Anda di halaman 1dari 210

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”Y” G3P2002


HAMIL 39 MINGGU 2 HARI DENGAN MASALAH JARAK
KEHAMILAN < 2 TAHUN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MUARA RAPAK BALIKPAPAN
TAHUN 2019

OLEH :
YULIA LEVINIA
NIM. PO7224116037

Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam


menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN BALIKPAPAN
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.Y G3P2002 Hamil 39


Minggu 2 Hari Dengan Masalah Jarak Kehamilan < 2 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Kota Balikpapan Tahun
2019”
Nama : Yulia Levinia
NIM : P07224116037

Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan


di hadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur Jurusan Kebidanan Prodi D-III Kebidanan Balik

Balikpapan, 27 Mei 2019

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Endah Wijayanti, M.Keb Novia Nurhassanah, S.ST


NIP. 198104212002122003
HALAMAN PENGESAHAN

“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.Y G3P2002 Hamil 39 Minggu 2 Hari


Dengan Masalah Jarak Kehamilan < 2 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Rapak Kota Balikpapan Tahun 2019”

YULIA LEVINIA
NIM : P07224116037

Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan


di hadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur
Jurusan Kebidanan Prodi D-III Kebidanan Balikpapan

Penguji Utama

Hj. Eli Rahmawati, S.SiT., M.Kes (...................................)


NIP. 197110261992032001

Penguji I

Endah Wijayanti, M.Keb (...................................)


NIP. 198104212002122003

Penguji II

Novia Nurhassanah, S.ST (..................................)

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi D-III Kebidanan
Balikpapan

Inda Corniawati, M.Keb Ernani Setyawati, M.Keb


NIP.197508242006042002 NIP: 198012052002122001
Halaman Persembahan

acalah dengan menyebut nama Tuhan mu


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah acalah, dan
Tuhanmulah Yang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS ; Al – ‘Alaq 1-5)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS – Ar – Rahman
13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang beriman diantaramu
dan orang – orang yang diberikan ilmu beberapa derajat
(QS : Al-Mujadilah 11)

Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillahirabbil’alamin..


Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih,
bahagia, dan bertemu orang – orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku,
yang telah memberi warna – warni kehidupanku. Kubersujud dan ersyukur
Kepadamu Mu Ya Allah, Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai Di
penghujung awal perjuanganku

“BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM”
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini kepada

Bapak dan Ibu ku


(Marjuni & Sri Balkis)
Bapak dan Ibu ku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa,
dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat
menjalani setiap rintangan yang ada didepan ku ,, Bapak.., Ibu…terimalah bukti kecil;
ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidup mu demi hidupku
kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga
apapun engkau korbankan untuk memenuhi kebahagian ku… Maafkan anakmu Bapak,, Ibu ,, Masih saja
ananda menyusahkan mu..

Suamiku
(Sunarto)
Sebagai tanda kasihku kepada mu “Sunarto” Terimakasih atas kesabaran, perhatian, dan kasih sayang
mu yang telah memberikan aku semangat dalam menyelesaikan karya kecil ini, mendukungku apapun
yang terjadi, di tengah kesibukanmu bekerja namun tak pernah
sedikitpun kamu menomerduakan kepentingan ku, Maafkan Aku yang masih banyak membuat
kesalahan, jangan pernah bosen untuk membimbingku, menasehatiku dengan sabar,, karena Kamulah
laki – laki yang dipilihkan Allah Untuk menjadi Imam ku di dunia dan Akhirat.
Saudara Kandungku
(Novia Wulandari, Yunia Setyaningsih & Naila Khairunnisa) Terimakasih
Buat Mba Novi dan Ade Yunia dan Ade Naila yang selalu mengerti dan siap membantu saat aku
membutuhkan bantuan dan menghiburku disaat aku membutuhkan
candaan untuk menghilangkan penat ku yang terkadang datang.
I love You My Sisters…

Dosen Pembimbing LTA ku


(Ibu Endah Wijayanti., M.Keb dan Ibu Novia Nurhassanah. S.ST)
Dalam Doa seraya tangan ku menegadah Ya Allah ya rahman ya rahim.. Terimakasih telah
kautempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas, membimbingku,
mengajariku, menuntunku, dan membelaku dengan setulus hatinya,, Ya Allah mudahkanlah segala
urusannya di dunia dan akhirat
Terimakasih Ibu karena telah membimbingku hingga akhir awal perjuanganku.

Seluruh Dosen Pengajar dan Staff di Poltekkes


Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan, dan pengalaman sangat berarti yang telah kalian
berikan kepada ku dukungan yang telah kalian berikan kepada saya sangat berarti untuk saya, Semoga
Allah menjadikan Ilmu yang kalian berikan untuk ku sebagai amal jariah diakhirat.

Rekan – Rekan tingkat Kebidanan


Teruntuk rekan – rekan ku calon bidan. Salam hangat terdahsyat untuk kalian atas kebersamaan saat
menimba ilmu selama tiga tahun, terimakasih untuk segala suka dan duka dari kalian aku banyak
belajar tentang arti dari hidup dan pertemanan yang sesungguhnya.

Pasien LTA ku
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ny. Y yang bersedia menjadi pasien dalam
pelaksanaan tugas akhir ini. Tanpa kerja sama Ny. Y dan keluarga tugas akhir ini tidak akan
terselesaikan. Semoga dedenya menjadi anak yang solehah, sehat, cerdas dan hubungan tali kasih
ini selalu terjaga.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulia Levinia

NIM : P07224116037

Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 01 Juli 1997

Agama : Islam

Alamat : Jl. Wolter Monginsidi No 09. RT 22.

Kelurahan Baru Ulu, Balikpapan Barat

Riwayat Pendidikan :

 TK Sari Asih Balikpapan Tahun 2003


 SD Negeri 012 Muara Badak Tahun 2009
 SMP Negeri 4 Balikpapan Tahun 2012
 SMA Negeri 3 Balikpapan Tahun 2015
 Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur Prodi D-III
Kebidanan Balikpapan
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehenshif Pada
NY.”Y” G3P2002 Hamil 39 Minggu 2 Hari Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara
Rapak Kota Balikpapan Tahun 2019” dengan baik dan lancar. Laporan Tugas Akhir
ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan DIII
Kebidanan pada Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna , untuk
itu dengan rendah hati penulis menerima saran dan kritiknya. Sehubungan dengan itu
penulisan Laporan Tugas Akhir Asuhan Kebidanan Komprehensif ini tidak terlepas
dari bantuan pihak dan dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tidak terhingga kepada :

1. H.Supriadi B, S.Kp., M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian


Kesehatan Kaltim.
2. Inda Corniawati, M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kaltim.
3. Ernani Setyawati, M.Keb, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Balikpapan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kaltim yang telah
memberikan izin untuk melakukan laporan tugas akhir.
4. Hj.Eli Rahmawati, S.SiT., M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah memberikan
Masukan serta perbaikan-perbaikan kepada penulis.
5. Endah Wijayanti, M.Keb, selaku dosen pembimbing I yang senantiasa
mengingatkan dan memberi motivasi penulis untuk segera menyelesaikan
laporan tugas akhir ini. Semoga Allah membalas beliau semua dengan kebaikan
yang berlipat ganda, Amin.
6. Novia Nurhassanah, S.ST, selaku pembimbing II yang telah memberi masukan
yang sangat dibutuhkan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
7. Para Dosen dan Staf Pendidikan di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Kalimantan Timur yang telah membantu untuk penyelesaian LTA.
8. Teristimewa untuk kedua orang tua, suami, kakak dan adik saya karena atas doa
dan dukungannya baik moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan
laporan tugas akhir ini.
9. Ny. “Y” dan keluarga yang telah bersedia untuk menjadi subjek studi kasus saya
dalam laporan tugas akhir ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa kebidanan jurusan DIII Kebidanan Balikpapan yang
telah membantu dengan setia dalam kebersamaan menggali ilmu.
11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberikan bimbingan selama pelaksanaan penelitian serta dalam
penyusunan laporan ini, semoga bimbingan dan bantuan yang telah di berikan
kepada kami dalam menyelesaikan laporan ini mendapat balasan yang setimpal
dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan,
karena keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan yang akan datang.
Atas partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan
terima kasih dan memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan laporan
tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun bagi semua pihak yang membaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Balikpapan, 27 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................vi

KATA PENGANTAR.....................................................................................vii

DAFTAR ISI.....................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.............................................................................................xi

DAFTAR BAGAN...........................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................5

C. Tujuan 5

D. Manfaat Studi Kasus.................................................................................7

E. Ruang Lingkup..........................................................................................9

F. Sistematika Penulisan..............................................................................10

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan..................................................11

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.........................................................14

C. Konsep SOAP........................................................................................14
BAB III SUBJEKTIF DAN KERANGKA KERJA PELAKSANAAN STUDI
KASUS

A. Rancangan Studi Kasus yang Berkesinambungan dengan COC.........100

B. Etika Penelitian....................................................................................105

C. Hasil Pengkajian dan Perencanaan Asuhan Komprehensif.................106

D. Intervensi Asuhan Kebidanan.............................................................129

BAB IV TINJAUAN KASUS

A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care................................139

B. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Intranatal Care.................................143

C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir...............................152

D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Post Natal Care...............................154

E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus..........................................161

F. Dokumentasi Asuhan Kebidanan KB....................................................168

BAB V PEMBAHASAN

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan....................................................172

B. Keterbatasan Pelayanan Asuhan...........................................................186

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................188

B. Saran 189

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................191

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc-Donald.................................................24

Tabel 2.2 Umur Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri..................................24

Tabel 2.3 Tafsiran Berat Janin Sesuai Usia Kehamilan..............................................25

Tabel 2.4 Peningkatan berat badan selama kehamilan...............................................26

Tabel 2.5 Skor Poji Rochyati.....................................................................................32

Tabel 2.6 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan...........................................................39

Tabel 2.7 Sistem Penilaian APGAR..........................................................................41

Tabel 2.8 Tanda-tanda Transisi Normal.....................................................................42

Tabel 2.9 Involusi Uterus Mengenai tinggi fundus uterus.........................................46

Tabel 2.10 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas...................................................................50

Tabel 2.11 Kunjungan Neonatus................................................................................54

Tabel 2.12 Kontrasepsi Non Hormonal.....................................................................55

Tabel 2.13 Kontrasepsi Hormonal.............................................................................56

Tabel 3.1 Riwayat Persalinan..................................................................................110


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Perubahan Fisiologis Persalinan................................................33

Bagan 2.2 Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir.......................................40

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Pelaksanaan Studi Kasus.................................101


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Kunjungan Pasien Penganti

2. Lembar Partograf

3. Dokumentasi Buku KIA

4. SAK dan Leaflet

5. Dokumentasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2014 melaporkan AKI di

dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9.300 jiwa, Afrika Utara

179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. AKI di negara-negara Asia

Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per

100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand

44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan

Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebuah kesepakatan

pembangunan berkelanjutan baru, masa berlakunya 2015-2030 disepakati

oleh lebih dari 190 negara berisikan 17 tujuan dan 169 sasaran pembangunan.

SDGs berisi 17 tujuan dengan tujuan ketiga yaitu menjamin kehidupan yang

sehat bagi semua orang di segala usia. Pilar pertama dan kedua dalam tujuan

ketiga SDGs yaitu mengurangi AKI dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup

dan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) setidaknya hingga 12 per

1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).

AKI di Indonesia mencapai 359 meninggal dunia per 100.000 ibu

hamil/melahirkan dan AKB di Indonesia berada pada angka 32 per 1.000

kelahiran. (SDKI, 2012). AKI di provinsi Kalimantan Timur sebesar 100 per

100.000 kelahiran hidup dan AKB sebanyak 21 per 1.000 kelahiran hidup

(Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2015).


Data yang dilaporkan di Kota Balikpapan diperoleh data AKI

mencapai 9 kasus pada tahun 2015. Pada tahun 2016 angka itu masih sama 9

kasus. Pada tahun 2017 angka itu meningkat menjadi 10 kasus kematian.

Sedangkan AKB per 1.000 kelahiran hidup sebanding dari sisi jumlah

dibandingkan tahun 2017 sebanyak 6/1.000 KH dan tahun 2016 sebanyak

6/1.000 KH. Jumlah kasus kematian dari 78 kasus di tahun 2016 menurun

menjadi 76 kasus di tahun 2017 (Profil Kesehatan DKK Balikpapan, 2017).

Penyebab masalah tingginya AKI dan AKB di indonesia ada dua yaitu:

1) Penyebab langsung dan 2) Penyebab tidak langsung. Beberapa penyebab

tidak langsung terbagi dalam tiga T yaitu: a) Terlambat mengambil

keputusan, b) Terlambat ke tempat rujukan serta, c) Terlambat memberi

pertolongan di tempat rujukan. Untuk penyebab langsung kematian ibu di

Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan

eklampsia. Perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian. Hanya sekitar

5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat

kehamilan. Sedangkan penyebab tidak langsung AKI yaitu faktor pendidikan,

sosial, ekonomi, dan budaya. Demikian juga dengan ibu – ibu yang termasuk

dalam lima terlalu yakni : 1) Terlalu muda, 2) Terlalu tua, 3) Terlalu banyak,

4) Terlalu sering, (5) Serta terlalu dekat jaraknya, ini berisiko tinggi terhadap

kematian (Prawirohardjo, 2009).

Faktor akibat terlalu dekat jarak kehamilan menjadi salah satu resiko

tinggi kehamilan yang dapat menyebabkan AKI. Jika dilihat menurut jarak

kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian

maternal lebih banyak. Jarak Kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu
mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa

kembali ke kondisi sebelumnya dan cadangan zat besi ibu hamil belum pulih,

akhirnya kebutuhan janin di dalam kandungan ibu terganggu (Amirudin,

2010).

Ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat tidak lagi memberikan ASI

terhadap anaknya. Hal ini disebabkan karena salah satu faktor yang

mempengaruhi yaitu pemberian ASI yang banyak diganti dengan susu botol

yang cara pemberian dan jumlahnya tidak sesuai dengan kebutuhan bayi

(Delimayani, 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh

jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang

terkandung di dalam ASI. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi

kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI

hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk

bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras

(Delimayani, 2009).

Selain jarak kehamilan, juga dapat timbul perubahan fisiologis yaitu

hormon ibu yang meningkat selama kehamilan yang dapat menimbulkan

ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu hamil TM III

antara lain keputihan. Saat kehamilan ibu hamil mengalami perubahan

hormonal yang menyebabkan terjadinya keputihan. Aliran darah akan

meningkat ke daerah kewanitaan ketika anda sedang hamil yang

mempengaruhi cairan vagina menjadi lebih meningkat (Herawati, 2012).


Dari perubahan-perubahan tersebutlah akhirnya ibu akan mengalami

suatu masa yang menyebabkan ibu tidak nyaman dan merasa terganggu.

Umumnya keadaan ini fisiologis terjadi bahkan tidak perlu menggunakan

konsumsi obat-obat tertentu. Namun kadang kala jika tidak di tangani dengan

baik ketidaknyamanan ini akan berubah menjadi keadaan patologi sehingga

dapat mengganggu aktifitas ibu, bahkan dapat membahayakan kehamilan ibu

(Evy, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan

kebidanan komprehensif yang merupakan asuhan kebidanan yang diberikan

secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, neonatus

sampai pelayanan kontrasepsi untuk mengetahui hal apa saja yang terjadi

pada wanita semenjak hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, neonatus, dan

pelayanan kontrasepsi serta melatih dalam melakukan pengkajian,

menegakan diagnosa secara tepat, antisipasi masalah yang mungkin terjadi,

menentukan tindakan segera, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai

dengan kebutuhan ibu, dan mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan

yang telah dilakukan (Varney, 2008).

Pada tanggal 13 Maret 2019 dilakukan pemeriksaan pada Ny. Y usia

38 tahun G3P2002 hamil 39 minggu 2 hari dengan masalah jarak kehamilan < 2

tahun.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik memilih Ny.Y

sebagai subjek Laporan Tugas Akhir karena dari hasil pemeriksaan Ny.Y

G3P2002 Hamil 39 minggu 2 hari mengalami kehamilan dengan faktor resiko

tinggi, maka perlu dilakukan asuhan kebidanan komprehensif sejak hamil


trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir, neonatus, dan pelayanan

kontrasepsi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan

masalah adalah “Bagaimana pelayanan asuhan kebidanan secara

komprehensif (pengkajian, identifikasi masalah, dan penegakan diagnosa,

intervensi, implementasi, dan evaluasi, dan pendokumentasian) sejak masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai dengan

pelayanan kontrasepsi yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan pada

Ny. Y ?”.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

pada Ny. “Y” G3P2002 kehamilan 39 minggu 2 hari Janin Tunggal Hidup

Intra Uterin dengan masalah jarak kehamilan < 2 tahun, sejak masa

kehamilan, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatal serta pemilihan alat

kontrasepsi sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan

mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus

Penulisan laporan tugas akhir ini bertujuan membantu penulis

agar mampu:
a. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

kehamilan terhadap Ny. “Y” G3P2002 kehamilan 39 minggu 2 hari

Janin Tunggal Hidup Intra Uterin dengan masalah jarak kehamilan <

2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Kota Balikpapan

dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

b. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

persalinan terhadap Ny. “Y” G3P2002 kehamilan 39 minggu 2 hari

Janin Tunggal Hidup Intra Uterin dengan masalah jarak kehamilan <

2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Kota Balikpapan

dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

c. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan bayi

baru lahir terhadap Ny. “Y” G3P2002 kehamilan 39 minggu 2 hari

Janin Tunggal Hidup Intra Uterin dengan masalah jarak kehamilan <

2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Kota Balikpapan

dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

d. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

masa nifas terhadap Ny. “Y” G3P2002 kehamilan 39 minggu 2 hari

Janin Tunggal Hidup Intra Uterin dengan masalah jarak kehamilan <

2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Kota Balikpapan

dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

e. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

neonates terhadap Ny. “Y” G3P2002 kehamilan 39 minggu 2 hari

Janin Tunggal Hidup Intra Uterin dengan masalah jarak kehamilan <
2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Kota Balikpapan

dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

f. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada pelayanan

kontrasepsi terhadap Ny. “Y” G3P2002 kehamilan 39 minggu 2 hari

Janin Tunggal Hidup Intra Uterin dengan masalah jarak kehamilan <

2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Kota Balikpapan

dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu hamil sehingga

dilakukannya asuhan kehamilan secara teratur untuk kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi dapat termonitor dengan baik dengan

pemantauan terhadap komplikasi-komplikasi yang mungkin dapat

terjadi pada ibu dan janin.

b. Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu bersalin akan

terlaksananya asuhan persalinan normal tanpa ada komplikasi

ataupun penyulit yang mungkin terjadi.

c. Dengan adanya asuhan pada bayi baru lahir dengan baik dan benar

akan mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang mungkin

terjadi.

d. Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu nifas sehingga masa nifas

dapat berlangsung normal tanpa terjadi infeksi ataupun komplikasi

yang mungkin dapat terjadi.


e. Dengan adanya asuhan pada neonatus dengan baik dan benar akan

mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.

f. Dengan adanya asuhan pelayanan kontrasepsi diharapkan laju

pertumbuhan penduduk dapat ditekan sehingga tercipta masyarakat

yang berkualitas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Klien

Klien dapat mengetahui dan mendapatkan asuhan kebidanan

komprehensif dengan COC mulai dari masa kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir, masa nifas, neonatus sampai pelayanan kontrasepsi

sesuai standar pelayanan kebidanan.

b. Bagi Penulis

Mengimplementasikan apa yang ada di teori diaplikasikan di

lapangan yaitu melakukan asuhan kebidanan komprehensif dengan

COC mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas,

neonatus, hingga pelayanan kontrasepsi.

c. Bagi Profesi

Menciptakan bidan terampil, profesional dan mandiri dalam

memberikan asuhan kebidanan komprehensif dengan COC mulai

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga

pelayanan kontrasepsi.
d. Bagi Puskesmas Muara Rapak

Membantu untuk menjalankan dan melancarkan program kerja

puskesmas Muara Rapak dan dapat mengurangi AKI dan AKB di

wilayah kerja puskesmas Muara Rapak karena asuhan yang

diberikan sesuai dengan standar pelayanan asuhan kebidanan.

Dengan komunikasi yang baik dapat meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap kinerja puskesmas Muara Rapak tersebut.

e. Bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan

Dapat menghasilkan atau menjadi bahan acuan untuk pertimbangan

bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan mengenai asuhan kebidanan

yang komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan

kebidanan.

E. Ruang Lingkup

Penulisan laporan studi kasus ini disusun dalam bentuk studi kasus

continuity of care, yang bertujuan memberikan asuhan secara komprehensif

pada Ny. “Y” G3P2002 kehamilan 39 minggu 2 hari Janin Tunggal Hidup

Intra Uterin masalah jarak kehamilan < 2 tahun mulai dari kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga pelaksanaan pelayanan

kontrasepsi pada periode Januari 2019 - Maret 2019 di Wilayah Kerja

Puskesmas Muara Rapak Kota Balikpapan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada karya tulis ini dimulai dengan Judul, Halaman

Judul, Halaman Persetujuan, Halaman Pengesahan, Daftar Riwayat Hidup,


Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Bagan, Daftar Lampiran dan

Bab I memuat Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan, Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Manfaat yang dibagi menjadi dua

yaitu : Manfaat Praktis dan Manfaat Teoritis, Ruang Lingkup, Sistematika

Penulisan. Kemudian Bab II memuat tinjauan pustaka yang berisi Konsep

Dasar Manajemen Kebidanan : Manajemen Varney, Asuhan Kebidanan

Berkelanjutan /Contuinity of Care, Dokumentasi Kebidanan, Konsep Dasar

Asuhan Kebidanan. Bab III berisi Subjek dan Kerangka Pelaksanaan Studi

Kasus di dalamnya membahas tentang Rancangan Studi Kasus yang

Berkesinambungan dengan COC, Etika Penelitian, Hasil Pengkajian dan

Perencanaan Asuhan Komprehensif, Bab IV berisi Tinjauan Kasus yang

memuat hasil dokumentasi asuhan kebidanan yang komprehensif dan di

lanjutkan pada Bab V berisi Pembahasan dari hasil asuhan yang di berikan

secara komprehensif apakah terjadi berkesinambungan atau bertentangan

dengan teori kemudian ditutup dengan Bab VI yang memuat Kesimpulan dari

hasil asuhan komprehensif dan Saran untuk perbaikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Manajemen Verney

a. Pengertian

Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health

provider) harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan

melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan berperan

sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau memanage segala

sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Dalam mempelajari manajemen kebidanan diperlukan pemahaman

mengenai dasar-dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen

merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut

tentang manajemen kebidanan (Varney, 2007).

b. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 langkah Varney (2007), yaitu :

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh

untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini

meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai

indikasi, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan

saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu dan meninjau kembali

data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait secara

singkat.
Data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari

sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru

lahir bidan mengumpulkan data dasar awal lengkap bahkan jika

ibu dan bayi baru lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan

mereka mendapatkan konsultasi dokter sebagai bagian dari

penatalaksanaan kolaborasi.

2) Langkah II : Interpretasi data

Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi

masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang

diidentifikasi khusus, kata masalah dan diagnosis sama-sama

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan

sebagai sebuah diagnosis tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam

mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh.

3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan

masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan

antisipasi, pencegahan, jika memungkinkan, menunggu dengan

waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang

mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting

dalam memberi perawatan kesehatan yang aman.

4) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera

Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses

penatalaksanaan yang tidak hanya dilakukan selama perawatan


primer atau kunjungan prenatal periodic, tetapi juga saat bidan

melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut,

misalnya saat ia menjalani persalinan. Data baru yang diproses

terus dikaji dan kemudian di evaluasi.

5) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang

menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau

diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang

dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.

6) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah

ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan

sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim

kesehatan lainnya. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri,

bidan bertanggung jawab untuk memastikan implementasi benar-

benar dilakukan. Rencana asuhan menyeluruh seperti yang sudah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan

aman.

7) Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa Apakah

rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai

tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi


pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun

kebutuhan perawatan kesehatan.

2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Continuity Of Care (COC)

Continuity of Care (COC) adalah pelayanan yang dicapai ketika

terjalin hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan.

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir, neonatus sampai pelayanan kontrasepsi.

Tujuan dari asuhan kebidanan ini dilakukan agar dapat mengetahui

hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan kontrasepsi serta melatih

dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat,

antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera,

melakukan perencanaan dan tindakan sesuai dengan kebutuhan ibu, serta

mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

(Pratami, 2015).

3. Konsep SOAP

Dokumentasi dalam bidang kesehatan adalah suatu sistem pencatatan

atau pelaporan informasi atau kondisi dan perkembangan kesehatan pasien

dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Dalam

pelayanan kebidanan, setelah melakukan pelayanan semua kegiatan

didokumentasikan dengan menggunkan konsep SOAP yang terdiri dari :


S : Menurut persfektif klien data ini diperoleh melalui anamnesa atau

allow anamnesa (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).

O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostic dan

pendukung lain. Data ini termasuk catatan medic pasien yang lalu

(sebagai langkah I dalam manajemen Varney).

A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat

kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat teridentifikasi

diagnosa/masalah. Identifikasi diagnose/masalah potensial. Perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi kolaborasi dan

rujukan. (sebagai langkah II, III, IV dalam manajemen Varney).

P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan

(implementasi) dan evaluasi rencana berdasarkan pada langkah V,

VI, VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning termasuk : Asuhan

mandiri oleh bidan kolaborasi/konsultasi dengan dokter, nakes lain,

tes diagnostic/laboratorium, konseling/penyuluhan Follow up.

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan adalah suatu peristiwa pertemuan dan persenyawaan

antara sel telur dan sel sperma. Proses kehamilan merupakan mata

rantai yang berkesinambungan yang dimulai dari ovulasi, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi


(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta serta tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai dilahirkan (Manuaba, 2010).

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-

13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28

hingga minggu ke-40) (Saifuddin, 2010).

Trimester tiga adalah triwulan terakhir dari masa kehamilan yakni

usia 7 bulan sampai 9 bulan atau 28 minggu – 40 minggu (Saifuddin,

2010).

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penentuan. Pada

periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari

dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk melihat bayinya (Kusmiyati,

2009).

b. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III:

1) Rahim atau uterus

Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000

gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan

dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus

seperti buah alpukat agak gepeng.

Pada trimester III Itmus lebih nyata menjadi korpus uteri dan

berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan

tua karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebih

lebar dan tipis, tampak batas yang nyata antara bagian atas yang

lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis, batas itu dikenal
sebagai lingkaran retraksi fisiologis dinding uterus, diatas lingkaran

ini jauh lebih tebal daripada dinding segment bawah rahim (Ajeng,

2012).

2) Sistem respirasi

Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus

yang membesar ke arah diafragma sehingga kurang leluasa bergerak

mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat

kesulitan bernafas (Kusmiyati, 2010).

3) Sistem perkemihan

Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas

panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung

kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi

hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.

Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter

lebih berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang

berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri.

Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu

menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga

memperlambat laju aliran urin (Kusmiyati, 2010).

c. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

1) Kebutuhan fisik ibu hamil Trimester III (Varney, 2007) :

Kebutuhan fisik ibu hamil Trimester III yaitu : Oksigen,

Nutrisi, Kalori, Protein, Kalsium, Zat Besi, Asam Folat, Air,

Personal Hygine, Pakaian, Eliminasi, Seksual.


2) Kebutuhan psikologi ibu hamil (Kusmiyati, 2009):

a) Dukungan keluarga

(1) Ayah-ibu kandung maupun mertua sangat mendukung

kehamilan.

(2) Ayah-ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam

periode ini.

(3) Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi.

b) Dukungan tenaga kesehatan

(1) Aktif melalui kelas antenatal.

(2) Pasif dengan memberi kesempatan pada mereka yang

mengalami masalah untuk berkonsultasi.

(3) Tenaga kesehatan mampu mengenali keadaan yang ada

disekitar ibu hamil.

c) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami guna

kehamilan akan mempererat hubungan antara ayah anak dan

suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan

membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilannya.

d) Persiapan menjadi orang tua

Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap

sebagai masa transisi atau peralihan.Terlihat adanya peralihan

yang sangat besar akibat kelahiran dan peran baru, serta ketidak

pastian yang terjadi sampai peran yang baru ini dapat disatukan

dengan anggota keluarga yang baru.


d. Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi

dalam kehamilan yaitu : Perdarahan pervaginam, Sakit kepala yang

hebat, Penglihatan kabur, Nyeri perut hebat, Bengkak di wajah dan jari-

jari tangan, Keluar cairan pervaginam, Gerakan janin tidak terasa

(Kusmiyati, 2009).

e. Ante Natal Care (ANC)

1) Pengertian

Ante natal care merupakan pengawasan kehamilan untuk

mendapatkan kesehatan umum ibu. Mencegah secara dini penyakit

yang menyertai kehamilan, komplikasi kehamilan, menetapkan

resiko kehamilan, menyiapkan persalinan, menuju ibu sehat dan bayi

sehat (Manuaba, 2010).

2) Jadwal Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Ibu hamil mendapatkan

pelayanan ANC minimal 4 kali selama kehamilan, yang terbagi

dalam (Manuaba, 2010):

a) Trimester I : 1 kali (sebelum usia 14 minggu)

b) Trimester II : 1 kali (usia kehamilan antara 14-28 minggu)

c) Trimester III : 2 kali (usia kehamilan antara 28-36

minggu)

3) Asuhan Antenatal standar 14T (Kemenkes, 2016) :

a) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan (T1)

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari

sebelu hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar


anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang

tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II.

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi

faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan

dengan keadaan rongga panggul.

b) Ukur Tekanan Darah (T2)

Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila

melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi.

c) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc.

Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu

dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari

pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai

dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam

minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

d) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah

mencegah defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikan

kadar hemoglobin. Ibu hamil dianjurkan meminum tablet zat besi

yang berisi 60 mg/hari dan 500 µg (FeSO4 325 mg).

Kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester II

karena absorpsi usus yang tinggi. Tablet Fe dikonsumsi minimal

90 tablet selama kehamilan, sebaiknya tidak minum bersama teh

atau kopi karena akan menganggu penyerapan.


e) Pemberian Imunisasi TT (T5)

Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat

seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan

dilakukan pada minggu ke-4.

f) Pemeriksaan Hb (T6)

Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada

kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr%

Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe

dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.

g) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T7)

Pemeriksaan dilakukan pada saat ibu hamil datang pertama

kali dan diambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. Apabila

hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.

h) Pemeriksaan Protein urine (T8)

Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine

mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala

Preeklampsi.

i) Pemeriksaan Urine Reduksi (T9)

Untuk ibu hamil dengan riwayat Diabetes Melitus, bila

hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah.

j) Perawatan Payudara (T10)

Perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali

sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.


k) Senam Hamil (T11)

Senam hamil membuat otot ibu hamil rileks dan tenang, rasa

rileks dan tenang itu bisa mempengaruhi kondisi psikis ibu hamil.

Rasa gugup dan nerves saat akan mengalami masa persalinan bisa

menimbulkan kerugian bagi ibu hamil itu sendiri. Saat seseorang

gugup, ibu hamil akan mengalami penurunan Hb. Hb sangat

penting untuk ibu hamil yang akan melahirkan, sebab saat

melahirkan ibu hamil bisa mengeluarkan banyak darah.

l) Pemberian Obat Malaria (T12)

Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria

juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi

disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.

m) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium

di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh

kembang.

n) Temu wicara / Konseling (T14)

Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Memberikan

saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya

tentang tanda-tanda resiko kehamilan.


4) Pemeriksaan ibu hamil (Kusmiyati, 2009).

a) Anamnesis

b) Menentukan Usia Kehamilan

(1) Metode Kalender

Metode kalender adalah metode yang sering kali

digunakan oleh tenaga kesehatan dilapangan perhitungannya

sesuai rumus yang direkomendasikan oleh Neagle yaitu

dihitung dari tanggal pertama haid terakhir ditambah 7 (tujuh),

bulan ditambah 9 (sembilan) atau dikurang 3 (tiga), tahun

ditambah 1 (satu) atau 0 (nol) (Kusmiyati, 2009).

(2) Tinggi Fundus (Varney, 2010).

Untuk mengetahui besarnya rahim dan dengan ini

menentukan tuanya kehamilan, menentukan letak janin dalam

rahim. Sebelum usia kehamilan 12 minggu, fundus uteri belum

dapat diraba dari luar. Normalnya tinggi fundus uteri pada usia

kehamilan 12 minggu adalah 1-2 jari di atas simphysis

(Varney, 2010).
Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc-Donald
Usia Kehamilan Tinggi Fundus
Dalam CM Menggunakan
Petunjuk-petunjuk Badan
12 Minggu - Teraba diatas simpisis pubis
16 Minggu - Di tengah, antara pubis dan
umbilikus
20 Minggu 20 Cm (±2 cm) Pada Umbilikus
22-27 Minggu Usia Kehamilan -
dalam minggu = (±2
cm)
28 Minggu 28 Minggu (±2 cm) Ditengah, antara umbilikus
dan prosesus simfoideus
29-35 Minggu Usia Kehamilan -
dalam minggu = (±2
cm)
36 Minggu 36 cm (±2 cm) Pada prosesus simfoideus
40 Minggu 38 cm (±2 cm) 3 jari dibawah prosesus
simfoideus melebar
Sumber : (Manuaba, 2009)

Tabel 2.2
Umur Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri
Tinggi Fundus Uteri Umur Kehamilan
2 jari atas simfisis 12 minggu
½ simfisis-pusat 16 minggu
3 jari bawah pusat 20 minggu
Sepusat 24 minggu
3 jari atas pusat 28 minggu
½ pusat-prosesus xifoideus 32 minggu
3 jari bawah prosesus xifoideus 36 minggu
Pertengahan prosesus xifoideus pusat 40 minggu
Sumber : (Manuaba, 2012)
Tabel 2.3
Tafsiran Berat Janin Sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Berat Janin (g)
30 minggu 1319 gram
31 minggu 1502 gram
32 minggu 1702 gram
33 minggu 1918 gram
34 minggu 2146 gram
35 minggu 2383 gram
36 minggu 2622 gram
37 minggu 2859 gram
38 minggu 3083 gram
39 minggu 3288 gram
40 minggu 3462 gram
41 minggu 3597 gram
42 minggu 3685 gram
Sumber : (Benson, 2009)

c) Pemeriksaan Umum, meliputi:

(1) Tanda-tanda vital

(a) Suhu tubuh normal 36.5 - 37.50C.

(b) Denyut nadi ibu dalam keadaan normal 60-100 kali per

menit.

(c) Pernapasan normal ibu hamil adalah 16-20 kali permenit.

(d) Tekanan darah normal 90/60 mmHg sampai 140/90

mmHg (Depkes RI, 2009).

(2) Lingkar lengan atas (Lila)

Angka normal lingkar lengan atas ibu yang sehat yaitu

23,5-36 cm (Kusmiyati, 2009). Pengukuran Lila untuk:

(a) Mengetahui adanya resiko Kekurangan Energi Kronis

(KEK) pada wanita usia subur.

(b) Menepis wanita yang mempunyai risiko melahirkan berat

bayi lahir rendah.


(3) Berat badan

Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 kg-16,5

kg. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) berat badan ibu

masih dalam batas normal dengan kalkulasi sebagai berikut:

Tabel 2.4
Peningkatan berat badan selama kehamilan
IMT (kg/m2) Total Kenaikan Berat Selama Trimester
Badan Yang 2 dan 3
Disarankan
Kurus 12,7–18,1 kg 0,5 kg/minggu
(IMT<18,5)
Normal 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
(IMT 18,5-22,9)
Overweight 6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu
(IMT 23-29,9)
Obesitas 4,3-6 kg 0,2 kg/minggu
(IMT>30)
Bayi kembar 15,9-20,4 kg 0,7 kg/minggu

Sumber : (Sukarni, 2013)

(4) Tinggi badan

Diukur pada saat pertama kali datang. Ibu hamil yang

tinggi badannya kurang dari 145 cm terutama pada kehamilan

pertama, tergolong risiko tinggi yaitu dikhawatirkan panggul

ibu sempit (Pantikawati, 2010).

d) Pemeriksaan khusus, meliputi :

(1) Inspeksi

(a) Muka Apakah ada cloasma gravidarum dan odema.

(b) Rambut dan kulit rambut terlihat bersih atau tidak.

(c) Kelopak mata terlihat bengkak atau tidak.

(d) Konjungtiva terlihat pucat atu tidak.


(e) Sklera terlihat kuning atau normal.

(f) Hidung terlihat bersih atau tidak.

(g) Mulut ada sariawan atau tidak.

(h) Gigi ada caries atau tidak.

(i) Leher untuk melihat apakah ada pembesaran kelenjar

tiroid.

(j) Payudara

- Apakah bentuknya simetris antara kanan dan kiri.

- Melihat apakah sudah terjadi hiperpigmentasi puting

dan areola.

- Keadaan puting susu apakah menonjol atau tidak.

- Apakah colostrum sudah keluar.

(k) Abdomen

- Membesar sesuai dengan umur kehamilan atau tidak

- Linea alba/nigra, striae gravidarum

- Tampak gerakan janin atau tidak.

- Bentuk gravidarum apakah melintang atau memanjang.

(l) Vulva Apakah ada odema, pengeluaran cairan dan apakah

nyeri.

(2) Palpasi

(a) Leopold I

- Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil

- Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam

fundus
- Konsistensi uterus.

(b) Leopold II

- Menentukan batas samping rahim kanan-kiri

- Menentukan letak punggung janin

- Pada letak lintang, tentukan di mana kepala janin.

(c) Leopold III

- Menentukan bagian terbawah janin

- Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk pintu

atas panggul (PAP) atau masih dapat digoyangkan.

(d) Leopold IV

- Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil

- Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan

berapa jauh sudah masuk PAP.

(3) Auskultasi

Sebelum melakukan pemeriksaan kaki ibu diluruskan

sehingga punggung janin lebih dekat dengan dinding perut

ibu. DJJ normal 120-160 kali permenit (Manuaba, 2010).

(4) Perkusi

- Reflek patella

- Cek ginjal
e) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

(1) Hb

Hb normal ibu hamil adalah 11 gr%, apabila kurang

berarti ibu menderita anemia (Manuaba, 2010). Pemeriksaan

dan pengawasan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali

selama kehamilan, yaitu trimester I dan III (Saifuddin, 2010).

(2) Pemeriksaan Glukosa Darah

Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan

menggunakan alat secara otomatis. Kadar gula darah sewaktu

(GDS) yang normal yaitu ≤ 200 mg/dl (Waspadji, 2009).

f. Deteksi Dini Kehamilan Resiko Tinggi

1) Pengertian

Deteksi dini kehamilan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan

komplikasi kebidanan. Deteksi dini kehamilan adalah upaya dini

yang dilakukan untuk mengatasi kejadian resiko tinggi pada ibu

hamil. Usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 35 tahun,

lebih atau kurang dari usia tersebut adalah berisiko (Depkes RI,

2010).

2) Kehamilan resiko tinggi

Kehamilan resiko tinggi adalah suatu keadaan dimana

kehamilan itu dapat berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu atau

sebaliknya, penyakit ibu dapat berpengaruh buruk pada janinnya atau


keduanya saling berpengaruh. Kehamilan resiko tinggi merupakan

ancaman (Rochjati, 2010).

3) Faktor resiko pada ibu hamil

Ibu hamil yang mempunyai resiko perlu mendapat pengawasan

yang lebih intensif dan perlu dibawa ketempat pelayanan kesehatan

sehingga resikonya dapat dikendalikan (Manuaba, 2010).

Faktor resiko pada ibu hamil adalah sebagai berikut (Depkes RI,

2010):

a) Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun.

b) Jumlah anak sebelumnya > 4.

c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.

d) KEK dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm atau penambahan

berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.

e) Anemia dengan hemoglobin < 11 g/dl.

f) Tinggi badan < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan

tulang belakang.

g) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum

kehamilan ini.

h) Sedang atau pernah menderita penyakit kronis antara lain:

tuberkulosis, kelainan jantung, ginjal, hati, psikosis, kelainan

endokrin (diabetes militus, sistemik lupus, eritematosus, dll),

tumor dan keganansan.


i) Riwayat kehamilan buruk seperti keguguran berulang, kehamilan

ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi

dengan cacat kongenital.

j) Kelainan jumlah janin seperti kehamilan ganda, janin dempet,

monster.

k) Kelainan besar janin seperti pertumbuhan janin terhambat, janin

besar.

4) Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi

Skrining yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu

skrining faktor resiko dengan skor poji rochyati:

a) Cara Pemberian SKOR:

(1) Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR)

Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai

skor awal

(2) Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)

Untuk tiap faktor risiko

(3) Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)

Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak

lintang, perdarahan antepartum dan pre-eklamsia berat

/ eklamsia (Rochjati, 2008).

b) Jumlah skor :

(1) Jumlah skor 2 : KRR

(2) Jumlah skor 6-10 : KRT

(3) Jumlah skor >12 : KRST


c) Tabel skor puji rohyati

Tabel 2.5
Skor Poji Rochyati
I II III IV
Triwulan
K SKO III.1
Masalah / Faktor Resiko III
EL NO R I II
.2
F. .
R Skor Awal Ibu Hamil
2 2 2 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9 b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
Kurang Darah b. Malaria,
11 TBC Paru d. Payah Jantung 4
Kencing Manis (Diabetes) 4
Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR

Sumber : Buku KIA

2. Konsep Dasar Teori Persalinan Normal

a. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi

pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan

penyulit (APN, 2008).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Kuswanti, 2014).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan disusul dengan pengeluaran

plasenta dan selaput ketuban janin dari tubuh ibu (Kuswanti, 2014).

b. Perubahan Fisiologis Persalinan

Perubahan Fisiologis

Metabolisme meningkat Kardiak output Metabolisme meningkat

Tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dan pernapasan


Poliuria Motilitas lambung menurun

Bagan 2.1
Perubahan Fisiologis Persalinan

c. Perubahan Psikologis Persalinan

1) Kala I

Pada ibu primi bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan terhadap

persalinan awal dengan terlalu banyak memberi perhatian pada

kontraksi, menjadi tegang, cemas atau perasaan aneh terhadap tubuh.

Sebagian besar wanita mengalami perasaan tidak enak atau gelisah

atau ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi apa pun

dalam waktu lama (Varney, 2008).


2) Kala II

Pada fase peralihan dari kala I ke kala II ditandai dengan sensasi

yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang harus dilakukan.

Untuk beberapa wanita desakan mengejan merupakan salah satu

aspek memuaskan sedangkan untuk yang lainnya merasakan desak

mengejan dirasa mengganggu dan menyakitkan (Varney, 2008).

3) Kala III

Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat kemudian

rahim kembali berkontraksi sehinggan ibu perlu melanjutkan

relaksasi dan pernapasan terpola karena rahim kadang-kadang

mengalami kram yang hebat. Atau sebaliknya, perhatian ibu tercurah

seluruhnya pada bayi sehingga hampir tidak menyadari terjadinya

tahap ketiga ini (Simkin, 2008).

4) Kala IV

Pada tahap ini ibu akan merasakan bahagia, lega, atau bahkan

euforida dengan bayi dan rasa terima kasih kepada orang-orang yang

telah membantu. Sebaliknya ibu membutuhkan sedikit waktu untuk

menyesuaikan diri terhadap kenyataan bahwa dia tidak lagi dalam

persalinan, keadaan tidak hamil dan sudah menjadi seorang ibu

(Simkin, 2008).

d. Tahapan Persalinan

1) Kala I (kala pembukaan)

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka


lengkap (10 cm). Tanda-tanda persalinan yaitu terjadi his persalinan

memancar dari pinggang ke perut bagian bawah, adanya pengeluaran

lendir bercampur darah. Selain itu tanda lainnya adalah terjadinya

penipisan dan pembukaan serviks dan pecahnya kantung ketuban

(Varney, 2008).

Proses membukanya servik sebagai akibat his dibagi dalam 2

fase, yaitu:

a) Fase laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

b) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase yaitu:

(1) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4

cm.

(2) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

(3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 menjadi lengkap.

2) Kala II

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Menurut

Manuaba (2008), gejala dan tanda kala dua persalinan yaitu ibu

merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu

merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau

vaginanya, perineum menonjol, vulva-sfingter ani membuka,

meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.


Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi

obyektif) yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap

atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk

lagi diluar his dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal

kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan

dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar,

his mulai lagi mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada

primigravida kala dua berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada

multipara rata-rata 0,5 jam (Manuaba, 2008).

3) Kala III

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Setelah bayi lahir,

uterus teraba keras dengan fundus uterus agak diatas pusat. Beberapa

menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta

dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah

bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah (WHO,

2014).

Tanda lepasnya plasenta, menurut WHO dalam buku Acuan

Persalinan Normal (2008) :

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus, setelah bayi lahir uterus

berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk


segitiga atau seperti buah pear atau alpukat atau fundus berada

diatas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).

b) Tali pusat memanjang, tali pusat terlihat menjulur keluar vulva

(tanda Ahfeld).

c) Semburan darah mendadak dan singkat, darah yang terkumpul

dibelakang plasenta akan membantu mendorong palsenta keluar

dibantu oleh gaya gravitasi.

4) Kala IV

mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2 jam. Dalam kala itu

diamati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum (Mochtar,

2011).

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1) Tenaga (Power) adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan meliputi :

a) His (kontraksi otot rahin)

b) Kontraksi otot dinding perut

c) Kontraksi dengan diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

d) Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum (Manuaba, 2008)

2) Janin dan plasenta (Passenger) keadaan janinmeliputi letak janin dan

presentasi. Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin

yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau

pada pemeriksaan dalam (Manuaba, 2008).

3) Jalan lahir (Passage) yang paling penting dan menentukan proses

persalinan adalah pelvis minor. Yang terdiri dari susuna tulang yang
kokoh dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yang kuat.

Jalan lahir adalah pelvis minor atau panggul kecil. Panggul kecil ini

terdiri dari pintu atas panggul, bidang terluas panggul, bidang sempit

panggul dan pintu bawah panggul (Manuaba, 2008).

4) Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja

otot-otot yang dibutuhkan dalam persalinan. Baik itu yang otonom

maupun yang sadar. Jika seorang ibu menghadapi persalinan dengan

rasa tenang, maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu tersebut.

Namun jika ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan persalinan,

maka hal ini akan menghambat proses persalinan (Manuaba, 2008).

5) Penolong : dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan

dorongan ingin mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu bidan dapat

membantunya mengenali tanda dan gejala persalinan sangat

dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia-sia jika saat untuk

mengejan yang ibu lakukan tidak tepat (Manuaba, 2008).


f. Asuhan Bidan Pada Persalinan

Table 2.6
Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
Kala Asuhan kebidanan
1. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu
seperti: suami, keluarga pasien, atau teman dekat
2. Mengatur aktivitas dan posisi ibu
3. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
4. Menjaga privasi ibu
5. Penjelasan tentang kemajuan persalinan
Kala 1
6. Menjaga kebersihan diri
7. Mengatasi rasa panas
8. Masase
9. Pemberian cukup minum
10. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
11. Sentuhan
1. Memberi dukungan terus menerus kepada ibu
2. Menjaga kebersihan diri
3. Mengipasi dan masase
4. Memberikan dukungan mental
5. Menjaga kandung kemih tetap kosong
6. Memberikan cukup minum
Kala 2 7. Memimpin mengedan
8. Bernafas selama persalinan
9. Pemantauan denyut jantung janin
10. Melahirkan bayi
11. Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai
seluruh tubuh
12. Merangsang bayi
1. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
2. Memberikan oksitosin
Kala 3
3. Melakukan pengangan tali pusat terkendali atau PTT
4. Masase fundus
1. Ikat tali pusat
2. Pemeriksaan fundus dan masase
3. Nutrisi dan hidrasi
4. Bersihkan ibu
Kala 4 5. Istirahat
6. Peningkatan hubungan ibu dan bayi
7. Memulai menyusui
8. Menolong ibu ke kamar mandi
9. Mengajari ibu dan anggota keluarga.
Sumber : (Saiffudin, 2010)
3. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir

a. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan

baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan

penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ekstrauterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Dewi,

2012).

b. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir

Perubahan Fisiologis Bayi Baru

Sistem peredaran Sistem peredaranSistem pengaturan


Sistem Gastrointesti

Refleks menelan belum Tali pusat Kompresi paru selama


Timbunan lemak dan kadar glukosa yang norma

Foramen ovale dan duktus arteriosus


Udara masuk ke dalam paru
Gumo
Panas tubuh normal

Usaha bernafas

Paru berfungsi
normal

Bagan 2.2
Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
c. Periode Perkembangan Bayi Baru Lahir

1) Periode Transisi

Periode transisi adalah waktu ketika bayi menjadi stabil dan

menyesuaikan diri dengan kemandirian ekstrauteri. Periode ini

merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai jam pertama kehidupan,

yang akan dilalui oleh seluruh bayi, dengan mengabaikan usia

gestasi atau sifat persalinan dan melahirkan.

Tabel 2.7
Sistem Penilaian APGAR
Nilai
Skor 0 1 2
Badan merah muda, Seluruh tubuh
Appearance Biru pucat
ekstremitas biru merah muda
Color(warna
Tidak ada <100x/menit >100x/menit
kulit)
Pulse (heart
Menangis
rate) atau
Tidak ada Merintih dengan kuat,
frekuensi
batuk/bersi
jantung
Grimace
(reaksi
terhadap Ekstremitas dalam
Lumpuh Gerakan aktif
rangsangan fleksi sedikit
acitivity(tonu
s
otot)
Respiration
Tidak ada Lemah,tidak teratur Menangis Kuat
(usaha nafas)

Sumber : (Oxorn, 2010)


Tabel 2.8
Tanda-tanda Transisi Normal
Pengkajian Nilai Normal
Tonus Sebagian fleksi
Refleks Utuh
menghisap
Perilaku Terjaga dan tidur bergantian
Bising usus Ada setelah 30 menit kelahiran
180 x/menit selama beberapa menit pertama
Nadi kehidupan 120-160 x/menit, bervariasi ketika tidur
atau menangis (100-180 x/menit)
40-60 x/menit, namun dapat mencapai 80 x/menit,
pernafasan diafragma disertai gerakan dinding
Pernafasan
abdomen dan dapat terjadi pernapasan cuping
hidung sementara
Aksila : 36,5 – 37,5 °C
Suhu
Kulit : 36 – 36,5 °C
Lebih dari 45 mg%
Dextrosix
Hemtokrit kurang dari 65 – 70 %
Sumber : (Cunningham, 2014)

2) Periode Reaktivitas Pertama

Periode reaktivitas pertama dimulai pada saat bayi lahir dan

berlangsung selama 30 menit. Warna bayi baru lahir memperlihatkan

sianosis sementara atau akrosianosis. Pernafasan cepat, berada ditepi

teratas rentang normal, dan terdapat rales atau ronchi. Rales

seharusnya hilang dalam 20 menit. Adanya mucus biasanya akibat

keluarnya cairan paru yang tertahan.

Selama periode reaktivitas pertama setelah bayi lahir, mata bayi

baru lahir terbuka dan bayi memperlihatkan perilaku terjaga. Bayi

mungkin menangis, terkejut atau mencari putting susu ibu (Stright,

2014).
3) Periode tidur yang berespons

Tidur pertama ini dikenal sebagai fase tidur. Frekuensi jantung

bayi baru lahir menurun pada periode ini hingga kurang dari 140

x/menit. Murmur dapat terdengar, ini semata-mata merupakan

indikasi bahwa duktus arteriosus tidak sepenuhnya tertutup dan tidak

dipertimbangkan sebagai temuan abnormal (Stright, 2014).

4) Periode rektivitas kedua

Selama periode reaktivitas kedua (tahap ketiga transisi), dari usia

sekitar 2 sampai 6 jam atau dimulai waktu bayi bangun, ditandai

dengan respons berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit

dari merah muda menjadi agak sianosis, frekuensi jantung bayi labil

(cepat), frekuensi nafas harus tetap berada dibawah 60 x/menit dan

seharusnya tidak ada lagu dan rales atau ronchi.

Pemberian makan segera sangat penting untuk mencegah

hipoglikemia dan dengan menstimulasi pengeluaran feses, mencegah

ikterus. Pemberian makan segera juga memungkinkan kolonisasi

bakteri di usus, yang menyebabkan pembentukan vitamin K oleh

saluran cerna. Titik mucus bercampur empedu selalu merupakan

tanda penyakit pada bayi baru lahir dan pemberian makan harus di

tunda sampai penyebabnya telah diselidiki menyeluruh (Stright,

2014)

d. Kebutuhan Dasar Bayi Baru lahir

1) (zat asam atau udara segar), setelah bayi lahir, kebutuhan

dipenuhi oleh pemasukan (intake) paru-parunya sendiri. Bila bayi


baru lahir tidak langsung menangis dan terlihat warna kulit bayi

membiru/pucat segera bebaskan jalan nafas bayi sambil menilai

APGAR menit I.

2) Gizi, air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik untuk

menjamin kesehatan dan pertumbuhan bayi/anak, diberikan pada

usia 0-2 tahun.

3) Eliminasi, bayi baru lahir harus sudah buang air kecil dalam waktu

24 jam setelag lahir, selanjutnya buang air kecil 6-8 x/hari. Feses

bayi baru lahir berwarna hijau (meconium), dan bayi baru lahir harus

sudah buang air besar dalam 24 jam.

4) Istirahat dan tidur, akan sangat bermanfaat jika bayi diletakkan di

tempat tidur yang hangat, tempat tidur seharusnya diletakkan dekat

tempat tidur ibu sehingga bisa dihangatkan dan bisa diberikan ASI

saat bayi menginginkannya.

5) Kebersihan (personal hygiene), menjaga kebersihan bayi baru lahir

sangat penting guna menunjang kesehatan diri bayi. Perawatan utuk

menjaga kebersihan bayi adalah sperti memandikan bayi,

memakaikan pakaian hangat pada bayi, merawat tali pusat, dan

mengganti pojok bayi.

e. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda bahaya bayi baru lahir : sianosis/kebiruan, demam,

kedinginan/hipotermi, perdarahan, kuning (kulit bayi terlihat berwarna

kunign, warna kuning ini terjadi karena penumpukan zat kimia yang

disebut bilirubin).
f. Asuhan Bidan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal yaitu jaga

kehangatan bayi, bersihkan jalan napas (bila perlu), keringkan dan tetap

jaga kehangatan, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun,

kira-kira 2 menit setelah lahir, lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit ibu, beri salep mata

antibotika tetrasiklin 1% pada kedua mata, beri suntikan vitamin K 1

mg intramuscular, di paha kairi anterolateral setelah Inisiasi Menyusu

Dini (IMD), beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskluar, di paha

kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian

vitamin K (Depkes RI, 2008).

4. Konsep Dasar Teori Nifas

a. Definisi

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Suherni, Widyasih Hesti,

2009).

a. Perubahan Sistem Reproduksi Fisiologis Masa Nifas

Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar.

Ukuran uterus mengecil kembali setelah 2 hari pasca persalinan,

setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah

4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil (Suherni, 2009).


Tabel 2.9
Involusi Uterus Mengenai tinggi fundus uterus
Involusi Tinggi Fundus uterus Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram
Uri Lahir Dua jari bawah pusat 750 gram
Satu Minggu Pertengahan pusat 500 gram
sympisis
Dua Minggu Tak teraba diatas 350 gram
sympisis
Enam Minggu Bertambah kecil 50 gram
Delapan Minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : (Suherni, 2009)

Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa luka

kasar dan menonjol kedalam cavum uteri. Penonjolan tersebut

diameternya kira-kira 7,5 cm. Disamping itu, dari cavum uteri keluar

cairan sekret disebut lochea. (Walyani, 2015).

Beberapa jenis lochea yang terdapat pada wanita masa nifas :

1) Lochea Rubra/merah (Cruenta)

Lochea rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan

sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, rambut

lanugo, mekonium selama 2 hari pasca persalinan.

2) Lochea Sanguinolenta

Lochea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan

lender yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochea Serosa

Lochea serosa muncul pada hari ke 7-14 hari dengan berwarna

kuning kecoklatan dengan ciri lebih sedikit darah dan lebih banyak

serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan/laserasi plasenta.


4) Lochea Alba

Lochea ini muncul setelah 2 minggu postpartum.Warnanya

lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung

leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

b. Tanda Bahaya Masa Nifas

Pengeluaran vagina yag baunya membusuk, rasa sakit di

bagian bawah abdomen/punggung, sakit kepala yang terus menerus,

nyeri epigastrik, gangguan masalah penglihatan/penglihatan kabur,

pembengkakan di wajah atau tangan, demam, muntah, rasa sakit

waktu BAK atau merasa tidak enak badan, payudara yang berubah

menjadi merah, panas atau terasa sakit, kehilangan nafsu makan

dalam waktu lama, rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan

pada kaki, merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh

sendiri bayinya dan diri sendiri, merasa sangat letih atau nafas

terengah-engah (Prawirohardjo, 2010).

c. Kebutuhan ibu nifas

1) Nutrisi dan cairan

Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan

sangat mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu

dengan status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc

yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status gizinya

kurang biasanya akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI

sangatlah penting, karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai

menusia yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.


2) Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak

dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-

paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat.

3) Eliminasi

Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah

dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat

mengakibatkan infeksi. Segera buang air kecil setelah melahirkan

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post

partum. Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat

buang air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka

jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-

tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.

4) Kebersihan Diri

Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk

melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari

keluarga.

5) Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup

untuk memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat


pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian,

misalnya :

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan

c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat

bayi dan diri sendiri.

6)Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya

dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya

40 hari atau 6 minggu setelah melahirkan. Namun keputusan itu

tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

7) Latihan / Senam Nifas

Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal,

hendaknya ibu melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang

menjalani persalinan normal) (Sulistyawati, Ari. 2009).

d. Asuhan kebidanan pada ibu nifas

Menurut Depkes RI, 2009 frekuensi kunjungan, waktu

kunjungan dan tujuan kunjungan dan penatalaksanaan masa nifas

yaitu:
Tabel 2.10
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Kunjungan Waktu Intervensi
1 ± 6 jam PP 1. Memantau tekanan darah, nadi, suhu, tinggi
fundus uteri, kantung kemih dan pendarahan
pervaginam
2. Mengajarkan ibu dan keluarganya bagaimana
menilai tonus dan pendarahan uterus dan
bagaimana melakukan pemijatan jika uterus
lembek dengan cara memijat atau memutar perut
selama 15 kali.
3. Menganjurkan ibu untuk segera memberikan ASI
pada bayinya
4. Menjaga kehangatan pada bayi dengan cara
selimuti bayi
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi asupan
nutrisi dan istirahat
6. Menganjurkan ibu untuk personal hygine dan
mobilisasi dini
7. Menganjurkan ibu meminum obat yang telah
diberikan petugas kesehatan seperti Vit.A
2 ± Hari ke 1. Memantau tekanan darah, nadi, suhu, tinggi
3-7 fundus uteri, kantung kemih dan pendarahan
pervaginam
2. Memantau keadaan ibu suhu tubuh
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi asupan
nutrisi yang cukup dan personal hygine.
4. Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti
senam nifas.
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap
2 jam, siang malam dengan lama menyusui 10-15
menit di setiap payudara
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudara tetap
bersih dan kering. Terutama putting susu.
8. Menganjurkan ibu untuk memakai BH yang
menyongkong payudara
9. Menganjurkan ibu untuk ke petugas kesehatan
apabila terdapat keluhan
Kunjungan Waktu Intervensi
3 ± Hari ke 1. Memantau tekanan darah, nadi, suhu, tinggi
14 – 28 fundus uteri, kantung kemih dan pendarahan
pervaginam
2. Memantau keadaan ibu suhu tubuh
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi asupan
nutrisi yang cukup dan personal hygine.
4. Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti
senam nifas.
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap
2 jam, siang malam dengan lama menyusui 10-15
menit di setiap payudara
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudara tetap
bersih dan kering. Terutama putting susu.
8. Menganjurkan ibu untuk memakai BH yang
menyongkong payudara
9. Menganjurkan ibu untuk ke petugas kesehatan
apabila terdapat keluhan

Sumber : (DEPKES RI, 2009)

5. Konsep Dasar Teori Neonatus

a. Definisi Neonatus

Neonatus adalah fase awal ketika seorang manusia lahir ke bumi

(Krisyanasari, 2010).

Neonatus adalah organism pada periode adaptasi kehidupan

intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan

normal masa neonatal adalah 28 hari (Wahyuni, 2012).

b. Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus

Neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh,

pertumbuhan dan perkembangan neonatal meliputi:


1) Sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada neonatal terjadi normal dalam

waktu 30 menit setelah kelahiran, tekanan rongga dada pada saat

melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan cairan paru-paru

keluar dari trakea sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan

udara (Lissaver, 2013).

2) Jantung dan sistem sirkulasi

Frekuensi denyut jantung dapat dihitung dengan cara

meraba arteri temporalis atau karotis, dapat juga secara langsung

didengarkan di daerah jantung dengan menggunakan stetoskop

binokuler. Frekuensi denyut jantung neonatal normal berkisar

anatar 100-180 kali/menit waktu bangun, 80-16- kali/menit saat

tidur (Krisyanasari, 2010).

3) Saluran pencernaan

Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran

pencernaan pada neonatal relative lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan dengan orang dewasa, pada masa neonatal slauran

pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam dua

puluh empat jam pertama berupa mekonium (zat berwarna hitam

kehijauan). Dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai

digantikan oleh tinja transisional pada hari ketiga dan keempat

yang berwarna coklat kehijauan.

Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatal sangat erat

hubungannya dengan frekuensi pemberian makan/minum. Enzim


dalam saluran pencernaan biasanya sudag terdapat pada neonatal

kecuali amylase pancreas, aktifitas lipase telah ditemukan pada

janin tujuh sampai delapan bulan.

4) Hepar

Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir,

daya detosifikasi hati pada neonates juga belum sempurna.

Enazim hepar belum aktif benar pada neonatal, (Glukosa 6 Fosfat

Dehidrogenase) yang berfungsi dalam sintetis bilirubin, sering

kurang sehingga neonatal memperlihatkan gejala ikterus

fisiologis, misalnya enzim UDPG : Uridin Disofat Glukoronid

Transferase dan enzim G6PD.

5) Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal

Tubuh neonatal mengandung relative lebih banyak air dan

kadar natrium relative lebih besar dari pada kalium. Pada neonatal

fungsi ginjal belum sempurna, hal ini karena, antara lain :

a) Jumlah nefron maturn belum sebanyak orang dewasa.

b) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume

tubulus proksimal.

c) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatak relative

kurang dibandingkan orang dewasa.

6) Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonates relative lebih luas dari

tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kilogram

berat badan akan lebih besar. Oleh karena itu, neonates harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy dapat

diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak. Setelah

mendapat susu, sekitar hari keenam suhu tubuh neonatal berkisar

antara 36,5-37 °C. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada

aksila atau pada rectal. Empat kemungkinan energy diperoleh dari

lemak dan karbohidrat yang masing-masing 60-40 %.

7) Suhu Tubuh

Mekanisme yang dapat menyebabkan kehilangan panas,

yaitu konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi. Kehilangan panas

pada neonates segera berdampak pada hipoglikemia, hipoksia,

dan asidosis. Dampak tersebut merupakan akibat peningkatan

kebutuhan metabolisme yang disebabkan oleh usaha untuk

membuat zona suhu yang netral (Varney, 2008).

c. Asuhan Bidan Pada Neonatus

Table 2.11
Kunjungan Neonatus
KN1 1. Jaga kesehatan tubuh bayi
2. Observasi tanda – tanda vital
3. Lakukan pemeriksaan fisik pada neonates
4. Lakukan perawatan tali pusat
5. Evaluasi kemampuan menyusui bayi
KN2 1. Lakukan pemeriksaan tanda- tanda bahaya
2. Pastikan bayi mendapat ASI yang cukup
3. Lakukan konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI eksklusif
KN3 1. Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
2. Memberitahu ibu agar bayi harus mendapatkan imunisasi
Sumber : (Kristiyanasari, 2010)
6. Pelayanan Kontrasepsi

a. Definisi kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat

sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat,

secara mekanis, menggunakan alat/obat, atau dengan operasi

(Wiknjosastro, 2011).

Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti dan

melaksanakan program keluarga berencana (Handayani, 2010).

b. Macam – macam Jenis Kontrasepsi

Table 2.12
Kontrasepsi Non Hormonal
Jenis Kontrase Definisi Keuntungan Keterbatasan
psi
Kontr Metode Metode KB tradisional Efektif bila Tergantung pada
asepsi Senggam dimana pria mengeluarkan dilakukan kesediaan pasangan
Non a alat kelaminnya dari dengan benar Tidak dapat dipakai
Horm Terputus vagina sebelum mencapai Tidak ada efek pada suami dengan
onal ejakulasi samping riwayat ejakulasi dini
Metode Metode KB dengan cara Tidak ada efek Dibutuhkan pelatihan
Lendir menghindari senggama samping untuk membantu ibu
Serviks pada masa subur sistemik menggenali masa
Murah / tanpa suburnya
biaya
Kondom Merupakan sarung karet Tidak Efektivitas tidak
pria yang dipasang pada penis mengganggu terlalu tinggi
saat hubungan seksual produksi ASI Agak megganggu
Mencengah hubungan seksual
penularan IMS
Metode Merupakan kontrasepsi Efektivitas Hanya efektif sampai
amenore yang mengandalkan tinggi Tidak 6 bulan
a Laktasi pemberian ASI perlu obat atau
(MAL) alat dan tanpa
biaya
Alat Merupakan kontrasepsi Metode jangka Perubahan siklus haid
Kontrase non hormonal jangka panjang lebih lama dan
psi dalam panjang yang disisipkan di Tidak banyak
rahim dalam rahim dan terbuat mempengaruhi Penyakit radang
(AKDR) dari bahan semacam kualitas dan panggul dapat terjadi
plastic / tembaga volume ASI pada perempuan IMS
yang memakai
AKDR
Sumber : (Handayani, 2010)

Table 2.13
Kontrasepsi Hormonal
Jenis Kontraseps Definisi Keuntungan Keterbatasan
i
Konta Pil KB Alat kontrasepsi oral Siklus haid Mahal dan
sepsi Kombinasi yang menggandung menjadi teratur membosankan
Horm 2 hormon yaitu Mudah karena diminum
onal estrogen dan dihentikan setiap hari
progesteron setiap saat Pusing, nyeri
payudara, mual,
berat badan naik
Pil KB Alat kontrasepsi Tidak Harus diminum
Progestin ( oral yang mempengaruhi setiap hari pada
Mini Pil) menggandung ASI waktu yang sama
hormone Kesuburan cepat Resiko kehamilan
progesterone kembali ektopik
KB Suntik Alat kontrasepsi Mengurangi Ketergantungan
1 bulan yang disuntikkan dan jumlah terhadap pelayanan
menggandung perdarahan kesehatan
hormon estrogen dan & nyeri haid Terlambatnnya
progesteron Mencegah pemulihan
kehamilan kesuburan
ektopik
KB Suntik Alat kontrasepsi yang Tidak Siklus haid
3 bulan disuntikkan dan berpengaruh memendek atau
mengandung terhadap ASI memanjang,
hormone progesteron Pencegahan perdarahan banyak
kehamilan atau tidak sama
jangka panjang sekali
Terlambatnnya
pemulihan
kesuburan
Implant Alat kontrasepsi Pengembalian Membutuhkan
bawah kulit tingkat tindak pembedahan
menggandung kesuburan minor untuk insersi
levonorgestrel cepat Tidak dan pencabutan
berisi hormone mengganggu Perubahan pola
progesterone produksi ASI haid bercak
spooting
Sumber : (Handayani, 2010)
c. Asuhan Kebidanan Alat kontrasepsi

Langkah I : Mengumpulkan data subjektif yaitu menanyakan

riwayat pemakaian KB ibu, menanyakan keluhan ibu

pada pemakaian kontrasepsi terakhir ibu, menanyakan

lama pemakaian kontrasepsi tersebut, menanyakan

pengetahuan ibu tentang KB. Mengumpulkan data

objektif yaitu melakukan pemeriksaan pada ibu

meliputi menilai TTV ibu, BB ibu, serta pemeriksaan

fisik ibu.

Langkah II : Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses

menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan

perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus

dilakukan setelah pengumpulan data.

Langkah III : Diagnosa atau masalah potensial dapat dtetapkan

setelah pengumpulan data serta pemeriksaan.

Langkah IV : Kebutuhan yang memerlukan tindakan segera

ditetapkan setelah pengumpulan data serta dilakukan

pemeriksaan.

Langkah V : Rencana asuhan dapat ditetapkan setelah dilakukan

pengumpulan data dan dilakukan pemeriksaan.

Langkah VI : Asuhan dapat dilaksanakan setelah dilakukan

pengumpulan data dan pemeriksaan.

Langkah VII : Asuhan dapat dievaluasi setelah dilakukan pegumpulan

data dan dilakukan pemeriksaan (Hartanto, 2009).


7. Jarak Kehamilan < 2 tahun

a.Pengertian

Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan

kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya. (Depkes RI,

2009).

b. Resiko jarak kehamilan yang terlalu dekat

Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai

waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali

ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat

beresiko terjadi kematian maternal karena seorang ibu setelah

melahirkan memerlukan 2 atau 3 tahun untuk dapat memulihkan

kondisi tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk persalinan yang

berikutnya (Maryunani, 2013).

Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi

penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima

janin kembali tanpa harus menghadapi (masa setelah melahirkan) yang

rata-rata berdurasi 40 hari., Hubungan intim sudah mungkin dilakukan.

Secara fisiologis,kondisi alat reproduksi wanita sudah pulih. Semuanya

kembali pada kesiapan fisik dan psikis,terutama dan pihak wanita.

Tiga bulan setelah melahirkan, wanita sudah bisa hamil lagi. Wanita

yang melahirkan dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah 2

tahun) akan mengalami peningkatan resiko perdarahan persalinan ,

Plasenta previa, anemia, ketuban pecah dini, endometriosis masa nifas,

dan kematian saat melahirkan (Maryunani, 2013).


Jarak kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian

pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat

menimbulkan rasa cemburu akibat ketidak siapan berbagi kasih

sayang dan orang tuanya. Selain itu, pelepasan sel telur (Ovulasi)

sering mendahului peristiwa haid pertama kali (menarche) pada remaja

yang masuk masa puber. Hal ini dapat menyebabkan kehamilan pada

gadis remaja yang telah masuk kedalam aktifitas seksual (Affandi,

2015).

Angka kehamilan dalam setahun pada wanita subur dengan

aktifitas seksual normal berkisar 90 %. Jadi perencanaan kehamilan

sangat diperlukan untuk ibu dan juga anak. Jangan sampai si anak

merasa dan diperlukan seperti anak yang tidak dikehendaki

kehadirannya (Affandi, 2015).

c.Peran Bidan dalam memberi asuhan dengan jarak kehamilan < 2 tahun

(Manuaba, 2012).

1) Memberikan KIE tentang Resiko jarak kehamilan yang terlalu

dekat.

2) Memberi KIE tentang dampak jarak kehamilan yang terlalu dekat

terhadap anak

Jarak kehamilan atau kelahiran yang berdekatan juga dapat

memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun

psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidak

siapan berbagi kasih sayang dari orang tuanya (Affandi, 2015).


8. Keputihan

1) Definisi

Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah white discharge

atau vaginal discharge, atau leukore tau flour albus. Keputihan yang

terjadi pada wanita dapat bersifat normal dan abnormal. Keputihan

normal terjadi sesuai dengan proses menstruasi. Gejala keputihan yang

normal adalah tidak berbau, jernih, tidak gatal, dan tidak perih.

Keputihan abnormal terjadi akibat infeksi dari berbagai

mikroorganisme, antara lain bakteri, jamur dan parasit. Keputihan yang

tidak normal ditandai dengan jumlah yang keluar banyak, berwarna

putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, gatal, perih dan disertai

bau amis atau busuk. Warna pengeluaran dari vagina akan berbeda

sesuai dengan penyebab dari keputihan (Marhaeni, 2016).

2) Jenis Keputihan

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis keputihan yaitu:

keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal.

1) Keputihan Normal

Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang

menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi.

Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon estrogen

dan progesteron yang dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah

ovulasi, terjadi peningkatan vaskularisasi dari endometrium yang

menyebabkan endometrium menjadi sembab. Kelenjar endometrium

menjadi berkelok-kelok dipengaruhi oleh hormon estrogen dan


progesteron dari korpus luteum sehingga mensekresikan cairan

jernih yang dikenal dengan keputihan. Hormon estrogen dan

progesteron juga menyebabkan lendir servik menjadi lebih encer

sehingga timbul keputihan selama proses ovulasi. Pada servik

estrogen menyebabkan mukus menipis dan basa sehingga dapat

meningkatkan hidup serta gerak sperma, sedangkan progesteron

menyebabkan mucus menjadi tebal, kental, dan pada saat ovulasi

menjadi elastis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-

kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan

leukosit yang jarang. Ciri-ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan

berwarna bening, kadang-kadang putih kental, tidak berbau, dan

tanpa disertai dengan keluhan, seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar

serta jumlahnya sedikit. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan

keputihan fisiologis adalah :

a) Bayi yang baru lahir kira-kira 10 hari, keputihan ini disebabkan

oleh pengaruh hormon estrogen dari ibunya.

b) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang,

keadaan ini ditunjang oleh hormon estrogen.

c) Masa di sekitar ovulasi karena poduksi kelenjar rahim dan

pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone.

d) Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Rangsangan

seksual ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima

penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan yang

digunakan sebagai pelumas dalam senggama.


e) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke

vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya

selaput lendir vagina.

f) Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen

dan progesterone yang dapat meningkatkan lender servik

menjadi lebih encer.

g) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang

menderita penyakit kronik.

2) Keputihan Abnormal

Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat

kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim,

jaringan penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular

seksual). Ciri-ciri keputihan patologik adalah terdapat banyak

leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya

berubah (biasanya kuning,hijau, abu-abu, dan menyerupai susu),

disertai dengan keluhan (gatal,panas, dan nyeri) serta berbau (apek,

amis, dan busuk). Faktor-faktor yang memicu keputihan abnormal

adalah:

a) Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang

akibat meningkatnya pengeluaran energi karena terlalu

memaksakan tubuh untuk bekerja berlebihan dan menguras fisik.

Meningkatnya pengeluaran energi menekan sekresi hormon

estrogen. Menurunnya sekresi hormon estrogen menyebabkan

penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan oleh


Lactobacillus doderlein untuk metabolisme. Sisa dari

metabolisme ini adalah asam laktat yang digunakan untuk

menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat yang dihasilkan

sedikit, bakteri, jamur, dan parasit mudah berkembang.

b) Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang

akibat dari meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang

tidak menyenangkan atau sulit diatasi. Meningkatnya beban

pikiran memicu peningkatan sekresi hormone adrenalin.

Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan

penyempitan pembuluh darah dan mengurangi elastisitas

pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan aliran hormon

estrogen ke organ-organ tertentu termasuk vagina terhambat

sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang. Berkurangnya

asam laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga

bakteri, jamur dan parasit penyebab keputihan mudah

berkembang (Agustiyani dan Suryani, 2011).

c) Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh cara wanita dalam

menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin. Kegiatan

kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah penggunaan

pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan

alat kelamin (cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun vagina


dan pewangi vagina, penggunaan pembalut kecil yang terus

menerus di luar siklus menstruasi.

3) Dampak keputihan

Keputihan fisiologis dan patologis mempunyai dampak pada

wanita. Keputihan fisiologis menyebabkan rasa tidak nyaman pada

wanita sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya.

Keputihan patologis yang berlangung terus menerus akan

menganggu fungsi organ reproduksi wanita khususnya pada bagian

saluran indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas. Pada ibu

hamil dapat menyebabkan keguguran, Kematian Janin dalam

Kandungan (KJDK), kelainan kongenital, lahir premature (Marhaeni,

2016).

4) Cara mencegah keputihan

a) Menjaga kebersihan alat kelamin

Vagina secara anatomis berada di antara uretra dan anus. Alat

kelamin yang dibersihkan dari belakang ke depan dapat

meningkatkan resiko masuknya bakteri ke dalam vagina.

Masuknya kuman ke dalam vagina menyebabkan infeksi sehingga

dapat menyebabkan keputihan. Cara cebok yang benar adalahdari

depan ke belakang sehingga kuman yang berada di anus tidak

dapat masuk ke dalam vagina.


b) Menjaga kebersihan pakaian dalam

Pakaian dalam yang tidak disetrika dapat menjadi alat

perpindahan kuman dari udara ke dalam alat kelamin. Bakteri,

jamur dan parasit dapat mati dengan pemanasan sehingga

menyetrika pakaian dalam dapat menghindarkan infeksi kuman

melalui pakaian dalam.

c) Tidak bertukar handuk

Handuk merupakan media penyebaran bakteri, jamur, dan

parasit. Handuk yang telah terkontaminasi bakteri, jamur, dan

parasit apabila digunakan bisa menyebabkan kuman tersebut

menginfeksi pengguna handuk tersebut sehingga gunakan handuk

untuk satu orang.

d) Menghindari celana ketat

Celana ketat dapat menyebabkan alat kelamin menjadi hangat

dan lembab. Alat kelamin yang lembab dapat meningkatkan

kolonisasi dari bakteri, jamur, dan parasit. Peningkatan kolonisasi

dari kuman tersebut dapat meningkatkan infeksi yang bisa

memicu keputihan, maka hindari memakai celana ketat terlalu

lama.

e) Menghindari cuci vagina menggunakan pewangi

Produk cuci vagina dapat membunuh flora normal dalam

vagina. Ekosistem dalam vagina terganggu karena produk

pencuci vagina bersifat basa sehingga menyebabkan kuman dapat

berkembang dengan baik. Produk cuci vagina yang digunakan


harus sesuai dengan pH normal vagina, yaitu 3,8-4,2 dan sesuai

dengan petunjuk dokter.

f) Mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin

Tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab

infeksi. Mencuci tangan sebelum menyentuh alat kelamin dapat

menghindarkan perpindahan kuman yang menyebabkan infeksi.

g) Sering menganti pembalut

Mengganti pembalut minimal 3-4 kali sehari dapat

menghindari kelembaban.

h) Mengelola stress

Stres dapat meningkatkan hormone adrenalin yang

menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah

yang sempit menyebabkan aliran estrogen ke vagina terhambat

sehingga dengan menghindari stres dapat mengurangi keputihan

(Agustiyani dan Suryani, 2011).

9. Nyeri Pinggang Bawah Pada Ibu Hamil

a. Definisi

Nyeri adalah Pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial. Nyeri pinggang bawah selama kehamilan dapat timbul

sebagai akibat ketidak seimbangan antara kerja otot postural dan otot

fasis yang terdapat pada daerah lumbalis, sehingga dapat menyebabkan

otot lumbalis cenderung memendek disertai hyperlordosis dari lumbal

sedang
otot abdomen cenderung lentur dan perubahan sikap tubuh dari

bertambahnya umur kehamilan karena berat berpindah kedepan akibat

janin dalam, kandungan semakin membesar dan juga di imbangi dengan

adanya lordosis yang berlebihan pada lumbal. Pertambahan uterus

mengarah kedepan menyebabkan ibu akan berusaha membagi berat

dengan menarik bahu kebelakang. Sikap demikian akan menambah

lordosis lumbal dengan akibat tekanan pada otot menimbulkan rasa

nyeri di daerah pinggang bagian bawah (Sullivan, 2010).

b. Gejala

Biasanya gejala – gejala nyeri pinggang yang timbul selama

kehamilan adalah nyeri yang sifatnya mulai dari pinggang, paha sampai

kaki. Pembesaran uterus menimbulkan sakit pinggang bagian bawah.

Hal ini karena rahim menekan dua saraf sciatic yang berada di

punggung bagian bawah hingga kaki, tekanan ini menyebabkan sciatica.

Ibu hamil akan merasa kesemutan atau gatal disekitar pantat, pinggul

atau paha. Ketika bayi mengubah posisi mendekati waktu kehamilan,

nyeri pinggul semakin berkurang (Suilivan, 2010).

Lordosis atau tulang pinggang melengkung biasanya terjadi pada

masa kehamilan karena adanya pergeseran pada pusat keseimbangan

badan yang bergerak maju searah dengan tulang belakang dan karena

beban rahim diatas daerah pelvis menyebabkan pelvis bergeser kedepan

sehingga pinggang menjadi semakin melengkung akibatnya bahu sering

melurut kedepan untuk mengimbanginya. Keadaan ini dapat

menyebabkan sakit pinggang dan kejang otot (Mirnawati, 2016).


Menurut Mirnawati 2016 Gejala yang tampak pada nyeri pinggang

bawah secara umum adalah nyeri yang terasa di daerah pinggang seperti

rasa terbakar, teriris atau tertusuk. Nyeri tersebut hilang timbul dan

dapat disertai dengan adanya kesemutan dan kelemahan ditungkai dua

kaki. Nyeri pinggang bawah akibat faktor mekanikal ditandai dengan

gejala sebagai berikut :

1) Nyeri terjadi secara intermitten / terputus – putus.

2) Sifat nyeri tajam dan mendadak, dipengaruhi oleh sikap atau

gerakan yang bisa meringankan atau memberatkan keluhan.

3) Nyeri hilang setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan nyeri

muncul setelah beraktifitas.

c. Etiologi

Penyebab nyeri pinggang pada ibu hamil dapat disebabkan oleh

berbagai factor seperti perubahan postur tubuh, perubahan hormon,

perubahan mekanisme tubuh dan kelelahan otot. Nyeri pinggang bawah

biasanya disebabkan oleh percabangan ligament tulang belakang yang

berlebihan dan nyeri pinggang bawah jauh lebih sering terjadi pada

wanita dari pada pria (Mirnawati, 2016).

Pada ibu hamil timbul keluhan nyeri pada pinggang bawah akibat

pengaruh hormon yang menimbulkan gangguan pada substansi dasar

bagian penyangga dan jaringan penghubung sehingga mengakibatkan

menurunnya elastisitas dan fleksibilitas otot. Selain itu, disebabkan

karena aktivitas fisik yang berlebihan, seperti; mengangkat benda berat,

membungkuk, posisi tubuh yang tidak tepat saat beraktivitas, seperti;


naik tangga, duduk dan berdiri dari tempat duduk (seperti masuk dan

keluar dari mobil, bak mandi, tempat tidur), memutarkan badan terlalu

keras, membungkukkan badan ke depan, berlari, dan berjalan dengan

kecepatan yang berlebihan. Gangguan nyeri pinggang akan terasa lebih

parah jika sebelum hamil si ibu telah merasakan kondisi ini.

Ada 2 titik lokasi yang diserang oleh rasa nyeri, yaitu:

1) Pinggang bagian bawah/lumbal. Biasanya rasa nyeri dirasakan pada

bagian atas pinggang di garis tengah tulang belakang. Nyeri ini bisa

atau tanpa penjalaran ke tungkai atau kaki. Biasanya nyeri ini timbul

bila ibu hamil bekerja dengan posisi duduk atau berdiri terlalu lama

atau melakukan pekerjaan mengangkat barang secara berulang. Otot-

otot di sepanjang punggung akan terasa tegang.

2) Panggul bagian belakang. Nyeri pada bagian ini lebih sering

dirasakan oleh ibu hamil dibandingkan nyeri pada pinggang bagian

bawah. Rasa nyeri dirasakan sampai garis pinggang di atas tulang

ekor dan cenderung meluas hingga ke bokong dan belakang paha.

Nyeri pada bagian ini kadang juga disertai dengan nyeri tulang

kemaluan.

d. Patofisiologi Nyeri Pinggang Bawah Pada Ibu Hamil

Pada kehamilan timbul rasa nyeri pinggang bawah akibat pengaruh

hormone yang menimbulkan gangguan pada substansi dasar bagian

penyangga dan jaringan penghubung sehingga mengakibatkan

menurunnya elastisitas dan fleksibilitas otot. Selain itu juga disebabkan

oleh faktor mekanika yang mempengaruhi kelengkungan tulang


belakang oleh perubahan sikap statis dan penambahan beban pada saat

ibu hamil (Mirnawati, 2016).

Pada kehamilan, akan terjadi perubahan pelvis menjadi sedikit

berputar kedepan karena pengaruh hormonal dan kelemahan ligament.

Pada keadaan hiperekstensi tulang belakang terjadi pergesekan antara

kedua facet dan menjadikan tumpuan berat badan, sehingga permukaan

sendi tertekan, keadaan ini akan menimbulkan rasa nyeri. Kadang –

kadang dapat mengiritasi saraf ischiadicus dan apabila terjadi

penyempitan pada bantalan tulang belakang, nyeri akan bertambah

hebat. Keadaan ini akan menimbulkan ketidak seimbangan antara otot

perut dan otot punggung. Sendi yang akan membentuk tulang belakang

dan panggul sebagian merupakan sendi sindesmosis. Sendi sakroiliak

berbentuk huruf L, permukaan sendinya tidak simestris, tidak rata dan

posisinya hampir dalam bidang sagital serta permukaan tulang sacrum

lebih cekung. Gerakan yang terjadi adalah rotasi dalam jarak gerak

terbatas yang dikenal dengan nama nutasi dan konter nutasi. Pelvis

menerima beban dari tulang belakang dengan distribusi gaya

merupakan ring tertutup. Pada kehamilan gerak sendi ini dapat

meningkat karena pengaruh hormonal. Panggul dan sakrum yang

bergerak kedepan menyebabkan posisi sendi sakroiliaka juga berubah,

dikombinasi dengan adanya laxity akan menyebabkan keluhan-keluhan

pada sendi yang lain (Mirnawati, 2016).


e. Cara Mengatasi Nyeri Pinggang Saat Hamil

Untuk mengurangi nyeri pinggang kepada para ibu yang sedang

mengandung, maka dilakukan beberapa cara :

1) Selalu membiasakan diri sejak kehamilan muda untuk berpostur dan

bersikap sehat, yaitu sebelum rahim setinggi pusat, biasakan

bersikap tegak jangan bungkuk, bahu ditarik ke belakang dan bawah

serta hindari alas kaki bertumit tinggi.

2) Pilihlah posisi yang nyaman saat duduk atau sedang berdiri, bila

sedang duduk angkat sedikit kaki dan jangan menyilangkan kaki.

Cobalah untuk selalu mengubah posisi.

3) Hindari mengangkat beban berat, bila sedang mengangkat sesuatu

cobalah untuk berdiri perlahan menggunakan penyangga lutut.

4) Cobalah menggunakan bahan penghangat untuk mengurangi nyeri

belakang (pinggang), seperti handuk atau kain yang sudah direndam

air hangat, pijat atau urut pinggang dengan minyak penghangat.

5) Selalu menjaga kebugaran tubuh dengan aktivitas olahraga teratur,

seperti misalnya berenang sangat dianjurkan dalam hal ini. Selain

itu, Untuk mengatasi nyeri pinggang ibu hamil, perlu dilakukan

beberapa technik latihan, sebagai berikut :

a) Persiapan latihan

(1) Pakaian pasien sebaiknya menggunakan pakaian latihan.

(2) Posisi pasien diatur sedemikian rupa dengan rileks.

b) Sebelum melakukan latihan perlu dilakukan gerakan-gerakan

kecil pemanasan pada pinggang dan tungkai secara pelan dan

lembut.
c) Pelaksanaan latihan ini dilakukan 5 sampai dengan 7 detik dan

diulang 10 kali setiap session latihan. Namun harus juga

diperhatikan kemampuan dan daya tahan pasien apabila pasien

merasa lelah maka haru diistirahatkan.

d) Tujuan latihan ini adalah:

(1) Untuk mengurangi rasa nyeri pada pinggang bawah

(2) Merileksasikan otot-otot belakang pinggang

(3) Memelihara jarak gerak sendi pelvic dan lumbosacral

(4) Memperkuat otot-otot perut dan dasar panggul dalam

membantu proses pendorongan bayi keluar.

e) Cara melakukannya :

(1) Latihan 1

Duduklah bersila pada lantai, punggung dilemaskan.

Lakukanlah sikap duduk seperti ini sebanyak mungkin. Posisi

ini akan membantu memperkuat otot-otot paha. Bila merasa

lelah setelah duduk seperti ini, rentangkan kedua tungkai

sebentar, lalu goyang-goyangkan dan kembali bersikap

bersila.

(2) Latihan 2

Duduklah dilantai dan rapatkan kedua telapak kaki anda satu

sama lain, kemudian tariklah kaki / tumit sedekat mungkin

dengan badan anda. Letakkan tangan pada masing-masing

paha dan lakukanlah penekanan secara perlahan-lahan. Akan

terasa otot-otot disebelah dalam paha tertarik.


(3) Latihan 3

Berbaring telentang, kedua lengan berada disisi tubuh.

Lakukan pernapasan bersih dalam-dalam. Kini angkatlah

tungkai kanan perlahanlahan rapatkanlah jari-jari kaki anda,

dan bernapas perlahan-lahan lewat hidung. Perhatikan agar

kedua lutut tetap lurus, lalu bengkokkan kaki, turunkan

tungkai perlahan-lahan dan bersamaan gerakan ini

hembuskan napas lewat mulut dan bibir. Ulangi latihan ini

pada tuungkai yang kiri. Perhatikan agar gerak pernapasan

selaras dengan gerakan mengangkat dan menurunkan

tungkai. Rapatkan jari-jari kaki pada saat tungkai diangkat

dan bengkokkan kaki pada saat diturunkan. Jagalah agar

kedua tungkai selalu dalam sikap lurus.

(4) Latihan 4

Berbaring telentang, rentangkan kedua lengan tegak lurus

terhadap badan. Lakukanlah pernapasan bersih dalam-

dalam. Kemudian angkat tungkai kanan, rapatkan jari-jari

kaki dan tarik napas lewat hidung. Lanjutkan prosedur ini

dengan membengkokkan kaki anda dan turunkan tungkai

kesebelah kanan sementara menghembuskan napas keluar

lewat mulut. Rentangkan tungkai sedapat mungkin mendekati

lengan yang telentang. Kemudian rapatkan jari-jari kaki,

tarik napas lewat hidung dan angkatlah tungkai, bengkokkan

kaki dan turunkan tungkai kelantai sementara


menghembuskan napas keluar lewat mulut. Ulangi proses ini

pada tungkai kiri. Perhatikan agar bagian panggul yang

berlawanan dengan tungkai yang digerakkan tetap datar dan

menempel pada lantai.

(5) Latihan 5

Berbaring telentang dan tekuk kedua lutut sehingga telapak

kaki melekat rapat pada lantai. Rapatkan punggung termasuk

kedua belah bahu pada lantai. Bersamaan dengan itu, tariklah

oto-otot perut sebelah bawah dan biarkan pantat anda sedikit

terangkat dari lantai, kemudian lepaskan. Latihan ini harus

dilakukan dengan pernapasan yang teratur, mulailah menarik

napas, lalu hembuskan keluar perlahan-lahan lewat mulut.

Sementara menghembuskan napas rapatkanlah punggung

pada lantai, tegangkan oto-otot perut, tarik napas ketika

melemaskan punggung dan perut (Mirnawati, 2016).

f. Faktor – Faktor Lain Yang Mempengaruhi Nyeri Pinggang

1) Umur ibu

Dalam hukum reproduksi sehat diikenal bahwa usia aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20 - 30 tahun. Umur ibu

berpengaruh dalam suatu persalinan dalam masa reproduksi sehat

dianjurkan agar umur seorang ibu melahirkan antara umur 20 - 30

tahun. Jika umur seorang dalam hukum reproduksi sehat diikenal

bahwa usia aman untukkehamilan dan persalinan adalah 20 - 30

tahun. Umur ibu berpengaruh dalam suatu persalinan dalam masa

reproduksi sehat
dianjurkan agar umur seorang ibu melahirkan antara umur 20 - 30

tahun. Jika umur seorang wanita < dari 20 tahun merupakan resiko

tinggi karena alat-alat reproduksiwanita < dari 20 tahun merupakan

resiko tinggi karena alat-alat reproduksi belum siap untuk menerima

hasil konsepsi sehingga keluhan-keluhan kemungkinan lebih besar

terjadi, jika umur wanita > dari 30 tahun juga beresiko karena alat

reproduksi mulai mengalami kemunduran (Mirnawati, 2016).

2) Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh

seorangibu selama hidupnya. Status paritas yang tinggi dan jumlah

anak yang lebihdari 3 orang dapat mempengaruhi status kesehatan

ibu. Hal ini diterangkan bahwa setiap kehamilan yang disertai

persalinan akan menyebabkan kelainan pada uterus, dalam hal ini

terjadi kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang

mempengaruhi sirkulasi nutrisi kejanin (Mirnawati, 2016).

3) Interval atau jarak kehamilan

Mengatur jarak kehamilan membantu melindungi kesehatan

anakseorang bayi lahir setelah 2 tahun dari kehamilan pertama,

cenderung lebih bertahan dari seorang bayi yang dikandung lebih

dini. Lamanya seorang ibu membutuhkan waktu 2-4 tahun jarak

kehamilan agar dapat pulih secara fisiologis dari suatu kehamilan

atau persalinan berikutnya (Pritchard et al, 2010).


10. Asuhan Pada Persalinan Dengan Preeklamsia (Prawirohardjo, 2010)

a.Tujuan pengobatan: mencegah kejang, memulihkan organ vital,

melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.

b. Segera rawat di RS dengan penanganan awal:

1) MgSo4 20%

a) MgSO4 20% : 20cc : 4 gr diberi dengan menggunakan syringe

Pump kecepatan tetesan 40cc / jam dalam waktu 20 – 30

menit.

b) MgSO4 20% : ambil 20cc : 4 gr masukkan dalam cairan infus

RL 100cc dengan tetesan 60 tetes/menit dalam waktu 20 – 30

menit.

2) MgSo4 40%

a) Ambil 10cc MgSo4 40% diencerkan dengan cairan infus RL

10cc atau aqua bidest 10cc menjadi 20cc diberi dengan

syringe pump kecepatan tetesan 40cc/jam dalam waktu 20 –

30 menit.

b) Ambil 10cc MgSO4 40% masukan dalam cairan infuse RL

100cc dengan tetesan 60 tetes/menit dalam waktu 20 – 30

menit.

3) Berikan sampai 24 jam pascapersalinan, hentikan bila 6 jam

pascapersalinan ada perbaikan nyata atau ada tanda-tanda

intoksikasi. Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella kuat,

RR > 16x/menit dan diuresis >100 cc dalam 4 jam sebelumnya

(0,5 ml/kgBB/jam). Pantau TD, suhu, perasaan panas dan wajah

merah selama pemberian MgSO4.


4) Berikan nifedipin 3 – 4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke-4 tekanan

diastolik belum turun sampai 20 %, berikan tambahan 10 mg oral

(dosis max 80 mg/hari). Bila tekanan diastolik meningkat ≥ 110

mmHg, berikan tambahan sublingual (tujuannya untuk penurunan

TD 20% dalam 6 jam, kemudian diharapkan menjadi stabil (140 –

150/90 – 100 mmHg). Bila sulit dikendalikan, dapat dikombinasi

dengan pindolol.

5) Periksa TD, FN, RR tiap jam. Pasang kateter dan kantong urin.

Ukur urin setiap 6 jam, bila < 100 ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4

menjadi 1 g/jam.

6) Lakukan USG dan CTG (minimal 2 x/24 jam)

7) Penanganan lanjutan:

c.Konservatif bila kehamilan < 35 minggu tanpa impending eklampsia

dan gawat janin. Prinsip terapi serupa dengan yang akitf, hanya tidak

dilakukan terminasi kehamilan. Pemberian MgSO4 2 mg IV

dilanjutkan 2 g/jam drip dalam infus dekstrosa 5% 500 ml/6 jam dapat

dihentikan bila ada tanda-tanda PER, selambat-lambatnya dalam

waktu 24 jam. Bila tidak ada perbaikan ATAU dalam 6 jam

pengobatan terdapat peningkatan TD, terapi dianggap gagal dan

lakukan terminasi kehamilan.

1) Penanganan aktif kehamilan ≥ 35 minggu, impending eklampsia,

terapi konservatif gagal, gawat janin, PJT dan sindrom HELLP.

2) CTG:
a) Fungsi dinamik janin plasenta baik (reaktif, ketuban cukup,

gerak napas baik, tidak ada deselerasi lambat, tidak ada PJT,

skor > 5) partus pervaginam.

b) Bila kurang baik seksio (SC).

3) Induksi:

a) Dengan kateter Folley, amniotomi, prostaglandin E2 atau infus

oksitosin (5 IU dalam 500 ml glukosa 5% dimulai dengan 4

tetes, naikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his 2-3 x/10 menit,

max 20 tetes/menit supaya tidak terjada edema paru)

4) Kala 2:

a) Partus spontan bila tidak perlu meneran terlalu kuat dan TD

terkendali. Periksa TD tiap 10 menit.

b) Vakum/forsep bila persalinan tidak lancar, janin tidak lahir

dalam 15 menit, pasien terpaksa meneran kuat, atau ada

indikasi gawat janin.

5) Saat bayi lahir:

a) Berikan oksitosin 10 IU IM pada ibu agar perdarahan minimal.

b) Lahirkan plasenta bila kontraksi maksimal dan terdapat tanda

lepasnya plasenta.

c) Perdarahan > 400 ml kompresi bimanual + ergometrin 0,1 mg

IM.

6) Pasca persalinan:

a) Infus tidak boleh lebih dari 60 ml/jam karena ibu bisa makan-

minum + bahaya edema paru.


b) Makanan protein 1,5g/kgBB. Bila uremia à protein 0,6

g/kgBB.

7) Ada edema paru, payah jantung kongestif, edema anasarka:

a) Diuretik furosemid 40 mg

b) O2 nasal kanul 4 – 6 l/menit

c) AGD untuk koreksi asidosis

d) Nifedipin + O2 + posisi setengah duduk + furosemid bolus à

TD dan beban jantung berkurang

e) Ada payah jantung digitalis

f) Tidak ada perbaikan dalam 6 jam, PCO2 > 70 mmHg dan PO2

< 60 mmHg ventilasi mekanik.

11. Konsep Dasar Infeksi Neonatus

a. Definisi

Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat

terjadi pada masa antenatal, perinatal dan post partum. Infeksi

neonatorum atau infeksi adalah infeksi bakteri umum generalista yang

biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar ke

seluruh tubuh bayi baru lahir. Infeksi adalah sindroma yang

dikarakteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi

yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septic

(Doenges, 2010).

Infeksi neonatorum adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada

masa neonatal, intranatal dan postnatal. Inkfesi Neonatorum atau


Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi

pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi

baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-

tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat

berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Infeksi merupakan

respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan

jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir

tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir.

Infeksi neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada

bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis

bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran

hidup (Bobak, 2012).

b. Etiologi

Menurut Doenges (2010) infeksi pada neonatus bisa melalui beberapa

cara :

1) Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta.

Kuman melewati placenta dan mengadakan intervilositas masuk

ke vena umbilicus samapi ke janin kuman teresebut seperti : virus :

rubella, poliomelisis, koksakie, variola, dll. Spirokaeta : sifilis.

Bakteri : jarang sekali kecuali E. Colli dan listeria.

2) Infeksi intranatal

a) Pemeriksaan vaginal yang terlalu sering

b) Partus yang lama.


3) Infeksi post partum

Penggunaan alat-alat perawatan yang tidak steril

4) Cross infection

Infeksi yang telah ada di rumah sakit.

c. Tanda dan gejala.

1) Umum : panas, hipoermia, tampak tidak sehat, malas minum,

letargi, sklerema.

2) Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, hipotomegali.

3) Saluran nafas : apnea, dispnea, takspnea, retraksi, nafas cuping

hidung, merintih sianosis.

4) Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmoratu, kulit

lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.

5) Sistem saraf pusat : invitabilitas, tremor, kejang, hiporeflerksi,

malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,

high pitched cry.

6) Hematologi : Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura,

perdarahan.

Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus anatar lain, bayi tampak

lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantung lambat, suhu tubuh naik

turun. Gejala–gejala lainnya dapat berupa gangguan pernapasan,

kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung, Gejala dan

infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumbber infeksi dan

penyebaran :
1) Infeksi pada tali pusat (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah

atau darah dari pusar.

2) Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan

koma, kejang, epsitotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau

penonjolan pada ubun-ubun.

3) Infeksi pada tulang (ostemiolisis) menyebabkan terbatasnya

pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena.

4) Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan,

nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.

5) Infeksi pada selaput perut (perilositis) menyebabkan

pembengkakan perut dan diare berdarah.

d. Patofisiologi

Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.

Pelepasan endoskrin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi

miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen,

terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolic yang

progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade

menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah

penurunan fungsi jaringan, asidosis metabolic dan syok. Yang

menyebabkan disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) dan

kematian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi

secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu :

1) Faktor maternal
a) Status social ekonomi ibu, ras dan latar belakang.

Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan

yang tidak diketahi sepenuhnya. Ibu yang berstatus social

ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat

tinggalnya padat dan tidak higienis.

b) Status paritas. Wanita multipara atau gravid lebih dari 3 dan

umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun.

c) Kurangnya perawatan prenatal.

d) Ketuban pecah dini.

e) Prosedur selama persalinan

2) Faktor Neonatal

a) Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gram)

Merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal.

Umumnya immunitas bayi kurang bulan lebih rndah dari pada

bayi cukup bulan. Transfor immunoglobulin melalui placenta

terutama terjadi pada paruh terakhir trisemester ketiga. Setelah

lahir, konsentrasi immunoglobulin serum terus menurun,

menyebabkan hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga

melemahkan pertahanan kulit.

b) Definisi imun Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG

spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau haemophilus

influenza. IgG dan IgA tidak melewati placenta dan hampir

tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal

tersebut aktivitas lintasan komplemen terhambat, dan C3 serta


faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap

lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan

penururnan antibodi total dan spesifik bersama dengan

penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar

penurunan aktivitas opsonisasi.

c) Laki-laki dan kehamilan kembar Insiden infeksi pada bayi laki-

laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan (Doenges,

2010).

3) Faktor lingkungan

a) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga

sering memerlukan prosedur invasive, dan memerlukan waktu

perawatan dirumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter

vena/arteri maupun kateter nutrisi parental merupakan tempat

masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga

mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b) Paparan terhadap obat-obatan tertentu, seperti steroid, bisa

menimbulkan resiko pada nonatus yang melebihi resiko

penggunaan antibiotic spectrum luas, sehingga menyebabkan

kolonisasi spectrum luas, sehingga menyebabkan resisten

berlipat ganda.

c) Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemic

penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi

nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.


d) Pada bayi yang minum ASI, spesies lactobacillus dan E. Colli di

temukan hanya di dominasi oleh E. Colli saja. Mikroorganisme

atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui

beberapa cara, yaitu :

(1)Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal

kuman dari ibu setelah melewati placenta dan umbrilikus

masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.

Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat

menembus placenta, antara lain virus vubella, herpes,

sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri

yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, dan

toxplasma.

(2)Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat

persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan

serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi

amnonitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui

umbilicus masuk ke tubuh bayi. Cara lain yaitu saat

persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat

terinhalasi oleh bayi dan masuk ke dalam traktus digestives

dan traktus respiratoris, kemudian menyebabkan infeksi pada

lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi

pada janin dapat melalui kulit bayi atau “ port de entre” lain

saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh


kuman (misal : herpes genetalis, candida albican dan

gonorrhea).

(3)Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang

terjadi sesudah persalinan/ kelahiran umunya terjadi akibat

infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahin (misal :

melalui alat-alat pengisap lendir, selang endotrakea, infus,

selang nasagastrik, botol minuman, atau dst). Perawat atau

profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan

terjadinya infeksi nosocomial (Doenges, 2010).

e. Penatalaksanaan

1) Suportif

a) Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa.

b) Berikan koreksi jika terjadi hipovdemia, hipokalsemia dan

hipoglikemia.

c) Bila terjadi SIADN (Syndrome of Inappropiate Anti Dieuretik

Hormon) batasi cairan.

d) Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.

e) Awasi adanya hiperbilirubinemia.

f) Lakukan transfuse tukar bila perlu.

g) Pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat

menerima nutrisi enteral.


2) Kausatif

Antibiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui.

Biasanya digunakan golongan penicillin seperti ampicilin ditambah

tminoglileosida seperti Gentamicin. Pada infeksi nosokomial,

antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang

perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya di berikan van

komisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi

ketiga.Setelah dapat hasil biakan dan uji sistematis di berikan

antibiotic yang sesuai. Terapi dilakukan selama 10 – 14 hari. Bila

terjadi meningitis, antibiotic diberikan selama 14 – 21 hari dengan

dosis sesuai untuk meningitis. Pada masa antenatal meliputi

pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan,

terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu. Asupan gizi yang

memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat

menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke tempat pusat

kesehatan bila diperlukan. Pada masa persalinan, perawatan ibu

selama persalinan dilakukan secara akseptic. Pada masa pasca

persalinan rawta gabung bila bayi normal, pemberian ASI

secepatnya, juag lingkungan dan peralatan tetap bersih,

perawatan lukan umbilicus secara steril.

f. Pemeriksaan penunjang, menegakkan diagnosis infeksi perlu

dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

1) Hitung darah lengkap dengan turunannya yang terpenting adalah

jumlah sel darah merah (WBC). septik neonatus biasanya


menunjukkan penurunan jumlah white blood cell (WBC), yaitu

kurang dari 500 mm. Hitung jenis darah juga menunjukkan

banyak WBC tidak matang dalam aliran darah. Banyaknya darah

tidak matang dihubungkan dengan jumlah total WBC

diidentifikasikan bahwa bayi men galami respons yang signifikan.

2) Platelet biasanya 150.000 sampai 300.000 mm pada keadaan

sepsis platelet munurun, kultur darah gram negatif atau positif,

dan tes sensitivitas. Hasil dari kultur harus tersedia dalam

beberapa jam dan akan mengindikasikan jumlah dan jenis bakteri.

Kultur darah atau sensitivitas membutuhkan waktu 24 – 48 jam

untuk mengembangkan dan mengidentifikasikan jenis patogen

serta antibiotik yang sesuai.

3) Lumbal pungsi untuk kultur dan tes sensitivitas pada cairan

serebrospinal. Hal ini dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron.

4) Kultur urine

a) Kultur permukaan (surface culture)

Untuk mengidentifikasi kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi

bakteri.

b) Pencegahan infeksi pada neonatus Cara pencegahan pada

neonatus dapat dibagi sebagai berikut :

Cara umum

(1) Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai dari

periode antenatal infeksi ibu harus diobati dengan baik,

misalnya infeksi umum, lekorea, dan lain – lain. Di kamar


bersalin harus ada pemisahan yang sempurna antara

bagian yang sepsis dengan aseptik. Pemisahan ini

mencakup ruangan, tenaga perawatan, sertaalat kedokteran

dan alat perawatan. Ibu yang akan melahirkan sebelumnya

masuk kamar bersalin. Pada kelahiran bayi, pertolongan

harus dilakukan secara aseptik. Suasana kamar bersalin

harus sama dengan kamar operasi. Alat yang digunakan

harus steril.

(2) Di kamar bayi yang baru lahir harus ada pemisahan yang

sempurna untuk bayi yang baru lahir dengan partus aseptik

dan partus septik. Pemisahan ini harus mencakup

personalia, fasilitas perawatan, dan alat yang digunakan.

Selain itu juga dilakukan pemisahan terhadap bayi yang

menderita penyakit menular. Perawat harus mendapat

pendidikan khusus dan mutu perawatan harus baik, apalagi

bila kamar perawatan bayi merupakan suatu kamar

perawatan yang khusus. Sebelum dan sesudah memegang

bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan dengan

menggunakan sabun antiseptik atau sabun biasa asal

cukup lama, dalam ruangan harus memakai jubah steril,

masker, dan sandal khusus. Dalam ruangan bayi, kita tidak

boleh banyak bicara, dan bila menderita sakit saluran

pernapasan atas, tidak boleh masuk kamar bayi.


(3) Dapur susu harus bersih dan cara mencampur harus aspetik

air susu ibu yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi

harus dipasteurisasi dulu. Setiap bayi harus punya tempat

pakaian tersendiri, begitu juga inkubator harus sering

dibersihkan dan lantai ruangan setiap hari harus

dibersihkan serta setiap minggu dicuci dengan

menggunakan antiseptic.

Cara khusus

(1) Pemakaian antibiotik hanya untuk tujuan dan indikasi yang

jelas. Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah

lama (lebih dari 12 jam) air ketuban keruh, infeksi

sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak

manipulasi intravaginal. Resusitasi yang berat sering

timbul dilema apakah akan digunakan antibiotik secara

prokfilaksis. Penggunaan antibiotik yang banyak dan

tidak terarah dapat menyebabkan timbulnya jamur yang

berlebihan, misalnya kandida albikans. Sebaliknya jika

terlambat memberikan antibiotik pada penyakit infeksi

neonatus, sering berakibat kematian.


12. Sibling rivalry

a. Pengertian sibling rivalry

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan

pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini

terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih

(Lusa, 2010).

Dalam kamus besar psikologi sibling rivalry adalah satu

kompetisi antar saudara kandung, adik dan kakak laki-laki, adik dan

kakak perempuan, atau adik perempuan dan kakak laki-laki (Chaplin,

2011).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sibling

rivalry adalah persaingan antar saudara kandung yang meliputi

kecemburuan, kebencian, hingga pada pertengkaran.

b. Bentuk Perilaku Sibling Rivalry

Bentuk perilaku sibling rivalry diantaranya mengganggu atau

menyakiti saudaranya, rewel atau banyak maunya, selalu minta

diperhatikan agar dapat mengalihkan perhatian orangtua dari

saudaranya, cengeng, mudah marah, dan meminta segala sesuatu yang

sama dengan yang diberikan orangtuannya pada saudaranya. Menurut

Waluyo (2010).

Pada sibling rivalry ada dua macam reaksi. Pertama, bersifat

langsung, yang dimunculkan dalam bentuk perilaku agresif mengarah

ke fisik, seperti menggigit, memukul, mencakar, melukai dan

menendang, atau usaha yang dapat diterima secara sosial untuk


mengalahkan saingannya. Kedua, reaksi tidak langsung yang bersifat

lebih halus sehingga sukar untuk dikenali, seperti mengompol, pura-

pura sakit, menangis dan menjadi nakal.

Menurut Ibung (2008) umumnya seorang anak akan merasa

takut dan terancam kehilangan atau berkurangnya kasih sayang dan

perhatian orang tua jika lahir, dan lahirnya adik baru merupakan suatu

permasalan bagi anak sulung, dimana anak sulung harus membagi

cinta, kasih sayang dan perhatian orang tua kepada adiknya. Rasa

bersaing ini biasanya terjadi antara dua anak atau lebih yang berusia

berdekatan (1-2 tahun) dan jenis kelamin yang sama (Delimayani,

2009). Ada hal unik pada hubungan saudara yang berjenis kelamin

sama. Agresi dan dominasi lebih banyak terjadi dalam hubungan

saudara jenis kelamin sama dari pada hubungan saudara yang berjenis

kelamin berbeda (Waluyo, 2010).

Hubungan antar saudara yang buruk sangat berbahaya sebab

hubungan yang buruk ini mempengaruhi hubungan semua antar

anggota keluarga, dan bahkan juga hubungan dengan orang luar (Tani,

2007).

c. Karakteristik Pola Hubungan Sibling

Menurut Ibung (2018) seorang ahli terkemuka tentang relasi

saudara kandung mendeskripsikan tiga karakteristik penting dalam

relasi saudara kandung, yaitu:

1) Kualitas emosi relasi itu. Baik emosi positif dan negatif yang

intensif seringkali saling diekspresikan diantara saudara kandung.


2) Rasa kekeluargaan dan keakraban relasi itu. Saudara kandung

biasanya sangat mengenal satu sama lain, dan keakrakaban ini

mengidentifikasikan bahwa mereka dapat saling mendukung,

menggoda, atau menyepelekan tergantung situasinya.

3) Variasi dalam relasi dengan saudara kandung. Beberapa saudara

kandung mendeskripsikan relasi mereka secara lebih positif dari

pada sudara kandung lainnya. Jadi terdapat beberapa variasi dalam

relasi dengan saudra kandung.

Sedangkan menurut Tani (2007) dalam (ibung, 2008), diantara

fakor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah saudara, usia

saudara, urutan kelahiran, rentang usia, dan jenis kelamin. Menurut

Ibung (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan

saudara kandung, yaitu:

1) Sikap orang tua

Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak

mendekati keinginan dan harapan orang tua. Sikap orang tua juga

dipengaruhi oleh sikap dan perilaku anak terhadap anak yang lain

dan terhadap orang tuanya. Bila terdapat rasa persaingan dan

permusuhan, sikap orang tua terhadap semua anak tidak membeda-

bedakan anaknya sehingga tidak terjadi peersaingan dan rasa

cemburu terhadap sesama saudara.

2) Urutan dalam posisi

Semua keluarga, kecuali keluarga satu anak, semua anak diberi

peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan


memerankan peran tersebut. Jika anak menyukai peran yang

diberikan padanya, semua berjalan dengan baik. Tetapi peran itu

peran yang diberikandan bukan yang dipilih sendiri, maka

kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali. Sebagai contoh,

anak perempuan yang lebih tua mungkin menolak perannya sebagai

“pembantu ibu” dan merasa bahwa adiknya harus berbagi beberapa

tanggung jawab yang diberikan padanya. Hal ini dapat

menyebabkan memburuknya hubungan orang tua-anak maupun

hubungan antar saudara.

3) Jenis Kelamin Saudara Kandung

Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap

saudara laki-laki dan perempuannya. Misalnya, dalam kombinasi

perempuan-perempuan, terdapat lebih banyak iri hati dari pada

dalam kombinasi laki-perempuan atau laki-laki. Seorang kakak

perempuan kemungkinan lebih cerewet dan suka mengatur

terhadap adik perempuannya daripada adik lakinya. Anak laki-laki

lebih banyak berkelahi dengan kakak laki-laki daripada dengan

kakak perempuannya, untuk sebagian karena orang tua tidak akan

membiarkan agresivitas yang berlebihan terhadap kakak

perempuan. Selama usia yang pada akhir masa kanak-kanak,

antagonism antar jenis kelamin yang sering berkembang dalam

yang menyebar ke rumah, dan menimbulkan konflik-konflik yang

tidak ada habis-habisnya antara kakak laki-laki dan kakak

perempuan. Hubungan antar saudara kedua jenis biasanya


mencapai titik terendah pada saat ini. Hal ini sering dapat

mempunyai pengaruh yang sangatburuk pada hubungan keluarga,

terutama bila orang tua turut campur dan berusaha mengakhiri

perperangan antar jenis tersebut. Orang tua kemudian dituduh pilih

kasih, suatu tuduhan yang lebih merusak hubungan keluarga.

4) Perbedaan Usia

Jika perbedaan usia antarsaudara besar, hubungan antara orang tua

dan anak secara keseluruhan berbeda dari hubungan dengan

perbedaan usia antarsaudara yang kecil. Bila anak-anak berdekatan

usia, orang tua cenderung memperlakukan mereka dengan cara

yang sama. Tetapi orang tua cenderung mengharapkan anak yang

lebih tua menjadi model yang baik dan mereka mengecamnya bila

ia gagal melakukan itu. Sebaliknya, anak yang lebih muda,

diharapkan meniru anak yang lebih tua dan mematuhinya. Harapan

orang tua ini ikut memperburuk hubungan antar saudara kandung.

5) Jumlah Saudara

Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan

yang lebih banyak perselisihan dari pada jumlah saudara yang

besar. Untuk itu terdapat dua alasan. Pertama, bila hanya ada dua

atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih sering bersama dari

pada jika jumlahnya besar. Karena perbedaan usia juga mungkin

sekali kecil, orang tua mengharapkan mereka bermain dan

melakukan berbagai hal bersama-sama. Kedua, bila ada banyak

anak, disiplin cenderungotoriter. Bahkan bila ada antagonisme dan


permusuhan, ekspresi terbuka perasaan ini dikendalikan dengan

ketat. Pengawasan orang tua yang santai, permisif terhadap

perilaku anak, memungkinkan antagonisme dan permusuhan ini

dinyatakan dengan terbuka, sehingga tercipta suasana yang

diwarnai perselisihan.

6) Jenis Disiplin

Hubungan antarsaudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam

keluarga yang menggunakan disiplin otoriter dibandingkan dengan

keluarga yang mengikuti pola permisif. Bila anak dibiarkan

bertindak sesuka hati, hubungan antarsaudara sering tidak

terkendalikan lagi. Disiplin yang demokratis dapat mengatasi

sebagian kekacauan akibat disiplin permisif, tetapi dampaknya

tidak sebesar dampak disiplin otoriter. Dengan sistem demokratis,

anak belajar mengapa mereka harus memberi dan menerima atas

dasar kerja sama pada sistem otoriter, mereka dipaksa

melakukannya dan hal ini menimbulkan rasa benci.

d. Faktor Penyebab Sibling Rivalry

Menurut Lusa (2010) banyak faktor yang menyebabkan sibling

rivalry, antara lain:

1) Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka,

sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.

2) Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau

mendengarkan dari orang tua mereka.


3) Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam

oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.

4) Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat

mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu

sama lain.

5) Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga

memulai pertengkaran.

Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang

terjadi pada mereka. Menurut Lestari (2012) bahwa perlakuan orang

tua yang berbeda terhadap anak dapat berpengaruh pada

kecemburuan, gaya kelekatan, dan harga diri yang pada gilirannya

bisa menimbulkan distress pada hubungan romatis dikemudian hari.

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab sibling

rivalry dapat dilihat dari dua faktor yaitu dari orangtua dan dari dalam

diri anak itu sendiri. Jika dilihat dari orangtua yaitu:

1) Dinamika keluarga dalam memainkan peran.

2) Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang

berlebihan dalam keluarga adalah normal.

3) Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan

anggota keluarga.

4) Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.

5) cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang

terjadi pada mereka.

Jika dilihat dari anak itu sendiri yaitu:


1) Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka,

sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.

2) Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau

mendengarkan dari orang tua mereka.

3) Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam

oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.

4) Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat

mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu

sama lain.

5) Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga

memulai pertengkaran.

e. Pencegahan Sibling Rivalry

1) Mempersiapkan anak menjadi sosok kakak saat adik masih di

kandungan.

2) Menjaga rutinitas anak bersama ibunya

3) Memberikan penjelasaan secara tidak langsung dengan misalkan

menonton film yang ada bayinya sehingga memperkenalkan

sosok bayi yang akan hadir

4) Tidak membanding – bandingkan kakak dan adik dalam hal

apapun.

f. Dampak Sibling Rivalry

Konflik antar saudara kandung dapat menjadi masalah bagi

setiap anggota keluarga. Hubungan yang sangat jelek antar saudara

pada awal kehidupan anak dapat menjadi ”luka batin” yang dibawa
seumur hidup, yang tidak hanya mempengaruhi hubungan antar

saudara saat ini, tapi juga hubungan dengan teman di sekolah atau di

masyarakat, bahkan juga hubungan dengan anak-anaknya kelak (Tani,

2007).

Dampak sibling pada satu sisi saudara kandung dapat dianggap

sebagi pesaing dalam memanfaatkan sumberdaya dari orangtua. Pada

perspektif ini seorang anak dapat mengalami kemunduran

perkembangan (regresi) yang disebabkan oleh kelahiran adiknya

(Lestari, 2012). Sibling rivalry bisa menimbulkan masalah jika

permusuhan semakin dalam, pertengkaran dapat membahayakan anak

kembar, atau membuat salah satu anak menjadi rendah diri (Gichara,

2008).

Menurut Spungin & Richardson (2007)

Membanding-bandingkan adalah akar permasalahan persaingan

saudara kandung. Jika membanding-bandingkan diri, itu akan

menimbulkan rasa benci.


BAB III

SUBJEKTIF DAN KERANGKA KERJA PELAKSANAAN

STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus yang Berkesinambungan dengan COC

1. Rancangan Penelitian

Membahas mengenai rancangan atau desain penulisan studi kasus

dan kerangka kerja penelitian serta subjek penelitian. Penulisan studi kasus

secara menyeluruh berisi hasil observasi dan wawancara mendalam pada

subjek yang dipilih saat memberikan asuhan berkesinambungan

(Continuity of Care). Sedangkan kerangka kerja penulisan studi kasus

dimulai dari penjaringan dan pengkajian subjek penelitian, pengambilan

kesimpulan diagnosa, penyusunan rencana asuhan, implementasi asuhan,

dan evaluasi hasil asuhan.

Studi kasus atau case study pada penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut

varney yang terdiri dari 7 langkah dalam pelaksanaan asuhannya.

2. Kerangka kerja

Konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan

abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau di ukur.

Kerangka konsep ini dikembangkan atau diacukan kepada tujuan

penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori yang
telah disajikan dalam tinjauan kepustakaan sebelumnya. Dengan perkataan

lain kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari

kerangka teori atau teori- teori yang mendukung penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2010).

Studi Pendahuluan / Studi Literatur

Subjek Penelitian Ny. Y


( Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas, Neonatus dan Pelayanan Kontrasepsi )

Persetujuan Klien ( Informed Consent )

Studi Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif

Asuhan PersalinaAsuhan Bayi BaruAsuhan NifasAsuhan Neonatus


Asuhan kehamilan Rencana Asuhan
Kala I – KalaAsuhan
KI, KII, KIII IV (14 Feb Asuhan
Bayi Baru Lahir (BBL) Asuhan
Nifas (PNC)Neonatus (15 –28 Asuhan KB
Rencana
(2-5 Feb2019) n (INC) (14 Feb (PNC)
(15-28 Feb 2019) (28KB
Feb
(ANC)
2019) Lahir Feb 2019)

Pelaksanaan Asuhan
2019) 2019)
Dokumentasi SOAP
Alternatif Pemecahan Masalah
Laporan

Bagan 3.1
Kerangka Kerja pelaksanaan Studi Kasus

Penjelasan penulis dari bagan adalah sebagai berikut :

Ada Kerangka kerja pelaksanaan studi kasus NY. Y yakni

dilaksanakannya studi pendahuluan untuk mahasiswa tingkat akhir di

mana mahasiswa melakukan penjaringan klien dengan ketentuan yang

telah ditetapkan. setelah mendapatkan klien, klien tersebut pada NY. Y

menjadi subjek penelitian dari mulai kehamilan, persalinan, bayi baru


lahir, nifas, neonatus dan pelayanan kontrasepsi dan melakukan informed

consent.

Setelah itu mulailah mahasiswa melakukan studi kasus asuhan

kebidanan komprehensif (asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan

bayi baru lahir, asuhan nifas, asuhan neonatus, hingga rencana pelayanan

kontrasepsi). Di dalam melakukan asuhan akan dilakukannya kegiatan

seperti pengumpulan data, observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan

proses pemberian asuhan yang akan di dokumentasi dengan SOAP.

Setelah melakukan kegiatan maka mahasiswa melakukan analisi

data antara teori dan praktek misalnya pada klien penulis NY. Y usia

kehamilan 37 minggu 3 hari, jika ada kesenjangan antara teori dan

praktek maka penulis akan berusaha melakukan alternatif pemecahan

masalah tersebut.

3. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda,

ataupun lembaga organisasi (Amirin, 2009). Pada penelitian studi kasus ini

subjek yang diteliti mulai dari ibu hamil trimester III dengan atau tanpa

faktor resiko, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas, neonatus serta calon

akseptor kontrasepsi.

Subjek penelitian yang akan dibahas dalam proposal ini adalah

G1P0000 hamil 37 minggu 3 hari diberikan asuhan mulai dari masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai pelayanan

calon akseptor kontrasepsi.


4. Pengumpulan dan Analisis Data

a. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam proposal

ini sesuai metode yang digunakan dalam penelitian deskriptif, yaitu

untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala, penelitian

secara langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data yang

diperlukan dengan mengadakan penelitian di lapangan (field research).

Adapun teknik pengumpulan datanya adalah :

1) Observasi

Menurut Kriyantono (2008) mengatakan bahwa " Metode

Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung tanpa

dilakukan objek tertentu". Peneliti melakukan pengamatan secara

langsung terhadap kondisi klien yang dikelola atau mengamati

perilaku dan kebiasaan klien yang berhubungan dengan asuhan yang

akan diberikan.

2) Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara periset seseorang yang

berharap mendapatkan informasi, dan informan seseorang yang

diasumsikan mempunyai informasi penting tentang sesuatu objek,

peneliti mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara

langsung dengan klien dan keluarga (Kriyantono, 2008).


3) Pemeriksaan Fisik

Peneliti melakukan pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi

dan auskultasi yang dilakukan untuk memperoleh data sesuai dengan

kasus yang dikelola.

4) Studi Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi yang berhubungan dengan

judul proposal ini seperti : catatan medis klien yang berupa buku

KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), literatur dan lain sebagainya.

b. Analisis data

Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini mengubah data hasil

penelitian menjadi suatu informasi yang dapat digunakan untuk

mengambil kesimpulan adalah menggunakan manajemen kebidanan

menurut varney yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

B. Etika penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak responden untuk

menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya

ancaman terhadap responden. sebelum penelitian dilakukan, responden

akan dijelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta jaminan kerahasiaan

responden. menurut Hidayat (2008) Dalam penelitian ini, peneliti akan


memperhatikan etika dalam penelitian yang dilakukan dengan

langkah-langkah :

1. Respect for persons

Prinsip ini merupakan unsur mendasar dari penelitian. prinsip ini

menekankan pemberian asuhan menghormati orang lain, dan memberikan

perlindungan terhadap hak nya. Setiap subjek memiliki hak autotomi,

bersifat unik dan bebas. Setiap individu memiliki hak dan kemampuan

untuk memutuskan bagi dirinya sendiri, memiliki nilai dan

kehormatan/martabat, dan memiliki hak untuk mendapatkan infomed

consent. Subjek harus mendapatkan penjelasan sebelum persetujuan,

keikutsertaan secara sadar, dan membubuhkan tanda tangan pada lembar

persetujuan. Pemberi asuhan harus menjaga kerahasiaan dari subjek

asuhan. Dalam hal ini penulis telah menyediakan inform consent kepada

subjek studi kasus yaitu NY. Y dan telah ditanda tangani.

2. Beneficence dan non maleficence

Prinsip ini menekankan pencegahan pada terjadinya resiko, dan

melarang perbuatan yang berbahaya selama melakukan asuhan. kewajiban

pemberi asuhan adalah memaksimalkan manfaat dan meminimalkan

bahaya risiko, termasuk ketidaknyamanan fisik, emosi, psikis, kerugian

sosial, dan ekonomi. dalam hal ini penulis melakukan tindakan asuhan

kebidanan sesuai dengan kewenangan dan didampingi oleh dosen serta

bidan pembimbing.
3. Justice

Prinsip justice menekankan adanya keseimbangan antara manfaat dan

risiko bila ikut serta dalam penelitian. Selain itu pada saat seleksi subjek

penelitian harus adil dan seimbang, berkaitan langsung dengan masalah

yang akan diteliti dan tidak ada unsur manipulatif. Pemberi asuhan juga

harus memberi perhatian secara khusus kepada subjek penelitian sebagai

vulnerable subjects. Dalam hal ini penulis menyajikan data sesuai dengan

pengkajian yang telah dilakukan kepada klien NY. Y.

C. Hasil Pengkajian dan Perencanaan Asuhan Komprehensif (sesuai 7 langkah

Varney)

1. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care (Pengkajian awal)

a. Langkah I (Pengkajian)

1) Identitas

Nama klien : Ny. Y Nama suami : Tn. J

Umur : 38 Tahun Umur : 36 Tahun

Suku : Banjar Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Dusun Sumber

2) Anamnesa

Tanggal : 13 Maret 2019 Pukul : 15.00 WITA

Oleh : Yulia Levinia


a) Alasan kunjungan saat ini : Memeriksa Kehamilan

b) Keluhan : Nyeri pinggang sejak trimester III

c) Riwayat obstetric dan ginekologi

(1) Riwayat menstruasi

(a) HPHT / TP : 11-06-2018 / 18-03-2019

(b) Umur kehamilan : 39 minggu 2 hari

(c) Lamanya : 7 hari

(d) Banyaknya : 3x ganti pembalut

(e) Konsistensi : Normal

(f) Siklus : 28 hari

(g) Menarche : 13 tahun

(h) Teratur / tidak : Teratur

(i) Dismenorrhea : Tidak

(j) Keluhan lain : Tidak ada

(2) Flour albus

(a) Banyaknya : Ada

(b) Warna : Putih Kekuningan

(c) Bau/gatal : Berbau dan sedikit gatal

(3)Tanda – tanda kehamilan

(a)Test kehamilan : PP Test

(b)Tanggal : Juli 2018

(c)Hasil : Positif

(d)Gerakan janin yang pertama kali dirasakan oleh ibu : minggu

ke 20
(e)Gerakan janin dalam 24 jam terakhir : >10x

(4) Riwayat penyakit/gangguan reproduksi

(a) Mioma uteri : Tidak ada

(b) Kista : Tidak ada

(c) Mola hidatidosa : Tidak ada

(d) PID : Tidak ada

(e) Endometriosis : Tidak ada

(f) KET : Tidak ada

(g) Hydramnion : Tidak ada

(h) Gemelli : Tidak ada

(i) Lain – lain : Tidak ada

(5) Riwayat

kehamilan G3

P2 A0

(a)Kehamilan I : Normal

(b)Kehamilan II : Normal

(c)Kehamilan III : Hamil ini

(6) Riwayat imunisasi

(a)Imunisasi Catin : ya , tempat : puskesmas, tanggal : lupa

(b)Imunisasi TT I : ya , tempat : puskesmas, tanggal : lupa

(c)Imunisasi TT II : ya , tempat : puskesmas, tanggal : lupa

d) Riwayat kesehatan :

(1) Riwayat penyakit yang pernah dialami

(a)Penyakit jantung : Tidak ada

(b)Hipertensi : Tidak ada


(c)Hepar : Tidak ada

(d)DM : Tidak ada

(e)Anemia : Tidak ada

(f) PSM/HIV/AIDS: Tidak ada

(g)Campak : Tidak ada

(h)Malaria : Tidak ada

(i) TBC : Tidak ada

(j) Gangguan mental : Tidak ada

(k)Operasi : Tidak ada

(l) Hemorrhoid : Tidak ada

(m) Lain-lain : Tidak ada

(2) Alergi

(a) Makanan : Tidak ada

(b) Obat – obatan : Tidak ada

e) Keluhan selama hamil

(1) Rasa lelah : Tidak ada

(2) Mual dan muntah : Ya, Usia 1 - 5 bulan

(3) Tidak nafsu makan : Ada

(4) Sakit kepala/pusing : Tidak ada

(5) Penglihatan kabur : Tidak ada

(6) Nyeri perut : Tidak ada

(7) Nyeri waktu BAK : Tidak ada

(8) Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada


(9) Perdarahan : Tidak ada

(10) Haemorrhoid : Tidak ada

(11) Nyeri pada tungkai : Tidak ada

(12) Oedema : Tidak oedema

(13) Lain-lain : Tidak ada

f) Riwayat persalinan yang lalu

Tabel 3.1
Riwayat Persalinan
Anak ke Kehamilan Persalinan Anak

Thn/ Tem Je
N Masa Penyu Penol Pen Keada
tgl pat Jenis ni BB PB
o gestasi lit ong yulit an
lahir lahir s

9 thn RS aterm Tdk Spontan Bidan Tdk P 3000 50 Hidup


1
ada ada gram cm

1 thn RS aterm Kenaik Spontan Bidan Tdk L 2300 49 Hidup


2
8 bln an TD ada gram cm

Hamil
3
ini

g) Riwayat menyusui

(1)Anak I : ASI Lamanya : 2 tahun Alasan : -

(2)Anak II : ASI Lamanya : 1 thn 8 bln Alasan :

(3)Anak III : Hamil ini Lamanya : Alasan :

h) Riwayat KB

(1)Pernah ikut KB : Pernah

(2)Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan : Implant dan KB Pil

(3)Lama pemakaian : 5 tahun dan 1 tahun

(4)Keluhan selama pemakaian : Suka lupa minum pil


(5)Tempat pelayanan KB : Apotek

(6)Alasan ganti metode : Hamil anak 1-2 : Implant

Hamil anak 2-3 : KB

Pil

(7)Ikut KB atas motivasi : Diri sendiri dan suami

i) Kebiasaan sehari – hari

(1)Merokok sebelum / selama hamil : Tidak ada

(2)Obat – obatan /jamu, sebelum / selama hamil : Asam Folat

(3)Alkohol : Tidak

(4)Makan / diet

(a)Jenis makanan : Nasi, Ikan, Ayam, Sayur Bening

(b)Frekuensi : 3-5x

(c)Porsi : porsi sedikit dan selalu habis

(d)Pantangan : Tidak ada

(5)Perubahan makan yang dialami : Tidak ada

(6)Defekasi / miksi

(a)BAB

- Frekuensi : 2 hari/x

- Konsistensi : Lunak

- Warna : kecoklatan

- Keluhan : Tidak ada

(b)BAK

- Frekuensi : >10x/hari

- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning

- Keluhan : Tidak ada

(7)Pola istirahat dan tidur

(a) Siang : ± 1 jam

(b) Malam : ± 6-7 Jam

(8)Pola aktivitas sehari – hari

(a)Di dalam rumah : Aktivitas menyuci, bersih - bersih

(b)Di luar rumah : Ke pasar

(9)Pola seksualitas

(a) Frekuensi : 2x/bulan

(b) Keluhan : Tidak ada

j) Riwayat Psikososial

(1)Pernikahan

(a) Status : Menikah

(b) Yang ke :1

(c) Lamanya : 10 tahun

(d) Usia pertama kali menikah : 28 tahun

(2)Tingkat pengetahuan ibu terhadap kehamilan : ibu mengetahui

mengenai kehamilannya, ibu mengetahui kondisi kehamilannya

saat pemeriksaan kehamilan

(3)Respon ibu terhadap kehamilan : Senang

(4)Harapan ibu terhadap jenis kelamin anak : Apa saja asal sehat

(5)Respon suami/keluarga terhadap kehamilan dan jenis kelamin

anak : senang dan berharap laki – laki atau perempuan


(6)Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan : Tidak ada

(7)Pantangan selama kehamilan : Tidak ada

(8)Persiapan persalinan

(a)Rencana tempat bersalin : RSUD Kanujoso Djatiwibowo

(b)Persiapan ibu dan bayi : Sudah Siap

k) Riwayat kesehatan keluarga

(1)Penyakit jantung : Tidak ada

(2)Hipertensi : Tidak ada

(3)Hepar : Tidak ada

(4)DM : Tidak ada

(5)Anemia : Tidak ada

(6)PSM / HIV / AIDS : Tidak ada

(7)Campak : Tidak ada

(8)Malaria : Tidak ada

(9)TBC : Tidak ada

(10) Gangguan mental : Tidak ada

(11) Operasi : Tidak ada

(12) Bayi lahir kembar : Tidak ada

(13) Lain-lain : Tidak ada

l) Pemeriksaan

- Keadaan umum

(a)Berat badan

Sebelum hamil : 42 kg
Saat hamil : 54 kg

Penurunan : Tidak ada

(b)Tinggi badan : 141 cm

IMT : 42/(1,41)2 = 42/1,9881 = 21,1 kg/m2 , IMT masuk

dalam kategori ideal

(c)Lila : 23,5 cm

(d) Kesadaran : Compos mentis

(e)Ekspresi wajah : Baik

(f) Keadaan emosional : Stabil

- Tanda – tanda vital

(a)Tekanan darah : 120/70 mmHg


MAP: (120) +(2 x 70)
: 80x/m
(b) Nadi
3
120 + 140=
(c) Suhu : 36˚ C
86mmHg 3
(d) Pernapasan : 20 x/m

- Pemeriksaan fisik

Inspeksi

(a)Kepala

- Kulit kepala : Bersih, tidak tampak berketombe

- Kontriksi rambut : Tidak tampak mudah rontok

- Distribusi rambut : Merata

- Lain – lain : Tidak ada

(b)Mata

- Kelopak mata : Tidak tampak oedema

- Konjungtiva : Tidak anemis


- Sklera : Tidak tampak ikterik

- Lain – lain : Tidak ada

(c)Muka

- Kloasma gravidarum : Tidak tampak ada

- Oedema : Tidak tampak oedema

- Pucat / tidak : Tidak tampak pucat

- Lain – lain : Tidak ada

(d)Mulut dan gigi

- Gigi geligi : Tampak utuh

- Mukosa mulut : Tampak lembab

- Caries dentis : Tidak tampak caries

- Geraham : Tampak berllubang 1 gigi

- Lidah : Tampak bersih, berwarna merah muda

- Lain – lain : Tidak ada

(e)Leher

- Tonsil : Tidak tampak pembesaran

- Faring : Tidak tampak pembesaran

- Vena jugularis : Tidak tampak pembesaran

- Kelenjar tiroid : Tidak tampak pembesaran

- Kelenjar getah bening : Tidak tampak pembesaran

- Lain-lain : Tidak ada

(f) Dada

- Bentuk mammae : Tampak simetris

- Retraksi : Tidak tampak tarikan


- Puting susu : Tampak menonjol

- Areola : Tampak hyperpigmentasi

- Lain-lain : Tidak ada

(g)Punggung ibu

- Bentuk /posisi : Tampak simetris

- Lain-lain : Tidak ada

(h)Perut

- Bekas operasi : Tidak tampak ada

- Striae : Tampak Strie

- Pembesaran : Tampak pembesaran kehamilan

- Asites : Tidak tampak asites

- Lain-lain : Tidak ada

(i)Vagina

- Varises : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Pengeluaran : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Oedema : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Luka parut : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Fistula : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Lain – lain : Tidak ada

(j)Ekstremitas

- Oedema : Tidak tampak oedema

- Varises : Tidak tampak varises

- Turgor : Kembali sebelum 2 detik


- Lain – lain : Tidak ada

(k)Kulit

- Lain – lain : Tidak ada

Palpasi

(a)Leher

- Vena jugularis : Tidak teraba pelebaran

- Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembengkakan

- Kelenjar tiroid : Tidak teraba pembengkakan

- Lain – lain : Tidak ada

(b)Dada

- Mammae : Tidak teraba benjolan, Puting susu

menonjol, areola tampak menghitam

- Massa : Tidak teraba massa

- Konsistensi : Teraba lembut

- Pengeluaran Colostrum : Belum ada

- Lain-lain : Pengeluaran ASI (+)

(c)Perut

- Leopold I : TFU 31 cm (1/2 px-pusat) teraba lunak

dan tidak melenting (bokong)

TBJ : (31-11) x 155 = 2,945 gram

- Leopold II : Teraba tahanan keras, memanjang di

sebelah kiri (Pu-Ki) dan bagian-bagian

kecil janin teraba disebelah kanan


- Leopold III : Teraba Keras, bulat, melenting, teraba

Kepala

- Leopold IV : Sudah masuk PAP (Divergent)

- Lain – lain : Tidak ada

(d) Tungkai

Oedema

- Tangan : Kanan : tidak oedema, Kiri :

tidak oedema

- Kaki : Kanan : tidak oedema, Kiri :

tidak oedema

Varices

- Kanan : tidak varices Kiri : tidak varices

(e) Kulit

- Turgor : kembali sebelum 2 detik

- Lain – lain : Tidak ada

Auskultasi

(a) Paru – paru

- Wheezing : Tidak terdengar

- Ronchi : Tidak terdengar suara tambahan

(b) Jantung

- Irama : Normal, stabil, ritmis

- Frekuensi : 80x/m

- Intensitas : Normal, terdengar kuat

- Lain-lain : Tidak ada


(c) Perut

Bising usus ibu : Terdengar

DJJ

- Punctum maksimum : dibawah pusar

sebelah kiri

- Frekuensi : 140 x/m

- Irama : Beraturan

- Intensitas : Normal

- Lain – lain : Tidak ada

Perkusi

(a) Dada

Suara : Sonor

(b) Perut : Normal

(c) Ekstremitas

Refleks patella : Kanan : + Positif

Kiri : + Positif

(d) Lain – lain : Tidak ada

(4)Pemeriksaan Khusus

(a)Pemeriksaan dalam

- Vulva / uretra : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Vagina : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Dinding vagina : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Porsio : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Pembukaan : Tidak dilakukan pemeriksaan


- Ukuran serviks : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Posisi serviks : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Konsistensi : Tidak dilakukan pemeriksaan

(b)Pelvimetri klinik

- Promontorium : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Linea inominata : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Spina ischiadica : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Dinding samping : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Ujung sacrum : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Arcus pubis : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Adneksa : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Ukuran : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Posisi : Tidak dilakukan pemeriksaan

(c)Ukuran panggul luar

- Distansia spinarum : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Distansia kristarum : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Conjugata eksterna : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Lingkar panggul : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Kesan panggul : Tidak dilakukan pemeriksaan

(d)Pemeriksaan laboratorium

Darah Tanggal :

- Hb : 13,2 gr %

- Golongan darah :B

- Lain – lain : GDS : 94 gr/dl


Urine Tanggal :

- Protein : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Albumin : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Reduksi : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Lain – lain : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan penunjang Tanggal :

- USG : (+)

- X – Ray : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Lain – lain : Tidak dilakukan pemeriksaan

b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)

Diagnosa Dasar
G3P2002 hamil 39 S :
1. Ibu hamil anak ketiga dan tidak pernah
Minggu 2 Hari Janin
keguguran
Tunggal Hidup
2. Ibu mengatakan kedua anaknya hidup dan
Intrauteri Presentasi
sehat
Kepala
3. Haid terakhir tanggal 11-06-2018

O:
1. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2. Tafsiran Persalinan : 18-03-2019

3. Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah : 120/70 mmHg


Pernafasan : 20 x/menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36 °c

4. Berat Badan

a. Sebelum Hamil : 42 kg

b. Sesudah Hamil : 54 kg

5. Tinggi Badan : 141 cm

6. Lila : 23,5 cm

7. IMT : BB : 42

: 42

(TB)2 1,41 x

1,41 1,9881

: 21,1 kg/m2

8. Palpasi

Dada : tidak ada massa, konsistensi lunak

Payudara : simetris, puting menonjol, ASI

(+)

Ekstremitas : Tidak ada odema pada kaki

Palpasi Leopold :

Leopold 1 : TFU : 31 cm, teraba lunak dan


tidak melenting (bokong)

Leopold 2 : teraba tahanan keras,panjang

seperti papan disebelah kiri (Pu-Ki)

Leopold 3 : teraba keras dan melenting

(kepala)

Leopold 4 : sudah masuk PAP (Divergen)

TBJ : (31-11) x 155 = 2,945 gram

9. Auskultasi

DJJ (+) 140 x/ menit, irama teratur,

intensitas kuat

10. Perkusi

Reflek Patella

Kaki kanan (+)

Kaki kiri (+)

11. Pemeriksaan penunjang

Hb : 13,2 gr%

GDS : 94 gr/dl.

Masalah Dasar

Terlalu dekat jarak Ibu hamil anak ke tiga pada waktu 9 bulan setelah

kehamilan kelahiran anak ke dua


Ibu mengatakan mulai merasa nyeri di bagian
Nyeri pinggang
pinggang sejak trimester III ini

Pada saat anamnesa ibu mengatakan mengalami

Keputihan keputihan warna putih kental, berbau, jumlah

banyak, sedikit gatal, sejak trimester III ini

c. Langkah III (Mengidentifikasi Masalah/Diagnosa

Potensial) Diagnosis Potensial :

1) Perdarahan Persalinan

Dasar : Jarak kehamilan < 2 tahun

Antisipasi : Mempersiapkan pendonor darah dan menganjurkan untuk ibu

bersalin dirumah sakit

Masalah Potensial :

Pada Ibu :

1) Sibling Rivalry

Dasar : Anak terakhir usia 1 tahun 8 bulan

Antisipasi masalah : Mempersiapkan anak menjadi sosok kakak saat adik

dalam kandungan
Pada Bayi :

1) Infeksi pada bayi.

Dasar : Ibu mengalami keputihan

Antisipasi : Memperhatikan personal hygiene.

d. Langkah IV (Menetapkan Tindakan Segera)

1) Tindakan segera : Tidak ada

e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh)

1) Bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga

2) Beritahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

3) Berikan KIE tentang

a) Resiko tinggi jarak kehamilan < 2 tahun

b) Cara mengatasi nyeri pinggang

c) Tanda bahaya keputihan

4) Anjurkan ibu segera ke fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda bersalin.

5) Lakukan dokumentasi

f. Langkah VI (Implementasi)

1) Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga

2) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

a) TD : 120/70 mmHg

b) Leopold I : ½ pusat-px (31 cm), teraba bokong

Leopold II : punggung kiri


Leopold III : Letak kepala

Leopold IV : Sudah masuk PAP (Divergen)

c) DJJ :140 x/menit

d) TBJ : 2,945 gram

3) Memberi KIE tentang

a) Resiko tinggi jarak kehamilan < 2 tahun : jarak kehamilan terlalu

dekat bisa meningkatkan resiko kehamilan contohnya perdarahan

persalinan, plasenta previa, anemia dan kematian saat melahirkan.

b) Cara mengatasi nyeri pinggang : untuk mengatasi nyeri pinggang

kepada ibu hamil dilakukan beberapa cara seperti posisi yang nyaman

saat duduk dan berdiri, hindari mengangkat beban berat, menjaga

kebugaran tubuh dengan olahraga ringan dan teratur.

c) Tanda bahaya keputiihan : bahaya keputihan pada ibu hamil dapat

menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan, kelainan

kongenital dan lahir premature.

4) Menganjurkan ibu segera ke fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda

bersalin.

5) Melakukan dokumentasi.

g. Langkah VII (Evaluasi)

1) Telah terbina hubungan baik dengan ibu dan keluarga

2) Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan

3) Ibu mengerti dengan KIE yang diberikan

4) Ibu telah menetukan fasilitas kesehatan yang akan ditujunya


5) Telah dilakukan dokumentasi.

DOKUMENTASI SOAP ANC KUNJUNGAN KE-1

S:

Ibu mengatakan nyeri pinggang

O:

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum Ny. Y baik; kesadaran composmentis; hasil

pengukuruan tanda vital yaitu: tekanan darah 120/70 mmHg, suhu tubuh

36 oC, nadi 80 x/menit, pernafasan: 20 x/menit, tinggi badan 141 cm, berat

badan sebelum hamil 42 kg, berat badan saat ini 54 kg dan LILA 23,5 cm.

IMT = 21,1 kg/m2.

2) Pemeriksaan fisik

Kepala : Tampak tidak ada lesi, tampak kontruksi rambut kuat, distribusi

merata, tekstur lembut, dan tampak bersih tidak ada ketombe.

Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak oedem dan tidak pucat.

Mata : Tidak tampak oedem pada kelopak mata, tidak pucat pada

konjungtiva, tampak putih pada sklera.

Mulut : Mukosa mulut tampak lembab, tidak ada caries dentis pada gigi,

tidak tampak stomatitis, gigi geraham lengkap dan lidah bersih.

Leher : Tidak tampak pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, dan

kelenjar getah bening. Tidak teraba pembesaran vena jugularis,

kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening.


Dada : Tidak tampak retraksi dinding dada, irama jantung teratur,

frekuensi jantung 80 x/menit.

Payudara : Tampak hyperpigmentasi pada areolla mammae, putting susu

menonjol, dan tidak ada retraksi. Tampak pembesaran, ada

pengeluaran ASI, tidak teraba massa/oedema, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe.

Abdomen :Tidak tampak bekas luka operasi, tinggi fundus uteri 31 cm. Pada

pemeriksaan leopold I, tinggi fundus teraba 1/2 px-pusat, pada

fundus teraba bulat dan tidak melenting (bokong), pada leopold II

teraba bagian panjang dan keras seperti papan pada sebelah kiri ibu

dan dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin disebelah kanan

(punggung kiri), Leopold III pada segmen bawah rahim, teraba

bagian keras, bulat dan melenting (kepala). Bagian ini dapat

digoyangkan, dan pemeriksaan leopold IV bagian terendah janin

belum masuk pintu atas panggul (konvergen). Pemeriksaan denyut

jantung janin (DJJ) 140 x/menit, interval teratur, terletak di kuadran

kiri bawah umbilicus dan taksiran berat janin (TBJ) adalah 2945

gram.

Ekstremitas :

Atas : Tidak oedema, reflek bisep dan trisep positif.

Bawah : Tidak oedema, tidak ada varices, dan refleks patella positif.

A:
Diagnosis: G3P2002 Usia kehamilan 39 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup

Intrauteri

P:

1) Membina hubugan baik dengan ibu dan keluarga

2) Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

3) Memberikan KIE tentang

a) Resiko tinggi jarak kehamilan <2 tahun

b) Cara mengatasi nyeri pinggang

c) Tanda bahaya keputiihan

4) Menganjurkan ibu segera ke fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda bersalin

5) Melakukan dokumentasi.

Intervensi Asuhan Kebidanan

No Tanggal Kunjungan Ke Rencana / Intervensi

1. 13 K1 (Waktu 1) Bina hubungan baik dengan ibu

Ma Kunjungan 1 dan keluarganya

ret pada
2) Beritahu hasil pemeriksaan yang
201 kehamilan)
telah dilakukan
9

3) Jelaskan kepada ibu bahwa

kehamilan ibu termasuk dalam

kehamilan dan bersalin sampai

dengan nifas dan bayi baru


lahir yang beresiko karena

kehamilan sekarang terlalu dekat

jaraknya dengan kehamilan

sebelumnya dan konseling

untuk menghadapi kemungkinan

keadaan gawat darurat.

4) KIE penyebab nyeri pinggang

dan cara mengatasinya dengan

menjaga postur tubuh, hindari

membungkuk berlebihan dan

mengangkat beban, kompres

hangat pada punggung, berikan

pijatan dan gunakan bantal

sebagai pengganjal.

5) KIE penyebab keputihan dan cara

mengatasinya dengan menjaga

kebersihan alat kelamin, menjaga

kebersihan pakaian dalam, tidak

bertukar handuk, menghindari

celana ketat, menghindari

mencuci vagina dengan pewangi

dan mengelola stress.


6) Anjurkan ibu segera ke fasilitas

kesehatan pilihan ibu jika sudah

ada tanda bersalin.

INC

No Tanggal Kala Rencana/Intervensi

1. 17 I 1) Bina hubungan baik dengan ibu

Ma dan keluarganya

ret 2) Beritahu hasil pemeriksaan yang

201 telah dilakukan

9 3) Berikan inform choise dan

consen

4) Lakukan pemasangan infus dan

persiapan untuk induksi

persalinan apabila ada indikasi

5) Persiapan transfusi darah apabila

ada indikasi

6) Pantau kesejahteraan ibu dan

janin

7) Pantau kemajuan persalinan

8) Anjurkan makan dan minum di

sela kontraksi

9) Berikan support mental untuk

ibu dan keluarganya.


II 1) Periksa tanda-tanda vital

2) Observasi keadaan umum ibu,

kontraksi rahim dan detak

jantung janin

3) Pastikan pembukaan lengkap

4) Letakkan alat secara ergonomis

5) Atur posisi yang nyaman untuk

ibu meneran

6) Ajarkan cara meneran yang

efektif

7) Lakukan pertolongan persalinan

sesuai APN

8) Persiapan resusitasi bayi

Persiapan infant warmer dan

incubator.

III 1) Berikan support mental kepada

ibu

2) Lakukan palpasi untuk

memastikan ada tidaknya janin

kedua

3) Suntikkan oxitosin 1 ampul

secara IM

4) Gunting tali pusat


5) Tunggu tanda-tanda pelepasan

plasenta

6) Lahirkan plasenta dan cek

kelengkapan

7) Lakukan massase uterus setelah

plasenta lahir

8) Periksa robekan jalan lahir.

Periksa KU, TTV, Kontraksi uterus,

dan jumlah perdarahan

IV 1) Nilai ulang uterus dan pastikan

berkontraksi dengan baik

2) Periksa tekanan darah, nadi,

keadaan kandung kemih,

kontraksi rahim, TFU dan

evaluasi kehilangan darah setiap

15 menit selama satu jam

pertama dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca

persalinan

3) Persiapan penanganan atonia

uteri apabila ada indikasi

4) Bersihkan ibu dari sisa darah dan

ketuban
5) Ajarkan ibu cara melakukan

masase uterus dan memeriksa

kontraksi uterus

6) Pastikan ibu merasa nyaman dan

bantu ibu untuk memberikan

ASI pada bayinya

7) Tempatkan semua peralatan di

dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi

8) Celupkan sarung tangan kotor

kedalam larutan kloroin 0,5%

9) Cuci kedua tangan dengan sabun

dan air mengalir

10) Lengkapi patograf.

Bayi
Baru Lahir
No. Tanggal Kunjungan Rencana/Intervensi

1 17 K1 (Kunjungan 1) Lakukan pemeriksaan fisik dan

Ma ke-1 bayi baru TTV


lahir)
ret
2) Jaga kehangatan bayi
201

9 3) Lakukan IMD

4) Beritahu ibu untuk terus


menyusui bayinya

5) Pantau BAK dan BAB

6) Pantau tanda bahaya bayi baru

lahir.

PNC

No Tanggal Kunjungan Rencana/Intervensi

1 19 KF1 (Kunjungan 1) Bina hubungan baik dengan ibu

Ma ke-1 nifas/6 dan keluarganya

ret jam 2) Lakukan pemeriksaan fisik ibu


postpartum –
201 nifas
2 hari
9 3) Beritahu pada ibu hasil
postpartum)
pemeriksaan.

4) Cek kontraksi uterus dan ajarkan

ibu untuk massase fundus uteri

5) Cek perdarahan dan anjurkan ibu

untuk menjaga hygien area

vagina dan perineum

6) Anjurkan ibu untuk mobilisasi

dini

7) Ajarkan ibu posisi menyusui

yang benar dan efektif

8) KIE ASI Eksklusif.


2 22 KF2 (Kunjungan 1) Bina hubungan baik dengan ibu

Ma ke-2 nifas/3-7 dan keluarganya


hari post
ret 2) Lakukan pemeriksaan fisik ibu
partum )
201 nifas

9 3) Beritahu pada ibu hasil

pemeriksaan.

4) Cek perdarahan dan ukur tinggi

fundus uteri

5) Cek HB jika ada indikasi

6) Ajarkan ibu perawatan payudara

7) Pastikan ibu menyusui dengan

benar

8) KIE tanda bahaya nifas.

3 2 April KF3 (Kunjungan 1) Bina hubungan baik dengan ibu

201 ke-3 nifas/8 dan keluarganya


hari – 28 hari)
9 2) Lakukan pemeriksaan fisik ibu

nifas

3) Beritahu pada ibu hasil

pemeriksaan.

4) Cek perdarahan

5) Beri KIE tentang alat kontrasepsi

6) Anjurkan ibu untuk datang ke

puskesmas setempat untuk


imunisasi bayinya.

Neonatal

No Tanggal Kunjungan Rencana/Intervensi

1 19 KN1 (kunjungan 1) Bina hubungan baik dengan ibu

Ma ke-1 dan keluarganya

ret neonatal) 2) Lakukan pemeriksaan fisik

201 neonatal

9 3) Beritahu hasil pemeriksaan bayi

pada ibu

4) Jaga kehangata bayi

5) Berikan ASI Eksklusif

6) Ajarkan cara perawatan tali

pusat

7) Cek BAB dan BAK bayi

8) Periksa status pemberian vit K

dan imunisasi dasar.

2 22 KN2 (kunjungan 1) Bina hubungan baik dengan ibu

Ma ke-2 dan keluarganya

ret neonatal) 2) Lakukan pemeriksan fisik

201 neonatal

9 3) Beritahu hasil pemeriksaan bayi

pada ibu

4) Timbang BB bayi
5) Lihat kecukupan ASI

6) Cek tali pusat sudah putus atau

tidak dan apakah ada tanda gejala

infeksi

7) Tanyakan kepada ibu apakah ada

masalah saat pemberian ASI.

3 2 April KN3 (kunjungan 1) Bina hubungan baik dengan ibu

201 ke-3 neonatal) dan keluarganya

9 2) Lakukan pemeriksaan neonatal

3) beritahu pada ibu hasil

pemeriksaan bayinya.

4) Periksa apakah ada masalah pada

bayinya.

5) Anjurkan ibu memperhatikan

jadwal imunisasi agar tidak

terlewat.

KB

No Tanggal Kunjungan Rencana/Intervensi

1 9 April K1 (Kunjungan 1) Bina hubungan baik dengan ibu

201 ke-1 KB) dan keluarganya

9 2) Lakukan pemeriksaan fisik ibu

3) Jelaskan hasil pemeriksaan

4) Berikan konseling alat


kontrasepsi.
BAB IV

TINJAUAN KASUS

I. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan Antenatal Care

Tanggal/waktu pengkajian : Rabu, 13 Maret 2019 / jam 15.00 WITA

Nama Pengkaji : Yulia Levinia

Tempat : Rumah Ny.Y

S: - Ibu mengatakan hamil anak ketiga dan tidak pernah mengalami keguguran

- Ibu mengatakan HPHT : 11 Juni 2018

- Ibu mengatakan nyeri pinggang sejak trimester III

O:

3) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum Ny. Y baik; kesadaran composmentis; hasil pengukuruan

tanda vital yaitu: tekanan darah 120/70 mmHg, suhu tubuh 36 oC, nadi 80

x/menit, pernafasan: 20 x/menit, tinggi badan 141 cm, berat badan sebelum

hamil 42 kg, berat badan saat ini 54 kg dan LILA 23,5 cm. IMT = 21,1 kg/m2

4) Pemeriksaan fisik

- Kepala

Tampak tidak ada lesi, tampak kontruksi rambut kuat, distribusi merata,

tekstur lembut, dan tampak bersih tidak ada ketombe.

- Wajah

Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak oedem dan tidak pucat.


- Mata

Tidak tampak oedem pada kelopak mata, tidak pucat pada konjungtiva,

tampak putih pada sklera.

- Mulut

Mukosa mulut tampak lembab, tidak ada caries dentis pada gigi, tidak

tampak stomatitis, gigi geraham lengkap dan lidah bersih.

- Leher

Tidak tampak pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar

getah bening. Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, dan

kelenjar getah bening.

- Dada

Tidak tampak retraksi dinding dada, irama jantung teratur, frekuensi

jantung 80 x/menit.

- Payudara

Tampak hyperpigmentasi pada areolla mammae, puting susu menonjol,

dan tidak ada retraksi, tampak pembesaran, ada pengeluaran ASI, tidak

teraba massa/oedema, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

- Abdomen

Tidak tampak bekas luka operasi, tinggi fundus uteri 31 cm.

Leopold I : tinggi fundus teraba 1/2 px-pusat, pada fundus teraba bulat dan

tidak melenting (bokong).

Leopold II : teraba bagian panjang dan keras seperti papan pada sebelah

kiri ibu dan dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin disebelah kanan

(punggung kiri).
Leopold III : pada segmen bawah rahim, teraba bagian keras, bulat dan

melenting (kepala). Bagian ini dapat digoyangkan, dan pemeriksaan.

Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul

(konvergen).

Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) 140 x/menit, interval teratur,

terletak di kuadran kiri bawah umbilicus.

Taksiran Berat Janin (TBJ) adalah 2945 gram.

- Ekstremitas

Atas : Tidak oedema, reflek bisep dan trisep positif.

- Bawah : Tidak oedema, tidak ada varices, dan refleks patella positif.

A:

Diagnosa : G3P2002 Usia kehamilan 39 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup

Intrauteri Presentasi Kepala

Masalah :

1) Terlalu dekat jarak kehamilan

2) Nyeri Pinggang

3) Keputihan

Dasar :

1) Ibu hamil anak ketiga pada waktu 9 bulan setelah kelahiran anak ke dua

2) Ibu mengatakan mulai merasa nyeri di bagian pinggang sejak trimester III

3) Ibu mengatakan mengalami keputihan warna putih kekuningan, berbau,

jumlah banyak, sedikit gatal sejak trimester III.


Diagnosa Potensial

1) Perdarahan Persalinan

Dasar : Jarak kehamilan < 2 tahun

Antisipasi : Mempersiapkan pendonor darah dan menganjurkan untuk ibu

bersalin dirumah sakit.

Masalah Potensial Ibu :

1) Sibling Rivalry

Dasar : Anak terakhir usia 1 tahun 8 bulan

Antisipasi : Mempersiapkan anak menjadi sosok kakak saat adik dalam

kandungan.

Masalah Potensial Bayi :

1) Infeksi pada bayi

Dasar : Ibu mengalami keputihan

Antisipasi : Memperhatikan Personal hygiene

P:

Jam Hasil Tindakan

15.30 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan; ibu


Wita mengetahui kondisi dirinya

14.20 Memberikan KIE :


Wita - Resiko tinggi jarak kehamilan < 2 tahun : Wanita yang melahirkan
dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah 2 tahun) akan
mengalami peningkatan resiko perdarahan persalinan , Plasenta
previa, anemia, ketuban pecah dini, endometriosis masa nifas, dan
kematian saat melahirkan.
- Cara mengatasi nyeri pinggang : pilih posisi yang nyaman saat
duduk atau berdiri, hindari mengangkat beban berat, menggunakan
bahan penghangat untuk mengurangi nyeri pinggang, menjaga
kebugaran
tubuh dengan aktivitas dan olahraga ringan.
- Cara mencegah keputihan : Menjaga kebersihan alat kelamin,
menjaga kebersihan pakaian dalam, tidak bertukar handuk,
menghindari celana ketat, menghindari mencuci vagina
menggunakan pewangi, mencuci tangan sebelum mencuci alat
kelamin, sering mengganti pembalut, mengelola stress; ibu paham
mengenai KIE yang diberikan.
14.55 Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan pendonor darah yang sama
Wita dengan golongan darah ibu; ibu mempersiapkan pendonor darah
yang sesuai dengan golongan darahnya.
Menganjurkan ibu untuk bersalin di Rumah Sakit; ibu bersedia bersalin
di Rumah Sakit.
15.00 Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang satu minggu dan
Wita diharapkan ibu melakukan kunjungan ulang kepada petugas kesehatan
apabila terdapat keluhan atau tanda-tanda persalinan; ibu mengerti dan
bersedia untuk melakukan kunjungan ulang ke petugas kesehatan.
15.01 Melakukan Pendokumentasian; telah dilakukan pendokumentasian.
Wita

II. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan Intranatal Care

Tanggal/waktu pengkajian : Minggu, 17 Maret 2019 / jam 05.00 WITA

Nama Pengkaji : Yulia Levinia

Tempat : RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

A. KALA I

S : - Ibu mengatakan hamil anak ketiga dan tidak pernah keguguran

- Ibu mengatakan perut terasa kencang – kencang sejak tanggal 16 Maret

2019 pukul 20.00 wita

- Ibu mengatakan ada pengeluaran lendir campur darah pada tanggal 16

Maret 2019 pukul 24.00 wita dan belum ada pengeluaran cairan ketuban.

O:

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum Ny. Y baik; kesadaran composmentis; hasil pengukuruan

tanda vital yaitu: tekanan darah 198/99 mmHg, suhu tubuh 36 oC, nadi 106

x/menit, pernafasan: 22 x/menit, Terpasang infus RL 100cc dengan MgSO4

20 %.

Pemeriksaan fisik

- Kepala

Tampak tidak ada lesi, tampak kontruksi rambut kuat, distribusi merata,

tekstur lembut, dan tampak bersih tidak ada ketombe.

- Wajah

Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak oedem dan tidak pucat.

- Mata

Tidak tampak oedem pada kelopak mata, tidak pucat pada konjungtiva,

tampak putih pada sklera.

- Mulut

Mukosa mulut tampak lembab, tidak ada caries dentis pada gigi, tidak

tampak stomatitis, gigi geraham lengkap dan lidah bersih.

- Leher

Tidak tampak pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar

getah bening. Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, dan

kelenjar getah bening.

- Dada

Tidak tampak retraksi dinding dada, irama jantung teratur.

- Payudara
Tampak hyperpigmentasi pada areolla mammae, puting susu menonjol,

dan tidak ada retraksi, tampak pembesaran, ada pengeluaran ASI, tidak

teraba massa/oedema, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

- Abdomen

Tidak tampak bekas luka operasi, tinggi fundus uteri 32 cm.

Leopold I : pada fundus teraba bulat dan tidak melenting (bokong).

Leopold II : teraba bagian panjang dan keras seperti papan pada sebelah

kiri ibu dan dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin disebelah kanan

(punggung kiri).

Leopold III : pada segmen bawah rahim, teraba bagian keras, bulat dan

melenting (kepala). Bagian ini dapat digoyangkan, dan pemeriksaan.

Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul

(konvergen).

Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) 144 x/menit, interval teratur,

terletak di kuadran kiri bawah umbilicus.

Taksiran Berat Janin (TBJ) adalah 3255 gram.

- Ekstremitas

Atas : Tidak oedema, reflek bisep dan trisep positif.

Bawah : Tidak oedema, tidak ada varices, dan refleks patella positif.

- Genetalia

Tidak terdapat varices dan tidak ada luka parut, Pemeriksaan dalam (vt)

v/u ada pengeluaran lendir darah, portio tebal kaku, eff 60% , pembukaan

6cm, ketuban (+) , bagian terendah kepala, HII

- Anus
Tidak ada hemoroid.

A:

Diagnosis : G3P2002 Usia kehamilan 39 minggu 6 hari inpartu kala 1 fase

aktif dengan Preeklamsi

Diagnosa Potensial : Eklamsi dan Perdarahan post partum

Dasar : Preeklamsi, Tekanan Darah 198/99 mmhg, Jarak kehamilan dekat

Antisipasi : Kolaborasi dokter obgyn, Persiapkan pendonor darah.

P:

Pelaksanaan
Tanggal/ Para
f
Jam
17 Maret Mejelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu; ibu
2019 mengerti kondisinya saat ini.

05.15
05.20 Memberikan ibu support mental, bahwa proses
persalinan adalah normal dan alamiah, sehingga ibu
harus tetap semangat menjalaninya; ibu merasa tenang
dan ibu akan melakukan anjuran yang diberikan.
Mengajarkan ibu untuk teknik relaksasi yang benar,
yaitu dengan menarik nafas panjang dari hidung lalu
05.22 menghembuskannya melalui mulut secara
perlahan-lahan agar rasa sakit dapat berkurang; ibu
dapat mengikuti teknik relaksasi yang diajarkan dan
ibu telah mempraktikannya.
05.25 Memberitahu ibu posisi bersalin yang nyaman; ibu
mengerti dan akan berusaha mengikuti saran.
05.30 Menyiapkan alat pertolongan persalinan; alat sudah
disiapkan.
05.31 Melakukan observasi infus RL drip MgSo4; tetesan
infus berjalan lancar 60 tetes/menit.
05.33 Mempersiapkan pendonor darah yang sesuai dengan
golongan darah ibu; ibu mempersiapkan pendonor
darah yang sesuai dengan golongan darahnya.
05.34 Melakukan observasi kemajuan persalinan dan
tanda-tanda vital ibu; telah dilakukan observasi
kemajuan persalinan dan tanda-tanda vital ibu.
Tabel Evaluasi Pemantauan Kala I

Waktu TD Nadi Suhu His DJJ VT

04.30 2x10’(20-30)’’ 134 x/m


05.00 2x10’(20-30)’’ 138x/m
05.30 2x10’(25-30)’’ 140x/m
06.00 2x10’(25-30)’’ 140x/m
06.30 4x10’(30-35)’’ 132x/m
06.45 4x10’(35-40)’’ 138x/m 10 cm

B. KALA II

S : - Ibu mengatakan perut mules dan ada rasa ingin mengedan.

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD 198/99 mmHg (04.00),

djj 138 x/menit, his 4 x 10’ (35-40)’’. Pada genetalia tampak adanya

tekanan pada anus, perineum tampak menonjol, vulva membuka dan

meningkatnya pengeluaran lendir darah. Pemeriksaan dalam : portio tidak

teraba, efficement 100 %, pembukaan 10 cm, tidak terdapat bagian terkecil

di sekitar bagian terendah janin, presentasi kepala Hodge IV, masih

terpasang infus RL MgSO4.

A:

Diagnosis : G3P2002 hamil 39 minggu 6 hari janin tunggal hidup intra

uterin kala II Persalinan dengan preeklamsi.

Diagnosa potensial : Eklamsi

Dasar : Ibu dengan preeklamsi

Antisipasi : Observasi tekanan darah.

P:

Pelaksanaan
Tanggal Para
/ f

Jam
06.46 Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan telah
lengkap; keluarga mengerti mengenai penjelasan yang telah
diberikan dan suami mendampingi ibu selama bersalin.
06.46 Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan
termasuk oksitosin; alat pertolongan persalinan telah lengkap.
06.46 Mempersiapkan kelengkapan alat resusitasi bayi seperti infant
warmer dan incubator: alat telah tersedia.
06.47 Melakukan observasi infus RL drip MgSo4; tetesan infus
berjalan lancar 60 tetes/menit.
08.47 Melakukan observasi tanda-tanda vital ibu dan memantau
kondisi ibu; telah dilakukan observasi tanda-tanda vital dan
pemantauan kondisi ibu baik.
06.47 Membantu ibu mengatur posisi yang nyaman untuk
melahirkan dan teknik relaksasi; ibu memilih posisi setengah
duduk (semi fowler) dan mengikuti teknik relaksasi yang
diajarkan.
06.48 Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN, membimbing
ibu untuk meneran ketika ada dorongan yang kuat untuk
meneran; ibu meneran ketika ada kontraksi yang kuat.
06.48 Meletakkan duk steril yang dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu.
06.48 Melindungi perineum ibu ketika kepala bayi tampak dengan
diameter 5-6 cm membuka vulva dengan satu tangan yang
dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan defleksi dan membantu
lahirnya kepala sambil menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernapas cepat dangkal.; kepala telah lahir
06.49 Mengecek ada tidaknya lilitan tali pusat pada leher janin
dan menunggu hingga kepala janin selesai melakukan
putaran paksi luar secara spontan; tidak ada lilitan tali pusat.
Kepala janin melakukan putaran paksi luar.
06.50 Memegang secara bipariental. Dengan lembut menggerakan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian menggerakan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Menggeser
tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Menggunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas. Tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah; Bayi lahir spontan segera menangis dan gerak
aktif jam 06.50.
06.50 Melakukan penilaian selintas bayi baru lahir sambil
Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan; Bayi menangis,
gerak aktif dan jenis kelamin perempuan.
06.51 Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
umbilicus bayi. Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan
memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.
Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan
kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali
pusat di antara kedua klem; Tali pusat terpotong.

C. KALA III

S : - Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya

- Ibu mengatakan perut terasa mules.

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, bayi telah lahir jam 06.50

segera menangis dan gerak aktif jenis kelamin perempuan, abdomen TFU 1

jari diatas pusat, kontraksi baik, konsistensi uterus keras, kandung kemih

kosong, genitalia terdapat semburan darah secara tiba-tiba dan tampak tali

pusat, masih terpasang infus RL drip Mgso4.

A:

Diagnosis : G3P2002 kala III persalinan

P:

Waktu Tindakan Paraf


06.52 Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan
tunggal; tidak ada janin kedua.
06.53 Memberi tahu ibu akan disuntik oksitosin 10 unit secara intra
muskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas; telah
disuntikkan oksitosin di paha kanan ibu.
06.54 Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
umbilicus bayi, melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan
memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.
Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan
kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memdotong
tali pusat di antara kedua klem; tali pusat telah terpotong.
06.54 Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,
membungkus bayi hingga kepala, lakukan IMD; bayi telah
diletakkan diatas dada ibu.
06.54 Mengecek tanda-tanda pelepasan plasenta tangan lain
menegangkan tali pusat, kontraksi uterus dalam keadaan
baik. ; uterus membundar dan terdapat semburan darah.
06.54 Melakukan PTT dengan menegangkan tali pusat dengan
arah sejajar lantai menggunakan tangan kanan , sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokrainal; tali pusat tampak memanjang.
06.55 Melahirkan plasenta dengan hati-hati, memegang plasenta
dengan kedua tangan dan melakukan putaran searah untuk
membantu pengeluaran plasenta; plasenta lahir jam 06.55
wita.
06.58 Melakukan massase uterus segera setelah plasenta
lahir hingga kontraksi uterus baik; uterus teraba bulat
dan keras.
07.00 Memeriksa kelengkapan plasenta, kotiledon lengkap,
selaput ketuban pada plasenta lengkap, dengan berat ± 500
gram posisi tali pusat berada lateral pada plasenta, panjang
tali pusat ± 50 cm, tebal plasenta ± 2,5 cm, diameter ± 16
cm. Perdarahan ± 150 cc.

D. KALA IV

S : - Ibu mengatakan perut terasa mules

O:

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 115/77

mmHg, nadi 96 x/m, suhu 36˚C, Tinggi fundus uteri ibu setinggi pusat,

kontraksi rahim baik dengan konsistensi yang keras serta kandung kemih

teraba kosong. Plasenta lahir lengkap, Pada genetalia tampak pengeluaran

lochea rubra, perineum lecet. Terpasang infus RL drip MgSo4.

A:

Diagnosis : P3003 kala IV persalinan

P:

Wakt Tindakan Paraf


u
07.01 Memberitahu ibu perineum lecet; ibu mengetahui perineum lecet.

07.01 Memberikan betahdine di bagian perineum ibu yang lecet; telah


diberi betadine diperineum ibu yang lecet.
07.01 Mengecek perdarahan dan kandung kemih; perdarahan normal
dan kandung kemih kosong.
07.01 Mempersiapkan penanganan atonia uteri apabila ada indikasi;
penolong bersiap melakukan penanganan apabila ada indikasi
07.02 Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi; peralatan telah ditempatkan dilarutan
klorin 0,5%.
07.03 Membersihkan ibu dan bantu ibu merapikan pakaian; ibu telah
bersih dan rapi.
07.05 Mengajarkan ibu melakukan massase dengan memutar uterus
secara sirkuler searah jarum jam agar uterus berkontraksi; ibu
paham dan melakukannya.
07.06 Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygine dan
makan-makanan yang tinggi protein; ibu paham untuk menjaga
personal hygiene dan bersedia untuk makan-makanan berprotein.
07.07 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
dan tidak terjadwal untuk memenuhi kebutuhan bayi secara
esklusif dan agar payudara ibu yang terisi ASI tidak
membendung; ibu telah menyusui bayinya.
07.08 Mengajarkan ibu perawatan perineum lecet; ibu mengerti cara
perawatan perineum lecet.

Pemantauan Persalinan Kala IV

Ja Waktu Tekan Na Suhu Tinggi Kont Kandun Perdara


m an di Fundus raksi g Kemih han
K Darah Uteri Uter
e us
I 07.10 120/80 86 37oC sepusat keras Kosong ± 50 cc
07.25 120/80 86 sepusat keras Kosong ± 25 cc
07.40 110/80 84 1 jari keras Kosong ± 25 cc
b/pusat
07.55 110/80 84 1 jari keras Kosong ± 10 cc
b/pusat
II 08.10 110/80 82 36.8o 2 jari keras Kosong ± 10 cc
C b/pusat
08.40 120/80 82 2 jari keras Kosong ± 5 cc
b/pusat

III. Dokumentasi Asuhan Bayi Baru Lahir


Tanggal/ Waktu Pengkajian : Minggu, 17 Maret 2019 / Pukul 09.40

Tempat : RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Oleh : Yulia Levinia

S:-

O:

Jam 06.50 : bayi lahir spontan segera menangis dan gerak aktif, jenis kelamin

perempuan, A/S 7/9, BB : 3150 gr, PB : 52cm, LK : 34cm, LD : 34cm, caput (-),

cephal (-), anus (+).

Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir.

- Kepala

Bentuk bulat, tidak tampak caput, tidak tampak molase, tidak tampak cephal.

- Wajah

Ukuran dan posisi mata, hidung, mulut dagu dan telinga tidak terdapat kelainan.

- Mata

Tidak terdapat perdarahan, dan tidak terdapat strabismus.

- Telinga

Berlekuk sempurna, tulang rawan telinga sudah matang, terdapat lubang telinga,

tidak terdapat kulit tambahan dan tidak tampak ada kotoran.

- Hidung

Tampak kedua lubang hidung, tidak tampak pengeluaran dan tidak tampak

pernafasan cuping hidung.

- Mulut
Tidak tampak sianosis, tidak tampak labio palato skhizis dan labio skhizis dan

gigi, mukosa mulut lembab, bayi menangis kuat, lidah tampak bersih.

- Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran kelenjar limfe,

tidak terdapat pembengkakan, pergerakan bebas, tidak tampak selaput kulit dan

lipatan kulit yang berlebihan.

- Dada

Tidak tampak retraksi dinding dada, tidak terdengar suara nafas tambahan, bunyi

jantung teratur, pergerakan dada tampak simetris.

- Payudara

Tampak 2 puting susu, tidak terdapat pengeluaran.

- Abdomen

Tidak teraba massa abnormal, tali pusat tampak 2 arteri dan 1 vena, tali pusat

tampak berwarna putih segar, tidak tampak perdarahan tali pusat.

- Punggung

Tampak simetris dan tidak tampak meningokel, spina bifida, pembengkakan.

- Genetalia

Perempuan, terdapat labia mayor dan labia minor.

- Anus

Tidak tampak adanaya lesung atau sinus, tampak sfingter ani.

- Kulit

Tampak kemerahan, tidak tampak ruam, bercak, tanda lahir, memar,

pembengkakan. Tampak lanugo di daerah lengan dan punggung. Tampak verniks

kaseosa di daerah lipatan leher dan lipatan selangkangan.

- Ekstremitas
Pergerakan leher tampak aktif, klavikula teraba utuh, jari tangan dan jari kaki

tidak terdapat penyelaputan, jari-jari tampak lengkap dan bergerak aktif, tidak

tampak polidaktili dan sindaktili. Tampak garis pada telapak kaki dan tidak

tampak kelainan posisi pada kaki dan tangan.

- Rooting (+), sucking (+), swallowing (+), morro (+), palmar grasping (+), babinski

(+)

A:

Diagnosis : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam

P:

Wakt Tindakan Paraf


u
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa berdasarkan hasil
09.3 pemeriksaan, secara umum keadaan bayi normal; ibu dan keluarga
8 mengetahui kondisi bayinya saat ini.
Memberikan injeksi neo-k 0,5 ml secara IM; bayi telah di injeksi
09.4 neo-k.
0
Memakaikan baju bayi, memasangkan topi dan memberikan
09.4 bayi kepada ibu agar disusui kembali; bayi telah diberikan kepada
5 ibu.
Menganjurkan ibu menyusui bayinya on demand dan maksimal
09.5 setiap 2 jam; ibu paham serta mau menyusui bayinya sesering
0 mungkin.

IV. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Nifas Ke I

Tanggal/ Waktu Pengkajian : 19 Maret 2019 / Pukul 13.30

Tempat : RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Oleh : Yulia Levinia

S : - Ibu mengetakan senang dengan kelahiran bayinya

- Ibu mengatakan ASI sudah keluar


- Ibu mengatakan telah makan siang dengan porsi sedang yaitu nasi, daging,

buah dan air putih.

- Ibu mengatakan sempat tidur siang selama 2 jam.

- Ibu mengatakan sudah bisa ke kamar mandi sendiri

O:

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, hasil pengukuruan tanda vital

yaitu: tekanan darah 120/80 mmHg, suhu tubuh 36,4oC, nadi 84 x/menit,

pernafasan 20 x/menit.

Pemeriksaan fisik

- Mata

Konjungtiva tidak tampak anemis, sklera tidak ikterik.

- Dada

Tidak tampak retraksi dinding dada.

- Payudara

Tampak pengeluaran ASI , tampak hiperpigmentasi pada areola, puting

susu menonjol.

- Abdomen

Tidak tampak bekas operasi, tampak linea nigra dan striae, TFU 2 jari

dibawah pusat, kontraksi baik dan kandung kemih teraba kosong

- Genetalia

Vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak pengeluaran lochea

rubra, tidak terdapat luka parut, tidak tampak fistula. Perdarahan sebanyak

separuh pembalut.

- Anus
Tidak tampak hemoroid

- Ekstremitas

Atas : Tidak tampak oedema, kapiler refill baik

Bawah : Tidak tampak varices, tidak tampak oedema pada tungkai,

kapiler refill baik,

A:

Diagnosis : P3003 post partum hari ke 2

P:

Waktu Tindakan Paraf


Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu; ibu mengerti
14.00 akan kondisinya saat ini dalam keadaan normal.
14.10 Memberi KIE manajemen laktasi; ibu mengerti teknik
menyusui dan ibu mau menyusui bayi secara eksklusif.
Memberitahu ibu mengenai perawatan tali pusat bayi
14.15 dengan teknik bersih dan kering; ibu mengerti dengan
penjelasan.
14.20 Memberi KIE kebutuhan dasar ibu nifas; ibu mengerti
tentang kebutuhannya saat ini.
14.25 Memberi KIE senam nifas hari ke 2; ibu melakukan
senam nifas hari ke 2.

V. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Nifas Ke II

Tanggal/ Waktu Pengkajian : Jum’at, 22 Maret 2019 / Pukul 16.00

Tempat : Rumah Ny. Y

Oleh : Yulia Levinia

S : - Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi sedang dan jenis makanan yaitu nasi,

ikan , tempe, sayur dan minum air putih.

- Ibu mengatakan BAK 4-5 kali tidak ada keluhan dan BAB 1-2 kali sehari.
- Ibu mengatakan tidur malam ± 5-6 jam namun bangun tiap dua jam untuk

menyusui bayinya. tidur siang saat bayinya tidur ± 2 jam.

- Ibu mengatakan aktifitas sehari-hari berjalan di sekitar rumah dan mengurus

bayinya.

- Ibu mengatakan ASI keluar banyak.

- Ibu mengatakan perdarahan sedikit, warna merah sedikit kekuningan, ganti

pembalut 3-4 kali sehari.

O:

Keadaan umum Ny. Y baik, kesadaran compos mentis, hasil pengukuruan

tanda vital yaitu: tekanan darah 120/70 mmHg, suhu tubuh 36,7oC, nadi 82

x/menit, pernafasan 20 x/menit.

Pemeriksaan fisik

- Mata

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

- Dada

Tidak tampak retraksi dinding dada

- Payudara

Tampak pengeluaran ASI, tampak hiperpigmentasi pada areola, puting

susu menonjol

- Abdomen

Tidak tampak bekas operasi, tampak linea nigra dan striae , TFU 3 jari

dibawah pusat, kontraksi baik dan kandung kemih kosong.


- Genetalia

Vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak pengeluaran lochea

sanguilenta, tidak terdapat luka parut, tidak tampak fistula, perdarahan

sedikit.

- Anus

Tidak tampak hemoroid

- Ekstremitas

Atas : Tidak tampak oedema, kapiler refill baik

Bawah : Tidak tampak varices, tidak tampak oedema pada tungkai,

kapiler refill baik.

A:

Diagnosis : P3003 post partum hari ke 5

P:

Tindakan Paraf
Waktu
16.20 Menjelaskan hasil pemeriksaan; ibu mengerti mengenai
kondisinya saat ini
16.30 Mengajarkan ibu melakukan senam nifas; ibu sudah mengerti
dan dapat melakukan beberapa gerakan senam nifas
16.35 Memberi KIE tanda bahaya nifas; ibu dapat menyebutkan
beberapa tanda bahaya nifas.
16.40 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk dilakukan
kunjungan masa nifas selanjutnya; ibu bersedia melakukan
kunjungan ulang.

VI. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Nifas Ke III

Tanggal/ Waktu Pengkajian : Selasa, 02 April 2019 / Pukul 15.00

Tempat : Rumah Ny.Y

Oleh : Yulia Levinia


S : - Ibu makan 2 kali sehari dengan porsi sedang dan jenis makanan yaitu nasi,

ikan ,ayam, tahu, sayur dan minum air putih .

- Ibu mengatakan BAK 3-4 kali tidak ada keluhan dan BAB 1-2 kali sehari.

- Ibu mengatakan tidur malam ± 6-7 jam namun bangun tiap satu jam untuk

menyusui bayinya, tidur siang saat bayinya tidur ± 2 jam.

- Ibu mengatakan aktifitas sehari-hari mengurus rumah, mengurus bayinya,

bersosialisasi dengan tetangga.

- Ibu mengatakan ASI keluar banyak dan sulit membagi ASI dengan anak ke2

yang menetek aktif dan ada upaya dari ibu untuk melokan anak ke2.

O:

Keadaan umum Ny. Y baik, kesadaran compos mentis, hasil pengukuruan

tanda vital yaitu: tekanan darah 110/70 mmHg, suhu tubuh 36,7oC, nadi 82

x/menit, pernafasan 20 x/menit.

Pemeriksaan fisik

- Mata

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

- Dada

Tidak tampak retraksi dinding dada.

- Payudara

Tampak pengeluaran ASI, tampak hiperpigmentasi pada areola, puting

susu menonjol

- Abdomen

Tidak tampak bekas operasi, tampak linea nigra dan striae , TFU tidak

teraba.
- Genetalia

Vulva tidak oedema, tidak ada varices, tidak tampak pengeluaran, tidak

ada tanda-tanda infeksi.

- Anus

Tidak tampak hemoroid.

- Ekstremitas

Atas : Tidak tampak oedema, kapiler refill baik.

Bawah : Tidak tampak varices, tidak tampak oedema pada tungkai,

kapiler refill baik.

A : Diagnosis : P3003 post partum hari ke 16

P:

Tindakan Paraf
Waktu
15.20 Menjelaskan hasil pemeriksaan; ibu mengerti mengenai
kondisinya saat ini
15.25 Memberitahu ibu untuk melanjutkan senam nifas; ibu sudah
mengerti dan sudah dapat melakukan beberapa gerakan senam
nifas
15.35 Memberikan KIE mengenai sikap ibu terhadap anak untuk tidak
membeda-bedakan; ibu mengerti dan tidak terjadi penolakan.

VII. Dokumentasi Asuhan Neonatus Ke I

Tanggal/ Waktu Pengkajian : Selasa, 19/03/ 2017 / Pukul 16.40

Tempat : RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Oleh : Yulia Levinia

S: - Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya.

- Ibu mengatakan bayinya sudah aktif menyusu.


- Ibu mengatakan bayinya sudah BAB 1 kali dan BAK 2 kali.

- Ibu mengatakan bayinya mengalami infeksi.

O:

Keadaan Umum baik, Nadi 126 x/menit, pernafasan 44 x/menit, suhu 36,7°C,

Hemoglobin 18.0 g/dl, Leukosit 25.63, Trombosit 340, Limfosit 19,4 %.

Pemeriksaan Fisik :

- Kepala

Bentuk bulat, tidak tampak caput, tidak tampak molase, tidak tampak

cephal hematoma

- Mata

Tidak tampak kotoran dan perdarahan, dan tidak terdapat strabismus,

reflek glabela baik mata berkedip 4-5 kali.

- Hidung

Tampak kedua lubang hidung, tidak tampak pengeluaran dan pernafasan

cuping hidung.

- Telinga

Terdapat lubang telinga dan tidak tampak ada kotoran.

- Mulut
Tidak tampak sianosis, mukosa mulut lembab, refleks rooting dan sucking

baik.

- Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran

kelenjar limfe.

- Dada

Tidak tampak retraksi dinding dada, tidak terdengar suara nafas tambahan,

bunyi jantung teratur.

- Abdomen

Tali pusat tampak 2 arteri dan 1 vena, tali pusat tampak berwarna putih

segar, tidak tampak perdarahan tali pusat dan tidak tampak tanda-tanda

infeksi tali pusat.

- Punggung

Tidak tampak dan tidak teraba spina bifida.

- Genetalia

Perempuan, labia mayor menutup labia minor.

- Anus

Positif.

- Ekstremitas

Pergerakan leher tampak aktif, jari tangan dan jari kaki lengkap dan

bergerak aktif, tidak tampak polidaktili dan sindaktili. Tampak garis pada

telapak kaki dan tidak tampak kelainan posisi pada kaki dan tangan.
A:

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan hari ke-2

Masalah : Bayi mengalami infeksi

Dasar : Limfosit 19,4 % (20%-40%)

Antisipasi Masalah : Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik

P:

Tindakan Paraf
Waktu
16.40 Memberitahu ibu tentang kondisi bayinya; Ibu telah
mengerti kondisi bayinya saat ini.
16.42 Menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin; ibu
mengerti dan bersedia menyusui bayinya sesering mungkin.
16.45 Memberikan konseling ibu tentang perawatan tali pusat bayi
dengan membiarkan tali pusat bayi kering dan bersih; ibu
mengerti penjelasan yang diberikan.
16.50 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang;
ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

VIII. Dokumentasi Asuhan Neonatus Ke II

Tanggal/ Waktu Pengkajian : Kamis, 22 Maret 2019/ Pukul 13.00

Tempat : Rumah Klien Ny.Y

Oleh : Yulia Levinia

S : - Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya

- Ibu mengatakan tidak memberikan minuman lain selain ASI

- Ibu mengatakan bayinya BAB 1-2 kali sehari dan BAK 3-4 kali sehari

- Ibu mengatakan bayi dimandikan pada pagi dan sore hari

- Ibu mengatakan bayi bergerak aktif

O:
Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum baik, nadi 128 x/menit, pernafasan 42 x/menit dan suhu

36,5°C, berat badan 2900 gram.

Pemeriksaan Fisik

- Kepala

Bersih, caput/cepal tidak ada.

- Mata

Tidak tampak ikterik, reflek glabela baik, reflek blingking baik.

- Hidung

Bersih tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung.

- Telinga

Tidak ada kelainan, bersih tidak ada pengeluaran cairan dari dalam telinga.

- Mulut

Bersih, tidak ada secret, lidah bersih.

- Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran kelenjar

limfe dan reflek tonick neck baik.

- Dada

Tidak tampak retraksi dinding dada.

- Abdomen

Tali pusat tampak bersih dan kering.

- Genetalia

Perempuan, tampak lecet pada lipatan selangkangan.

- Anus
Terdapat lubang anus.

- Ekstremitas

Ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak tampak kelainan, pergerakan

aktif.

A:

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan hari ke 5

Masalah : Terjadi penurunan berat badan

Dasar : Berat badan lahir 3150 gram, berat badan sekarang 2900 gram.

Antisipasi : Pemberian ASI lebih teratur.

P:
Tindakan Paraf
Waktu
13.20 Memberitahu ibu tentang kondisi bayinya; ibu telah
mengerti kondisi bayinya saat ini.
13.25 Berikan konseling tentang pemeberian ASI lebih rutin dan
lebih lama saat menyusui hingga bayi kenyang; ibu
mengerti dan dapat menyebutkan waktu pemberian ASI
yang rutin.
13.30 Memberikan KIE mengenai tanda bahaya bayi baru lahir;
ibu dapat menyebutkan tanda bahaya pada bayi baru lahir.
Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang
13.35 setelah konfirmasi kembali; ibu bersedia untuk dikunjungi
lagi.

IX. Dokumentasi Asuhan Neonatus Ke III

Tanggal/ Waktu Pengkajian : Selasa, 02 April 2019 / Pukul 15.00

Tempat : Rumah Klien Ny.Y

Oleh : Yulia Levinia

S : - Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya.

- Ibu mengatakan bayinya kuat menyusu setiap 1-2 jam sekali.


- Ibu mengatakan tidak memberikan minuman lain selain ASI.

- Ibu mengatakan bayinya BAB 1-2 kali sehari dan BAK 4-5 kali sehari.

- Ibu mengatakan bayi dimandikan pada pagi dan sore hari.

- Ibu mengatakan bayi bergerak aktif dan senang jika diajak berbicara.

O:

Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum baik, nadi 124 x/menit, pernafasan 42 x/menit dan suhu

36,5°C, berat badan 3100 gram.

Pemeriksaan Fisik

- Kepala

Bersih.

- Mata

Tidak tampak ikterik.

- Hidung

Bersih tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung.

- Telinga

Tidak ada kelainan, tidak ada pengeluaran cairan dari dalam telinga.

- Mulut

Bersih, tidak ada secret, lidah bersih.

- Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran

kelenjar limfe dan reflek tonick neck baik.


- Dada

Tidak tampak retraksi dinding dada.

- Abdomen

Tali pusat sudah puput.

- Genetalia

Perempuan, bersih dan tidak lecet

- Anus

Terdapat lubang anus.

- Ekstremitas

Ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak tampak kelainan,

pergerakan aktif, reflek palmar baik, reflek grasping baik, reflek

babinski baik.

A : Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan hari ke 16.

P:
Waktu Tindakan Paraf
15.20 Memberitahu ibu tentang kondisi bayinya; ibu telah
mengerti kondisi bayinya saat ini.
15.25 berikan konseling tentang perawatan bayi sehari-hari; ibu
mengerti penjelasan yang diberikan.
15.30 Memberikan KIE mengenai perawatan bayi sehari-hari; ibu
mengatakan mengerti mengenai perawatan bayi nya.
Mengingatkan ibu untuk membawa bayinya untuk imunisasi
sesuai jadwalnya; ibu bersedia membawa bayinya untuk
imunisasi.

X. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Tanggal/ Waktu Pengkajian : Selasa, 09 April 2019 / Pukul 15.00


Tempat : Rumah Klien Ny.Y

Oleh : Yulia Levinia


S:

1) Alasan Datang Periksa / Keluhan Utama

Ibu mengatakan melahirkan pada 17 Maret 2019, ibu mengatakan saat ini

tidak ada keluhan, dan ibu ingin menggunakan KB IUD.

2) Riwayat Kesehatan Klien

Ibu tidak sedang/ memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, hepatitis,

jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis yang dapat

memperperberat atau diperberat oleh kehamilan, menular ataupun

berpotensi menurun.

3)Riwayat Kesehatan Keluarga

Di dalam keluarga Ny.Y dan suami ibu tidak memiliki riwayat penyakit

seperti hipertensi, jantung, ginjal, asma, dan penyakit lain yang menular.

4)Riwayat Obstetri : P3003

Anak Ke Kehamilan Persalinan Anak


N Tangga Tempat Mas Penyuli Jeni Pen Peny Jeni BB PB Kead
o l lahir a t s olo ulit s aan
lahir ng
gest
asi
1 9 tahun RS ater Tidak Spo Bid Tidak P 3000 50 Hidu
m ada ntan an ada gr cm p
2 1,8 RS ater Kenaik Spo Bid Tidak L 2300 49 Hidu
tahun m an TD ntan an ada gr cm p
3 17-03-2 RS ate Kenaik Spo Bid Tidak P 3150 52 Hidu
019 m an TD ntan an ada gr cm p

5) Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Istirahat Ibu dapat beristirahat dan tidur saat bayi tidur
Nutrisi Ibu makan ketika lapar 2-3 x/ hari dengan 1 porsi nasi, 1
potong lauk (ayam, tahu tempe), 1 mangkuk sayur dan minum
± 8 gelas air putih/hari
Mobilisasi Ibu sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain dan
dapat melakukan aktivitas seperti sebelum melahirkan
Di rumah ibu menggurus anak , melakukan pekerjaan rumah
Aktivitas
tangga dan bersosialisasi dengan tetangga
Personal Hygiene Mandi 2x/hari,
Kebiasaan Tidak ada
Seksualitas Belum ada melakukan hubungan seksual

6) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Ini merupakan pernikahan pertama. Ibu menikah sejak usia 28 tahun, lama

menikah ± 10 tahun, status pernikahan sah. Ini merupakan kelahiran anak

yang ketiga. Kultural dalam keluarga ibu tidak memiliki adat istiadat atupun

tradisi yang dapat mempengaruhi kehamilan. Sebelumnya ibu menggunakan

KB pil.

O:

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik; kesadaran composmentis; hasil pengukuruan tanda

vital yaitu : TTV ; TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S :

36oC. BB : 45 kg.

Pemeriksaan Fisik

- Kepala

Distribusi rambut merata, tampak bersih, warna rambut hitam, konstruksi

rambut kuat, tidak teraba benjolan/massa

- Wajah

Tidak tampak kloasme gravidarum, tidak tampak pucat, tidak teraba

benjolan/massa, tidak teraba oedema

- Mata
Konjungtiva sedikit pucat, sklera berwarna putih, tidak tampak

pengeluaran kotoran, tidak teraba oedema pada kelopak mata.

- Telinga

Tampak simetris, tidak ada pengeluaran.

- Hidung

Tidak ada polip, kelainan bentuk, tidak ada pengeluaran.

- Mulut

Tidak tampak pucat, bibir tampak lembab, tampak bersih, lidah tampak

bersih, tidak tampak stomatitis.

- Leher

Tidak tampak pembesaran pada vena jugularis, kelenjar limfe, dan

kelenjar tiroid.Tidak teraba pembesaran pada vena jugularis, kelenjar

limfe, dan kelenjar tiroid.

- Dada

Tidak tampak retraksi.

- Payudara

Tampak pengeluaran asi, tampak hiperpigmentasi pada aerolla mammae,

putting susu tampak menonjol. Tampak pengeluaran asi.

- Abdomen

Tidak tampak bekas operasi, tidak teraba massa/pembesaran.

- Ekstremitas

Tidak tampak varises dan edema tungkai.


A:

Diagnosis : P3003 usia 28 tahun calon akseptor KB IUD

Masalah : Ibu belum mengikuti program KB

Masalah Potensial : Potensial terjadi kehamilan lagi pada ibu

Antisipasi: Memotivasi ibu untuk segera ikut ber KB.

P : Penatalaksanaan Keluarga Berencana

Tanggal/
Pelaksanaan Paraf
Jam
15.20 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil
pemeriksaan fisik nifas ibu dalam keadaan normal; ibu
WITA mengerti kondisinya dalam keadaan normal.
15.25 Menjelaskan kembali pada ibu tentang KB IUD dan
memotivasi ibu segera ikut program KB; ibu
WITA mengatakan sudah mengerti dan akan memakai KB
setelah 40 hari pasca persalinannya.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan

Pembahasan yang akan dipaparkan penulis adalah perbandingan antara

teori dengan keadaan yang ditemukan pada saat pelaksanaan Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ny.Y usia 38 tahun sejak kunjungan pertama

yaitu sejak masa kehamilan 39 minggu 2 hari, persalinan, bayi baru lahir, nifas,

neonatus, dapat di bahas sebagai berikut :

1. Kehamilan

Kunjungan awal pada Ny.Y di dapatkan hasil pengkajian Ny.Y hamil

anak ke 3, usia anak terakhir Ny.Y berusia 1 tahun 8 bulan. Berdasarkan

teori Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) salah satu resiko

kehamilan pada ibu hamil yaitu jarak persalinan terakhir dan kehamilan

sekarang < 2 tahun.

Menurut (Affandi, 2015) jarak kehamilan yang terlalu dekat

menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi

rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan

jarak yang terlalu dekat akan mengalami peningkatan resiko terjadi

perdarahan persalinan, plasenta previa, anemia dan kematian maternal

karena seorang ibu setelah melahirkan memerlukan 2 atau 3 tahun untuk

dapat memulihkan kondisi tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk

persalinan yang berikutnya.


Keadaan dimana klien hamil dalam kurun waktu < 2 tahun menurut

pendapat penulis adalah sebaiknya ibu tidak hamil dalam kurun waktu < 2

tahun setelah melahirkan anak sebelumnya, karena akan mempengaruhi

kesehatan sistem reproduksi ibu tersebut.

Resiko yang dapat terjadi pada Ny.Y dapat di cegah dengan

memberikan konseling pada ibu tentang resiko jarak kehamilan terlalu

dekat dan memberi konseling pada ibu dampak jarak kehamilan yang

terlalu dekat ( Manuaba dkk, 2012).

Ny.Y juga mengeluh nyeri pada pinggang. Sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh (Sullivan, 2010) tentang ketidaknyamanan kehamilan

trimester III, yaitu nyeri pinggang yang dialami oleh ibu merupakan hal

yang normal pada ibu hamil, karena ukuran rahim yang semakin membesar

selain itu nyeri pinggang disebabkan oleh adanya perubahan pusat gravitasi

tubuh karena perkembangan kandungan, sehingga ibu hamil perlu

menyesuaikan postur tubuhnya ketika berdiri dan berjalan (Sarwono, 2013).

Penulis sependapat dengan pernyataan diatas, karena Ny.Y memiliki

keluhan tersebut saat memasuki kehamilan trimester III. Keluhan tersebut

dapat teratasi dengan diberikan konseling mengenai cara mengatasi nyeri

pinggang dengan memberi konseling tentang mekanisme tubuh yang baik

seperti jangan membungkuk saat mengambil barang sebaiknya turunkan

badan dalam posisi jongkok lalu kemudian mengambil barang yang

diinginkan (Mirnawati, 2016).

Ny.Y juga mengeluh mengalami keputihan (Marhaeni, 2016)

menyatakan bahwa keputihan pada saat kehamilan disebabkan karena


adanya peningkatan hormonal yang berdampak pada peningkatan jumlah

cairan dan penurunan keasaman vagina serta perubahan pada pencernaan.

Teori yang dikemukakan oleh (Marhaeni, 2016) dalam dampak

keputihan, yaitu keputihan fisiologis dan patologis mempunyai dampak

pada ibu hamil. Keputihan fisiologis menyebabkan rasa tidak nyaman dan

keputihan patologis akan menyebabkan infeksi pada organ reproduksi.

Penulis juga memberikan konseling sesuai dengan pernyataan

(Marhaeni, 2016) yaitu cara mencegah keputihan pada kehamilan adalah

dengan menjaga kebersihan alat kelamin, menjaga kebersihan pakaian

dalam, tidak bertukar handuk, menghindari celana ketat, menghindari

produk pencuci vagina, mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin,

sering mengganti pembalut dan mengelola stress.

Penulis sudah memberikan asuhan untuk mengatasi keluhan pada

Ny.Y namun asuhan tersebut tidak sempat di evaluasi sebagaimana teori

menurut (Varney, 2010) evaluasi adalah tindakan memeriksa apakah

rencana perawatan yang dilakukan benar-benar tercapai tujuan, penulis

tidak sempat mengevaluasi asuhan yang diberikan karena keterbatasan

waktu yang tersedia hanya melakukan kunjungan 1 kali.

2. Asuhan Persalinan

Saat memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny.Y yaitu 39

minggu 6 hari. Menurut Depkes RI (2008) persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya

penyulit.
Penulis sependapat dengan pernyataan tersebut karena Ny.Y

menunjukkan tanda – tanda persalinan saat usia kehamilan 39 minggu 6

hari. Pada tanggal 17 maret 2019 pukul 20.00 WITA perut Ny.Y merasa

kencang dan pukul 24.00 WITA keluar lender darah. Pada pukul 04.00

WITA Ny.Y memutuskan untuk segera memeriksakan diri ke RS. Pada

pukul 05.00 WITA dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan

tekanan darah 198/99 mmHg, suhu 36˚C, nadi 106 x/menit, pernafasan 22

x/menit dan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva/uretra tidak ada

kelainan, tampak ada pengeluaran lendir, tidak ada luka parit dari vagina,

portio lembut, pembukaan 6 cm, efficement 60 %, ketuban (+) belum pecah,

hogde II, teraba kepala, molase 0, tidak teraba bagian kecil janin dan tidak

teraba tali pusat. DJJ 144 x/menit, teratur, His 2 x dalam 10 menit lamanya

10-15 detik.

Dari hasil pemeriksaan didapat bahwa Ny.Y mengalami preeklamsia

pada persalinan kemudian diberikan asuhan kebidanan yaitu bersikap

waspada terhadap kondisi ibu dimana ibu pada saat persalinan mengalami

preeklamsia sehingga berkolaborasi bersama dokter obgyn untuk menangani

masalah tersebut sesuai teori (Prawirohardjo, 2010) asuhan pada persalinan

dengan preeklamsia memberikan MgSo4 20% dimasukkan dalam cairan

infus RL 100 cc diberikan secara bertahap dari 20 tetes lalu setiap 15 menit

cairan infus naik 4 tetes dan seterusnya.

Penulis sudah memberikan asuhan pada Ny.Y untuk mengatasi

masalah tersebut sesuai dengan teori, penulis tidak melakukan dokumentasi


pencatatan observasi cairan sehingga menyebabkan kurang maksimalnya

asuhan yang diberikan.

Pada pukul 06.45 WITA His semakin kuat 4 x dalam 10 menit

lamanya 45 – 50 detik, ibu tampak ada dorongan untuk mengejan, tampak

lendir bercampur darah keluar dari vagina, dilakukan pemeriksaan dalam

vulva/uretra tidak ada kelainan, pembukaan 10 cm, efficement 100 %,

hodge III +, ketuban tampak mengalir, bagian terendah kepala, tidak teraba

bagian kecil janin dan tidak teraba tali pusat.

Kala II yang dialami Ny.Y berlangsung selama 5 menit, sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh (Varney, 2008) menyebutkan pada

multigravida kala II berlangsung ± 1 jam. Penulis menyimpulkan tidak ada

kesenjangan antara teori dengan praktik.

Pada pukul 06.52 dilakukan managemen aktif kala III, menurut

(Varney, 2008) managmen aktif kala III yaitu pemberian oksitosin pada ibu,

melakukan peregangan tali pusat terkendali, dan masasase fundus uteri.

Memasuki kala III tampak tali pusat memanjang, ada semburan darah

dari vagina, fundus uteri masih tinggi. Berdasarkan teori menurut (Varney,

2008) tanda persalinan kala III yaitu adanya tali pusat memanjang,

semburan darah secara tiba – tiba, adanya perubahan fundus uteri. Penulis

berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Pada pukul 06.55 WITA plasenta lahir spontan selaput ketuban pada

plasenta lengkap, posisi tali pusat berada lateral pada plasenta, panjang tali

pusat ±50 cm, tebal plasenta ±2,5 cm, lebar palsenta ±16 cm, berat plasenta

±500 gr. Lama kala III Ny.Y adalah 5 menit yaitu terhitung dari bayi lahir
pada pukul 06.50 WITA hingga pukul 06.55 WITA. Hal ini sesuai dengan

teori (Simkin, 2008) yaitu waktu kala III adalah keluarnya bayi hingga

pelepasan dan pengeluaran plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit. Penulis sependapat dengan pernyataan diatas karena plasenta Ny.Y

lahir tidak lebih dari 30 menit.

Perdarahan Kala III Ny.Y normal berkisar ±150 cc. Hal tersebut

didukung oleh teori yang dikemukakan (Simkin, 2008), bahwa perdarahan

post partum normal yaitu perdarahan pervaginam ≤ 500 cc setelah kala III

selesai atau setelah plasenta lahir. Penulis sependapat dengan pernyataan

diatas, karena tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik.

Perineum Ny.Y tidak terdapat ruptur perinium sesuai dengan teori

menurut (Mochtar, 2011) menyatakan bahwa ibu dengan posisi setengah

duduk, ibu dengan cara meneran yang tepat, ibu dengan perineum yang

elastis dan di dukung oleh pimpinan persalinan yang tepat selama persalinan

trauma perineal dan resiko rupture perineum yang secara signifikan jauh

lebih sedikit.

Penulis sependapat dengan teori tersebut karena pada Ny.Y telah

dilakukan posisi setengah duduk saat akan bersalin, cara mengejan ibu yang

benar, perineum ibu yang elastis, dan pimpinan persalinan yang tepat di

dukung dengan berat janin yang tidak terlalu besar dan riwayat persalinan

ibu yang lalu tidak mengalami robekan jalan lahir.

Pada Ny.Y dilakukan pemantauan kontraksi uterus, perdarahan, nadi,

tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih pada 1 jam pertama

dilakukan pemantauan setiap 15 menit dan pada jam kedua dilakukan


pemantauan persalinan setiap 30 menit dan suhu diperiksa 1 jam sekali

selama 2 jam dan diperoleh hasil pemeriksaan dalam batas normal dan tidak

ditemukan komplikasi.

Hal ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh (Saifuddin, 2010)

pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan

setiap 20-30 menit pada 1 jam ke dua pasca persalinan meliputi kontraksi

uterus, perdarahan pervaginam, tekanan darah, nadi, kandung kemih, TFU

dan suhu dilakukan sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca

persalinan.

Pada saat proses persalinan Ny.Y tidak mengalami masalah dengan

resiko kehamilan jarak yang terlalu dekat. Namun menurut teori

(Maryunani, 2013) Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat akan

mengalami peningkatan resiko terjadi perdarahan persalinan.

Penulis menyimpulkan kejadian ini tidak sesuai antara teori dengan

kenyataan, dimana Ny.Y pada saat persalinan tidak terjadi perdarahan.

Penulis memberikan asuhan untuk mengantisipasi terjadi perdarahan

terutama pada kala I – kala IV persalinan dengan memantau kondisi ibu dari

tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan, persiapan pendonor

darah yang sesuai dengan golongan darah ibu juga dipersiapkan, penulis

juga mempersiapkan penanganan atonia uteri apabila ada indikasi.

3. Bayi Baru Lahir

Kehamilan Ny.Y berusia 39 minggu 6 hari, hal ini sesuai dengan teori

bayi baru lahir normal yang menurut muslihatun tahun 2011 yaitu bayi yang
lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,

pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat

janin 2500-4000 gram.

Menurut pendapat penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

praktik karena saat bersalin usia kehamilan Ny.Y 39 minggu 6 hari dan

berat bayi Ny.Y 3150 gram.

Segera setelah bayi Ny.Y lahir pada pukul 06.50 WITA dilakukan

penilaian awal secara cepat dan tepat dan di peroleh hasil bayi menangis

kuat, tonus otot baik, warna kulit merah muda. Hal ini sejalan dengan teori

menurut (Dewi, 2012) bahwa segera setelah bayi lahir lakukan penilaian

awal secara cepat dan tepat (0-30) detik yang dinilai yaitu usaha nafas,

warna kulit, gerakan aktif atau tidak.

Setelah dilakukan penilaian awal segera setelah bayi lahir maka

dilakukan penilaian Apgar Skor (AS), didapatkan hasil AS bayi Ny.Y yaitu

7/9. Penilaian ini termasuk dalam keadaan normal karena menurut (Oxorn,

2010), bahwa bayi normal yaitu AS 7-10. Sehingga penulis berpendapat

bahwa tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik karena AS bayi

Ny.Y dalam batas normal yaitu 7/9.

Kemudian dilakukan pemotongan tali pusat menurut (Depkes RI, 2008)

yaitu dengan cara ikat tali pusat 1 cm dari perut bayi (pusat). Gunakan

benang atau klem plastic DTT/ steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul

mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat. Kemudian selimuti bayi

dengan menggunakan kain yang bersih dan kering.


Penulis sependapat dengan teori diatas perawatan tali pusat sangat

penting dilakukan agar mencegah terjadinya infeksi pada potongan tali pusat

yang tersisa pada bayi. Apabila perawatan tali pusat dapat dilakukan dengan

prinsip bersih dan kering, maka tali pusat akan cepat kering dan terlepas

dengan sendirinya. Setelah dilakukan perawatan tali pusat kemudian bayi di

berikan kepada ibu untuk dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

Setelah dilakukan IMD selama 1 jam, kemudian dilanjut dengan

pemeriksaan fisik pada bayi Ny.Y di temukan hasil : BB bayi 3150 gram,

PB : 52 cm, LK : 34 CM, LD: 34 cm, caput (-), cepal (-), miksi (+), defekasi

(+), anus + ( terdapat meconeum pada anus), cacat tidak ditemukan, reflek

normal. Menurut (Depkes RI, 2008), bayi baru lahir normal memiliki ciri

berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 44-53 cm, lingkar dada 30-34

cm, lingkar kepala 33-35 cm.

Penulis berpendapat, hasil dari pemeriksaan fisik pada bayi Ny.Y

dalam batas normal dan sesuai dengan teori dan pemeriksaan fisik pada bayi

baru lahir dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah terdapat

kelainan atau tidak pada bayi serta memudahkan untuk menentukan

tindakan lebih lanjut.

Tindakan selanjutnya adalah bayi Ny.Y diberikan injeksi vitamin K 0.5

cc secara Intra Muskular (IM) pada paha kiri anterolateral. Setelah satu jam

kemudian bayi Ny.Y diberikan imunisasi hepatitis B secara IM pada paha

kanan anterolateral. Asuhan ini diberikan sesuai dengan teori bahwa 1 jam

setelah bayi lahir dilakukan penimbangan dan pemantauan antropometri dan


vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral. Setelah 1 jam pemberian

vitamin K1, diberikan imunisasi hepatitis B pada paha kanan anterolateral.

Asuhan ini diberikan sesuai dengan teori (Depkes RI, 2008) bahwa 1

jam setelah bayi lahir dilakukan penimbangan dan pemantauan antropometri

kemudian diberikan tetes mata, vitamin K1 1 mg IM di pahakiri

anterolateral. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, diberikan imunisasi

hepatitis B pada paha kanan anterolateral.

Pada bayi baru lahir biasanya obat mata digunakan untuk

membersihkan mata bayi dari air ketuban yang menempel pada bagian mata

bayi tersebut. Bayi bisa saja terkena air ketuban jika ia lahir dengan ketuban

keruh, preeklamsi, vacum, jalan lahir macet atau kejadian lain serupa yang

dapat mengganggu mata bayi untuk melihat secara jernih (Depkes RI,

2011).

Surjono, 2011 mengatakan bayi baru lahir cenderung mengalami

defisiensi vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih

rendah, sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat, rendahnya kadar

vitamin K pada ASI, dan saluran pencernaan bayi baru lahir yang masih

steril. Kekurangan vitamin K berisiko tinggi bagi bayi sehingga

mengakibatkan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB).

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang

dapat berujung pada infeksi hati kronis. Penyakit ini tergolong dalam

penyakit menular, dan cukup banyak menyerang anak-anak. Penyebaran

virus hepatitis B terjadi melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Pemberian

vaksin hepatitis B pun dinilai penting diberikan pada bayi baru lahir, karena
bayi memiliki risiko tinggi terkena penyakit hepatitis B dari ibu yang

terinfeksivirus, baik terlahir melalui persalinan normal maupun caesar.

Menurut Penulis tidak ada menemukan masalah antara teori dengan

praktik karena kondisi bayi yang stabil penulis dan bidan segera

memberikan asuhan BBL sebagai upaya untuk mencegah defisiensi vitamin

K, memberikan kekebalan tubuh pada bayi terhadap penyakit hepatitis B

dan mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.

4. Nifas

Pada Ny.Y mendapat asuhan kebidanan masa nifas sebanyak 3 kali

yaitu saat 2 hari post partum, 5 hari post partum dan 16 hari post partum.

Hal ini sesuai dengan kebijakan program nasional masa nifas yaitu

kunjungan yang terbagi dalam 6 jam-2 hari post partum, 3-7 hari post

partum, 8-28 hari post partum.

Penulis berpendapat kunjungan nifas tersebut sangat penting

dilakukan, karena dengan adanya kunungan nifas tersebut dapat mendeteksi

adanya penyulit saat masa nifas.

Pada setiap kunjungan dilakukan observasi KU, Kesadaran, status

emosional, TTV, ASI, involusi uterus dan lochea Ny.Y semua dalam batas

normal. Asuhan yang diberikan pada Ny.Y selama masa nifas meliputi KIE

tentang nutrisi ibu nifas, ASI ekslusif, tanda bahaya nifas teknik menyusui,

senam nifas, cara perawatan tali pusat, persiapan KB dan dampak sibling

rivalry.
Setiap dilakukan kunjungan rumah, uterus Ny.Y mengalami involusi

uterus secara bertahap yang dikarenakan mobilisasi yang baik, pemenuhan

nutrisi ibu yang cukup dan keikut sertaan Ny.Y dalam melakukan senam

nifas. Hal ini sesuai dengan teori menurut (Suhemi, 2009) yaitu faktor yang

mempengaruhi involusi uterus antara lain senam nifas, mobilisasi dini serta

gizi yang baik.

Penulis berpendapat dengan asuhan masa nifas yang benar pada ibu

dan ketelatenan ibu dalam menjalankan asuhan yang diberikan dapat

mempercepat pemulihan ibu seperti saat sebelum hamil dan melahirkan.

Saat dilakukan kunjungan rumah ditemukan masalah sibling rivalry

dimana ibu ada upaya untuk bersikap menolak anak kedua menurut (Ibung,

2008) sikap orang tua menjadi faktor terjadinya sibling rivalry sikap orang

tua seharusnya tidak membeda-bedakan anaknya sehingga tidak terjadi

persaingan dan rasa cemburu terhadap sesama saudara.

Menurut penulis ada kesesuaian antara teori dengan kenyataan dimana

dalam kasus ini jarak kehamilan dekat dapat menakibatkan sibling rivalry.

Penulis memberikan asuhan kunjungan post partum hari ke-16 kepada Ny.Y

yaitu berupa KIE sikap orang tua menjadi faktor masalah sibling rivalry

karena ada upaya penolakan dari ibu yang seharusnya tidak terjadi ibu

seharusnya tidak membeda-bedakan sehingga tidak terjadi persaingan dan

rasa cemburu terhadap sesama saudara.


5. Kunjungan Neonatus

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus dilakukan sebanyak 3 kali

kunjungan yaitu pada hari ke 2, hari ke 5 dan hari ke 16. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh (Krisyanasari, 2010) yaitu kunjungan

neonatus dilakukan 3 kali yaitu KN 1 dilakukan 6 jam - 2 hari, KN 2

dilakukan 3 - 7 hari, KN 3 dilakukan 8 - 28 hari.

Penulis berpendapat perbedaan jumlah kunjungan dilakukan karena

kunjungan neonatus dilakukan bersamaan dengan kunjungan nifas sehingga

keadaan bayi dapat di pantau dengan lebih baik lagi dan kunjungan neonatus

penting dilakukan karena periode neonatus yaitu bulan pertama kehidupan

banyak mengalami pertumbuham dan perkembangan serta sebagai deteksi

dini apabila terdapat penyulit pada neonatus.

Pada setiap kunjungan dilakukan observasi KU bayi, nadi, pernafasan,

suhu, pemeriksaan fisik bayi, keadaan tali pusat, dan warna kulit bayi Ny.Y

semua dalam batas normal dan tali pusat bayi sudah terlepas saat usia 8 hari.

Hal tersebut sejalan dengan teori menurut (Krisyanasari, 2010) yaitu sisa tali

pusat yang masih menempel pada di perut bayi akan mengering dan

biasanya akan terlepas sendiri dalam kurun waktu satu minggu setelah lahir.

Penulis sependapat dengan teori tersebut karena tali pusat bayi Ny.Y

telah lepas setelah usia 8 hari dan pusat dalam keadaan baik.

Setiap dilakukan kunjungan rumah, bayi Ny.Y tidak pernah mendapat

makanan selain ASI dan dapat menyusu dengan baik dikarenakan ASI

diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari dan

setiap malam. Hal ini sejalan dengan teori yang rekomendasi kepada para
ibu, bila memungkinkan memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan

menerapkan pemberian ASI secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi,

setiap hari dan setiap malam.

Penulis sependapat dengan teori tersebut karena ASI merupakan

makanan terbaik untuk bayi untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya

sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

Saat dilakukan kunjungan rumah didapatkan bayi mengalami

penurunan berat badan saat lahir berat badan bayi 3150 gram saat dilakukan

kunjungan rumah didapatkan berat badan bayi 2900 gram.

Sehingga penulis memberikan KIE tentang penurunan berat badan

bayi, menurut (Krisyanasari, 2010) penurunan berat badan bayi baru lahir

wajar terjadi karena bayi masih dalam proses adaptasi.

Pada kunjungan selanjutnya di lakukan pengukuran berat badan bayi

3100 gram berat badan bayi bertambah karena bayi mulai beradaptasi sesuai

dengan teori (Krisyanasari, 2010). Masalah ini teratasi sesudah diberikan

KIE oleh penulis.

6. Pelayanan Keluarga Berencana

Tanggal 9 April 2019 Ny.Y mengatakan ada rencana menggunakan

alat kontrasepsi, mengingat Ny.Y sedang dalam proses menyusui dan ingin

memberikan ASI ekslusif kepada bayinya dan riwayat KB Pil sehingga

penulis memberi KIE mengenai berbagai macam alat kontrasepsi terutama

kontrasepsi jangka panjang.


Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Handayani,

2010), KB merupakan metode dalam menjarangkan kehamilan, karena

kontrasepsi dapat menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan sel telur dengan sel sperma.

Ibu pada awalnya sedikit takut mengenai KB IUD namun setelah

dijelaskan mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping mengenai KB

IUD ibu memikirkan kembali saran dari penulis dan mengatakan akan

mencoba menggunakan KB IUD saat hari ke 40 masa nifas.

B. Keterbatasan Pelaksanaan Asuhan

Dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny.Y di

temukan beberapa hambatan dan keterbatasan yang menyebabkan pelaksanaan

study kasus tidak berjalan dengan maksimal. Keterbatasan - keterbatasan

tersebut antara lain adalah ;

1. Keterbatasan pada klien

Kurangnya pengetahuan klien mengenai resiko jarak kehamilan < 2

tahun pada saat masa kehamilan sehingga ibu perlu mendaatkan pemantauan

selama kehamilannya dan ada beberapa waktu kunjungan yang tidak sesuai

jadwal karena menyesuaikan dengan kesediaan waktu klien untuk dilakukan

kunjungan.
2. Keterbatasan pada penulis

Pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif yang bersamaan

dengan kegiatan PKL II, mentoring, IPE dan kondisi penulis yang sedang

hamil terkadang menyebabkan kesulitan bagi penulis untuk mengatur

waktu. Waktu yang tersedia untuk penulis melakukan asuhan terkadang

sangat terbatas, sehingga menyebabkan kurang maksimalnya asuhan yang

diberikan dan COC kurang berlangsung secara berkesinambungan.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.Y

di wilayah kerja Puskesmas Muara Rapak, dapat diambil kesimpulan bahwa

penulis:

1. Mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dimana pada

saat pengkajian terdapat kesenjangan yaitu ibu hamil dengan jarak

kehamilan < 2 tahun yang termasuk dalam kehamilan resiko tinggi. Sudah

dilakukan intervensi dengan memberikan ibu KIE mengenai resiko jarak

kehamilan terlalu dekat sehingga ibu tidak mengalami keadaan gawat

darurat.

2. Mampu melakukan asuhan bayi baru lahir secara komprehensif. Bayi lahir

secara spontan, segera menangis dan tidak tampak kelainan kongenital.

3. Mampu melakukan asuhan nifas secara komprehensif. Masa nifas Ny.Y

berjalan dengan normal tanpa adanya penyulit.

4. Mampu melakukan asuhan neonatus secara komprehensif. Masa neonatus

dalam batas normal tidak ditemukan masalah menyusui pada bayi, bayi

dapat menyusu dengan baik dan mendapat asi eksklusif.

5. Mampu memberikan pelayanan keluarga berencana secara komprehensif

sesuai kondisi Ny.Y. Klien telah memilih menjadi calon akseptor KB

IUD.
B. Saran

1. Bagi Puskesmas Wilayah Kerja Setempat

a. Bidan diupayakan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan

pasien agar tercipta suasana yang terbuka dan harmonis, sehingga

dapat meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya dalam

memberikan pelayanan kebidanan pada masa kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir serta keluarga berencana.

b.Bidan diupayakan melakukan penyuluhan tentang jarak/interval

kehamilan yang terlalu dekat karena hal tersebut merupakan resiko

tinggi terhadap kehamilan berikutnya.

2. Bagi Prodi D-III Kebidanan Balikpapan

Kepada Prodi D-III Kebidanan Balikpapan diharapkan laporan tugas akhir

ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan bidan khususnya dalam

pemberian asuhan kebidanan secara komprehensif serta untuk

mengevaluasi kompetensi mahasiswa dalam memberikan asuhan

kebidanan, sehingga dapat mengahasilkan bidan terampil, profesional, dan

mandiri.

3. Bagi Klien

Kepada klien diupayakan untuk dapat menambah wawasan dan

pengetahuan ibu tentang masa kehamilan khususnya jarak kehamilan yang

beresiko,
persalinan yang aman, bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan KB sehingga

dapat menjalaninya tanpa adanya komplikasi.

4. Bagi penulis

Bagi penulis diupayakan dapat menejemen waktu lebih baik lagi agar

asuhan kebidanan komprehensif bisa dilakukan secara maksimal.

Mengembangkan pola pikir ilmiah dan melaksanakan asuhan kebidanan

komprehensif melalui pendidikan dan penatalaksanaan serta mendapat

pengalaman secara nyata di lapangan agar dapat memberikan pelayanan

kebidanan yang lebih efektif dan lebih meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan yang diselenggarakan.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2015. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Trans Info Medika.

Agustiyani dan Suryani. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Ajeng, N. Perubahan Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil Trimester III. Yogyakarta.

2012.

Amirin, Tatang M. 2009. Pokok-pokok Teori Sistem. Pt Raja Granfindo Persada.


Jakarta.
Amiruddin. 2010. Studi Kasus Resiko Jarak kehamilan Ibu Hamil. Journal Medical
Unhas.
APN. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Insiasi Menyusu Dini. Jakarta : JNPK-
KR

Arisman, MB. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Arum, N. M. 2007. Sibling rivalry Pada Anak Kembar Remaja. Jakarta: EGC.

Ardiyanto, G. 2010. A to Z Cara Mendidik Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Bardosono, S. 2008. Masalah Gizi di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia.

Benson, Ralp c & Martin L.Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi Edisi 9,
Jakarta : EGC.

Bobak. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Brazelton, S. 2009. Kakak-Adik Rukun. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Chaplin, J. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Cuningham, G. 2006. Obstetri Wiliam vol.1. Jakarta : EGC.

, 2009. Obstetri Wiliam. Jakarta : EGC.

, 2014. Obstetri Wiliam Vorumel. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Dapartemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes
RI Jakarta.

. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat


Pelayanan Dasar. Jakarta : Depkes RI.

. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Depkes RI.


Delimayani, 2009. Konsep Pertumbuhan Anak. Jakarta: EGC.

Dewi, Vivian N.L, & Sunarsih, Tri. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2015.

Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, 2017.

Doenges, 2010. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC

Easterbrook, F. 2008. Two Agency Cost Explanations of Dividen, American 74, pp.
650-65

Elizabeth, Robson. (2012). Patologi dalam kehamilan : Manajemen dan Asuhan


Kebidanan. Jakart ba: EGC.

Epstein E, Dilegge A, Masback A et-al. Sonographic chacteristics of Squamous.


Ultrasound Obstet Gynecol. 2010. 36 (4) : 512-6

Estiningtyas, dkk. 2013. Hubungan Antara Anemia Dalam Kehamilan Dengan


Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr Moerwadi Surakarta Karya
ilmiah (tidak diterbitkan). Surakarta.

Evy. 2009. Perkembangan Dan Perubahan Pada Ibu Hamil. Jakarta: Erlangga.

Figures, Gardosi. 2011. Obstretics and Gynaecology. 7ed. Australia : Blackwell

Publishing.

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Hartanto, H. 2009. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan : 212 – 213.

Herawati, Rika. 2012. Faktor-faktor Perubahan Hormon Ibu Hamil. Yogyakarta :


Repha Publishing.

Hesti. 2009. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep Dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Penerbit Trans Info Media.

Hidayat. 2008. Antenatal Care Fokus. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ibung, D. 2008. Stres Pada Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Julianti D, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan. Jakarta: Puspa Swara.


Karkata M.K, Kristanto H. 2012. Panduan Penatalaksanaan Kasus Obstetri :
Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia.

Kemenkes, 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019.


Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Krisyanasari, Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika.

Kriyantono. 2008. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Yogyakarta: Fitramaya.

Kusmiyati. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitrimaya.

. 2010. Asuhan Kehamilan. Titramaya. Yogyakarta.

Kuswanti, Ina. 2014. Asuhan Kebidanan Jogjakarta. Pustaka Pelajar.

Lausman, A. et al., 2012. Screening, Diagnosis, and Management of Intrauterine


Growth Restriction. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada, 34(1),
pp.17–28.

Lestari, S. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lissaver, Avroy. 2013. At a Glance Neonatalogi. Jakarta : Erlangga. 96-100.

Lusa. 2010. Sibling rivalry.http://www.lusa.web.id/sibling-rivalry/ diakses 10 juni


2019.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Untuk Pendidikan Bidan.


Jakarta : EGC.

. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.

Marhaeni, 2016. Puerperium experience and adjustment identified psychological


varibles. Journal of Education Research and Behavioral Sciences.

Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta.


Trans Info Medika.

Mc Donald, Dean. Dentistry for the Child and Adolescent. Missouri : Mosby-Year
Book. 2009.

Mirnawati, 2016. Konsep Dasar Kehamilan Fisiologis Trimester III. Diperoleh dari
https://ilmukesehatan15.wordpress.com/2016/03/17/konsep-dasar-kehamilan-fi
siologis-trimester-iii/ . Diakses tanggal 29 April 2019

Mochtar, Roestam. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC.


Moleong, L. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muchammad, Tamyiz. 2008. Olahraga Renang Sebagai Terapi Penyakit Dalam.


Jakarta-Indonesia.

Oxorn H dan Wiliam R, Forte. 2010. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medika.

Pantikawati, Ika & Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta :


Muha Medika.

Pratami, Evi. 2015. Konsep Kebidanan Berdasarkan Kajian Filosofi Sejarah.


Magetani Forum Ilmu Kesehatan.

Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo.

. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo.

Rochjati, Poedji. 2008. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya. Airlangga
Universitas Press.

. 2010. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil Pengenalan Faktor


Resiko. Surabaya : Airlangga Universita Press.

Saifuddin. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sariwono Prawihardjo.

. 2010. Buku Panduan Peraktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatus.Jakarta : PT Bina Pustaka Sariwono Prawihardjo.

. 2011. Buku Panduan Peraktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta : PT


Bina Pustaka Sariwono Prawihardjo.

Sarwono,Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Shaffer, D & Kipp, K. 2010. Developmental Psychology Childhood & Adolescence


Eighth Edition. Wadsworth. USA.

Simkin, Penny. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi.


Jakarta : Arcan.

Siswosudarmo, HR., Anwar, H.M., & Emilia, O., 2008. Dasar Teori Bayi Baru
Lahir, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Spungin, P & Richaardson, V. 2007. Kiat mengatasi persaingan kakak-beradik;
menciptakan harmoni agar putra-putri kita saling menyayangi. Yogyakarta :
ANDI Offset.

Steinborn A,Varkonyi T. 2007. Early detection of decreased soluble HLA-G levels in


the occurrence of preeclmpsia and intrauterine growth retardation during
further course of pregnancy. Hum Immunol.

Straight, Barbara R. 2014. Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC.

Subarda, Hakimi M, Helmiyati S. 2011. Pelayanan Antenatal Care

Dalam
Pengelolaan Anemia Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Minum
Tablet Besi. Gizi Klinik Indonesia

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suherni, Widyasih, Hesty & Rahmawati, Anita. (2009). Perawatan Masa Nifas.
Jakarta : Fitramaya.

Suilivan, 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sukarni, I dan Margareth, Z.H. 2013. Kehamilan Persalinan dan Nifas, Yogyakarta :
Nuha Medika.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, ANDI.
Yogyakarta

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Angka Kematian Ibu.
Jakarta: EGC.

Tani, A., &Ponomban, T. 2007. Menciptakan Hubungan Kakak Beradik yang Rukun.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Varney Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2.Jakarta: EGC.

. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.

, 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Wasnidar. 2007. Standar Playanan Gizi Wanita Usia Subur Anemia Gizi. Dinas
Kesehatan : Semarang
Wahyuni, S. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta : EGC.

Waluyo, P. 2010. Fenomena Anak Kembar : Telaah Sibling rivalry. Jurnal


Indigenous.
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta :
Pustaka Barupess.

Waspadji, S. 2009. Dalam : Aru IN, dkk, editors. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III
Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

World Health Organization. 2014. Matenal Mortality : Geneva.

Wiknjosastro, H. 2011. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta:


FKUI

Yulianti, L. 2013. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai