT, potong tali pusat di antara ke dua klem.
5. Lakukan inisiasi menyusui dini atau bila terjadi asfiksia lakukan penanganan asfiksia
dengan resusitasi.
c. Warna ketuban. Merupakan hal yang perlu diwaspadai bila ketuban bercampur
mekonium pada presentasi kepala berarti terjadi gawar janin., atau ketuban bercampur
darah.
11
f. Adakah presentasi majemuk
4. Meningkatkan peran serta keluarga ,menghargai anggota keluarga atau teman yang
mendampingi
6. Memperhatikan pemasukan nutrisi dan cairan ibu dengan memberi makan dan minum
8. Mengusahakan kandung kemih kosong dengan cara membantu dan memacu ibu
mengkosongkan kandung kemih secara teratur .Jika ibu tidak dapat berjalan kekamar
mandi ,bantu agar ibu dapat duduk dan berkemih diwadah penampung urin. Kateterisasi
kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urine dan ibu tak mampu berkemih
sendiri .
a. Mengevaluasi HIS atau kontraksi uterus berapa kali terjadi dalam 10 menit , lamanya
HIS dan kekuatan HIS serta kaitan antara ketiga hal tersebut dengan kemajuan
persalinan
b. Mengkaji keadaan kandung kemih dengan menganamnesis ibu dan melakukan
palpasi kandung kemih untuk memastikan kandung kemih kosong .
c. Mengevaluasi upaya meneran ibu evektif atau tidak
d. Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi pendataran serviks dan
dilatasi serviks sampai pembukaan .
e. Observasi Terhadap Kesejahteraan Janin
f. Penurunan kepala , presentasi dan sikap
g. Mengkaji kepala janin adakah kaput atau moulase
h. Denyut jantung janin (DJJ ) meliputi frekuensi , ritmennya dan kekuatannya
i. Air ketuban meliputi warna , bau dan volume.
12
1. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun & air
mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam–pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai–pastikan DJJ dalam
batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5–6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5–6 cm, memasang handuk
bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin)
13
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat ?
b. Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain
yang kering dan membiarkan bayi di atas perut ibu
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan t idak ada lagi bayi dalam uterus
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuscular)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin)
30. 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem tersebut
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain meregangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta t idak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri
hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
masukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
14
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan anterolateral
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan
50. Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Melengkapi partograf
A. Amniotomi
Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada
dorongan yang besar.
Selama selaput ketuban masih utuh janin akan terhindar dari infeksi dan afiksia . Cairan
amniotik berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan
kontraksi . Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I . Biasanya selaput
ketuban akan pecah secara spontan .
a. Keuntungan tindakan amniotomi
15
1. Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan
pada tulang kepala janin akibat dari tekanan deferensial meningkat
2. Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang.
c. Indikasi amniotomi
1. Pembukaan lengkap
a. Persiapan alat
1. Bengkok
2. ½ kocker
4. Kapas saflon ½ %
c. Persiapan pelaksaan
1. Memberitahu tindakan
2. Mendekatkan alat
7. Tangan kiri mengambil klem ½ kocher yang telah dipersiapkan sedemikian rupa
sehingga dalam mengambilnya mudah
9. Pegang ujung klem ½ kocher diantara ujung jari tangan kanan pemeriksa
kemudian menggerakkan jari dengan lembut dan memecah selaput ketuban
16
dengan cara menggosokkan klem ½ kocher secara lembut pada selaput ketuban
.
10. Kadang-kadang hal ini lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat
selaput ketuban tidak tegang .Tujuannya adalah ketika selaput ketuban dipecah
air ketubannya tidak nyemprot .
12. Ambil klem ½ kocher dengan menggunakan tangan kiri dan masukkan kedalam
larutan klorin ½ % untuk dekontaminasi .
13. Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada di dalam vagina melakukan
pemeriksaan adalah tali pusat atau bagian kecil yang teraba dan memeriksa
penurunan kepala janin.
14. Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat atau bagian-bagian
tubuh janin yang kecil dan hasil pemeriksaan penurunan kepala sudah
didapatkan ,maka keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina
15. Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakan meconium , darah , apakah
jernih .
16. Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat mekonium atau darah .
17. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan
klorin ½% kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
biarkan terendam selama 10 menit .
20. Lakukan dekumentasi pada partograf tentang warna ketuban , kapan pecahnya
ketuban , dan DJJ .
B. Episiotomi
Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar
sehingga bayi dapat keluar dengan lebih mudah. Di lakukan episiotomi dengan tujuan agar
supaya tidak terjadi robekan-robekan perineum yang tidak teratur dan robekan musculus
princter ani yang bila tidak di jahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan
inkontinensia alvi.
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin
tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi
dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan
bagian belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat.
17
Pada masa lalu, tindakan episiotomi rutin dilakukan pada kehamilan primipara, tindakan
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya trauma kepala janin, mencegah kerusakan pada
spinter ani serta lebih mudah ntuk menjahitnya. Pada kenyataannya tindakan episiotomi
dapat menyebabkan peningkatan jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka
perineum bagian posterior, meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa
nyeri pada hari-hari pertama post partum.
Episiotomi hanya dilakukan jika adanya seperti : adanya gawat janin dan janin akan
segera dilahirkan dengan tindakan, penyulit kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu,
ekstraksi cuman (forcep) atau ekstraksi vakum), jaringan parut pada perineum atau vagina
yang memperlambat kemajuan persalinan.
Indikasi Episiotomi :
1. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera
diakhiri
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distoksia bahu, akan
dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacuum
3. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
4. Perineum kaku dan pendek
5. Adanya rupture yang membakat pada perineum
6. Premature untuk mengurangi tekanan pada kepala janin
Cara episiotomi
1. Persiapan:
a. Peralatan : bak steril berisi kasa, gunting episiotomi, betadin, spuit 10 ml dengan
jarum ukuran minimal 22 dan panjangnya 4 cm, lidokain 1 % tanpa epineprin.
18
2. Pelaksanaan
Berikan anastesi lokal secara dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu untuk
memberikan efek sebelum episiotomi di lakukan , sebelum dilakukan tindakan jelaskan
kepada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu dia untuk merasa rilex, hisab 10 ml
larutan lidokain 1 % tanpa epinefrin kedalam jarum suntik steril 10 ml.
Pastikan bahwa tabung untuk suntik memiliki jarum no 22 dan panjang 4 cm, letakkan
kedua jari tangan kedalam vagina dan di antara kepala bayi dan perineum, masukkan
jarum di tengan vourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan dilakukan
episiotmi, aspirasi. Bila aspirasi tidak ada darah, tarik jarum secara perlahan-lahan
sambil menyuntikkan maksimum 10 ml lidokain, tarik jarum bila sudah kemabli ketitik
asal jarung suntik ditusukkan, kulit menggelembung kearea anastesi, bila terlihat dan
di palpasi pada perineum disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomy.
3. Tindakan episiotomi
Pegang gunting yang tajam dengan 1 tangan, letakkan jari telunjuk dan jari tengah
diantara kepala bayi dan perineum, searah dengn rencana sayatan, tunggu fase
puncak his kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka diantara jari telunjuk
dan tangan, gunting perineum, dimulai dari forcep 45derajat lateral kiri dan kanan.
a. Pembagian Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau
kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Conjugata vera dilalui oleh diameter
biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas
bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan.
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis
ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5
Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau
kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka
besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah
panggul.
Berikut ini adalah cara untuk menilai panggul sempit secara klinis (dengan pemeriksaan
tanpa alat):
19
Metode Pinard:
20
4. Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban, kepala dalam 2 jam tidak mau
masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat.
5. Forcepe gagal
Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kala II persalinan adalah kala pengeluaran bayi ,di mulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir Uterus dengan kekuatan hisnya di tambah kekuatan meneran akan
mendorong bayi hingga lahir. Asuhan ini meliputi perubahan fisiologis pada kala II, posisi
meneran, pemantauan kala II, mekanisme persalinan normal, menolong persalinan sesuai
dengan APN, manufer tangan dan langkah – langkah dalam persalinan.Selain itu juga dapat
dilakukan tindakan Amniotomi dan Episiotomi sesuai dengan indikasi.
Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada
dorongan yang besar.
Selama selaput ketuban masih utuh janin akan terhindar dari infeksi dan afiksia . Cairan
amniotik berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan
kontraksi . Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I . Biasanya selaput
ketuban akan pecah secara spontan .
Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar
sehingga bayi dapat keluar dengan lebih mudah. Di lakukan episiotomi dengan tujuan agar
supaya tidak terjadi robekan-robekan perineum yang tidak teratur dan robekan musculus
princter ani yang bila tidak di jahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan
inkontinensia alvi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, A., Mustafa, A., Emil, S. A. V., Amekah, E., Engmann, C., Adanu, R., et al.
(2013). “Social Support During Delivery In Rural Central Ghana : A Mixed Methods Study Of
Women’s Preferences For and Against Inclusion Of A Lay Companion In The Delivery
Room”. Journal Of Biosocial Science. Cambridge University Press.
(http://journals.cambridge.org S0021932013000412 diakses tanggal 27 Januari 2014 jam
16:15 WIB).
Arbayah, Nyorong, M., Russeng, S. (2012). “Sikap Profesional Bidan Dalam Penerapan
Standar Asuhan Persalinan Normal Di RSUD Harapan Insani Sendawar Kabupaten Kubar”.
http:// pasca. unhas. ac.id/ jurnal/ files/ 2c84804f92ef252495a694f4ef19b992. pdf diakses
tanggal 11 Juni 2014 jam 19.30 WIB.
23