Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI


NY. S UMUR 43 TAHUN P2A0 DENGAN FLOUR ALBUS
DI UPTD PUSKESMAS GEDANGAN
KABUPATEN SEMARANG

Disusun Oleh:
RINA SUHARTINI
NIM : P1337424419072

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ilmiah Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi pada Ny. S


umur 43 tahun P2A0 dengan Fluor Albus di UPTD Puskesmas Gedangan telah
diperiksa dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Semarang, ……………….2019

Pembimbing Klinik, Praktikan,

Isnaningsih, S.Tr. Keb Rina Suhartini


NIP. 19690828 199103 2 008 NIM. P1337424419072

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Dhita Aulia Octaviani, S.ST, M.Keb


NIP. 19861022 200912 2 002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan ilmiah ini dengan baik dan lancar.
Penyusunan Laporan ilmiah ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak Marsum, BE., S.Pd., MHP selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Semarang, yang telah membantu memperlancar proses
penyusunan Laporan Ilmiah.
2. Ibu Sri Rahayu, S.Kp, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang, yang telah membantu
memperlancar proses penyusunan Laporan Ilmiah.
3. Ibu Ida Ariyanti, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan Semarang
Kebidanan Poltekkes Semarang.
4. Ibu Dhita Aulia Oktaviani, S.ST.,M.Keb selaku dosen Pembimbing Institusi
5. Ibu Isnaningsih, S.Tr, Keb selaku Pembimbing Klinik
6. Ny. S yang telah membantu penulis dengan kerjasamanya yang baik dalam
penyusunan Laporan Ilmiah.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis dalam laporan Ilmiah
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis
memdapat balasan dari Allah SWT.Amin. Akhirnya penulis berharap semoga
Laporan ilmiah ini dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak.

Semarang, Desember 2019


Penulis

Rina Suhartini

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
D. Ruang Lingkup ....................................................................................... 3
E. Manfaat .................................................................................................. 3
F. Sistematika ............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Gangguan Sistem Reproduksi ................................................................ 5
1. Pengertian ......................................................................................... 5
2. Macam-macam gangguan reproduksi .............................................. 5
B. Fluor Albus ............................................................................................ 6
1. Pengertian ......................................................................................... 6
2. Klasifikasi ........................................................................................ 7
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
A. Data Subyektif ........................................................................................ 12
B. Data Obyektif ......................................................................................... 12
C. Analisa.................................................................................................... 13
D. Penatalaksanaan ..................................................................................... 13
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 15
B. Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama bukan hanya
individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas dan menyangkut berbagai
aspek kehidupan selain itu juga menjadi parameter kemampuan Negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat (Manuaba,
2009).
Kesehatan reproduksi adalah bidang multi disiplin mengenai praktik
dan penyelidikan yang berkaitan dengan keadaan fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial melainkan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
kesehatan reproduksi dan fungsi serta prosesnya (Irianto, 2014).Dengan
demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA) (Manuaba, 2009).
Angka kejadian masalah kesehatan reproduksi di Indonesia yaitu
sebanyak 65% keputihan, 21% mengalami gatal-gatal di daerah kewanitaan,
dan 13% mengalami siklus haid yang tidak teratur (Larasati dkk, 2015).
Kesehatan reproduksi dikalangan wanita harus memperoleh perhatian yang
serius, salah satunya adalah keputihan yaitu masalah yang berhubungan
dengan organ seksual wanita. Hasil dari BKKBN menyebutkan bahwa jumlah
wanita di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan
minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami
keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Data tersebut menunjukkan bahwa
keputihan pada wanita di Indonesia cukup tinggi (Yanti dkk, 2016).
Di Jawa Tengah sekitar 65% wanita juga mengalami keputihan yang
disebabkan oleh jamur, parasit seperti cacing kremi atau kuman (trikomonas
vaginalis) (Sianturi dalam Fridayani, 2015). Komplikasi yang terjadi pada
Fluor Albus yaitu infeksi vagina seperti jamur candida albican, parasit
tricomonas, condiloma aquiminata dan herpes serta luka di daerah vagina,
benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan
serviks (Sibagariang dkk, 2010).

1
Dampak keputihan dapat terjadi perlengketan pada rahim, saluran telur
atau tuba falopii sampai pembusukan indung telur oleh infeksi yang berat bisa
terjadi tuba-ovarium abses atau kantung nanahyang menekan saluran telur dan
indung telur, apabila kedua sisi kanan dan kiri dari tuba ovarium yang tertekan
abses maka dapat dikatakan bahwa wanita tidak akan bisa mendapatkan
keturunan atau mundul (Khuzaiyah, Rini dan Intan, 2015).
Keputihan fisiologis jika dibiarkan akan berisiko menjadi keputihan
yang patologis. Sehingga diperlukan perubahan perilaku seharihari untuk
menjaga organ intim tetap kering dan tidak lembab (Wijayanti, 2009).
Perempuan yang memiliki riwayat infeksi yang ditandai dengan keputihan
berkepanjangan mempunyai dampak buruk untuk masa depan kesehatan
reproduksinya. Sehingga dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan
dengan menjaga kebersihan genetalia dan melakukan pemeriksaan khusus
sehingga dapat diketahui secara dini penyebab leukorea (Manuaba, 2009)
Peran bidan untuk perempuan dengan gangguan reproduksi yakni
memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi,
menjelaskan tanda dan gejala keputihan serta memberikan penatalaksanaan
pada kasus keputihan, memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan
kewenangan pada kasus keputihan (Nurhayati dkk, 2012).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi pada Ny. S
umur 43 tahun P2A0 dengan Fluor Albus di UPTD Puskesmas Gedangan.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi pada
Ny. S umur 43 tahun P2A0 dengan Fluor Albus di UPTD Puskesmas
Gedangan.

2
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dalam pemberian Asuhan
Kebidanan Kesehatan Reproduksi pada Ny. S umur 43 tahun P2A0 dengan
Fluor Albus di UPTD Puskesmas Gedangan yaitu :
a. Mengumpulkan data subjektif
b. Mengumpulkan data objektif
c. Menegakkan diagnose
d. Melakukan perencanaan dan penatalaksanaan

D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Subjek yang akan diberikan asuhan kebidanan adalah ibu yang mengalami
keputihan
2. Tempat
Lokasi pengambilan kasus UPTD Puskesmas Gedangan
3. Waktu
Waktu dimulainya pengambilan kasus yaitu tanggal 12 Desember 2019

E. Manfaat
1. Bagi Klien
Klien dapat mengetahui dan lebih paham akan keluhan yyang dialaminya.
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat meningkatkan mutu pelayanan tenaga kesehatan terutama tenaga
bidan untuk selalu memberikan asuhan kebidanan gangguan reproduksi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat mengevaluasi sejauh mana penulis menguasai asuhan kebidanan
gangguan reprooduksi.
4. Bagi Penulis
Memberikan kemampuan mengaplikasikan teori dan praktek pada kasus
nyata dalam memberikan asuhan kebidanan gangguan reproduksi.

3
F. Sistematika Penulisan
Sistematika Laporan Ilmiah adalah sebagi berikut:
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Manfaat
E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Subyektif
B. Pengkajian Obyektif
C. Analisa Kasus
D. Penatalaksanaan Kasus
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Sistem Reproduksi


1. Pengertian
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen
kesehatan reproduksi.Hal ini dapat diketahui dari sistem pertahanan alat
kelamin atau organ reproduksi wanita yakni dari pH asam basa.Jika sistem
pertahanan ini cukup lemah, maka infeksi sering tidak terbendung dan
menjalar kesegala arah, menimbulkan infeksi mendadak dan menahun
dengan berbagai keluhan.Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau
keadaan abnormal alat kelamin adalah keputihan (Fluor Albus) (Manuaba,
2009).
Ada berbagai macam gangguan reproduksi seperti gangguan
menstruasi, syndrom pramenstruasi, kista ovari, kanker dan tumor pada
endometrium, serta salah satunya yaitu infeksi yang disebabkan oleh
bakteri maupun jamur yang sering disebut keputihan.
2. Macam-macam gangguan reproduksi
a. Infertilitas
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan pasangan usia
subur (PUS) untuk memperoleh keturunan setelah melakukan
hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa 10 usaha pencegahan
lebih dari satu tahun (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
b. Kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi
Unwanted pregnancy atau dikenal dengan kehamilan yang tidak
diharapkan merupakan suatu kondisi ketika pasangan tidak
menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan
(Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
c. Gangguan menstruasi
Menurut (Dewi, 2013), gangguan menstruasi terdiri dari:
1) Amenore yaitu keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut.

5
2) Polimenorea yaitu siklus haid lebih pendek dari biasanya atau haid
terlalu sering (< 21 hari).
3) Oligomenorea yaitu siklus haid lebih panjang/haid jarang (> 35
hari).
4) Menoragia yaitu perdarahan siklik > 8 hari dengan jumlah darah
banyak dari normal.
5) Metroragia yaitu perdarahan yang terjadi tanpa ada 11 hubungan
dengan siklus haid.
d. Pelvic Inflamatory Diseases (PID)
Penyakit radang panggul (salpingitis, pelvic inflammatory disease-
PID) adalah suatu peradangan yang menyerang tuba fallopi (saluran
penghubung indung telur dengan rahim) (Kumalasari dan
Andhyantoro, 2012).
e. Sindrom pramenstruasi
Sekitar 10-14 hari sebelum haid, perempuan kadang mengalami
perasaan tak menentu, seperti gelisah, gampang marah, mudah
tersinggung, dan biasanya menjadi lebih sensitif. Adapula yang
merasakan sampai sakit kepala, mual, perut kembung, cepat lelah, rasa
nyeri atau bengkak di payudara, dan wajah berjerawat. Inilah yang
disebut sindrom pramenstruasi. Rasa tidak nyaman ini diakibatkan
ketidakseimbangan hormone estrogen dan progesterone dalam tubuh
wanita (Azzam, 2012)

B. Fluor Albus
1. Pengertian
Fluor Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina yang
bukan merupakan darah (Sibagariang dkk, 2010). Sedangkan menurut
Kusmiran (2012) Fluor Albus merupakan keluarnya cairan selain darah
dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta
disertai rasa gatal pada bagian vagina.

6
2. Klasifikasi menurut Sibagariang dkk (2010) adalah:
a. Fluor Albus fisiologis
1) Pengertian Fluor Albus fisiologis
Dalam keadaan normal ada sejumlah secret yang mempertahankan
kelembaban vagina yang banyak mengandung epitel dan sedikit
leukosit dengan warna jernih.
2) Penyebab terjadinya Fluor Albus fisiologis antara lain:
a) Waktu sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang,
karena mulai mendapat terdapat pengaruh estrogen.
b) Wanita dewasa apabila dirangsang dan waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
c) Waktu sekitar ovulasi karena adanya produksi kelenjar–
kelenjar pada mulut serviks uteri menjadi lebih encer.
d) Pada wanita hamil disebabkan karena meningkatnya suplai
darah ke vagina dan mulut rahim sehingga terjadi penebalan
dan melunaknya selaput lendir vagina.
e) Akseptor kontasepsi pil dan IUD serta seorang wanita yang
menderita penyakit kronik atau pada wanita yang mengalami
stres.
3) Tanda dan gejala Fluor Albus fisiologis
a) Cairan yang tidak berwarna/bening
b) Tidak berbau
c) Tidak berlebihan
d) Tidak menyebabkan rasa gatal
4) Patogenesis Fluor Albus fisiologis
Leukorea atau Fluor Albus merupakan gejala dimana terjadinya
pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa
darah.Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami
berbagai perubahan mulai bayi hingga Menopause.Fluor Albus
merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis yaitu bakteri
doderlein atau lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan

7
oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan
menjadikan pH vagina menjadi asam.
5) Penatalaksanaan Fluor Albus
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari Fluor Albus,
sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti
kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa
sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau
hitam serta berbau busuk. Dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus
mencegah berulangnya yaitu dengan:
a) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
b) Setia untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
c) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya
agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan
menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk
mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembangbiak.
d) Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar tiap kali
buang air yaitu dengan arah depan ke belakang.
e) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak
berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika
perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan
cairan pembersih vagina.
f) Hindari penggunaan bedak talk, tissue atau sabun dengan
pewangi pada daerah vagina karena menyebabkan iritasi.
g) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan
penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat

8
mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan
mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
h) Menurut jurnal penelitian Mustika, Putu dan Ni (2014) tentang
Penggunaan Air Rebusan Daun Sirih terhadap Keputihan
Fisiologis di Kalangan Remaja Putri Mahasiswa Poltekkes
Denpasar, efektif untuk mengatasi keputihan fisiologis
mengingat rebusan air daun sirih sangat bermanfaat dimana
senyawa eugenol adalah mematikan jamur candida albicans
sebagai penyebab keputihan dan tannin, berupa estringen,
mengurangi sekresi cairan pada liang vagina.
6) Evaluasi Fluor Albus
Pada evaluasi kasus gangguan reproduksi dengan Fluor Albus
diharapkan dalam waktu 2 minggu Fluor Albus sudah berkurang,
tidak ada infeksi lanjut, klien merasa tidak cemas dan nyaman.

b. Fluor Albus patologis


1) Pengertian Fluor Albus patologis
Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak
leukosit.Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas
(luka).
2) Penyebab terjadinya Fluor Albus patologis adalah:
a) Infeksi Adanya kuman, jamur, parasit, dan virus dapat
menghasilkan zat kimia tertentu bersifat asam dan
menimbulkan bau yang tidak sedap.
b) Benda asing Adanya benda asing yang dapat merangsang
pengeluaran cairan dari liang senggama yang berlebihan.
c) Kanker Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel
normal yang berlebihan, sehingga mengakibatkan sel tumbuh
sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan
makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut.

9
d) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan Kadang– kadang
pada wanita ditemukan cairan dari 18 liang senggama yang
bercampur air seni atau feses, yang terjadi akibat adanya
lubang kecil dari kandung kencing atau usus ke liang senggama
akibat adanya cacat bawaan, cedera persalinan, radiasi dan
akibat kanker.
e) Menopause Pada menopause sel-sel dan vagina mengalami
hambatan dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya
hormon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal
karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul
infeksi penyerta.

3) Tanda dan gejala Fluor Albus patologis


a) Keputihan yang disertai gatal, panas pada vagina
b) Keluarnya lendir yang kental
c) Rasa panas saat kencing
d) Secret vagina berwarna putih dan menggumpal
e) Berwarna putih ke abu-abuan atau kuning dengan bau yang
menusuk
4) Patogenesis Fluor Albus patologis
Leukorea atau Fluor Albus merupakan gejala dimana terjadinya
pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa
darah.Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami
berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Fluor Albus
merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi
Fluor Albus yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila
vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan
virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang
tadinya bakteri doderlein atau lactobasillus memakan glikogen
yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk
pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini
tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa

10
membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam
vagina.
5) Penatalaksanaan Fluor Albus
a) Diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya yaitu
golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan
golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan
parasite
b) Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual,
dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih
dalam pengobatan
c) Dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim
sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah 20
berulangnya Fluor Albus
6) Evaluasi Fluor Albus
Pada evaluasi kasus gangguan reproduksi dengan Fluor Albus
diharapkan dalam waktu 2 minggu Fluor Albus sudah berkurang,
tidak ada infeksi lanjut, klien merasa tidak cemas dan nyaman.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan pada Ny. S usia 43 tahun P2A0 dengan
Fluor Albus di UPTD Puskesmas Gedangan. Penulis akan membahas kesenjangan
dan kesesuaian antara teori dan penatalaksanaan dari kasus yang ada.
A. Data Subyektif
Pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 12 Desember 2019 di
UPTD Puskesmas Gedangan penulis mendapatkan data melalui anamnesa,
meliputi: biodata, alasan datang, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat
obstetri, riwayat persalinan dan nifas yang lalu, riwayat perkawinan, riwayat
KB, pola pemenuhan sehari-hari sebelum dan selama kehamilan, data
psikososial, data spiritual, dan tingkat pengetahuan pasien (Mufdlilah, 2009:
h.7-8).
Pada kasus Fluor Albus Fisiologis ciri-cirinya keputihan yang disertai
cairan bening, tidak berbau, tidak menyebabkan rasa gatal.Pada kasus Fluor
Albus Fisiologis di UPTD Puskesmas Gedangan terdapat program
pemeriksaan IVA jadi dilakukan pemeriksaan IVA Test untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi vagina.
Pada kasus ini dimulai tanggal 12 Desember 2019 diperoleh data
subjektif yaitu Ny. S datang ke UPTD Puskesmas Gedangan dengan keluhan
sering mengalami keputihan tidak berbau, tidak gatal, dan berwarna bening.
Dalam pengkajian ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan kasus di lahan.

B. Data Objektif
Berdasarkan pemeriksaan fisik secara umum tanda-tanda vital meliputi
tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5ºC, nadi 81x/menit, pernafasan
20x/menit. Saat pemeriksaan vagina ada lendir bening tidak berbau. Pada Ny.
S dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
vagina serta penanganan yang tepat. Dalam pengkajian ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan kasus di lahan.

12
C. Analisa
Menurut Sulistyawati (2011), masalah pada Fluor Albus yang sering
muncul yaitu akibat timbul rasa cemas dan gelisah dengan keadaannya,
sedangkan kebutuhan yang diperlukan yaitu dukungan moril dan informasi
tentang Fluor Albus. Pada kasus ini dari pengkajian telah ditegakkan diagnosa
kebidanan yaitu Ny. S umur 37 tahun P2A0 dengan gangguan reproduksi
Fluor Albus Fisiologis. Masalah yang timbul pada Ny. S adalah kecemasan
pasien terhadap keadaannya.Dari masalah yang timbul maka kebutuhan yang
diberikan yaitu dorongan moral dan informasi tentang Fluor Albus.Dalam
kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan karena teori dan hasil studi
kasus sudah sesuai.

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori
meliputi memberitahu ibu bahwa ibu tidak perlu khawatir karena keadaannya
normal, memberikan KIE tentang pemeriksaan IVA yaitu usaha yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks dengan melakukan
skrining/pemeriksaan dini, melakukan inforemed consent kepada ibu untuk
dilakukan pemeriksaan IVA, mempersiapkan alat yaitu sarung tangan steril,
speculum, lidi kapas, asam asetat, lampu sorot, melakukan pemeriksaan IVA
dengan cara pasien berada di meja gyn dengan posisi litotomi, pasang
spekulum, lidi kapas yang sudah diberi asam asetat ditempelkan pada serviks
dan tunggu selama 1 menit, menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan,
memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan alat genetalia dengan
menjaganya tetap kering misalnya dengan menggunakan celana dalam yang
dapat menyerap keringat, hindari pemakaian celana dalam terlalu ketat,
biasakan mengganti celana dalam pada waktunya, membasuh alat genetalia
dari depan ke belakang, tidak menggunakan cairan pembesih vagina dan
hindari penggunaan bedak talk pada alat genetalia, meberitahu ibu cara
mengatasi keputihan fisiologis yaitu dengan rebusan air dauh sirih karena
dapat mengurangi cairan pada liang vagina ini sesuai dengan jurnal penelitian

13
Mustika, Putu dan Ni (2014), memberitahu ibu jika ada keluhan langsung
datang ke tenaga kesehatan, mendokumentasikan hasil tindakan. Dalam kasus
ini penulis tidak menemukan kesenjangan karena teori dan hasil studi kasus
sudah sesuai.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan pada ibu hamil normal Ny. S umur 43
tahun P2A0 dengan Fluor Albus di UPTD Puskesmas Gedangan, penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pengkajian data subjektif tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktik
2. Pada pengkajian data objektif tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktik.
3. Pada analisa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik
4. Pada penatalaksanaan tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori
dan praktik.
Terhadap seluruh asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah sesuai
dengan teori.Asuhan berlangsung lancar tanpa hambatan karena kerjasama
yang baik antara petugas kesehatan, dan klien.

B. Saran
Saran yang dapat penulis kemukakan setelah melakukan asuhan pada ibu
hamil normal Ny. S Sumur 43 tahun P2A0 dengan Fluor Albus di UPTD
Puskesmas Gedangan yaitu :
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan agar dapat melakukan peningkatan terhadap pelayanan yang
diberikan demi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat khususnya pada
kesehatan reproduksi.
2. Bagi Bidan/Tenaga Kesehatan
Bidan/tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi tanda dan gejala
Fluor Albus, sehingga dapat melakukan antisipasi/tindakan segera,
merencanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan Flour Albus fisiologis
agar tidak terjadi tanda-tanda patologis.

15
3. Bagi ibu
Diharapkan agar menerapkan dan memperhatikan dengan baik apa yang
sudah disampaikan petugas kesehatan untuk kesehatan diri.
4. Pendidikan
Menambah referensi tentang asuhan kebidanan pada ibu dengan flour
albus fisiologis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azzam, U. 2012. La Tahzan untuk Wanita Haid. Jakarta : Qultum Media.

Dewi, M.U.K. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
untuk Mahasiswa Bidan.Jakarta : Trans Info Media.

Fridayani, N.B. Candra, D. 2015. Hubungan Antara Perilaku Eksternal Douching


Dengan Kejadian Keputihan Pada Ibu Rumah Tangga Di Kledung
Karangdalem Banyuurip Purworejo.Jurnal Kebidanan.‘Aisyiyah.Juli 2015.
STIKES „Aisyiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Juanda, D. dan Hadrians K. 2015. Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual


Asam Asetat) untuk Pencegahan Kanker Serviks. Jurnal Kodokteran dan
Kesehatan. Vol. 2, No. 2, April 2015

Khuzaiyah, S, Rini K, dan Intan C.M. 2015. Karakteristik Wanita dengan Fluor
Albus. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 7.No. 1, Maret 2015.STIKES
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Pekalongan

Kumalasari, I dan Andhyantoro, I. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Salemba


Medika.

Manuaba, IBG. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.


Medika.

Mustika, W, Putu S.N.A dan Ni P.Y.SC. 2014. Penggunaan Air Rebusan Daun
Sirih Terhadap Keputihan Fisiologis Di Kalangan Remaja Putri
Mahasiswa Poltekkes Denpasar. Jurnal Skala Husada. Vol. 11, Nomor 1,
April 2014. Denpasar.

Sibagariang, E. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Trans Info Media.

Wijayanti, D. 2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita. Book


Marks. Jogjakarta.

Wulaningtyas, E.S dan Evita W. 2018. Hubungan Kejadian Flour Albus Dengan
Tingkat Kecemasan Terhadap Infeksi Maternal Pada WUS (Relationship
Between Albus Flour Event And Anxiety Levels Maternal Infection At
WUS). Jurnal Ners dan Kebidanan.Vo. 5, No. 2, Agustus 2018.Akademi
Kebidanan Medika Wiyata Kediri. Kediri.

Yanti, D.A.M. Sulistianingsih, A. Karani, E. 2016. Upaya Meningkatkan


Kebersihan Genetalia Remaja Putri Untuk Mencegah Kejadian Flour
Albus Di SMA Dalam Muhammadiyah Kalirejo Lampung Tengah. Jurnal
Kebidanan. Vol.14, No.2, Agustus 2016. STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung. Lampung.

Anda mungkin juga menyukai