M NIFAS HARI KE 6
DENGAN MASTITIS DI DESA RANCASUMUR
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS KOPO
TAHUN 2022
Oleh :
DESY PRATIWI
NIM : 22070545
Pembimbing
Desy Pratiwi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................3
B. Mastitis..................................................................................................................10
1. Pengertian Mastitis
2. Penyebab Mastitis
3. Tanda Gejala Mastitis
4. Penanganan Mastitis
5. Pencegahan Mastitis
BAB IV..............................................................................................................................16
A. Pengkajian Data...................................................................................................20
BAB V PENUTUP...........................................................................................................25
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSAKA
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
Nama : Mariyani
Tempat/ Tanggal Lahir : Serang, 21 Desember 1999
Alamat : Kp. Sebe RT 019 RW 005 Desa Rancasumur Kec. Kopo
No HP : 081290378280
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi
(Maritalia.2014 : 11). Menyusui adalah dasar kehidupan menurut menteri
kesehatan nila Farid Moeloek pada puncak peringatan pekan ASI sedunia
di indonesia yang telah digelar sejak pertama bulan agustus 2018 pada
peringatan kali ini. Organisasi kesehatan Dunia (WHO) mengambil
tema“Breastfeeding Foundation Of Life“ sebagai bentuk keperhatinan atas
rendahnya angka pemberian ASI ekslusif pada bayi.
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan
yang unik terhadap kesehatan ibu danbayi. Zat-zat anti infeksi yang
terkandung dalam ASI membantu melindungi bayiterhadap penyakit.
Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengannormal,
tidak sedikit ibu-ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan
payudaraakibat penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI tidak lancar
atau pengisapan oleh bayi. Pembengkakan ini akan mengakibatkan rasa
nyeri pada ibu bahkan tidak jarangibu merasa demam, oleh karena itu para
ibu dianjurkan untuk melakukan perawatanpayudara agar tidak terjadi
komplikasi seperti bendungan ASI dan puting susu lecet (Heryani, 2012).
Data kementrian kesehatan mencatat, angka inisiasi menyusui dini
(IMD). Di indonesia meningkat dari 51,8 % pada 2016 menjadi 57,8 %
pada 2017 kendati meningkat, angka itu disebut masih jauh dari target
sebesar 90% . Manfaat menyusui yang besar bagi ibu dan bayi.Angka ASI
eksklusif dari 29,5 % pada 2016 menjadi 35,7 % pada 2017. Angka ini
juga terbilang sangat kecil jika mengingat pentingnya peran ASI
bagikehidupan anak (Depkes RI, 2017).
Masalah menyusui ada beberapa macam, seperti puting susu lecet,
payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara. Puting susu
lecet sering terjadi pada ibu menyusui dan sering diakibatkan oleh teknik
menyusui yang salah. Puting susu yang lecet sering membuat ibu
menyusui malas untuk menyusui karena ibu merasakan sakit saat
menyusui, kemudian hal itu dapat menyebabkan radang payudara hingga
abses payudara. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab sering terjadi
dalam kegagalan ASI eksklusif (Sukarni, 2015).
Organisasi Kesehatan Dunia WHO (Word Health Organitation)
memperkirakan insiden mastitis pada ibu menyusui sekitar 2,6% - 33%
dan prevalensi global adalah sekitar 10%. Data masalah menyusui pada
tahun 2012 di Indonesia menunjukkan 22,5% mengalami puting susu
lecet, 42% ibu mengalami bendungan ASI, 18% ibu mengalami air susu
tersumbat, 11% mengalami mastitis dan 6,5% ibu mengalami abses
payudara yang disebabkan oleh kesalahan ibu dalam menyusui bayinya
(WHO, 2012).
Berdasarkan laporan dari survei Demografi dan kesehatan di
indonesia (SDKI, 2013) di usia 25 tahun sepertiga wanita di dunia (38%)
didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan payudara,
dan di Indonesia angka cakupan ASI esklusif mencapai 32,3 % ibu yang
memberikan ASI esklusif pada anak. Survei Demografi dan kesehatan
indonesia (SDKI) tahun 2010-2012 menujukkan bahwa 55 % ibu
menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet , kemungkinana hal
tersebut disebabkan karena kurang nya perawatan payudara selama
kehamilan. ASI esklusif diberikan selama 6 bulan dengan menerapkan
halhal berikut inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi,
ASI esklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan
atau minuman, ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan
bayi, setiap hari setiap malam ASI diberikan tidak menggunakan botol,
cangkir, maupun dot (SDKI, 2013).
Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamae terutama pada
primi para yang infeksi terjadi melalui luka pada putting susu. Biasanya
muncul gejala pada ibu demam, payudara bengkak, kemerahan dan terasa
nyeri ( Wiknjosastro, 2006).
Mastitis merupakan infeksi pada payudara yang dapat terjadi pada
masa nifas. Mastitis biasanya terjadi pada salah satu payudara dan
dapat terjadi pada minggu pertama sampai ketiga atau keempat setelah
melahirkan . Kejadian mastitis berkisar antara 2-33% pada ibu
menyusui. Pada mastitis lebih kurang 10% kasusnya dapat berkembang
menjadi abses dengan gejala yang lebih berat (Prawirohardjo 2013).
Apabilah mastitis tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara
yang bisa pecah kepermukaan kulit dan bisa menimbulkan borok yang
besar, maka luka pada putting payudara harus segera diobati karena
dapat menghambat produksi ASI ( Suherni,2009). Peran yang sangat
penting yaitu untuk bayi bisa memberi kekebalan tubuh,serta sangat baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan dan peran untuk ibu bisa
mencegah terjadinya infeksi payudara ( Atiningsih,2003).
Peran bidan sangat penting dalam dalam memberikan asuhan
kebidanan pada masa nifas untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis ibu. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini
mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali
sehari. Perawatan payudara yang dilakukan meliputi pengurutan payudara,
pengosongan payudara, pengompresan payudara, dan perawatan puting
susu (Norazizah, 2013).
Berdasarkan uraian diatas angka kejadian mastitis pada masa nifas
masih cukup tinggi dan apabila mastitis tidak segera ditanganiakan terjadi
abses payudara, Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil
tentang “Asuhan Kebidanan Pada Ny. Nifas 6 Hari Di Desa Rancasumur
Tahun 2022”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengetahui “Bagaimana Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
Hari Ke-6 Pada Ny. M Dengan mastitis di Desa Rancasumur di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Kopo”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakkan
diagnosa, melakukan asuhan kebidanan yang benar dan tepat suatu
teori yang berhubungan dengan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Ny.
Dengan Mastitis di Desa Rancasumur di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Kopo.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sesuai fakta
dibandingkan teori asuhan kebidanan pada ibu nifas.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis dan menentukan
masalah dan masalah potensial
c. Mampu melakukan tindakan segera jika dibutuhkan pada asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
d. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan kebidanan yang benar dan
tepat sesuai dengan diagnosis dan masalah pada pada ibu nifas.
e. Mahasiswa mampu membuat rasionalisasi asuhan yang telah
diberikan pada ibu nifas.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang di
berikan pada ibu nifas.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi salah satu bahan pembelajaran dan sumber informasi
dalam memberikan Kasus Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Hari Ke-6
Dengan mastitis.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan mastitis dengan baik dan benar, dan dapat memberikan informasi
yang sesuai dengan asuhannya.
3. Bagi Pasien
Dapat menambah wawasan/informasi sesuai dengan asuhan yang
diberikan oleh bidan dan mendapatkan pelayanan yang optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Mastitis
1. Pengertian Mastitis
Mastitis merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keadaan inflamasi atau peradangan pada
jaringan payudara ( Saleha 2009 ) keadaan ini mungkin disertai
infeksi,namun bisa juga terjadi tanpa adanya infeksi.
2. Patofisiologi Mastitis
a. Statis ASI
Statis ASI terjadi ketika ASI tidak dikeluarkan dari payudara
secara efisiensi.
b. Infeksi
Infeksi yang paling banyak ditemukan pada mastitis adalah
infeksi Staphylococcus aureus. Organisme lain yang bisa
menyebabkan adalah Streptococcus dan S.epidermidis.
Mekanisme masuknya pathogen ke dalam kelenjar mammae
masih belum diketahui pasti, tetapi diduga dapat terjadi
melalui duktus laktiferus ke lobus payudara, melalui jalur
hematogen,atau dari fisura pada putting ke system limfatik
periduktal.
c. Terbentuknya Abses
Adanya infeksi pada kelenjar mammae akan memyebabkan
terbentuknya jaringan granula disekitar peradangan . jaringan
yang ini nantinya akan menjadi kapsul abses. Abses
cenderung terletak di payudara perifer.
3. Penyebab Mastitis
Pada ibu menyususi, mastitis sering kali disebabkan saluran
susu yang tersumbat. Hal ini menyebabkan keadaan statis dari
ASI, di mana ASI yang diproduksi tidak dapat dikeluarkan dari
payudara. Keadaan statis sendiri dapat dipengaruhi beberapa
faktor misalnya latch on yang kurang baik saat menyusui, bayi
nyang kesulitan menyedot ASI dari payudara, dan kebiasaan
menyusui yang tidak teratur ( Saleha 2009).
4. Tanda dan gejala
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan mastitis yaitu :
menurut Babyologist (2019) tanda dan gejala yang mungkin
ditemukan pada penderita mastitis antara lain : 1)Payudara
bengkak, tersa nyeri saat ditekan, panas,gatal dan merah.2) Suhu
tubuh meningkat 3) Terjadi disalah satu payudara atau bahkan dua-
duanya. 4) Teraba benjolan disekitar payudara 5) Sebaiknya
menghubungi dokter.
5. Komplikasi
a) Penghentian menyusui dini
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang
membuat seorang ibu memutuskan untuk berhenti menyusui,
penghentian menyusui secara mendadak dapat meningkatkan
resiko terjadinya abses.
b) Abses
Merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat, Bila terdapat
daerah payudara teraba keras, merah dan tegang walaupun
telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan mastitis
berlanjut menjadi abses.
c) Mastitis berulang/ kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena
pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar
beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang,
serta mengatasi stress.
d) Infeksi jamur
Komplikasi skunder pada mastitis berulang adalah infeksi
jamur seperti candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan
setelah ibu mendapat terapi antibiotic. Infeksi jamur biasanya
didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang
menjalar di sepanjang saluran ASI.( Ema Alasiry.2021)
5. Penatalaksanaan mastitis
Pasal 41
(1) Praktik Kebidanan dilakukan di:
a. Tempat Praktik Mandiri Bidan; dan
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
(2) Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan serta
mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi, dan
standar prosedur operasional.
Pasal 42
(1) Pengaturan, penetapan dan pembinaan Praktik Kebidanan
dilaksanakan oleh Konsil.
(2) Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia yang diatur dengan
Peraturan Presiden.
Pasal 43
(1) Bidan lulusan pendidikan diploma tiga hanya dapat melakukan
Praktik Kebidanan di Fasilitas pelayanan Kesehatan.
(2) Bidan lulusan pendidikan profesi dapat melakukan Praktik
Kebidanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan dan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lainnya.
(3) Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan hanya pada 1 (satu) Tempat Praktik Mandiri Bidan.
Pasal 44
(1) Bidan lulusan pendidikan profesi yang menjalankan Praktik
Kcbidanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan wajib memasang
papan nama praktik.
(2) Ketentuan mengenai papan nama praktik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Bidan yang tidak memasang papan nama praktik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 45
(1) Bidan yang menjalankan Praktik Kebidanan di Tempat Praktik
Mandiri Bidan wajib melengkapi sarana dan prasarana pelayanan
sesuai dengan standar pelayanan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Bidan yang tidak melengkapi sarana dan prasarana pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif
berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 46
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan secara bersama atau sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Pasal 47
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat
berperan sebagai:
a. pemberi Pelayanan Kebidanan;
b. pengelola Pelayanan Kebidanan;
c. penyuluh dan konselor;
d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan
perempuan; dan/atau f. peneliti.
(2) Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 48 Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya.
Paragraf 1 Pelayanan Kesehatan Ibu Pasal 49 Dalam menjalankan
tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal;
d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, nifas, dan rujukan; dan
f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta
asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
Paragraf 2 Pelayanan Kesehatan Anak Pasal 50 Dalam
menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan
berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi,
balita, dan anak prasekolah;
b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan
anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan
tumbuh kembang, dan rujukan; dan
d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi
baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.
Paragraf 3 Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan
Keluarga Berencana Pasal 51 Dalam menjalankan tugas
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1)
huruf c, Bidan berwenang melakukan komunikasi, informasi,
edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Jenis Identitas Istri Suami
Nama Ny. M Tn. M
Umur 23 Tahun 25 Tahun
Suku/Bangsa Sunda/ Indonesia Sunda/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan IRT Buruh
Alamat Rumah Kp Sebe RT 019 RW Kp. Sebe RT 019 RW
005 005
No HP 081290378280 -
Anamnesa pada tanggal: 13 Desember Pukul 08.30 WIB Oleh Bidan Desy
1) Keluhan utama
Bidan melakukan kunjungan rumah pada Ibu nifas Ny. M hari ke-6
mengeluh payudara bengkak, nyeri saat ditekan, panas, gatal dan
merah, demam, ada benjolan disekitar disekitar payudara sebelah
kanan.
2) Riwayat Antenatal
Pemeriksaan di : Desa Rancasumur
Para : Primipara
b. Pola Eliminasi
BAB : 1-2 kali/hari
BAK : 3-4 kali/hari
c. Mobilisasi : Dilakukan
d. Pola Aktifitas Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pola Istirahat : + 7 jam
f. Personal Hygiene : 2-3x/hari ganti
celana dalam
g. Pola Seksual :-
3. Psikososial Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya
Ibu mengatakan keluarga sangat senang dengan kehamilannya dan
mendukung kehamilannya.
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 110/70 mmHG
Nadi : 80 x/mnt
Pernafasan : 22 x/mnt
Suhu : 38,5 °C
Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Muka : Simetris tidak edema
Mata : Konjungtiva : tidak pucat, Sklera : Putih
b. Dada dan Axila (ketiak)
Mamae : Pembengkakan : ada, payudara sebelah kanan
Benjolan : ada benjolan di payudara sebelah kanan
Simetris : Ya, kiri dan kanan tidak simetris
Kemerahan : Ada
Areola : Menghitam
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Asi Transisi
Axilla : Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
pembesaran Nyeri Tekakan : Ada
c. Abdomen
TFU : pertengahan pusat dan simfisis
Kontraksi : Tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
Kembung : Tidak
d. Ekstermitas
Tungkai : Tidak ada pembengkakan Nyeri : tidak,
Merah: /tidak
Edema : Tidak ada
e. Ano-genital
Lochea : Sanguinolenta
Bau : Khas
Jahitan Perineum : tidak ada
Penyembuhan luka: tidak ada
f. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : tidak dilakukan
ASSASMENT
Ny. M. Umur 23 tahun P1A0 Post Partum Hari ke-6 Dengan Mastitis
PENATALAKSANAAN
Hari dan Tanggal : Selasa, 13 Desember 2022 Tanda / Gejala / keluhan yang
Tempat Praktik : Desa Rancasumur dialami pasien
Nama : Desy Pratiwi
Program Studi : Profesi Kebidanan Data Subjektif : Bidan
DIAGNOSA melakukan kunjungan rumah .
Ny M P1A0Post Partum Hari pada Ibu Nifas Ny. M umur 23
ahun hari ke-6 mengeluh
Ke 6 Dengan Mastitis
payudara bengkak,nyeri saat
Diagnosa Potensial : Abses
ditekan,panas,gatal dan
merah,demam,ada benjolan
Payudara disekitar payudara sebelah
kanan.
Data Objektif :KU
Baik,Kesadaran : CM, TD
Tanda / Gejala / keluhan secara 1. Patofisiologi Mastitis 110/70 mmhg, N 80 x/menit, R
teori : Menurut ( Babylogist 2019) a. Statis ASI 20 x/menit, S 38,5.Payudara :
Statis ASI terjadi ketika ASI tidak Pembengkakan : ada disebelah
Beberapa faktor yang dapat
dikeluarkan dari payudara secara kanan payudara, Benjolan :
menyebabkan mastitis yaitu : 1) ada disebelah kanan
Payudara bengkak,terasa nyeri saat efisiensi.
payudara.Simetris :sebelah
ditekan,panas,gatal dan merah.2) b. Infeksi
kanan payudarah tidak
Suhu tubuh meningkat.3) Terjadi Infeksi yang paling banyak ditemukan simetris,kemerahan TFU
disalah satu payudara atau bahkan pada mastitis adalah infeksi pertengahan pusat dan
dua-duanya.4) Teraba benjolan Staphylococcus aureus. Organisme lain simfisis,kandung kemih
disekitar payudara,5) Sebaiknya yang bisa menyebabkan adalah kosong. Pasien mengatakan
menghubungi dokter. Streptococcus dan S.epidermidis. sudah tidak terasa mules
Mekanisme masuknya pathogen ke dalam seperti awal setelah
kelenjar mammae masih belum melahirkan,keadaan lochea
diketahui pasti, tetapi diduga dapat sanguinolenta.
terjadi melalui duktus laktiferus ke
lobus payudara, melalui jalur
hematogen,atau dari fisura pada putting
ke system limfatik periduktal.
c. Terbentuknya Abses
Adanya infeksi pada kelenjar mammae
akan memyebabkan terbentuknya
jaringan granula disekitar peradangan .
jaringan yang ini nantinya akan menjadi
kapsul abses. Abses cenderung terletak di
payudara perifer.
Asuhan yang diberikan:
1. Memberitahukan cara mengosongkan payudara : 1)Ibu harus diberitahu untuk menyusui lebih sering,
dimulai dari payudara yang sakit. Jika ras sakit mulai sangat mengganggu, maka dapat beralih ke
payudara lainya.2) Posisi bayi di payudara dengan dagu atau hidung mengarah pada sumbatan
akan membantu akan membantu menghilangkan sumbatan.3) Memijat payudara selama menyusui
dengan minyak nabati atau pelumas lain juga dapat membantu pengosngan payudara 4) Setelah
menyusui kosongkan payudara lebih lanjut menggunakan tangan atau pompa.
2. Memberitahu Terapi Suportif dengan menganjurkan : 1) Istirahat 2) Kosumsi cairan yang cukup.dan
nutrisi yang adekuat,3) Kompres hangat ke payudara sesaat sebelum menyusui dapat membantu
aliran susu.4) Dan setelah menyusui atau sesudahnya dilakukan kompres dingin untuk mengurangi
rasa sakit dan edema.
3. Memberikan terapi Farmakologi, untuk penatalaksanaan lebih lanjut kolaborasi dengan
dokter,instruksi dokter : a) Pemberian obat amoxicillin xv.3x1 a.500mg. b) pemberian obat
paracetamol xv,3x1 a.500mg.
PEMBAHASAN
A. Pengkajian data
Pada pengkajian data ini, didapati hasil data subjektif pada tanggal
13 Desember 2022 diperoleh informasi dari hasil wawancara atau
anamnesa pada Ny. M usia 23 tahun, beragama islam, kebangsaan
sunda/ Indonesia, pendidikan terakhir SD, pekerjaan Ibu Rumah
Tangga, dan suami bernama Tn. M, usia 25 tahun, agama islam
kebangsaan sunda /Indonesia, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
buruh, dan suami istri ini beralamatkan di Kp. Sebe RT 019 RW 005
Desa Rancasumur Kecamatan Kopo Kab Serang-Banten.
Hasil pengkajian dari data Subjektif didapatkan keluhan NY.M.
mengeluh payudara bengkak, nyeri saat ditekan, panas, gatal dan
merah, demam, ada benjolan disekitar payudara. Data Objektif Keadaan
umum : Baik, Kesadaran : Compos mentis. TD 110/70 mmhg, N 80
x/menit, R 20 x/menit, S 38,5. Payudara : bentuk payudara kiri dan
kanan tidak simetris, bagian payudara memerah dan bengkak, area
payudara tersebut nyeri apabila disentuh, area payudara tertentu terasa
panas , benjolan pada payudara, TFU pertengahan pusat dan simfisis,
kotraksi keras, kandung kemih kosong. Tidak ada tanda-tanda infeksi,
Lochea sanguinolenta. Kasus diatas merupakan ibu nifas hari ke 6
dengan tanda dan gejala mastitis. Hal ini senada menurut Saleha
( 2009) yang mengatakan tanda dan gejala mastitis adalah bagian
payudara memerah dan bengkak,area payudara tersebut nyeri apabila
disentuh,area payudara tertentu teraba panas,benjolan pada payudara,
sensasi terbakar pada payudara, bisa dirasakan terus menerus atau
hanya saat menyusui, gejala serupa flu, demam dan mengigil,
kelelahan, tubuh terasa pegal atau nyeri.
B. Assesment (Menegakan Diagnosis & Masalah, Diagnosa & Masalah
Potensial, dan Tindakan Segera Jika Dibutuhkan).
Berdasarkan data subjektif dan objektif ditemukan diagnosis yaitu
Ny. M Umur 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke-6 dengan Mastitis.
Hal ini senada dengan Varney (2004) Manajemen asuhan kebidanan
merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam asuhan
kebidanan dan menegakkan diagnose diperlukan pengkajian data
subjektif didapatkan dari anamnese dan data objektif dari hasil
pemeriksaan fisik dan penunjang diagnostik. Dari kasus diatas
menunjukkan diagnose mastitis pada ibu nifas hari ke 6 hal ini
senada menurut pakar mastitis adalah merupakan istilah yang di
gunakan untuk menggambarkan keadaan inflamasi atau peradangan
pada payudara ( Saleha, 2009) Pada kasus ini harus mendapatkan
penanganan yang benar dan tepat supaya tidak terjadi komplikasi
atau diagnose potensial abses payudara, hal ini senada dengan
pendapat saleha ( 2009) mengatakan komplikasi mastitis adalah abses.
C. Asuhan Kebidanana Pada Ibu Nifas 6 Hari
Berdasarkan hasil diagnose masalah dan hasil dari
pengkajian data subjektif dan objektif.maka asuhan yang diberikan
pada Ny.M Umur 23 tahun P1A0 posrpartum hari ke 6 dengan mastitis
adalah :
1. Memberitahukan cara mengosongkan payudara : 1)Ibu harus
diberitahu untuk menyusui lebih sering, dimulai dari payudara
yang sakit. Jika ras sakit mulai sangat mengganggu, maka
dapat beralih ke payudara lainya.2) Posisi bayi di payudara
dengan dagu atau hidung mengarah pada sumbatan akan
membantu akan membantu menghilangkan sumbatan.3)
Memijat payudara selama menyusui dengan minyak nabati
atau pelumas lain juga dapat membantu pengosngan payudara
4) Setelah menyusui kosongkan payudara lebih lanjut
menggunakan tangan atau pompa.
2. Memberitahu Terapi Suportif dengan menganjurkan : 1) Istirahat
2) Kosumsi cairan yang cukup.dan nutrisi yang adekuat,3)
Kompres hangat ke payudara sesaat sebelum menyusui dapat
membantu aliran susu.4) Dan setelah menyusui atau sesudahnya
dilakukan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit dan
edema.
3. Memberikan terapi Farmakologi, untuk penatalaksanaan lebih
lanjut kolaborasi dengan dokter,instruksi dokter : a) Pemberian
obat amoxicillin xv.3x1 a.500mg. b) pemberian obat paracetamol
xv,3x1 a.500mg.
DAFTAR PUSTAKA
Bartini, I. 2014. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Dewi, V.N.L., dan T. Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hutahaean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes.
Kusmiyati, Y. Wahyuningsih, dan Sujiyatini. 2010. Perawatan Ibu hamil.
Yogyakarta; Fitramaya.
Manuaba, I.A.C. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mochtar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:EGC.
Mulati, Erna, (ed.). 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak Continuum Of
Carelife Cycle. Jakarta:
Kemenkes Nugroho, T, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Pantiawati, I, dan Saryono. 2015. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Rukiah, A.Y., dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Edisi Revisi. Jakarta:
Trans Info Media.
Saifuddin. A.B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta: Salemba Medika.