Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

M NIFAS HARI KE 6
DENGAN MASTITIS DI DESA RANCASUMUR
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS KOPO
TAHUN 2022

Oleh :
DESY PRATIWI
NIM : 22070545

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M NIFAS HARI KE 6 DENGAN


MASTITIS DI DESA RANCASUMUR DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS KOPO
TAHUN 2022

Telah disetujui, diperiksa, Dan siap diujikan dihadapan Tim penguji

Pembimbing

(Nofa Anggraini, S.ST, M.Kes)


NIDN: 0306118305
PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada NY. M Nifas Hari ke 6 Dengan
Mastitis Di Desa Rancasumur Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo ”.
Dalam penyusunan Laporan Kasus ini, penulis banyak mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, M.Pd Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Hj. Siti Juhaeni, S.ST Kepala UPT Puskesmas Kopo yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data. .
4. Ibu Maryani ,S.Si.T,M.Keb Ka.Prodi Profesi Bidan yang telah banyak
memberikan pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam pembuatan Studi
Kasus.
5. Ibu Nofa Anggraini, S.ST, M.Kes, Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam
melakukan perbaikan- perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
6. Kedua Orang tua serta keluarga besar yang selalu mendo’akan, memotivasi
dan membantu dengan tulus dan ikhlas. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Serang , 11 Januari 2023


Penulis

Desy Pratiwi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS..........................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................1

B. Tujuan....................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................5

A. Tinjauan Umum Masa Nifas..................................................................................5

1. Definisi Masa Nifas

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

3. Tahapan Masa Nifas

4. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas

5. Perubahan Psikologi Pada Masa Nifas

6. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas

7. Perawatan Masa Nifas

8. Asuhan Kunjunngan Nifas

9. Penatalaksanaan Masa Nifas

B. Mastitis..................................................................................................................10

1. Pengertian Mastitis

2. Penyebab Mastitis
3. Tanda Gejala Mastitis

4. Penanganan Mastitis

5. Pencegahan Mastitis

C. Undang – Undang Yang Berkaitan Dengan Wewenang Bidan

BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................................10

A. Dokementasi Dalam Bentuk Pathway Asuhan Kebidanan...................................11

BAB IV..............................................................................................................................16

A. Pengkajian Data...................................................................................................20

B. Penegakkan Diagnosa Dan Masalah....................................................................23

C. Asuhan Kebidanan Yang Diberikan....................................................................24

BAB V PENUTUP...........................................................................................................25

A.Kesimpulan

B.Saran

DAFTAR PUSAKA
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mariyani
Tempat/ Tanggal Lahir : Serang, 21 Desember 1999
Alamat : Kp. Sebe RT 019 RW 005 Desa Rancasumur Kec. Kopo
No HP : 081290378280

Bersama ini menyatakan kesediannya untuk melakukan Tindakan dan


prosedur pengobatan pada diri saya, persetujuan ini saya berikan setelah mendapat
penjelasan dari operator / tenaga Kesehatan yang berwenang atas fasilitas tersebut
di atas.
Demikian surat persetujan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun
dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Serang, 13 Desember 2022


Pemeriksa Pembuat Pernyataan

Desy Pratiwi Mariyani


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi
(Maritalia.2014 : 11). Menyusui adalah dasar kehidupan menurut menteri
kesehatan nila Farid Moeloek pada puncak peringatan pekan ASI sedunia
di indonesia yang telah digelar sejak pertama bulan agustus 2018 pada
peringatan kali ini. Organisasi kesehatan Dunia (WHO) mengambil
tema“Breastfeeding Foundation Of Life“ sebagai bentuk keperhatinan atas
rendahnya angka pemberian ASI ekslusif pada bayi.
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan
yang unik terhadap kesehatan ibu danbayi. Zat-zat anti infeksi yang
terkandung dalam ASI membantu melindungi bayiterhadap penyakit.
Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengannormal,
tidak sedikit ibu-ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan
payudaraakibat penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI tidak lancar
atau pengisapan oleh bayi. Pembengkakan ini akan mengakibatkan rasa
nyeri pada ibu bahkan tidak jarangibu merasa demam, oleh karena itu para
ibu dianjurkan untuk melakukan perawatanpayudara agar tidak terjadi
komplikasi seperti bendungan ASI dan puting susu lecet (Heryani, 2012).
Data kementrian kesehatan mencatat, angka inisiasi menyusui dini
(IMD). Di indonesia meningkat dari 51,8 % pada 2016 menjadi 57,8 %
pada 2017 kendati meningkat, angka itu disebut masih jauh dari target
sebesar 90% . Manfaat menyusui yang besar bagi ibu dan bayi.Angka ASI
eksklusif dari 29,5 % pada 2016 menjadi 35,7 % pada 2017. Angka ini
juga terbilang sangat kecil jika mengingat pentingnya peran ASI
bagikehidupan anak (Depkes RI, 2017).
Masalah menyusui ada beberapa macam, seperti puting susu lecet,
payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara. Puting susu
lecet sering terjadi pada ibu menyusui dan sering diakibatkan oleh teknik
menyusui yang salah. Puting susu yang lecet sering membuat ibu
menyusui malas untuk menyusui karena ibu merasakan sakit saat
menyusui, kemudian hal itu dapat menyebabkan radang payudara hingga
abses payudara. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab sering terjadi
dalam kegagalan ASI eksklusif (Sukarni, 2015).
Organisasi Kesehatan Dunia WHO (Word Health Organitation)
memperkirakan insiden mastitis pada ibu menyusui sekitar 2,6% - 33%
dan prevalensi global adalah sekitar 10%. Data masalah menyusui pada
tahun 2012 di Indonesia menunjukkan 22,5% mengalami puting susu
lecet, 42% ibu mengalami bendungan ASI, 18% ibu mengalami air susu
tersumbat, 11% mengalami mastitis dan 6,5% ibu mengalami abses
payudara yang disebabkan oleh kesalahan ibu dalam menyusui bayinya
(WHO, 2012).
Berdasarkan laporan dari survei Demografi dan kesehatan di
indonesia (SDKI, 2013) di usia 25 tahun sepertiga wanita di dunia (38%)
didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan payudara,
dan di Indonesia angka cakupan ASI esklusif mencapai 32,3 % ibu yang
memberikan ASI esklusif pada anak. Survei Demografi dan kesehatan
indonesia (SDKI) tahun 2010-2012 menujukkan bahwa 55 % ibu
menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet , kemungkinana hal
tersebut disebabkan karena kurang nya perawatan payudara selama
kehamilan. ASI esklusif diberikan selama 6 bulan dengan menerapkan
halhal berikut inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi,
ASI esklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan
atau minuman, ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan
bayi, setiap hari setiap malam ASI diberikan tidak menggunakan botol,
cangkir, maupun dot (SDKI, 2013).
Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamae terutama pada
primi para yang infeksi terjadi melalui luka pada putting susu. Biasanya
muncul gejala pada ibu demam, payudara bengkak, kemerahan dan terasa
nyeri ( Wiknjosastro, 2006).
Mastitis merupakan infeksi pada payudara yang dapat terjadi pada
masa nifas. Mastitis biasanya terjadi pada salah satu payudara dan
dapat terjadi pada minggu pertama sampai ketiga atau keempat setelah
melahirkan . Kejadian mastitis berkisar antara 2-33% pada ibu
menyusui. Pada mastitis lebih kurang 10% kasusnya dapat berkembang
menjadi abses dengan gejala yang lebih berat (Prawirohardjo 2013).
Apabilah mastitis tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara
yang bisa pecah kepermukaan kulit dan bisa menimbulkan borok yang
besar, maka luka pada putting payudara harus segera diobati karena
dapat menghambat produksi ASI ( Suherni,2009). Peran yang sangat
penting yaitu untuk bayi bisa memberi kekebalan tubuh,serta sangat baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan dan peran untuk ibu bisa
mencegah terjadinya infeksi payudara ( Atiningsih,2003).
Peran bidan sangat penting dalam dalam memberikan asuhan
kebidanan pada masa nifas untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis ibu. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini
mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali
sehari. Perawatan payudara yang dilakukan meliputi pengurutan payudara,
pengosongan payudara, pengompresan payudara, dan perawatan puting
susu (Norazizah, 2013).
Berdasarkan uraian diatas angka kejadian mastitis pada masa nifas
masih cukup tinggi dan apabila mastitis tidak segera ditanganiakan terjadi
abses payudara, Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil
tentang “Asuhan Kebidanan Pada Ny. Nifas 6 Hari Di Desa Rancasumur
Tahun 2022”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengetahui “Bagaimana Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
Hari Ke-6 Pada Ny. M Dengan mastitis di Desa Rancasumur di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Kopo”
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakkan
diagnosa, melakukan asuhan kebidanan yang benar dan tepat suatu
teori yang berhubungan dengan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Ny.
Dengan Mastitis di Desa Rancasumur di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Kopo.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sesuai fakta
dibandingkan teori asuhan kebidanan pada ibu nifas.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis dan menentukan
masalah dan masalah potensial
c. Mampu melakukan tindakan segera jika dibutuhkan pada asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
d. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan kebidanan yang benar dan
tepat sesuai dengan diagnosis dan masalah pada pada ibu nifas.
e. Mahasiswa mampu membuat rasionalisasi asuhan yang telah
diberikan pada ibu nifas.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang di
berikan pada ibu nifas.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi salah satu bahan pembelajaran dan sumber informasi
dalam memberikan Kasus Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Hari Ke-6
Dengan mastitis.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan mastitis dengan baik dan benar, dan dapat memberikan informasi
yang sesuai dengan asuhannya.
3. Bagi Pasien
Dapat menambah wawasan/informasi sesuai dengan asuhan yang
diberikan oleh bidan dan mendapatkan pelayanan yang optimal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Masa Nifas


1. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerperium dimulai 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan
6 minggu (42 hari). Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa
latin, yaitu puer yang artinya bayi dan paraos yang artinya
melahirkan atau berart masa sesudah melahirkan. Masa nifas
(puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama
masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil. Masa nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu
(Sarwono, 2006).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus
selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2007).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan
perawatan masa nifas adalah untuk
menghindarkan/mendeteksi adanya kemungkinan
postpartum dan infeksi.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu
dan bayi harus diberikan oleh penolong persalinan. Ibu
dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan
ibu unuk tetap membersihkan luka laserasi tetapi tidak
menarik benang jahitan.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif Melaksanakan
skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan
pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan
perawatan bayi sehat.
e. Memberikan pendidikan laktasi dan perawatan payudara,
yaitu sebagai berikut :
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Menggunakan bra yang menyokong payudara.
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau
ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali
selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan mulai
dari puting susu yang tidak lecet.
4) Lakukan masase pada payudara dan pengompresan
dengan air hangat dan air dingin apabila bengkak
dan terjadinya bendungan ASI.
f. Memberikan konseling mengenai KB.

3. Tahapan Masa Nifas


a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta
lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung
kemih, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam - 1 minggu) Pada fase ini
bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta
ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu - 5 minggu) Pada
periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).
4. Perubahan-perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
a. Perubahan Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Perubahan-
perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah
sebagai berikut:

Involusi uteri Tiggi Fundus Berat Diameter


Uteri Uterus Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 100 gram 12,5 cm
Plaenta lahir 2 jari dibawah 750 gram
pusat
7 hari (1 Pertengahan 500 gram 7,5 cm
minggu) pusat dan
simfisis
14 hari (2 Tidak teraba 350 gram 5 cm
minggu) diatas simfisis
6 minggu Bertambah 50 gram 2,5 cm
kecil
8 minggu Normal 30 gram
b. Lochea
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium (Varney, 2007).
Ada beberapa jenis lochea, yakni (Suherni, dkk, 2009) :
1) Lochea Rubra ( Cruenta) Lochea ini berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel darah desidua
(Desidua yakni selaput tenar rahim dalam keadaan
hamil), venix caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep
terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel
yang mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu halus
pada anak yang baru lahir), dan mekonium (yakni isi
usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar
usus dan air ketuban berwarna hijau).
2) Lochea Sanguinolenta Warnanya merah kuning berisi
darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3) Lochea Serosa Berwarna kuning dan cairan ini tidak
berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba Berwarna putih dan cairan ini tidak
berdarah lagi, pada hari ke 14-40 pasca persalinan.
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2
minggu.
a) Lochea Purulenta: Ini terjadi karena infeksi,
keluarnya cairan seperti nanah berbau busuk.
b) Locheohosis: Lochea yang tidak lancar
keluarnya.

c. Perubahan vagina dan perineum


1) Vagina Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan
timbul vugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan)
kembali. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan
dengan perineum tidak sering dijumpai. Mungkin
ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih
sering terjadi akibat ekstrasi dengan cunam, terlebih
apabila kepala janin harus diputar, robekan terdapat
pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan speculum.
2) Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih
besar dan pada sirkumfarensia suboksipito
bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka
bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi
kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi)
lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik
(Suherni, dkk, 2009).
d. Perubahan serviks dan segmen bawah rahim Segera setelah
plasenta, serviks dan segmen bawah rahim menjadi struktur
yang tipis, kolaps dan kendur. Mulut serviks mengecil
perlahan-lahan sebelum beberapa hari mulut serviks mudah
dimasuki oleh 2 jari, tetapi pada akhir minggu pertama
telah menjadi sedemikian sempitnya sehingga jari sulit
untuk masuk. Sewaktu serviks menyempit, serviks
menebaldan salurannya terbentuk kembali, tetapi masih ada
tanda-tanda serviks parut.
e. Rasa Sakit Yang disebut juga “after pains” (meriang atau
mules-mules) disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu, mengenai hal ini dan terlalu
menggangu dapat diberikan obat-obatan anti sakit dan anti
mules.
f. Ligament-ligament Ligament fasia dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu persalinan. Setelah bayi lahir,
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
Setelah melahirkan kebiasaan wanita Indonesia melakukan
“berkusuk” atau “berurut” dimana sewaktu diurut, banyak
wanita akan mengeluh kandungannya turun atau
terbalik.Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan dan senam pasca persalinan/senam nifas.
Biasanya striae yang terjadi pada saat akan kehamilan akan
berkurang.
g. Perubahan sistem kardiovaskuler
Penurunan volume darah diasumsikan dengan kehilangan
darah. Pada saat persalinan volume plasma menurun 1000
ml karena kehilangan darah dan diuresis. Setelah 3 hari
volume darah meningkat 1200 ml sebagai akibar cairan
ekstra seluler ke intra seluler. Total volume darah menurun
16% setelah persalinan. Perkiraan kehilangan darah dapat
dibandingkan setelah persalinan. Kehilangan darah 500 ml
akan menyebabkan pengurangan Hb 1%, nadi dan cardiac
output meningkat selama 1-2 jam post partum. Segera
setelah melahirkan, cardiac output meningkat 50-60 % dan
menurun setelah 10 menit.
h. Perubahan pada sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan
anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan
alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan
pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
hemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar
kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila
usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat
ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau
diberikan obat laksan yang lain (Ambarwati, Erna, 2009).
i. Perubahan sistem perkemihan Saluran kencing kembali
normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada:
1) keadaan/status sebelum persalinan
2) Lamanya partus kalla II yang dilalui
3) Bersarnya tekanan kepala yang menekan pada saat
persalinan (Suherni, dkk, 2009).
j. Payudara
Fisiologi dari produksi ASI masih belum sepenuhnya
dimengerti. Dipikirkan bahwa konsentrasi estrogen dan
progesteron yang tinggi sebelum kehamilan menghambat
produksi prolaktin, yang dibutuhkan untuk laktasi. Hal ini
menjelaskan mengapa seorang wanita tidak memproduksi
ASI sepanjang kehamilannya. Pada saat placenta lahir,
terjadi perubahan drastis yang mendadak pada kadar
estrogen dan progesteron. Keadaan ini membuat kelenjar
hipofise anterior memproduksi prolaktin. Produksi ASI
juga dipengaruhi oleh hisapan bayi yang dapat
menyebabkan kenaikan atau kelanjutan dari pelepasan
prolaktin dari hipofise anterior. Seorang bayi akan menekan
sinus laktiferus sewaktu menghisap ASI. Hisapan ini akan
mendorong air susu melalui ductus laktiferus menuju
tempat akhir, yaitu mulut bayi. Aliran susu dan sinus
laktiferus disebut let down dan dalam hal ini dapat
dirasakan oleh ibu.
k. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu badan Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu
tubuh mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C.
Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari
kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai
infeksi atau sepsis nifas.
2) Denyut nadi Denyut nadi ibu akan melambat sampai
sekitar 60 kali per menit, yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh.
Ini terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum.
3) Tekanan darah Tekanan darah 30x per menit) mungkin
karena ikutan tandatanda syok (Suherni, dkk, 2009).
5. Perubahan psikologi ibu nifas
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang
baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut
(Suherni, dkk, 2009):
a. Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari
hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase
ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu
akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang
dialaminya dari awal sampai akhir.
b. Fase taking hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan
ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi.
Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung
dan gampang marah.
c. Fase letting go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya.

6. Deteksi Dini Komplikasi Nifas


a. Perdarahan Pervaginam: Adalah perdarahan yang lebih atau
sama dengan 500 cc per ml pasca salin dalam 24 jam setelah
anak dan placenta lahir.
b. Menurut Waktu Terjadinya Perdarahan Ada 2 Bagian:
1) Perdarahan pasca persalin primer (Early post partum
haemorraghic): Terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
2) Perdarahan pasca persalinan sekunder (Late post partum
haemorragic): Terjadi setelah 24 jam pertama post partum,
biasanya antara hari ke 5 – 15 hari post partum.
7. Perawatan Masa Nifas
a. Nutrisi Ibu nifas dianjurkan untuk:
1) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.
2) Mengkomsumsi makanan tambahan, nutrisi 800
kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya
500kalori/hari dan tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah
kalori tersebut adalah tambahan dari kalori per harinya.
3) Mengkomsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin
A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas
ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak (Suherni, dkk, 2009).
b. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada
kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi dan
mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja
peristaltik dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi
abdominal dan konstipasi. Bidan harus menjelaskan kepada ibu
tentang tujuan dan manfaat ambulasi dini. Ambulasi ini
dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu. Terkadang ibu
nifas engganuntuk banyak bergerak karena merasa letih dan
sakit. Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi, ibu akan
terancam mengalami trombosis vena. Untuk mencegah
terjadinya trombosis vena, perlu dilakukan ambulasi dini oleh
ibu nifas. Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal,
biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan
bantuan orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan.
Sebelum waktu ini, ibu harus diminta untuk melakukan latihan
menarik napas dalam serta latihan tungkai yang sederhana Dan
harus duduk serta mengayunkan tungkainya di tepi tempat
tidur. Sebaiknya, ibu nifas turun dan tempat tidur sediri
mungkin setelah persalinan. Ambulasi dini dapat mengurangi
kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi, trombosis
vena puerperalis, dan emboli perinorthi. Di samping itu, ibu
merasa lebih sehat dan kuat serta dapat segera merawat
bayinya. Ibu harus didorong untuk berjalan dan tidak hanya
duduk di tempat tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu
dibantu karena pada saat ini biasanya ibu merasa pusing ketika
pertama kali bangun setelah melahirkan. (Bahiyatun, 2009)
c. Eliminasi
Ibu nifas hendaknya dapat berkemih spontan normal terjadi
pada 8 jam post partum. Anjurkan ibu berkemih 6-8 jam post
partum dan setiap 4 jam setelahnya, karena kandung kemih
yang penuh dapat mengganggu kontaksi dan involusi uterus.
Bila ibu mengalami sulit berkemih sebaiknya dilakukan toiler
training untuk BAB, jika ibu tidak bisa BAB lebih dari 3 hari
maka perlu diberi laksan/pencahar. BAB tertunda 2-3 hari post
partum dianggap fisiologis.
d. Istirahat
Ibu perlu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Ibu dapat berisitirahat atau tidur siang selagi bayi
tidur, pentingnya dukungan dari keluarga/suami. Bila istirahat
kurang akan mempengaruhi ibu: 1) Mengurangi jumlah ASI
yang diproduksi 2) Memperlambat proses involusio uterus dan
memperbanyak perdarahan 3) Menyebabkan depresi dan
ketidak mampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri 4)
Kebersihan Diri/Personal Hygiene.
e. Sexual/Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai
melakukan hubungan sexual kapan saja ibu siap. Banyak
budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan sexual
sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau enam
minggu setelah persalinan, keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
f. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurangkurangnya dua
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan
dapat membantu merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak akan
menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama meneteki (amenorhoe laktasi). Meskipun
beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman terutama bila ibu sudah haid lagi.
Jika pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya
untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau
pasangan dan untuk mengetahui apakah metode tersebut
bekerja dengan baik.
g. Latihan/Senam Nifas
Jelaskan pada ibu pentingnya otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung. Jelaskan bahwa latihan tertentu
beberapa menit setiap hari sangat membantu seperti:
1) Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping,
menatik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke
dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan
sampai lima, rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar
panggul (latihan kegel).
3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot,
pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan,
kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali. Mulai
dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 x lebih banyak.
Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

8. Asuhan Kunjungan Masa Nifas


Asuhan kunjungan masa nifas normal menurut (Ambarwati, Eny,
2009).
a. Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan 1)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2)
Pemantauan keadaan umum ibu. 3) Melakukan hubungan
antara bayi dengan ibu (Bounding Attachment). 4) Asi
ekslusif.
b. Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan 1)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada
tandatanda perdarahan abnormal. 2) Menilai adanya tanda-
tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal. 3)
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup. 4)
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi. 5)
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c. Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah persalinan 1)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada
tandatanda perdarahan abnormal. 2) Menilai adanya tanda-
tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal. 3)
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup. 4)
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi. 5)
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
d. Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah persalinan 1)
Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu
alami. 2) Memberi konseling untuk KB secara dini, imunisasi,
senam nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami ibu dan
bayi.

9. Evidence Based Berdasarkan WHO recommendation on postnatal


of the mother and newborn, merekomendasikan beberapa evidence
based antara lain:
a. Penatalaksanaan masa nifas
1) 24 jam pertama setelah lahir Semua wanita pasca
melahirkan harus memiliki penilaian rutin pendarahan
vagina, kontrasepsi uterus, tinggi fundus, sushu dan
denyut jantung (nadi) secara rutin selama 24 jam pertama
dimulai dari jam pertama setelah kelahiran. Tekanan darah
harus diukur segera setelah lahir. Jika normal, 66
pengukuran tekanan darah kedua harus diambil dalam
waktu enam jam. Kekosongan urin harus
didokumentasikan dalam waktu 6 jam.
2) Lebih dari 24 jam setelah lahir Pada setiap kontak pasca
kelahiran berikutnya, pertanyaan harus terus dilakukan
tentang kesejahteraan umum dan penilaian yang dibuat
mengenai hal berikut: mikturisi dan inkontinensia urine,
fungsi usus, penyembuhan luka perineum dan kebersihan
perineum, nyeri payudaram nyeri tekan uterus dan lochea.
Menyusui kemajuan harus dinilai pada setiap kontak
pascakelahiran. Pada setiap kontak pascakelahiran,
perempuan harus ditanya tentang kesejahteraan emosional
mereka, dukungan keluarga dan sosial apa yang mereka
miliki dan strategi penanganan mereka yang biasa untuk
menangani masakah sehari-hari. Semua wanita dan
ekluarga/ pasangan mereka harus didorong untuk memberi
tahu profesional perawatan kesehatan mereka tentang
perubahan suasana hati, keadaan emosi dan perilaku yang
berada diluar pola normal wanita. Pada 10-14 hari setelah
lahir, semua wanita harus ditanya tentan resolusi depresi
postpartum ringan dan sementara (“blues ibu”). Jika gejala
belum teratasi, kesejateraan psikologis wanita harus terus
dinilai untuk depresi pascanatal, dan jika gejala menetap,
dievaluasi. Peremuan harus diamati untuk risiko, tanda
dan gejala kekerasan dalam rumah tangga. Perempuan
harus diberi tahu siapa yang harus di hubungi untuk
meminta nasihat dan manajemen. Semua wanita harus
ditanya tentang kembalinya hubungan seksual dan
kemungkinan dispareunia sebagai bagian dari penilaian
kesejahteraan keseluruhan dua sampia enam minggu
setelah kelahiran. Jika ada masalah yang memprihatinkan
pada kontak pascakelahiran, wanita tersebut harus dikelola
dan / atau dirujuk sesuai dengan pedoman WHO lainnya.
b. Konseling Semua wanita harus diberikan informasi
tenantng proses pemulihan fisiologis setelah lahir, dan
bahwa beberapa masalah kesehatan umum terjadi, dengan
saran untuk melaporkan masalah kesehatan apa pun kepada
profesional perawatan kesehatan, khususnya:
1) Tanda dan gejala PPH: kehilangan darah mendadak dan
banyak atau terus menerus meningkatkan kehilangan
darah, pingsan, pusing, palpitasi/takikardia.
2) Tanda dan gejala pre-eklampsia/eklampsia: sakit kepala
disertai dengan satu atau lebih gejala ganguan
penglihatan, mual, muntah, nyeri epigastrik atau
hipokondria, merasa pingsan, kejang (Dalam beberapah
hari pertama setelah kelahiran).
3) Tanda dan gejala infeksi: demam, menggigil, sakit
perut dan / atau kehilangan vagian yang ofensif.
4) Tanda dan gejala tromboemboli: nyeri betis unilateral,
kemerahan atau pembengkakan, sesak nafas atau nyeri
dada.
5) Perempuan harus diberi konseling tentang nutrisi
6) Perempuan harus diberi penyuluhan tentang kebersihan,
terutama mencuci tangan.
7) Perempuan harus diberi penyuluhan tentang jarak
kelahiran dan keluarga berencana. Pilihan kontrasepsi
harus didiskusikan, dan metode kontrasepsi harus
disediakan jika diminta.
8) Perempuan harus diberi konselig tentang seks yang
lebih aman termasuk penggunaan kondom.
9) Didaerah endemik malaria, ibu dan bayi harus tidur fu
bawah kelambu berinsektisida.
10) Semua wanita harus didorong untuk memobillisasi
sesegera mungkin setelah kelahiran. Mereka harus
didorong untuk berolahrga ringan dan meluangkan
waktu untuk beristirahat selama periode pascanatal
c. Antibiotik profilaksis
Penggunaan antibiotik di antara wanit dengan persalinan
per vaginam dan robekan perineum tingkat ketiga atau
keempat dianjurkan untuk mencegah komplikasi luka.
Untuk merekomendasikan penggunaan antibiotik secara
rutin pada semua wanita beresiko rendah dengan persalinan
pervaginam untuk pencegahan endometritis tidak ada bukti
yang cukup.
d. Pemberian suplementasi zat besi dan asam folat
Suplementasi zat besi dan asam folat harus diberikan
setidaknya selama tiga bulan.
e. Senam nifas Senam nifas merupakan suatu latihan yang
dapat dilakukan 24 jam setelah melahirkan dengan gerakan
yang telah disesuaikan dengan kondjsj ibu-ibu setelah
melahirkan yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kekuatan otot perut setelah melahirkan.
(Brayshaw, 2008).
1) Manfaat senam nifas Manfaat senam nifas secara
umum menurut Sukaryati dan Maryunani (2011),
adalah sebagai berikut:
a) Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot
pinggul yang mengalami trauma serta
mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut
ke bentu normal.
b) Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi
longgar diakibatkan kehamilan dan persalinan,
serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih
lanjut.
c) Menghasilkan manfaat psikologis yaitu menambah
kemampuan menghadapi stress dan bersantai
sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.
Senam nifas dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, kemudia dilakukan secara teratur
setiap hari.

B. Mastitis
1. Pengertian Mastitis
Mastitis merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keadaan inflamasi atau peradangan pada
jaringan payudara ( Saleha 2009 ) keadaan ini mungkin disertai
infeksi,namun bisa juga terjadi tanpa adanya infeksi.
2. Patofisiologi Mastitis
a. Statis ASI
Statis ASI terjadi ketika ASI tidak dikeluarkan dari payudara
secara efisiensi.

b. Infeksi
Infeksi yang paling banyak ditemukan pada mastitis adalah
infeksi Staphylococcus aureus. Organisme lain yang bisa
menyebabkan adalah Streptococcus dan S.epidermidis.
Mekanisme masuknya pathogen ke dalam kelenjar mammae
masih belum diketahui pasti, tetapi diduga dapat terjadi
melalui duktus laktiferus ke lobus payudara, melalui jalur
hematogen,atau dari fisura pada putting ke system limfatik
periduktal.
c. Terbentuknya Abses
Adanya infeksi pada kelenjar mammae akan memyebabkan
terbentuknya jaringan granula disekitar peradangan . jaringan
yang ini nantinya akan menjadi kapsul abses. Abses
cenderung terletak di payudara perifer.
3. Penyebab Mastitis
Pada ibu menyususi, mastitis sering kali disebabkan saluran
susu yang tersumbat. Hal ini menyebabkan keadaan statis dari
ASI, di mana ASI yang diproduksi tidak dapat dikeluarkan dari
payudara. Keadaan statis sendiri dapat dipengaruhi beberapa
faktor misalnya latch on yang kurang baik saat menyusui, bayi
nyang kesulitan menyedot ASI dari payudara, dan kebiasaan
menyusui yang tidak teratur ( Saleha 2009).
4. Tanda dan gejala
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan mastitis yaitu :
menurut Babyologist (2019) tanda dan gejala yang mungkin
ditemukan pada penderita mastitis antara lain : 1)Payudara
bengkak, tersa nyeri saat ditekan, panas,gatal dan merah.2) Suhu
tubuh meningkat 3) Terjadi disalah satu payudara atau bahkan dua-
duanya. 4) Teraba benjolan disekitar payudara 5) Sebaiknya
menghubungi dokter.

5. Komplikasi
a) Penghentian menyusui dini
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang
membuat seorang ibu memutuskan untuk berhenti menyusui,
penghentian menyusui secara mendadak dapat meningkatkan
resiko terjadinya abses.
b) Abses
Merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat, Bila terdapat
daerah payudara teraba keras, merah dan tegang walaupun
telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan mastitis
berlanjut menjadi abses.
c) Mastitis berulang/ kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena
pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar
beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang,
serta mengatasi stress.
d) Infeksi jamur
Komplikasi skunder pada mastitis berulang adalah infeksi
jamur seperti candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan
setelah ibu mendapat terapi antibiotic. Infeksi jamur biasanya
didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang
menjalar di sepanjang saluran ASI.( Ema Alasiry.2021)
5. Penatalaksanaan mastitis

1. Memberitahukan cara mengosongkan payudara : 1)Ibu harus


diberitahu untuk menyusui lebih sering, dimulai dari payudara
yang sakit. Jika ras sakit mulai sangat mengganggu, maka
dapat beralih ke payudara lainya.2) Posisi bayi di payudara
dengan dagu atau hidung mengarah pada sumbatan akan
membantu akan membantu menghilangkan sumbatan.3)
Memijat payudara selama menyusui dengan minyak nabati
atau pelumas lain juga dapat membantu pengosngan payudara
4) Setelah menyusui kosongkan payudara lebih lanjut
menggunakan tangan atau pompa.
2. Memberitahu Terapi Suportif dengan menganjurkan : 1) Istirahat
2) Kosumsi cairan yang cukup.dan nutrisi yang adekuat,3)
Kompres hangat ke payudara sesaat sebelum menyusui dapat
membantu aliran susu.4) Dan setelah menyusui atau sesudahnya
dilakukan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit dan
edema.
3. Memberikan terapi Farmakologi, untuk penatalaksanaan lebih
lanjut kolaborasi dengan dokter,instruksi dokter : a) Pemberian
obat amoxicillin xv.3x1 a.500mg. b) pemberian obat paracetamol
xv,3x1 a.500mg.
6. Pencegahan Mastitis
Menurut putri ( 2021) pencegahan mastitis meliputi :
1. Bersihkan payudara dengan handuk,hangat untuk
meningkatkan aliran ASI
2. Gunakan teknik atau posisi yang berbeda ketika menyusui.
3. Gunakan payudara secara bergantian ketika sedang
menyusui.
4. Kosongkan payudara sepenuhnya ketika sedang menyusui
untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran
ASI.Jika bayi sudah berhenti menyusui dan payudara belum
sepenuhnya kosong, gunakan alat pompa ASI untuk
memompa ASI dan mengosongkan patudara.
5. Hindari penggunaan sabun ketika membersihkan putting.
6. Pijat payudara secara teratur untuk memperlancar ASI
7. Perbanyak kosumsi cairan untuk mencegah dehidrasi
8. Hindari penggunaan bra yang terlalu ketat.
C. Undang-undang yang berkaitan dengan kewenangan bidan, antara
lain:
Menurut Widia Astuti (2019) mengatakan Pasal 1 Undang-Undang
RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang kebidanan, selanjutnya di sebut Undang-
Undang Kebidanan menyatakan, bahwa Kebidanan adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan,
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan
anak prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
Menurut Kemenkes RI mengatakan Pada Pasal 46 Undang Undang
Tahun 2019 Kebidanan disebutkan bahwa bidan memiliki kewenangan
dalam penyelenggaraan asuhan kebidanan. Adapun wewenang tersebut
adalah :
1. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil; Masa
sebelum hamil di mulai dari remaja putri, calon pengantin, asuhan
di berikan berupa konseling, kesehatan reproduksi, pemberian
imunisasi, pemberian tablet tambah darah diberikan waktu haid,
untuk mencegah anemia dalam persiapan kehamilan untuk menjadi
seorang ibu.
2. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
kehamilan adalah normal sebagai kodrat yang di berikan Yang
Kuasa kepada wanita, namun ada juga sebagian wanita takut
menghadapi kehamilan, dengan segala keraguan, ketakutan,
apalagi zaman sekarang di mana intenet bisa di akses di mana saja
dan kapan saja , info- info mudah di dapat tapi tidak semuanya
benar, yang membuat calon ibu semakin takut dalam penghadapi
kehamilannya. Bidan sangat berperan di sini dalam mendampingi,
memberi konseling, asuhan, pembinaan yang bertujuan agar ibu
dapat melewati kehamilannya dengan sehat, selamat sampai
persalinan, melahirkan bayi yang sehat sebagai generasi penerus
bangsa.
3. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal; Menghadapi persalinan
menimbulkan rasa ke takutan dalam diri ibu, apalagi bagi ibu yang
melahirkan pertamakalinya, banyak ibu ibu muda lebih memilih
untuk melahirkan secara secio sesaria karena takut sakit
melahirkan normal, disinilah bidan berperan dalam masa
kehamilan, agar ibu menjalani persalinan normal dengan baik,
tanpa rasa takut yang berlebihan, karena sajatinya Allah telah
menciptakan jalan lahir yang sempurna, betapapun perlukaannya
akan sembuh secara sempurna dalam waktu 40 hari.
4. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas; Nifas adalah
masa pemulihan organ organ reproduksi setelah melahirkan, masa
nifas di mulai dari 2 jam setelah melahirkan sampai 40 hari
setelahnya, masa ini merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi maka
di perlukan perlu perhatian, mencakup kesehatan ibu dan bayi,
fisik dan psikologis, mencegah komplikasi yang mungkin akan
terjadi, merujuk bila ada komplikasi, mengajarkan ibu cara
menyusui bayi dengan benar, memberikan iminusasi pada bayi,
melakukan perawatan tali pusat sampai puput, dan menganjurkan
ibu untuk memakai alat kontrasepsi, sebelum masa nifas berakhir
agar dapat mengatur jarak kehamilan, karena jarak kehamilan yang
terlalu dekat akan membahayakan ibu, secara medis pulihnya sel
darah merah ibu dengan sempurna 2 tahun setelah melahirkan,
sama dengan anjuran dalam agama islam untuk menyusui sampai 2
tahun, menyusui akan menghambat proses matangnya sel telur
sehingga dapat menunda kehamilan.
5. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, nifas, dan rujukan; Pada kondisi gawat darurat bidan
wajib memberikan pertolongan pertama terlebih dahulu sebelum
melakukan rujukkan, seperti memasang infus, menstabilkan jalan
nafas pada pasien dengan gangguan pernafasan.
6. Untuk mencegah kasus risiko, bidan melakukan deteksi dini pada
saat kehamilan, persalinan, masa nifas, dan pasca keguguran
dengan tindak lanjut rujukan.

Menurut IBI (2006) mengatakan Seorang bidan adalah apabila


telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang berdasarkan
kompetensi esensial ICM (International Confederation of Midwives) untuk
praktik kebidanan dasar dan kerangka kerja standar global ICM
(International Confederation of Midwives) untuk pendidikan kebidanan
dan diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut serta
memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan atau register dan atau memiliki
izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan dan memiliki gelar
‘bidan’ yang melaksanakan praktik sesuai kompetensi. Selain itu, bidan
bekerja sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan akuntabel
menjadi mitra perempuan.
Menurut Manuaba (2014) mengatakan seorang bidan harus melalui
beberapa tahapan untuk menjadi seorang Bidan, diantaranya yaitu :
1. Bidan merupakan seorang wanita yang sudah lulus melalui
pendidikan formal, terdaftar di pemerintah serta mendapatkan
kewenangan untuk melakukan praktik mandiri.
2. Profesi bidan merupakan profesi yang tertua sejak dahulu.profesi
bidan adalah seorang wanita yang dipercayai dalam menolong
persalinan seorang ibu, mendampingi proses persalinan sampai ibu
bisa merawat bayinya sendiri. Bidan merupakan profesi yang
melakukan pekerjaan sesuai dengan standar praktek kesehatan dan
kecakapan yang dimiliknya.
3. Seorang bidan dalam menjalankan profesinya harus memiliki
tingkat kesabaran yang tinggi, selain itu harus memiliki komunkasi
yang efektif karena berhadapan dengan orang yang sakit.
Komunikasi membantu pasien untuk mendapatkan informasi
tentang penyekitnya.
4. Fenomena yang terjadi di masyarakat, masyarakat masih tetap
ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan
dari seorang bidan walaupun bidan tidak boleh melakukan praktik
pengobatan. Ini dikarenakan pasien dari baru lahir sampai lanjut
usia, laki-laki maupun perempuan, sepanjang alur kehidupan
dengan alasan kedekatan historis. Pelayanan ini yang menjadikan
bidan berada dalam dilema, tetap melayani di luar tugas dan
wewenang yang sudah ada atau menolak yang berakibat sosial.
Sebagai pemberi informasi dan sokong kepada seseorang sehingga
mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan
baginya.
5. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Kebidanan
Pasal 46 tentang tugas dan wewenang Bidan. Dalam mengerjakan
tugasnya, bidan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Bidan
(STRB) dan Surat zin Praktek Bidan (SIPB) sebagaimana tertuang
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Izin dan Penyeenggaraan Praktek Bidan. Praktik mandiri bidan
adalah praktek yang dilakukan seorang bidan dengan berdiri sendiri
dan bekerja sesuai dengan kewenangannya. Dalam melakukan
praktik mandiri seorang bidan harus mematuhi aturan hukum yang
berlaku, etika profesi serta menjalankan kewenagannya dengan
penuh tanggung jawab. Praktik mandiri bidang sering disebut
dengan istilah PMB.

Pasal 41
(1) Praktik Kebidanan dilakukan di:
a. Tempat Praktik Mandiri Bidan; dan
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
(2) Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan serta
mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi, dan
standar prosedur operasional.
Pasal 42
(1) Pengaturan, penetapan dan pembinaan Praktik Kebidanan
dilaksanakan oleh Konsil.
(2) Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia yang diatur dengan
Peraturan Presiden.
Pasal 43
(1) Bidan lulusan pendidikan diploma tiga hanya dapat melakukan
Praktik Kebidanan di Fasilitas pelayanan Kesehatan.
(2) Bidan lulusan pendidikan profesi dapat melakukan Praktik
Kebidanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan dan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lainnya.
(3) Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan hanya pada 1 (satu) Tempat Praktik Mandiri Bidan.
Pasal 44
(1) Bidan lulusan pendidikan profesi yang menjalankan Praktik
Kcbidanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan wajib memasang
papan nama praktik.
(2) Ketentuan mengenai papan nama praktik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Bidan yang tidak memasang papan nama praktik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 45
(1) Bidan yang menjalankan Praktik Kebidanan di Tempat Praktik
Mandiri Bidan wajib melengkapi sarana dan prasarana pelayanan
sesuai dengan standar pelayanan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Bidan yang tidak melengkapi sarana dan prasarana pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif
berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 46
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan secara bersama atau sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Pasal 47
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat
berperan sebagai:
a. pemberi Pelayanan Kebidanan;
b. pengelola Pelayanan Kebidanan;
c. penyuluh dan konselor;
d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan
perempuan; dan/atau f. peneliti.
(2) Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 48 Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya.
Paragraf 1 Pelayanan Kesehatan Ibu Pasal 49 Dalam menjalankan
tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal;
d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, nifas, dan rujukan; dan
f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta
asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
Paragraf 2 Pelayanan Kesehatan Anak Pasal 50 Dalam
menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan
berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi,
balita, dan anak prasekolah;
b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan
anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan
tumbuh kembang, dan rujukan; dan
d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi
baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.
Paragraf 3 Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan
Keluarga Berencana Pasal 51 Dalam menjalankan tugas
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1)
huruf c, Bidan berwenang melakukan komunikasi, informasi,
edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Nama Pengkaji : Desy Pratiwi


Hari/tanggal : Selasa, 13 Desember 2022
Waktu Pengkajian : 08.30 WIB
Tempat Pengkajian : Desa Rancasumur

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas
Jenis Identitas Istri Suami
Nama Ny. M Tn. M
Umur 23 Tahun 25 Tahun
Suku/Bangsa Sunda/ Indonesia Sunda/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan IRT Buruh
Alamat Rumah Kp Sebe RT 019 RW Kp. Sebe RT 019 RW
005 005
No HP 081290378280 -

Anamnesa pada tanggal: 13 Desember Pukul 08.30 WIB Oleh Bidan Desy

1) Keluhan utama
Bidan melakukan kunjungan rumah pada Ibu nifas Ny. M hari ke-6
mengeluh payudara bengkak, nyeri saat ditekan, panas, gatal dan
merah, demam, ada benjolan disekitar disekitar payudara sebelah
kanan.

2) Riwayat Antenatal
Pemeriksaan di : Desa Rancasumur

Kelainan/komplikasi : Tidak Ada

Usia Kehamilan : 39 minggu

Para : Primipara

3) Riwayat Persalinan Patofisiologi (Sesuai Tanda /


 Anak Ke Gejala
: 1(/ satu)
keluhan yang dialami
pasien):
 Persalinan lahir tanggal : 20-12-2022
a) Statis ASI
 Jenis Kelamin : Perempuan, BB 3400 gram, PB 49
Statis ASI terjadi ketika ASI
cm tidak dikeluarkan dari
 Perdarahan kala III payudara
: 100 mlsecara efisien,
 Perdarahan kala IVb)b)Infeksi yang paling banyak
: 50 ml
ditemukan pada mastitis
 Perdarahan Total :150 ml
adalah infeksi staphylococcus
aureus.Organisme
 Perdarahan selama operasi: - lain yang
bisa menyebabkan adalah
 Jenis Persalinan : Spontan
streptococcus dan
 Placenta S.epidermidis.Mekanisme
: Spomtan
masuknya pathogen ke dalam
 Perineum : Tidak ada luka Episiotomi
kelenjar mamae masih belum
 Anastesi diketahui
:- pasti,tetapi di duga
dapat terjadi melalui duktus
 Jahitan :-
laktiferus ke lobus payudara,
 Infuse cairan melalui
: RLjalur
1 labuhematogen,atau
dari fisula pada putting ke
 Transfusi darah :-
system limfatik periduktal.
4) Tanda Bahaya Nifas c) C) Terbentuknya abses
d) Adanya infeksi pada
 Sakit kepala hebat : Tidak
kelenjar mamae akan
 Pandangan kabur menyebabkan terbentuknya : Tidak
jaringan granulasi disekitar
perdangan.Jaringan ini yang
nantinya akan menjadi
kapsul abses. Abses
cenderung terletak di
payudara perifer.
 Kelelahan atau sesak : Tidak
 Demam : ya
 Nyeri payudara, pembengkakan payudara, : ya
luka atau perdarahan pada puting
 Nyeri perut hebat : Tidak
 Bengkak pada tangan, wajah. Tungkai, : Tidak
 Perdarahan berlebihan : Tidak
 Sekret vagina berbau : Tidak

2. Pola Kebutuhan sehari-hari


a. Pola Nutrisi : Ibu
menggatakan makan 3x/hari
Alergi Terhadap Makanan : Tidak ada

Budaya terhadap Konsumsi Makanan : Tidak ada

Kebiasaan Minum : 4 gelas/hari

b. Pola Eliminasi
 BAB : 1-2 kali/hari
 BAK : 3-4 kali/hari
c. Mobilisasi : Dilakukan
d. Pola Aktifitas Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pola Istirahat : + 7 jam
f. Personal Hygiene : 2-3x/hari ganti
celana dalam
g. Pola Seksual :-

3. Psikososial Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya
Ibu mengatakan keluarga sangat senang dengan kehamilannya dan
mendukung kehamilannya.

b. Pengambilan keputusan dalam keluarga


Suami dan keluarga

c. Lingkungan yang berpengaruh


Tinggal dengan siapa suami

Dukungan Lingkungan sangat mendukung

B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 110/70 mmHG
Nadi : 80 x/mnt
Pernafasan : 22 x/mnt
Suhu : 38,5 °C
Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Muka : Simetris tidak edema
Mata : Konjungtiva : tidak pucat, Sklera : Putih
b. Dada dan Axila (ketiak)
Mamae : Pembengkakan : ada, payudara sebelah kanan
Benjolan : ada benjolan di payudara sebelah kanan
Simetris : Ya, kiri dan kanan tidak simetris
Kemerahan : Ada
Areola : Menghitam
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Asi Transisi
Axilla : Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
pembesaran Nyeri Tekakan : Ada
c. Abdomen
 TFU : pertengahan pusat dan simfisis
 Kontraksi : Tidak ada
 Kandung Kemih : Kosong
 Kembung : Tidak
d. Ekstermitas
Tungkai : Tidak ada pembengkakan Nyeri : tidak,
Merah: /tidak
Edema : Tidak ada
e. Ano-genital
 Lochea : Sanguinolenta
 Bau : Khas
 Jahitan Perineum : tidak ada
 Penyembuhan luka: tidak ada
f. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : tidak dilakukan

ASSASMENT

Ny. M. Umur 23 tahun P1A0 Post Partum Hari ke-6 Dengan Mastitis

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan cara mengosongkan payudara : 1)Ibu harus diberitahu


untuk menyusui lebih sering, dimulai dari payudara yang sakit. Jika
rasa sakit mulai sangat mengganggu, maka dapat beralih ke payudara
lainya.2) Posisi bayi di payudara dengan dagu atau hidung mengarah
pada sumbatan akan membantu akan membantu menghilangkan
sumbatan.3) Memijat payudara selama menyusui dengan minyak
nabati atau pelumas lain juga dapat membantu pengosngan payudara
4) Setelah menyusui kosongkan payudara lebih lanjut menggunakan
tangan atau pompa.
2. Memberitahu Terapi Suportif dengan menganjurkan : 1) Istirahat 2)
Kosumsi cairan yang cukup.dan nutrisi yang adekuat,3) Kompres
hangat ke payudara sesaat sebelum menyusui dapat membantu
aliran susu.4) Dan setelah menyusui atau sesudahnya dilakukan
kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit dan edema.
3. Memberikan terapi Farmakologi, untuk penatalaksanaan lebih lanjut
kolaborasi dengan dokter,instruksi dokter : a) Pemberian obat
amoxicillin xv.3x1 a.500mg. b) pemberian obat paracetamol xv,3x1
a.500mg.
Dokumentasi Asuhan kebidanan dalam bentuk pathway

Hari dan Tanggal : Selasa, 13 Desember 2022 Tanda / Gejala / keluhan yang
Tempat Praktik : Desa Rancasumur dialami pasien
Nama : Desy Pratiwi
Program Studi : Profesi Kebidanan Data Subjektif : Bidan
DIAGNOSA melakukan kunjungan rumah .
Ny M P1A0Post Partum Hari pada Ibu Nifas Ny. M umur 23
ahun hari ke-6 mengeluh
Ke 6 Dengan Mastitis
payudara bengkak,nyeri saat
Diagnosa Potensial : Abses
ditekan,panas,gatal dan
merah,demam,ada benjolan
Payudara disekitar payudara sebelah
kanan.
Data Objektif :KU
Baik,Kesadaran : CM, TD
Tanda / Gejala / keluhan secara 1. Patofisiologi Mastitis 110/70 mmhg, N 80 x/menit, R
teori : Menurut ( Babylogist 2019) a. Statis ASI 20 x/menit, S 38,5.Payudara :
Statis ASI terjadi ketika ASI tidak Pembengkakan : ada disebelah
Beberapa faktor yang dapat
dikeluarkan dari payudara secara kanan payudara, Benjolan :
menyebabkan mastitis yaitu : 1) ada disebelah kanan
Payudara bengkak,terasa nyeri saat efisiensi.
payudara.Simetris :sebelah
ditekan,panas,gatal dan merah.2) b. Infeksi
kanan payudarah tidak
Suhu tubuh meningkat.3) Terjadi Infeksi yang paling banyak ditemukan simetris,kemerahan TFU
disalah satu payudara atau bahkan pada mastitis adalah infeksi pertengahan pusat dan
dua-duanya.4) Teraba benjolan Staphylococcus aureus. Organisme lain simfisis,kandung kemih
disekitar payudara,5) Sebaiknya yang bisa menyebabkan adalah kosong. Pasien mengatakan
menghubungi dokter. Streptococcus dan S.epidermidis. sudah tidak terasa mules
Mekanisme masuknya pathogen ke dalam seperti awal setelah
kelenjar mammae masih belum melahirkan,keadaan lochea
diketahui pasti, tetapi diduga dapat sanguinolenta.
terjadi melalui duktus laktiferus ke
lobus payudara, melalui jalur
hematogen,atau dari fisura pada putting
ke system limfatik periduktal.
c. Terbentuknya Abses
Adanya infeksi pada kelenjar mammae
akan memyebabkan terbentuknya
jaringan granula disekitar peradangan .
jaringan yang ini nantinya akan menjadi
kapsul abses. Abses cenderung terletak di
payudara perifer.
Asuhan yang diberikan:
1. Memberitahukan cara mengosongkan payudara : 1)Ibu harus diberitahu untuk menyusui lebih sering,
dimulai dari payudara yang sakit. Jika ras sakit mulai sangat mengganggu, maka dapat beralih ke
payudara lainya.2) Posisi bayi di payudara dengan dagu atau hidung mengarah pada sumbatan
akan membantu akan membantu menghilangkan sumbatan.3) Memijat payudara selama menyusui
dengan minyak nabati atau pelumas lain juga dapat membantu pengosngan payudara 4) Setelah
menyusui kosongkan payudara lebih lanjut menggunakan tangan atau pompa.
2. Memberitahu Terapi Suportif dengan menganjurkan : 1) Istirahat 2) Kosumsi cairan yang cukup.dan
nutrisi yang adekuat,3) Kompres hangat ke payudara sesaat sebelum menyusui dapat membantu
aliran susu.4) Dan setelah menyusui atau sesudahnya dilakukan kompres dingin untuk mengurangi
rasa sakit dan edema.
3. Memberikan terapi Farmakologi, untuk penatalaksanaan lebih lanjut kolaborasi dengan
dokter,instruksi dokter : a) Pemberian obat amoxicillin xv.3x1 a.500mg. b) pemberian obat
paracetamol xv,3x1 a.500mg.

Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan : Evaluasi asuhan yang diberikan :


1. Dengan memberitahukan cara pengosogan payudara secara 1. Ibu bersedia mengosongkan
efektif merupakan salah satu langkah manajemen yang payudara.
paling penting dan sering kali efektif dalam menangani 2. Ibu bersedia melakukan
mastitis karena salah satu penyebab terjadinya mastitis terapi suportif.
adalah aliran susu yang statis, ( Jennifer,2021) 3. Ibu mau minum obat sesuai
2. Dengan memberitahu terapi suportif yang dapat dilakukan anjuran dokter..
adalah : 1) istirahat,kosumsi cairan yang cukup dan nutrisi
yang adekuat diharapkan dengan istirahat yang cukup
stamina jadi bagus dan nutrisi yang adekuat bisa menunjang
stamina yang keduanya bisa mempercepat penyembuhan. 2)
Kompres hangat ke payudara sesaat sebelum menyusui
dapat membantu aliran susu. 3).Setelah memyusui atau
sesudahnya dilakukan kompres dingin untuk mengurangi
rasa sakit dan edema.( Jennifer,2021)
3. Dengan memberikan terapi farmakologi : 1) paracetamol
dapat digunakan untuk membantu mengurangi rasa nyeri 2)
antibiotik yang adekuat di perlukan dalam pengobatan
mastitis.( Jennifer 2021).
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian data
Pada pengkajian data ini, didapati hasil data subjektif pada tanggal
13 Desember 2022 diperoleh informasi dari hasil wawancara atau
anamnesa pada Ny. M usia 23 tahun, beragama islam, kebangsaan
sunda/ Indonesia, pendidikan terakhir SD, pekerjaan Ibu Rumah
Tangga, dan suami bernama Tn. M, usia 25 tahun, agama islam
kebangsaan sunda /Indonesia, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
buruh, dan suami istri ini beralamatkan di Kp. Sebe RT 019 RW 005
Desa Rancasumur Kecamatan Kopo Kab Serang-Banten.
Hasil pengkajian dari data Subjektif didapatkan keluhan NY.M.
mengeluh payudara bengkak, nyeri saat ditekan, panas, gatal dan
merah, demam, ada benjolan disekitar payudara. Data Objektif Keadaan
umum : Baik, Kesadaran : Compos mentis. TD 110/70 mmhg, N 80
x/menit, R 20 x/menit, S 38,5. Payudara : bentuk payudara kiri dan
kanan tidak simetris, bagian payudara memerah dan bengkak, area
payudara tersebut nyeri apabila disentuh, area payudara tertentu terasa
panas , benjolan pada payudara, TFU pertengahan pusat dan simfisis,
kotraksi keras, kandung kemih kosong. Tidak ada tanda-tanda infeksi,
Lochea sanguinolenta. Kasus diatas merupakan ibu nifas hari ke 6
dengan tanda dan gejala mastitis. Hal ini senada menurut Saleha
( 2009) yang mengatakan tanda dan gejala mastitis adalah bagian
payudara memerah dan bengkak,area payudara tersebut nyeri apabila
disentuh,area payudara tertentu teraba panas,benjolan pada payudara,
sensasi terbakar pada payudara, bisa dirasakan terus menerus atau
hanya saat menyusui, gejala serupa flu, demam dan mengigil,
kelelahan, tubuh terasa pegal atau nyeri.
B. Assesment (Menegakan Diagnosis & Masalah, Diagnosa & Masalah
Potensial, dan Tindakan Segera Jika Dibutuhkan).
Berdasarkan data subjektif dan objektif ditemukan diagnosis yaitu
Ny. M Umur 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke-6 dengan Mastitis.
Hal ini senada dengan Varney (2004) Manajemen asuhan kebidanan
merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam asuhan
kebidanan dan menegakkan diagnose diperlukan pengkajian data
subjektif didapatkan dari anamnese dan data objektif dari hasil
pemeriksaan fisik dan penunjang diagnostik. Dari kasus diatas
menunjukkan diagnose mastitis pada ibu nifas hari ke 6 hal ini
senada menurut pakar mastitis adalah merupakan istilah yang di
gunakan untuk menggambarkan keadaan inflamasi atau peradangan
pada payudara ( Saleha, 2009) Pada kasus ini harus mendapatkan
penanganan yang benar dan tepat supaya tidak terjadi komplikasi
atau diagnose potensial abses payudara, hal ini senada dengan
pendapat saleha ( 2009) mengatakan komplikasi mastitis adalah abses.
C. Asuhan Kebidanana Pada Ibu Nifas 6 Hari
Berdasarkan hasil diagnose masalah dan hasil dari
pengkajian data subjektif dan objektif.maka asuhan yang diberikan
pada Ny.M Umur 23 tahun P1A0 posrpartum hari ke 6 dengan mastitis
adalah :
1. Memberitahukan cara mengosongkan payudara : 1)Ibu harus
diberitahu untuk menyusui lebih sering, dimulai dari payudara
yang sakit. Jika ras sakit mulai sangat mengganggu, maka
dapat beralih ke payudara lainya.2) Posisi bayi di payudara
dengan dagu atau hidung mengarah pada sumbatan akan
membantu akan membantu menghilangkan sumbatan.3)
Memijat payudara selama menyusui dengan minyak nabati
atau pelumas lain juga dapat membantu pengosngan payudara
4) Setelah menyusui kosongkan payudara lebih lanjut
menggunakan tangan atau pompa.
2. Memberitahu Terapi Suportif dengan menganjurkan : 1) Istirahat
2) Kosumsi cairan yang cukup.dan nutrisi yang adekuat,3)
Kompres hangat ke payudara sesaat sebelum menyusui dapat
membantu aliran susu.4) Dan setelah menyusui atau sesudahnya
dilakukan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit dan
edema.
3. Memberikan terapi Farmakologi, untuk penatalaksanaan lebih
lanjut kolaborasi dengan dokter,instruksi dokter : a) Pemberian
obat amoxicillin xv.3x1 a.500mg. b) pemberian obat paracetamol
xv,3x1 a.500mg.
DAFTAR PUSTAKA

Bartini, I. 2014. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Dewi, V.N.L., dan T. Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hutahaean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes.
Kusmiyati, Y. Wahyuningsih, dan Sujiyatini. 2010. Perawatan Ibu hamil.
Yogyakarta; Fitramaya.
Manuaba, I.A.C. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mochtar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:EGC.
Mulati, Erna, (ed.). 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak Continuum Of
Carelife Cycle. Jakarta:
Kemenkes Nugroho, T, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Pantiawati, I, dan Saryono. 2015. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Rukiah, A.Y., dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Edisi Revisi. Jakarta:
Trans Info Media.
Saifuddin. A.B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai