Oleh:
Nyoman Sriwedari Purnama Astuti
P07124321171
Oleh
Telah disahkan
Denpasar, Desember 2021
Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan
Menyetujui,
Ketua Program Studi Profesi Bidan
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktik ini tepat waktu. Pada
kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, semangat,
bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyusun laporan ini, pihak-pihak
tersebut yaitu :
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
A. Pengertian...........................................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................................3
C. Patologi...............................................................................................................4
D. Gejala Klinik.......................................................................................................5
E. Stadium kanker serviks.......................................................................................6
F. Pemeriksaan IVA................................................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................14
BAB V PENUTUP......................................................................................................15
A. Simpulan...........................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim,
yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia,
2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem
kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per
tahun. Kanker payudara merupakan jenis kanker kedua di Indonesia yang menyerang
kaum wanita setelah kanker serviks (mulut rahim). Dengan kata lain, kanker serviks
adalah urutan pertama terbanyak yang menyerang kaum wanita di Indonesia.
(Azamris, 2006).
Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada
wanita akibat rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi pada
masyarakat. Deteksi dini pada kanker serviks ini merupakan sebuah terobosan yang
inovatif dalam kesehatan untuk mengurangi angka 3 kematian dan kesakitan akibat
kanker tersebut (Depkes RI, 2008). Sebagian besar wanita yang didiagnosis kanker
leher rahim tidak melakukan skrinning test atau menindak lanjuti setelah ditemukan
hasil yang abnormal, selain itu biaya untuk pemeriksaan dini kanker serviks tersebut
tidak murah, sehingga keterlambatan pemeriksaanpun terjadi akibat kurangnya
pengetahuan pada masyarakat tentang kanker serviks, sehingga kesadaran untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks tidak dilaksanakan (Hananta, 2010).
Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting dilakukan,
karena potensi kesembuhan akan sangat tinggi jika masih ditemukan pada tahap
prakanker (Mansjoer, 2007). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan
program deteksi dini (skrinning) dan pemberian vaksinasi. Adanya program deteksi
dini di negara maju, angka kejadian kanker serviks dapat menurun (Rasjidi, 2009).
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut Rasjidi (2009) antara lain
1
dengan Pap Smear (mengambil lendir serviks untuk dilakukan pemeriksaan di
laboratorium), kolposkopi (pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan
teropong), biopsy (pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan serviks yang
dicurigai), dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
A. Pengertian
Serviks atau leher rahim merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita.
Serviks adalah bagian sempit yang ada disebelah bawah uterus (rahim). Kanker
serviks adalah salah satu jenis keganasan atau neoplasma yang lokasinya terletak di
daerah serviks, daerah leher rahim atau mulut rahim (Wijaya, 2010:39).
Kanker servik adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks,
sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang
(Aminati, 2013 :24).
C. Etiologi
Faktor etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi human papiloma
virus (HPV). HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan
epidermal dan mukosa. Infeksi virus papiloma sering terdapat pada wanita yang aktif
secara seksual. HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering ditemukan
pada kanker dan lesi prakanker. Lebih dari 90% kanker serviks ini adalah jenis
skuamosa yang mengandung DNA virus Human Papiloma Virus dan 50% kanker
serviks berhubungan dengan Human Papiloma Virus tipe 16 (Rasjidi, 2008).
1. Tingginya paritas
2. Jarak persalinan yang terlampau adekuat
3. Golongan sosial ekonomi rendah(sex hygiene)
4. Aktivitas seksual yang sering berganti pasangan
5. Wanita yang suaminya tidak disirkumsisi
6. Sering ditemukan pada wanita yang mengalami virus HPV
7. Wanita dengan kebiasan buruk, merokok, minum-minuman keras, narkotika
D. Patologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks;
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat
proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan
SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu faktor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel host sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spekrum penyakit yang dimulai
dari displasia ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma
in-situ (NIS 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa
peneliti menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal
dari NIS 1/NIS 2.26 Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang
menjadi progesif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya
E. Gejala Klinik
Perubahan pra kanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan
panggul dan papsmear. Gejala biasanya muncul ketika sel serviks yang abnormal
berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya.Pada saat ini akan
timbul gejala berikut:
a. Perdarahan vagina yang abnormal, terutama di antara 2 menstruasi, setelah
melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak).
c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
b. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
a. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
b. Nyeri panggul atau tungkai
c. Dari vagina keluar air kemih atau tinja
d. Patah tulang (fraktur)
Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker serviks adalah
sistem yang diperkenankan oleh International Federatiaon Of Gynecology.
G. Pemeriksaan IVA
1. Pengertian
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) merupakan salah satu cara
melakukan tes kanker serviks. Kelebihan dari tes ini adalah kesederhanaan teknik
dan kemampuan untuk memberikan hasil yang segera kepada ibu. (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker
leher rahim sedini mungkin. Cara ini sederhana oleh karena bisa dilihat langsung
dengan mata telanjang dengan menggunakan speculum atau pemeriksaan
inspekulo yaitu pada daerah yang ada perubahan sel bereaksi dengan asam
asetat.
Cara ini relatif murah, mudah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga
medis Puskesmas. Prinsip kerja pemeriksaan adalah dengan cara mengolesi
mulut rahim dengan asam asetat. Kondisi keasaman lendir di permukaan mulut
rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih.
Melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada
mulut rahim. Keberadaan bercak putih ini menunjukkan adanya sel abnormal.
Jika hasilnya positif, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan biopsy
(pengambilan sampel jaringan serviks) ke laboratorium dengan menggunakan
teknik pap smear atau gynescopy oleh dokter ahli kandungan.
2. Keunggulan
Keunggulan dengan tes pap smear adalah pap smear harus menunggu
waktu mendapatkan hasilnya sedangkan IVA tidak perlu menunggul lama,
karena hasilnya akan segera diketahui. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari
Pap Smear. Dalam waktu 60 detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak
putih yang bisa dicurigai sebagai lesi kanker. Dengan deteksi dini secara teratur,
kanker serviks dapat diketahui lebih awal dan ditangani lebih cepat.
4. Cara Penggunaan
IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% pada
permukaan mulut rahim. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak
putih yang disebut aceto white epithelium. Hasil dari pemeriksaan ini adalah
bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. Maka jika hal itu terjadi
maka dapat dilakukan biposy. Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat
pemeriksaan. Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau
dokter di Puskesmas atau di tempat praktek bidan dengan biaya yang cenderung
lebih ekonomis. (Sukaca, 2009 : 100)
5. Langkah-langkah Melakukan Tes IVA
1) Penilaian Klien
a. Menyambut pasien dengan hormat dan penuh keramahan
b. Menjelaskan mengapa tes IVA direkomendasi dan menjelaskan prosedurnya
c. Memberitahukan pasien kemungkinan temuan dan apa follow up atau terapi
yang dibutuhkan.
2) Persiapan
a. Cek apakah alat dan instrumen sudah tersedia
b. Memastikan bahwa lampu tersedia dan siap digunakan
c. Cek apakah pasien telah mengosongkan kandung kencing dan mencuci atau
membilas daerah genitalnya
b. Mintakan pasien untuk menanggalkan pakaiannya sampai ke pinggang
c. Membantu pasien naik ke meja pemeriksaan dan menutupinya.
d. Cuci tangan dengan sabun dan air dan keringkan dengan udara atau kain
bersih. Lalu palpasi perut.
e. Pakai sepasang sarung tangan bedah yang telah disterilkan dengan
desinfektan tingkat tinggi. Jika tersedia pakai sarung tangna kedua pada satu
tangan.
f. Atur instrumen dan alat-alat di atas baki yang telah disterilkan, jika belum
dilakukan.
3) Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat
a. Periksa alat kelamin luar dan cek discharge pada urethra
b. Raba kelenjar skena dan kelenjar bartholini
c. Masukkan spekulum sehingga seluruh serviks dapat terlihat
d. Letakkan spekulum dalam posisi terbuka sehingga spekulum tetap pada
posisi dimana serviks tetap kelihatan. Jika memakai sarung tangan sebelah
luar, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% dan pindahkan sarung tangan
dengan cara memutarnya dari dalam keluar
e. Jika membuang sarung tangan, letakkan di dalam satu tas plastik atau
container yang tahan bocor.
f. Jika menggunakan kembali sarung tangan, rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
g. Gerakkan sumber cahaya sehingga dapat melihat serviks dengan jelas
h. Periksa serviks apakah ada radang serviks, ekstropion, tumor, kista nabothi
atau ulkus.
i. Pakai kapas lidi bersih untuk mengambil cairan, darah atau mukus dari
serviks. Buang kapas lidi ke dalam kantong plastik atau kotak yang tahan
bocor.
j. Identifikasi mulut serviks, squamocolumnar junction (SCJ) dan daerah
transformasi.
k. Celupkan kapas lidi dalam larutan asam asetat dan oleskan pada serviks.
l. Tunggu 1 menit agar asam asetat diserap dan perubahan aceto white
kelihatan.
m. Periksa SCJ dengan hati-hati, cek apakah serviks mudah berdarah dan cari
aceto white epithelium.
n. Jika perlu, oleskan lagi kapas lidi pada serviks untuk membersihkan mucus,
darah, debris.
o. Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk
membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina.
p. Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif, masukkan
spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi.
q. Lakukan pemeriksaan bimanual dan rektovaginal (jika ada indikasi).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik KB Dan Kespro Pada Ny “PD”
Umur 30th Dengan IVA di UPTD. Puskesmas I Dinas Kesehatan Denpasar Selatan
A. Data Subjektif
1. Identitas Ibu
Nama Ny “PD”
Umur 30th
Agama Hindu
Suku/bangsa Bali, Indonesia
Pendidikan SMA
Pekerjaan IRT
Alamat rumah BD.Dauh Margi, Desa Pemaron
No.hp 081936942xxx
Jaminan Kesehatan -
2. Keluhan utama : ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ingin melakukan IVA
3. Riwayat menstruasi : ibu mengatakan menstruasi umur 13 tahun, siklus haid
teratur : 30 hari, keluhan saat haid tidak ada, volume darah + 3 pembalut
4. Riwayat perkawinan : ibu mengatakan status pernikahan sah, lama menikah 7
tahun, usia ibu menikah 22 tahun, suami 26 tahun.
5. Riwayat Obstetri
6. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 1 bulan selama 1 tahun, dan
sekarang sedang menggunakan KB suntik 3 bulan .
7. Riwayat Kesehatan lalu dan sekarang
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit ibu ataupun penyakit
menurun, penyakit kandungan, dan tidak pernah dirawat di RS
8. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan
a. Biologis
1) Nutrisi : pola makan 3-4x/hr, porsi sedang, jenis makanan : nasi, ikan,
daging, sayur, pola minum + 9 gelas/hr, jenis air putih
2) Eliminasi : BAB 2x/hr, warna coklat, konsistensi lembek, tidak ada keluhan,
BAK 6-7x/hr, warna bening kekuningan, konsistensi cair, tidak ada keluhan
3) Personal hygiene : mandi : 2x/hr, keramas : 3x/mg, sikat gigi : 2x/hr, ganti
baju : 2x/hr, ganti pakaian dalam 2x/hr
4) Pola seksual : 2x/mg, keluhan tidak ada
b. Psikologis : perasaan ibu saat ini senang
c. Sosial : ibu mengatakan tinggal dengan suami dan anak-anak, hubungan
dengan keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan tempat kerja
baik, kepemilikan rumah pribadi, jenis rumah permanen, kebutuhan
ditanggung suami, pengambil keputusan suami, tidak pernah tinggal di
daerah kritis, tidak pernah mengalami kekerasan.
9. Pengetahuan : ibu mengatakan sudah mengetahui mengenai tanda-tanda
menopause, kebersihan reproduksi, dan tanda-tanda IMS
B. Data Objektif
KU : baik, Kes : composmentis, BB : 60kg, TB : 158cm
TD : 120/80 mmHg, S : 36,5oC, N : 82x/mnt, R : 22x/mnt
1. Pemeriksaan fisik
Kepala : normal, rambut bersih tidak mudah dicabut, tidak ada ketombe,
tidak ada luka ataupun benjolan
Wajah : normal, tidak pucat dan tidak ada oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Bibir dan mulut : mukosa lembab, bibir merah muda
Telinga : bersih
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar tiroid, atau vena
jugularis
Dada dan aksila : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada benjolan pada
payudara, tidak ada pembengkakkan kelenjar limfe aksila, tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Vulva : tidak ada kelainan, pengeluaran keputihan, warna bening tidak
berbau
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tungkai simetris, kuku merah muda
2. Pemeriksaan penunjang : pada ibu dilakukan pemeriksaan IVA
C. Analisa
WUS umur 30th dengan IVA
Masalah : tidak ada
D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu paham
2. Melakukan informed consent pada ibu, ibu setuju
3. Melakukan tindakan IVA pada ibu, hasil normal
4. Memberikan KIE mengenai vulva hygiene, ibu paham dan bersedia
5. Memberikan KIE mengenai personal hygiene, ibu paham dan bersedia
6. Memberikan KIE mengenai pap smear dan menganjurkan ibu untuk pap
smear, ibu paham dan akan melakukannya
7. Melakukan dokumentasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien yang
pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan sistematis melalui suatu proses
yang disebut manajemen kebidanan. Berdasarkan keputusan Menteri kesehatan No.
938/Menkes/SK/VIII/2007, manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan
kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengumpulan data dasar
dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap. Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa
langsung, maupun meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya. Pada kasus ini
didapatkan bahwa Ny “PD” usia 30 tahun tidak mempunyai keluhan utama dan ingin
melakukan pemeriksaan IVA. Jumlah anak hidup 2 orang, anak terakhir berusia 3
tahun. Riwayat kontrasepsi sebelumnya ibu pernah menggunakan KB suntik 1 bulan
dan sekarang sedaang menggunakan KB suntik 3 bulan. Ibu mengatakan tidak pernah
mempunyai penyakit lalu, penyakit keturunan, penyakit ginekologi seperti infertilitas,
radang panggul, kanker, dll. Mengenai pengetahuan ibu sudah mengetahui tanda-
tanda menopause, kebersihan reproduksi, dan tanda-tanda IMS.
Data Objektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung maupun meninjau
catatan dokumentasi asuhan sebelumnya dan data objektif didapatkan dari
pemeriksaan langsung pada pasien. Langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Pemeriksaan objektif didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal. Pemeriksaan
pada vulva didapatkan keputihan berjumlah sedikit warna bening dan tidak berbau.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny “PD” yaitu IVA test dengan hasil
normal, tidak ada erosi.
Selanjutnya dilakukan interprestasi data dasar sehingga ditemukan diagnosis
spesifik sesuai dengan nomenklatur atau masalah yang menyertai. Pada ny “PD”
tidak didapatkan adanya masalah, sehingga rencana penatalaksanaan berdasarkan
pada diagnosa. Asuhan pada Ny “PD” sudah mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana yang dilakukan sudah mendapatkan
persetujuan dari ibu sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan efektif. Hal ini
sesuai dengan teori asuhan kebidanan yang mengatakan bahwa bidan bekerja sesuai
dengan SOP dan atas dasar persetujuan dari klien sehingga membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakan asuhan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan
manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat menurut
World Helath Organization (WHO) merupakan suatu keadaan sejahtera meliputi
fisik, mental, dan sosial yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan
merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara
sosial dan ekonomi (Maulana, 2009)
Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada
wanita akibat rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi pada
masyarakat. Deteksi dini pada kanker serviks ini merupakan sebuah terobosan yang
inovatif dalam kesehatan untuk mengurangi angka 3 kematian dan kesakitan akibat
kanker tersebut (Depkes RI, 2008).
Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting dilakukan,
karena potensi kesembuhan akan sangat tinggi jika masih ditemukan pada tahap
prakanker (Mansjoer, 2007). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan
program deteksi dini (skrinning) dan pemberian vaksinasi. Adanya program deteksi
dini di negara maju, angka kejadian kanker serviks dapat menurun (Rasjidi, 2009).
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut Rasjidi (2009) antara lain
dengan Pap Smear (mengambil lendir serviks untuk dilakukan pemeriksaan di
laboratorium), kolposkopi (pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan
teropong), biopsy (pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan serviks yang
dicurigai), dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat).
1. Bagi mahasiswa diharapkan lebih dalam mengkaji setiap kasus yang terjadi
pada ibu hamil agar mengetahui dampak dari risiko ke depannya pada ibu.
Diharapkan dapat emningkatkan pendampingan dalam memberikan asuhan
kebidanan
2. Bagi bidan pelaksana agar menciptakan kualitas pelayanan yang kompehensif
dan melakukan pemantauan kesehatan reproduksi terutama bagi WUS yang
memiliki riwayat kanker serviks, sehingga ibu lebih waspada untuk
memeriksakan kesehatannya
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. G., Kenneth, J.L., Steven, L.B., John, C.H., Dwight, J.R. dan
Catherine, Y.S. 2013. Williams Obstetrics Volume 1. Edisi 23. Jakarta:EGC
Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No
938/Menkes/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta :
Menteri Kesehatan RI
Dinas Kesehatan DIY. 2015. Profil Kesehatan Yogyakarta Tahun 2015. Yogyakarta :
Dinas Kesehatan DIY
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.
Jakarta:Kemenkes RI
Kusmiyati, Yuni., Heni Puji W. 2015. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta:Fitramaya
Mangkuji, B. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta:Erlangga
Manuaba Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana. Jakarta:EGC
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar Muslihatun, Wafi Nur. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.
Yogyakarta:Fitramaya
Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.