Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK KB DAN KESPRO


PADA NY “PD” UMUR 30TH DENGAN IVA
DI PUSKESMAS BULELENG II
TANGGAL 25 NOVEMBER – 7 DESEMBER 2021

Oleh:
Nyoman Sriwedari Purnama Astuti
P07124321171

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI KEBIDANAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK KB DAN KESPRO
PADA NY “PD” UMUR 30TH DENGAN IVA
DI PUSKESMAS BULELENG II
TANGGAL 25 NOVEMBER – 7 DESEMBER 2021

Oleh

Nyoman Sriwedari Purnama Astuti


P07124321171

Telah disahkan
Denpasar, Desember 2021

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Ni Komang Artini,S.ST.,Keb Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si,T., M.Biomed


NIP. 197408121992122001 NIP. 197002181989022002

Menyetujui,
Ketua Program Studi Profesi Bidan

Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb


NIP. 198101302002122
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktik ini tepat waktu. Pada
kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, semangat,
bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyusun laporan ini, pihak-pihak
tersebut yaitu :

1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed sebagai Ketua Jurusan Kebidanan


Poltekkes Kemenkes Denpasar sekaligus Pembimbing Institusi PK Fisiologis
Holistik KB dan Kespro.
2. Ni Ketut Somoyani, SST., M.Biomed sebagai Sekretaris Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb sebagai Ketua Program Studi Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
4. Ni Komang Artini,S.ST.,Keb sebagai Pembimbing Lapangan di Puskesmas
Buleleng II
5. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang nantinya dapat
dipergunakan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya. Dengan demikian laporan
ini penulis susun semoga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahakan rahmat-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan menyelesaikan laporan
ini.

Denpasar, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
A. Pengertian...........................................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................................3
C. Patologi...............................................................................................................4
D. Gejala Klinik.......................................................................................................5
E. Stadium kanker serviks.......................................................................................6
F. Pemeriksaan IVA................................................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................14
BAB V PENUTUP......................................................................................................15
A. Simpulan...........................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim,
yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia,
2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem
kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per
tahun. Kanker payudara merupakan jenis kanker kedua di Indonesia yang menyerang
kaum wanita setelah kanker serviks (mulut rahim). Dengan kata lain, kanker serviks
adalah urutan pertama terbanyak yang menyerang kaum wanita di Indonesia.
(Azamris, 2006).

Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada
wanita akibat rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi pada
masyarakat. Deteksi dini pada kanker serviks ini merupakan sebuah terobosan yang
inovatif dalam kesehatan untuk mengurangi angka 3 kematian dan kesakitan akibat
kanker tersebut (Depkes RI, 2008). Sebagian besar wanita yang didiagnosis kanker
leher rahim tidak melakukan skrinning test atau menindak lanjuti setelah ditemukan
hasil yang abnormal, selain itu biaya untuk pemeriksaan dini kanker serviks tersebut
tidak murah, sehingga keterlambatan pemeriksaanpun terjadi akibat kurangnya
pengetahuan pada masyarakat tentang kanker serviks, sehingga kesadaran untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks tidak dilaksanakan (Hananta, 2010).

Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting dilakukan,
karena potensi kesembuhan akan sangat tinggi jika masih ditemukan pada tahap
prakanker (Mansjoer, 2007). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan
program deteksi dini (skrinning) dan pemberian vaksinasi. Adanya program deteksi
dini di negara maju, angka kejadian kanker serviks dapat menurun (Rasjidi, 2009).
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut Rasjidi (2009) antara lain

1
dengan Pap Smear (mengambil lendir serviks untuk dilakukan pemeriksaan di
laboratorium), kolposkopi (pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan
teropong), biopsy (pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan serviks yang
dicurigai), dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah praktek lapangan diharapkan mahasiswa kebidanan dapat


memberikan Asuhan Kebidanan pada wanita usia subur melalui pendekatan
manajemen kebidanan kesehatan reproduksi yaitu pemeriksaan IVA.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa kebidanan dapat :

a) Melakukan pengkajian (mengumpulkan data) pada wanita usia subur yang


ingin melakukan pemeriksaan IVA
b) Menegakkan diagnose atau masalah
c) Mengantisipasi masalah potensial yang ada
d) Menentukan kebutuhan segera atas diagnose yang telah di ambil
e) Merencanakan tindakan yang akan di lakukan
f) Melaksanakan rencana yang telah di tentukan
g) Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Serviks atau leher rahim merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita.
Serviks adalah bagian sempit yang ada disebelah bawah uterus (rahim). Kanker
serviks adalah salah satu jenis keganasan atau neoplasma yang lokasinya terletak di
daerah serviks, daerah leher rahim atau mulut rahim (Wijaya, 2010:39).

Kanker servik adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks,
sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang
(Aminati, 2013 :24).

C. Etiologi

Faktor etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi human papiloma
virus (HPV). HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan
epidermal dan mukosa. Infeksi virus papiloma sering terdapat pada wanita yang aktif
secara seksual. HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering ditemukan
pada kanker dan lesi prakanker. Lebih dari 90% kanker serviks ini adalah jenis
skuamosa yang mengandung DNA virus Human Papiloma Virus dan 50% kanker
serviks berhubungan dengan Human Papiloma Virus tipe 16 (Rasjidi, 2008).

Insiden meningkat pada :

1. Tingginya paritas
2. Jarak persalinan yang terlampau adekuat
3. Golongan sosial ekonomi rendah(sex hygiene)
4. Aktivitas seksual yang sering berganti pasangan
5. Wanita yang suaminya tidak disirkumsisi
6. Sering ditemukan pada wanita yang mengalami virus HPV
7. Wanita dengan kebiasan buruk, merokok, minum-minuman keras, narkotika

D. Patologi

Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo-columnar


junction (SCJ) atau sambungan skuamo-kolumnar (SSK), yaitu batas antara epitel
yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara
histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis
dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid/kolumnar pendek selapis bersilia. Letak
SSK dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda
SSK berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35
tahun SSK berada di dalam kanalis serviks. Oleh karena itu pada wanita muda,
SSK yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa
mutagen yang akan memicu displasia dari SSK tersebut. Pada wanita dengan aktivitas
seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh
prostaglandin.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks;
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat
proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan
SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi.

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu faktor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel host sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.

Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa


yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak
memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas
tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang
menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.

Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS)


untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari : 1) NIS 1, untuk
displasia ringan; 2) NIS 2, untuk displasia sedang; 3) NIS 3, untuk displasia berat dan
karsinoma in-situ.

Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spekrum penyakit yang dimulai
dari displasia ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma
in-situ (NIS 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa
peneliti menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal
dari NIS 1/NIS 2.26 Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang
menjadi progesif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya

E. Gejala Klinik

Perubahan pra kanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan
panggul dan papsmear. Gejala biasanya muncul ketika sel serviks yang abnormal
berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya.Pada saat ini akan
timbul gejala berikut:
a. Perdarahan vagina yang abnormal, terutama di antara 2 menstruasi, setelah
melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak).
c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
b. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
a. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
b. Nyeri panggul atau tungkai
c. Dari vagina keluar air kemih atau tinja
d. Patah tulang (fraktur)

F. Stadium kanker serviks

Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker serviks adalah
sistem yang diperkenankan oleh International Federatiaon Of Gynecology.

Tabel 1. Stadium Kanker serviks


STADIUM KETERANGAN
0 Sel kanker masih di selaput lendir serviks (karsinoma insitu)
I Kanker masih terbatas di dalam jaringan serviks dan belum
menyebar ke badan rahim.
IA Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan
belum menunjukkan kelainan/keluhan klinik.
IA1 Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam <3
mm, serta ukuran besar tumor <7 mm.
IA2 Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3 mm-5 mm) dengan lebar 7
mm
IB Ukuran kanker sudah >IA2.
IB1 Ukuran tumor sudah 4 cm
IB2 Ukuran tumor >4 cm
II Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum
mengenai dinding rongga panggul. Meskipun sudah menyebar ke
vagina tetapi masih terbatas pada 1/3 atas vagina
IIA Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus
IIB Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus.
III Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah mengenai
jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita
sudah mengalami ginjal bengkak karena bendungan air seni
(Hidroneprosis) dan mengalami gangguan fungsi ginjal.
IIIA Kanker sudah menginvasi dinding panggul
IIIB Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi ginjal
dan Hidroneprosis
IV Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul, dan secara klinik
sudah terlihat tanda-tanda invasi kanker ke selaput lendir kandung
kencing.
IVA Sel kanker menyebar pada alat/rongga yang dekat dengan serviks
IVB Kanker serviks sudah menyebar pada alat/rongga yang jauh dari
serviks

G. Pemeriksaan IVA
1. Pengertian

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) merupakan salah satu cara
melakukan tes kanker serviks. Kelebihan dari tes ini adalah kesederhanaan teknik
dan kemampuan untuk memberikan hasil yang segera kepada ibu. (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker
leher rahim sedini mungkin. Cara ini sederhana oleh karena bisa dilihat langsung
dengan mata telanjang dengan menggunakan speculum atau pemeriksaan
inspekulo yaitu pada daerah yang ada perubahan sel bereaksi dengan asam
asetat.

Cara ini relatif murah, mudah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga
medis Puskesmas. Prinsip kerja pemeriksaan adalah dengan cara mengolesi
mulut rahim dengan asam asetat. Kondisi keasaman lendir di permukaan mulut
rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih.
Melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada
mulut rahim. Keberadaan bercak putih ini menunjukkan adanya sel abnormal.
Jika hasilnya positif, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan biopsy
(pengambilan sampel jaringan serviks) ke laboratorium dengan menggunakan
teknik pap smear atau gynescopy oleh dokter ahli kandungan.

2. Keunggulan
Keunggulan dengan tes pap smear adalah pap smear harus menunggu
waktu mendapatkan hasilnya sedangkan IVA tidak perlu menunggul lama,
karena hasilnya akan segera diketahui. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari
Pap Smear. Dalam waktu 60 detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak
putih yang bisa dicurigai sebagai lesi kanker. Dengan deteksi dini secara teratur,
kanker serviks dapat diketahui lebih awal dan ditangani lebih cepat.

Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya:

a) Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.


b) Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
c) Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d) Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau
dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
e) Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana.
f) Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

3. Syarat Mengikuti IVA Test

a) Sudah pernah melakukan hubungan seksual


b) Tidak sedang datang bulan/haid
c) Tidak sedang hamil
d) 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

4. Cara Penggunaan
IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% pada
permukaan mulut rahim. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak
putih yang disebut aceto white epithelium. Hasil dari pemeriksaan ini adalah
bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. Maka jika hal itu terjadi
maka dapat dilakukan biposy. Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat
pemeriksaan. Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau
dokter di Puskesmas atau di tempat praktek bidan dengan biaya yang cenderung
lebih ekonomis. (Sukaca, 2009 : 100)
5. Langkah-langkah Melakukan Tes IVA
1) Penilaian Klien
a. Menyambut pasien dengan hormat dan penuh keramahan
b. Menjelaskan mengapa tes IVA direkomendasi dan menjelaskan prosedurnya
c. Memberitahukan pasien kemungkinan temuan dan apa follow up atau terapi
yang dibutuhkan.
2) Persiapan
a. Cek apakah alat dan instrumen sudah tersedia
b. Memastikan bahwa lampu tersedia dan siap digunakan
c. Cek apakah pasien telah mengosongkan kandung kencing dan mencuci atau
membilas daerah genitalnya
b. Mintakan pasien untuk menanggalkan pakaiannya sampai ke pinggang
c. Membantu pasien naik ke meja pemeriksaan dan menutupinya.
d. Cuci tangan dengan sabun dan air dan keringkan dengan udara atau kain
bersih. Lalu palpasi perut.
e. Pakai sepasang sarung tangan bedah yang telah disterilkan dengan
desinfektan tingkat tinggi. Jika tersedia pakai sarung tangna kedua pada satu
tangan.
f. Atur instrumen dan alat-alat di atas baki yang telah disterilkan, jika belum
dilakukan.
3) Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat
a. Periksa alat kelamin luar dan cek discharge pada urethra
b. Raba kelenjar skena dan kelenjar bartholini
c. Masukkan spekulum sehingga seluruh serviks dapat terlihat
d. Letakkan spekulum dalam posisi terbuka sehingga spekulum tetap pada
posisi dimana serviks tetap kelihatan. Jika memakai sarung tangan sebelah
luar, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% dan pindahkan sarung tangan
dengan cara memutarnya dari dalam keluar
e. Jika membuang sarung tangan, letakkan di dalam satu tas plastik atau
container yang tahan bocor.
f. Jika menggunakan kembali sarung tangan, rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
g. Gerakkan sumber cahaya sehingga dapat melihat serviks dengan jelas
h. Periksa serviks apakah ada radang serviks, ekstropion, tumor, kista nabothi
atau ulkus.
i. Pakai kapas lidi bersih untuk mengambil cairan, darah atau mukus dari
serviks. Buang kapas lidi ke dalam kantong plastik atau kotak yang tahan
bocor.
j. Identifikasi mulut serviks, squamocolumnar junction (SCJ) dan daerah
transformasi.
k. Celupkan kapas lidi dalam larutan asam asetat dan oleskan pada serviks.
l. Tunggu 1 menit agar asam asetat diserap dan perubahan aceto white
kelihatan.
m. Periksa SCJ dengan hati-hati, cek apakah serviks mudah berdarah dan cari
aceto white epithelium.
n. Jika perlu, oleskan lagi kapas lidi pada serviks untuk membersihkan mucus,
darah, debris.
o. Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk
membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina.
p. Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif, masukkan
spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi.
q. Lakukan pemeriksaan bimanual dan rektovaginal (jika ada indikasi).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik KB Dan Kespro Pada Ny “PD”
Umur 30th Dengan IVA di UPTD. Puskesmas I Dinas Kesehatan Denpasar Selatan

Waktu Pelayanan : 06 Desember 2021, pukul 08.45 wita

A. Data Subjektif
1. Identitas Ibu
Nama Ny “PD”
Umur 30th
Agama Hindu
Suku/bangsa Bali, Indonesia
Pendidikan SMA
Pekerjaan IRT
Alamat rumah BD.Dauh Margi, Desa Pemaron
No.hp 081936942xxx
Jaminan Kesehatan -
2. Keluhan utama : ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ingin melakukan IVA
3. Riwayat menstruasi : ibu mengatakan menstruasi umur 13 tahun, siklus haid
teratur : 30 hari, keluhan saat haid tidak ada, volume darah + 3 pembalut
4. Riwayat perkawinan : ibu mengatakan status pernikahan sah, lama menikah 7
tahun, usia ibu menikah 22 tahun, suami 26 tahun.
5. Riwayat Obstetri

No Usia Umur kehamilan Jenis


Abortus Prematur Aterm Jenis Keadaan
. anak Penolong Kelami BBL Ket
partus sekarang
n
Sponta
1 6th  Nakes L 3400gram Hidup -
n
2 3th  Sponta Nakes L 3200gram Hidup -
n

6. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 1 bulan selama 1 tahun, dan
sekarang sedang menggunakan KB suntik 3 bulan .
7. Riwayat Kesehatan lalu dan sekarang
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit ibu ataupun penyakit
menurun, penyakit kandungan, dan tidak pernah dirawat di RS
8. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan
a. Biologis
1) Nutrisi : pola makan 3-4x/hr, porsi sedang, jenis makanan : nasi, ikan,
daging, sayur, pola minum + 9 gelas/hr, jenis air putih
2) Eliminasi : BAB 2x/hr, warna coklat, konsistensi lembek, tidak ada keluhan,
BAK 6-7x/hr, warna bening kekuningan, konsistensi cair, tidak ada keluhan
3) Personal hygiene : mandi : 2x/hr, keramas : 3x/mg, sikat gigi : 2x/hr, ganti
baju : 2x/hr, ganti pakaian dalam 2x/hr
4) Pola seksual : 2x/mg, keluhan tidak ada
b. Psikologis : perasaan ibu saat ini senang
c. Sosial : ibu mengatakan tinggal dengan suami dan anak-anak, hubungan
dengan keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan tempat kerja
baik, kepemilikan rumah pribadi, jenis rumah permanen, kebutuhan
ditanggung suami, pengambil keputusan suami, tidak pernah tinggal di
daerah kritis, tidak pernah mengalami kekerasan.
9. Pengetahuan : ibu mengatakan sudah mengetahui mengenai tanda-tanda
menopause, kebersihan reproduksi, dan tanda-tanda IMS
B. Data Objektif
KU : baik, Kes : composmentis, BB : 60kg, TB : 158cm
TD : 120/80 mmHg, S : 36,5oC, N : 82x/mnt, R : 22x/mnt
1. Pemeriksaan fisik
Kepala : normal, rambut bersih tidak mudah dicabut, tidak ada ketombe,
tidak ada luka ataupun benjolan
Wajah : normal, tidak pucat dan tidak ada oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Bibir dan mulut : mukosa lembab, bibir merah muda
Telinga : bersih
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar tiroid, atau vena
jugularis
Dada dan aksila : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada benjolan pada
payudara, tidak ada pembengkakkan kelenjar limfe aksila, tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Vulva : tidak ada kelainan, pengeluaran keputihan, warna bening tidak
berbau
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tungkai simetris, kuku merah muda
2. Pemeriksaan penunjang : pada ibu dilakukan pemeriksaan IVA
C. Analisa
WUS umur 30th dengan IVA
Masalah : tidak ada
D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu paham
2. Melakukan informed consent pada ibu, ibu setuju
3. Melakukan tindakan IVA pada ibu, hasil normal
4. Memberikan KIE mengenai vulva hygiene, ibu paham dan bersedia
5. Memberikan KIE mengenai personal hygiene, ibu paham dan bersedia
6. Memberikan KIE mengenai pap smear dan menganjurkan ibu untuk pap
smear, ibu paham dan akan melakukannya
7. Melakukan dokumentasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien yang
pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan sistematis melalui suatu proses
yang disebut manajemen kebidanan. Berdasarkan keputusan Menteri kesehatan No.
938/Menkes/SK/VIII/2007, manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan
kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengumpulan data dasar
dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap. Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa
langsung, maupun meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya. Pada kasus ini
didapatkan bahwa Ny “PD” usia 30 tahun tidak mempunyai keluhan utama dan ingin
melakukan pemeriksaan IVA. Jumlah anak hidup 2 orang, anak terakhir berusia 3
tahun. Riwayat kontrasepsi sebelumnya ibu pernah menggunakan KB suntik 1 bulan
dan sekarang sedaang menggunakan KB suntik 3 bulan. Ibu mengatakan tidak pernah
mempunyai penyakit lalu, penyakit keturunan, penyakit ginekologi seperti infertilitas,
radang panggul, kanker, dll. Mengenai pengetahuan ibu sudah mengetahui tanda-
tanda menopause, kebersihan reproduksi, dan tanda-tanda IMS.
Data Objektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung maupun meninjau
catatan dokumentasi asuhan sebelumnya dan data objektif didapatkan dari
pemeriksaan langsung pada pasien. Langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Pemeriksaan objektif didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal. Pemeriksaan
pada vulva didapatkan keputihan berjumlah sedikit warna bening dan tidak berbau.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny “PD” yaitu IVA test dengan hasil
normal, tidak ada erosi.
Selanjutnya dilakukan interprestasi data dasar sehingga ditemukan diagnosis
spesifik sesuai dengan nomenklatur atau masalah yang menyertai. Pada ny “PD”
tidak didapatkan adanya masalah, sehingga rencana penatalaksanaan berdasarkan
pada diagnosa. Asuhan pada Ny “PD” sudah mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana yang dilakukan sudah mendapatkan
persetujuan dari ibu sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan efektif. Hal ini
sesuai dengan teori asuhan kebidanan yang mengatakan bahwa bidan bekerja sesuai
dengan SOP dan atas dasar persetujuan dari klien sehingga membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakan asuhan.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan
manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat menurut
World Helath Organization (WHO) merupakan suatu keadaan sejahtera meliputi
fisik, mental, dan sosial yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan
merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara
sosial dan ekonomi (Maulana, 2009)

Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada
wanita akibat rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi pada
masyarakat. Deteksi dini pada kanker serviks ini merupakan sebuah terobosan yang
inovatif dalam kesehatan untuk mengurangi angka 3 kematian dan kesakitan akibat
kanker tersebut (Depkes RI, 2008).

Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting dilakukan,
karena potensi kesembuhan akan sangat tinggi jika masih ditemukan pada tahap
prakanker (Mansjoer, 2007). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan
program deteksi dini (skrinning) dan pemberian vaksinasi. Adanya program deteksi
dini di negara maju, angka kejadian kanker serviks dapat menurun (Rasjidi, 2009).
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut Rasjidi (2009) antara lain
dengan Pap Smear (mengambil lendir serviks untuk dilakukan pemeriksaan di
laboratorium), kolposkopi (pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan
teropong), biopsy (pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan serviks yang
dicurigai), dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat).

Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang


digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengumpulan data dasar dilakukan untuk
mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap. Hasil pemeriksaan pada Ny “PD” dalam batas normal dan sesuai dengan
evidence based asuhan kebidanan pada kesehatan reproduksi.
B. Saran

1. Bagi mahasiswa diharapkan lebih dalam mengkaji setiap kasus yang terjadi
pada ibu hamil agar mengetahui dampak dari risiko ke depannya pada ibu.
Diharapkan dapat emningkatkan pendampingan dalam memberikan asuhan
kebidanan
2. Bagi bidan pelaksana agar menciptakan kualitas pelayanan yang kompehensif
dan melakukan pemantauan kesehatan reproduksi terutama bagi WUS yang
memiliki riwayat kanker serviks, sehingga ibu lebih waspada untuk
memeriksakan kesehatannya
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. G., Kenneth, J.L., Steven, L.B., John, C.H., Dwight, J.R. dan
Catherine, Y.S. 2013. Williams Obstetrics Volume 1. Edisi 23. Jakarta:EGC
Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No
938/Menkes/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta :
Menteri Kesehatan RI
Dinas Kesehatan DIY. 2015. Profil Kesehatan Yogyakarta Tahun 2015. Yogyakarta :
Dinas Kesehatan DIY
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.
Jakarta:Kemenkes RI
Kusmiyati, Yuni., Heni Puji W. 2015. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta:Fitramaya
Mangkuji, B. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta:Erlangga
Manuaba Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana. Jakarta:EGC
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar Muslihatun, Wafi Nur. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.
Yogyakarta:Fitramaya
Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai