Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN


PADA BAYI NY. MS BERAT BARU LAHIR RENDAH
DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI UPT. PUSKESMAS KINTAMANI I

Oleh
MADE DESSIANA SITI ARDIARI
NIM P07124321097

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
PADA BAYI NY. MS BERAT BARU LAHIR RENDAH
DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI UPT. PUSKESMAS KINTAMANI I

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Gusti Ayu Eka Utarini, SST., M.Kes Ni Made Widuri, A.Md.Keb


NIP. 198204282006042002 NIP. 196912311991032046

MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb


NIP. 198101302002122001
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida
Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis mampu
menyelesaikan Laporan Akhir Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Pada Bayi
Baru Lahir Rendah dengan Asfiksia Sedang. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktik Kebidanan Patologis bagi para mahasiswa
ProfesiJurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberi
bantuan dan bimbingan dalam rangka menyusun laporan kasus ini, yaitu kepada
:

1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M. Biomed, selaku Ketua


JurusanKebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar;
2. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb., selaku Kaprodi Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar;
3. Dr Ni Komang Yuni Rahyani, S.SiT.,Kes selaku PJMK Praktik
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal ;
4. Gusti Ayu Eka Utarini, S.ST., M.Kes ., selaku pembimbing institusi
praktik MK Praktik Profesi Bidan;
5. drg. Dewa Gede Sentana Putra, selaku kepala UPT Puskesmas Kintamani
I yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan praktik di
wilayah kerja UPT Puskesmas Kintamani I;
6. Ni Made Widuri A.Md.Keb, sebagai pembimbing lapangan
Penulis menyadari laporan yang dibuat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan
demi kesempurnaan laporan ini.

Denpasar, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................3
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus.....................................................................3
D. Manfaat Penulisan Laporan........................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
A. Bayi Baru Lahir (Neonatus).......................................................................................5
B. Pengertian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).............................................................9
C. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir..................................................................................10
BAB III............................................................................................................................14
TINJAUAN KASUS.......................................................................................................14
BAB IV............................................................................................................................19
PEMBAHASAN KASUS...............................................................................................19
BAB V.............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
A. Simpulan..................................................................................................................22
B. Saran.........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000
Kelahiran Hidup (SDKI 2007), sekitar 56% kematian terjadi pada periode
sangat dini yaitu di masa neonatal atau bayi baru lahir. Sebagian besar
kematian neonatal terjadi pada usia 0-6 hari (78,5%) dan Asfiksia serta
Prematuritas merupakan penyebab utama kematian. Target MDG tahun 2015
adalah menurunkan AKB menjadi 23/1.000 Kelahiran Hidup. Penyebab
terbanyak kematian bayi baru lahir adalah Asfiksia, Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), dan Infeksi. Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan tentang
penatalaksanaan neonatal atau bayi baru lahir mulai dari tingkat desa atau
rumah sampai rumah sakit merupakan salah satu strategi yang dapat
menurunkan Angka Kematian Bayi. Petugas kesehatan seperti dokter,
perawat dan bidan yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
kepada masyarakat khususnya ibu dan anak, sangat mungkin akan menjumpai
kasus-kasus yang berhubungan dengan masalah kesehatan bayi baru lahir.
Terkait hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah membuat Modul
Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, yang diharapkan dapat berkontribusi
dalam (Kemenkes RI,2011)
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bangli pada periode tahun 2010-
2017 berada dibawah target masksimal yaitu 23 per 1.000KH, tercatat pada
tahun 2017 sebesar 7 per 1000 KH, angka ini menurun dari tahun 2016 yang
sebesar 8,6 per 1000 KH. Apabila dilihat dari periode 2010-2017 cenderung
berfluktuasi dan secara trend cenderung menurun. Terlihat pada gambar
grafik di atas tahun 2010 AKB sebesar 11,5 per 1000 KH hingga tahun 2017
menjadi 7 per 1000 KH. Angka Harapan Hidup merupakan rata-rata jumlah
tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun
tertentu. Angka Harapan Hidup bermanfaat untuk mengetahui berapa lama
orang dapat hidup sejak dari usia baru lahir. Hal ini dianggap sebagai
indikator umum bagi taraf hidup. Angka tersebut diperoleh secara langsung
melalui sensus penduduk yang dilakukan sekali setiap 10 tahun dan survey
nasional lainnya. (Profil Dinkes Bangli, 2018)
Dalam decade terakhir pelayanan persalinan sudah lebih baik namun bayi
baru lahir masih banyak menderita asfikdia dan pada kasus asfiksia berat
menyebabkan Hipoksia Iskemik Ensefalopati (HIE) dan bisa menyebabkan
kerusakan neurologis permanen. Prevalensi asfiksia pada persalinan adalah
adalah 25 tahun, per 1000 kelahiran hidup diantaranya 15% adalah sedang
atau berat. Pada bayi prematur, 73 per 1000 kelahiran hidup diantaranya 50%
adalah sedang atau berat. Dinegara berkembang, sekitar 3% bayi lahir
mengalami asfiksia derajat sedang dan berat. Bayi asfiksia yang mampu
bertahan hidup namun mengalami kerusakan otak, jumlahnya cukup banuyak.
Hal ini disebabkan karena resusitasi tidak adekuat atau salah prosedur.
Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan RI telah menerbitkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 53 tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial untuk menangani asfiksia bayi baru
lahir yang tercantum pada pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial 0 (nol) sampai 6 (enam) jam meliputi.
a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Inisiasi menyusu dini
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Pemberian suntikan vitamin k1
e. Pemberian salep mata antibiotik
f. Pemberian imunisasi hepatitis b0
g. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
h. Pemantauan tanda bahaya
i. Penanganan asfiksia bayi baru lahir
j. Pemberian tanda identitas diri dan
k. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat
waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan kebidanan pada bayi BBLR
dengan Asfiksia di Ruang Poned UPT. Puskesmas Kintamani I.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif melalui
anamnesa
b. Mahasiswa mampu mengumpulkan data obyektif melalui pemeriksan
fisik dan pemeriksaan laboratorium.
c. Mahasiswa mampu menetapkan analisis berupa diagnosis kebidanan ,
masalah, kebutuhan, diagnosis potensial serta antisipasi tindakan
segera.
d. Mahasiswa mampu memberikan penatalaksanan berupa asuhan
kebidanan sesuai keadaan pasien.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Pengambilan studi kasus komprehensif pada bayi “Ny. MS” Berat Badan
Lahir Rendah dengan Asfiksia Sedang , dilakukan pada tanggal 24 Maret
2022 di Ruang Poned UPT. Puskesmas Kintamani I

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Manfaat teoritis
Dapat mengetahui teori dan wawasan tentang bayi berat badan lahir
rendah dengan asfiksia, serta dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan
kebidanan pada bayi berat badan lahir rendah dengan asfiksia
2. Manfaat praktis
a. Bagi klien
Hasil dari penerapan studi kasus dapat memberikn pengetahuan bagi
pasien tentang pentingnya mencari informasi dari tenaga kesehatan
untuk mencegah terjadinya asfiksia pada bayi.
b. Bagi penulis
Hasil dari penerapan asuhan kebidanan ini dapat menerapkan teori
yang didapat dalam perkuliahan yg memberikan pelayanan asuhan
kebidanan pada bayi dengan Asfiksia.
c. Bagi Institusi
Dapat bermanfaat sebagai tolak ukur sejauh mana mahasiswa telah
memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif secara
sistematis sesuai prosedur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Baru Lahir (Neonatus)


1. Pengertian Bayi Baru Lahir (Neonatus)
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan
(Rudolph,2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan
pertama (Koizer, 2011). Neonatus adalah bulan pertama kelahiran.
Neonatus normal memiliki berat 2.500 sampai 4.000 gram, panjang 48-
53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Dari ketiga
pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah bayi yang lahir 28
hari pertama..
2. Pengumpulan Data
Penilaian atau evaluasi terhadap bayi baru lahir, antara lain meliputi
penilaian tahap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia
kehamilan: penilaian adaptasi neonatal (skor APGAR, refleks): penilaian
fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan morfologi/fisiologi):
pemberian identifikasi meliputi jenis kelamin, berat badan, panjang
badan: serta menentukan penanganan yang diperlukan. Klasifikasi bayi
baru lahir (neonatus), dibedakan menurut 3 kategori :
Pertama, klasifikasi neonatus menurut masa gestasi :
a. Neonatus kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari ( 37
minggu)
b. Neonatus cukup bulan (term infant) : lebih dari 259 sampai 294 hari
(37-42 minggu)
c. Neonatus lebih bulan (postterm infant): lebih dari 294 hari (42
minggu) atau lebih
Kedua, klasifikasi neonatus menurut berat lahir :
a. Neonatus berat lahir rendah: kurang dari 2500 gram.
b. Neonatus berat lahir cukup: antara 2500 sampai 4000 gram
c. Neonatus berat lahir lebih: lebih dari 4000 gram
Ketiga, klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi,
dideskripsikan dengan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai
untuk asa kehamilannya, yaitu neonatus cukup/kurang/lebih bulan
(NCB/NKB/NLB) apakah sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan
(SMK/KMK).
3. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
Pengkajian Pertama Bayi Baru Lahir, pengkajian ini dilakukan
dikamar bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan
jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat.
Bayi ditempatkan diatas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan
ini adalah untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapatkan
tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan, dan kelahiran, misalnya: bayi yang lahir daeri ibu dengan
diabetes mellitus, eklamsia berat, dan lain-lain biasanya akan
mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena itu, pemeriksaan
pertama pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal ini ditujukan
untuk menetapkan keadaan bayidan untuk menetapkan apakah seorang
bayi dapat dirawat gabung atau ditempat khusus. Dengan pemeriksaan
pertama ini juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutrnya.
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir, dilakukan dalam dua tahap.
Pertama, pemngkajian segera setelah lahir. Pengkajian ini bertujuan
untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus
kehidupan luar uterus, yaitu dengan penilaian APGAR, meliputi
appearance (warna kulit) pulse (denyut jantung) grimace( refkes atau
respon terhadap rangsang) activity (tonus otot) dan respiratory effourt
(usaha bernafas). Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dengan
diameter besar di vulva (crowning). Kedua, pengkajian keadaan fisik.
Setelah pengkajian setelah lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan
normal atau mengalami penyimpangan. Pengkajian yang kedua ini akan
lebih lengkap apanbila disertai dengan hasil pemeriksaan
diagnostic/penunjang lain dan catatan medik yang menunjang.
Pengkajiam fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari
prosedur perawatan bayi segera setelah lahir (immediate care off the
newborn) :
a. Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat
persalinan, riwayat keluarga
b. Menilai skor APGAR
c. Melakukan resusitasi neonatus
d. Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu pendek
dan harus diawasi setiap hari
e. Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertulisan nama
ibu, diikatkan dipergelangan tangan, atau kaki
f. Melakukan pemeriksaan fisik dan obserfasi tanda vital
g. Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik), atau
dalam incubator jika ada indikasi
h. Menentukan tempat perawatan: rawat gabung, rawat khusus, atau
rawat intensif
i. Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang
diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif, langsung
diberikan vaksinasi (globulin) pada bayi
Prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir,
antara lain sebagai berikut :
a. Menginformasikan prosedur dan minta persetujuan orangtua
b. Mencuci tangan dan keringkan, bila perlu pakai sarung tangan
c. Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi
d. Memeriksa secara sistematis head to toe (kepala, muka, klavikula,
lengan, tangan, dada, abdomen, tungkai kaki, spinal dan genetalia)
e. Mengidentifikasi warna dan aktifitas bayi
f. Mencatat miksi dan meconium bayi
g. Mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), lingkar perut (LP),
lingkar lengan atas (LILA), menimbang berat badan (BB) dan
mengukur panjang badan (PB) bayi
h. Mendiskusikan hasil pemeriksaan kepada orangtua
i. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

Tabel 3. 1 nilai APGAR


TANDA 0 1 2
Appearance Blue Body pink, limbs All pink
(warna kulit) (seluruh tubuh blue (seluruh tubuh
biru atau (tubuh kemerahan)
pucat) kemerahan,
ekstremitas biru)
Pulse (denyut Absent (tidak <100 >100
jantung) ada)
Grimace None (tidak Grimace Cry
(refleks) bereaksi) (sedikit gerakan) (reaksi
melawan,
menangis)
Grimace Limp Some fleksion of Active
(tonus otot) (tidak limbs movement,
bereaksi) (ekstremitas limbs well
sedikit fleksi) flexed (gerakan
aktif,
ekstremitas
fleksi dengan
baik)
Respiratory None Slow, irregular Good, strong
cry

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara


komplit, tenaga kesehatan perlu melakukan beberapa pemeriksaan
berikut ini :
a. Pemeriksaan cairan amnion, untuk menilai kelainan cairan amnion
(volume) apakah selama kehamilan terjadi hidramnion
oligohidramnion
b. Pemeriksaan plasenta, untuk menentukan keadaan plasenta, dan
jumlah korion. Hal ini penting untuk menentukan adanya kembar
identic/tidak
c. Pemeriksaan tali pusat, untuk menilai adanya kelainan pada
vena/arteri ada tali simpul?
d. Pengukuran antropometri, minimal meliputi BB (2500-3000 gram),
PB (45-50cm), LK (33-35), LD (30-33cm)
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus juga
dikaji, antara lain:
a. Faktor genetic, meliputi kelainan/gangguan metabolic pada keluarga
dan sindroma genetic
b. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes
mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin,
riwayat penganiayaan, riwayat abortus, RH/isoimunisasi
c. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, ada riwayat pendarahan,
preeklamsia, infeksi, perkembangan janin trerlalu besar/terganggu,
diabetes gestasional, poli/oligohidramnion
d. Factor prenatal, meliputi premature/postmatur, partus lama,
penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat,
posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur meconium,
amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), pendarahan dalam persalinan,
prolapses tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan
Dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun,
segeralah melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat
melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemeriksa hendaknya memperhatikan
beberapa hal yang penting berikut ini:
a. Periksa bayi dibawah pemancar panas dengan penerangan yang
cukup, kecuali ada tanda-tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan.
b. Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orangtua/keluarga bayi
hadir selama pemeriksaan dan sambil berbicara dengan keluarga bayi
serta sebelum melepaskan pakaian bayi, perhatikan warna kulit,
frekuensi nafas, postur tubuh, gerakan, reaksi terhadap rangsangan
dan abnormalitas yang nyata.
c. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung
tangan.
e. Bersikap lembut pada waktu memeriksa.
f. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan head to toe
secara sistematis.
g. Jika ditemukan factor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut
yang memang diperlukan.
h. Catat setiap hasil pengamatan.
B. Pengertian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan.15 Sejak tahun 1961 WHO
telah mengganti istilah prematuritas dengan istilah BBLR. Hal ini
dikarenakan tidak semua bayi yang berat kurang dari2500 gram pada waktu
lahir merupakan bayi yang lahir premature
1. Klasifikasi BBLR
a. Berdasarkan berat badan
Seiring dengan semakin efektifnya teknologi dan perawatan neonatus,
kategori berat badan lahir yang baru telah ditemukan untuk lebih
mendefinisikan bayi berdasarkan berat badan. Kategori berat badan lahir
rendah adalah :
1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
1500-2500 gram pada saat lahir.
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat
badanlahir 1000-1500 gram pada saat lahir.
3) Bayi berat badan lahir extrem rendah (BBLER) adalah bayi dengan
berat badan lahir <1000 gram pada saat lahir.
b. Berdasarkan usia gestasi
1) Prematuritas murni
Bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya.
2) Dismatur
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasinya. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
C. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
1) Asfiksia neonatorum adalah kondisi yang membuat bayi kekurangan
oksigen selepas lahir. Kondisi ini juga dikenal sebagai asfiksia perinatal
atau asfiksia pada bayi baru lahir. Selama kehamilan, asfiksia dapat
menyebabkan gawat janin yang merupakan kondisi fatal. Bahkan,
asphyxia neonatorum berat dapat memicu kelainan akibat cedera otak,
atau hipoksia-iskemik ensefalopati. Kekurangan asupan oksigen dan
darah bisa mengakibatkan kelainan otak pada bayi selepas lahir.
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernafas
secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan metabolism
tubuhnya dan dapat mengakibatkan kematian (Muslihatun, 2010)
2) Gejala asfiksia neonatorum atau bayi kekurangan oksigen selepas lahir
Gejala asfiksia dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung
setelah persalinan. Denyut jantung janin yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah, dapat digunakan sebagai acuan terjadinya asfiksia neonatorum
atau tanda bayi kekurangan oksigen setelah lahir.
Beberapa gejala asfiksia neonatorum yang dapat diamati pada saat bayi
baru lahir antara lain:
 Kulit yang pucat atau kebiru-biruan (sianosis)
 Kesulitan bernapas, yang ditandai dengan napas cuping hidung
atau pernapasan perut
 Denyut nadi yang rendah
 Detak jantung terlalu kuat atau lemah
 Anggota badan kaku atau lemas (hiotonia)
 Respons yang buruk terhadap stimulasi
Semakin lama bayi kekurangan oksigen, gejala asfiksia akan semakin
bertambah parah. Gejala yang parah dapat memicu kerusakan dari
beberapa organ seperti paru-paru, jantung, ginjal, dan otak. Kerusakan
tersebut muncul secara langsung maupun tak langsung. Kerusakan yang
terjadi secara langsung, yakni ketika sel yang kekurangan oksigen
mengalami gangguan. Sementara itu, kerusakan yang muncul secara
tidak langsung, yakni melalui efek radikal bebas dari sel yang
kekurangan oksigen.
3) Penyebab asfiksia neonatorum
Seluruh proses yang menyebabkan terjadinya gangguan penyerapan
oksigen oleh bayi dapat menyebabkan asfiksia neonatorum. Oleh karena
itu, pada proses persalinan, dokter atau bidan harus memastikan bahwa
kadar oksigen ibu dan bayi terpenuhi. Hal tersebut bertujuan untuk
mencegah bayi kekurangan oksigen selama persalinan dan selepas ia
lahir. Beberapa penyebab asfiksia neonatorum adalah:
 Tersumbatnya jalan napas bayi
 Ibu hamil mengalami anemia yang membuat darah tidak dapat
membawa cukup oksigen
 Proses persalinan berlangsung lama atau sulit
 Ibu hamil tidak mendapatkan oksigen yang cukup sebelum atau
selama persalinan
 Ibu hamil memiliki tekanan darah yang terlalu tinggi atau rendah,
saat persalinan berlangsung
 Ibu dan/atau bayi mengalami infeksi
 Plasenta lepas dari rahim terlalu cepat, yang mengakibatkan
hilangnya oksigen
 Bayi terlilit tali pusar atau tali pusar bayi berada di posisi yang
tidak tepat
 Infeksi
4) Cara mendeteksi bayi kekurangan oksigen selepas lahir
Pada umumnya setelah bayi baru dilahirkan, dokter akan melakukan
pemeriksaan menggunakan sistem skoring yang dinamakan skor Apgar.
Pemeriksaan ini berlangsung pada lima menit pertama kelahiran. Skor
Apgar akan menunjukkan kondisi pernapasan, denyut nadi, keadaan
umum, respons terhadap rangsangan, dan kontraksi otot bayi. Tiap
variabel dari skor Apgar dinilai dengan angka 0 hingga 2 dengan skor
tertinggi yakni 10. Semakin rendah skor Apgar, maka risiko asfiksia akan
semakin tinggi. Di mana bayi dengan skor Apgar 3 dan bertahan selama
5 menit, diduga kuat mengalami kondisi asfiksia. Dokter juga bisa
melakukan pemeriksaan darah bayi untuk mengetahui kadar asam dalam
darah. Jika kadar asam cukup tinggi, artinya bayi tidak mendapat cukup
oksigen. Apabila diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menganalisis apakah jantung, ginjal, dan liver bayi
terdampak.
Langkah penanganan terhadap bayi yang mengalami asphyxia
neonatorum bergantung pada kondisinya. Jika terdeteksi sebelum
persalinan, maka bantuan oksigen bisa diberikan kepada sang ibu lebih
dulu. Alternatif lainnya adalah melakukan persalinan cesarean segera
untuk mengantisipasi asfiksia neonatorum sebelum jatuh pada keadaan
gawat janin.
Sedangkan jika bayi sudah dilahirkan, tindakan resusitasi dilakukan
untuk mengembalikan napas bayi yang mengalami kondisi asphyxia
neonatorum. Tim medis akan melakukan berbagai langkah untuk
menyelamatkan bayi, dengan cara memperlancar jalan napas,
memberikan oksigen, serta memijat jantung.
Selain itu, dokter juga mungkin memberikan obat-obatan, serta
memasang alat bantu napas melalui intubasi. Seluruh langkah tersebut
dilakukan untuk mencegah asfiksia pada bayi memburuk.
Antisipasi adalah kunci terbaik untuk mencegah bayi kekurangan
oksigen selepas lahir. Identifikasi faktor risiko ibu dan bayi selama masa
kehamilan, akan membantu seluruh tenaga medis mempersiapkan
tindakan yang diperlukan untuk mencegah, dan melakukan resusitasi
bayi.

.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Neonatus


Neonatus “NY MS umur 1 jam pertama BBLR dengan Asfiksia Sedang

A. DATA SUBJEKTIF (Tanggal : 07/12/2020 Pukul : 11.45 Wita)


1.
Identitas Ibu Ayah
Nama : Ny “NS” Tn “MP”
Umur : 27 Tahun 28 Tahun
Agama : WNI WNI

Suku bangsa : Hindu Hindu


Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : IRT Petani
Alamat rumah : Ds. Bayung Cerik, Kintamani Ds. Bayung Cerik,
Kintamani
Telepon/HP : 088733xxxxxx 088733xxxxxx
Jaminan kesehatan : KIS KIS

2. Alasan dirawat : Bayi Lahir Berat Badan lahir Rendah dengan asfiksia sedang
3. Riwayat persalinan ini :
Lama Kala I dan Komplikasi : -
Lama Kala II dan Komplikasi : pasien datang dengan bayi sudah lahir
setengahnya
4. Riwayat Bayi dalam Kandungan
a. HPHT tidak tau karan selama ini rutin mens menurut pengakuan dari
ibunya
b. Riwayat pemeriksaan kehamilan
Tidak pernah ANC sama sekali dengan alasan ibu tidak mengetahui
bahwa dirinya sedang hamil
c. Tanda bahaya kehamilan yang pernah dialami : Tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang yang pernah dilakukan : tidak pernah USG
5. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang sedang atau pernah diderita ibu :
Ibu memiliki riwayat penyakit cancer kelenjar getah bening yang sudah di
ceritanya selama 2 tahun dan rutin cek kesehatannya di RSUP Sanglah.
b. Penyakit keluarga yang menular :
Ibu tidak memiliki penyakit keluarga yg menular seperti : Hepatitis,
TBC, PMS, dan HIV/AIDS
c. Riwayat penyakit keturunan :
Ibu Tidak memiliki penyakit keturunan seperti : DM, Hipertensi, dan
jantung.
d. Riwayat faktor keturunan :
Ibu tidak memiliki Faktor keturunan seperti : Kelianan kongenital,
kelainan jiwa dan kelainan darah
6. Data biologis, psikologis, sosial, spiritual
a. Riwayat IMD : ibu tidak melaukan IMD
b. Istirahat dan aktivitas
Kondisi fisik saat ini : aktif
c. Eleminasi
BAB/pengeluaran meconium : Ada, saat bayi baru lahir
BAK terakhir : pukul: ( belum BAK )

B. DATA OBJEKTIF ( Tgl : 24/3/2022 Pukul : 01.50 wita.)


1. Keadaan umum : 1 Menit Pertama Postur tubuh bayi normal, gerakan Bayi
lemah Tonus otot kurang baik, Pernafasan Lemah tidak teratur. A S 1
menit : 5 5 Menit : 8
Pemeriksan Antopometri : BB : 1800 grm, PB : 43 cm, LK :29 cm,LD: 27
cm
Tanda vital :Suhu: 36,7oC, Nadi: 110x/mnt, Respirasi: lemah tidak
teratur
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Cepal hematoma tidak ada , Caput Suksedanium ada.
b. Wajah : Tidak odema, tidak pucat dan tidak ada kelainan.
c. Mata : Kelainan kongenital tidak ada, Pengeluaran Tidak ada
d. Telinga : Daun telinga normal tidak terlipat.
e. Mulut : Normal , Celah bibir Tidak ada, Langit – langit ( palatum )
utuh.
f. Leher : Tidak ada kelainan, tidak ada kelainan pembengkakan
kelenjar limfe
g. Kulit : Kulit lanugo sedikit
h. Dada dan aksila : Kelainan tidak ada, Retraksi tidak ada
i. Abdomen : Pembesaran abnormal tidak ada, perdarahan tali pusat
tidak ada.
j. Punggung : Kelainan tulang tidak ada.
k. Genetalia dan anus
1. Perempuan : (-)
2. Laki-laki : Testis sudah turun ke skrotum, Lubang uretra ada, letak
uretra di ujung .
3. Lubang anus : ada.
l. Tangan dan Kaki : Kelainan kongenital tidak ada, Gerakan tangan
dan kaki lemah, garis telapak tangan dan kaki banyak
C. ANALISIS
Diagnosa :Neonatus aterm BBLR dengan Aspiksia Sedang, dalam masa
adaptasi.
Diagnosa potensial :
1. Potensial terjadinya Aspiksia berat.
2. Potensial terjadinya gagal jantung

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberi KIE pada Ibu dan Suaminya bahwa bayinya akan segera di
rujuk ke RSUD Bangli untuk mendapatkan penaganan yang lebi lanjut di
karenakan berat badan bayi sangat rendah dan di sertai dengan asfiksia
pada bayi. Ibu dan suami mengerti.
2. Menilai usaha nafas bayi, warna kulit bayi, dan frekuensi denyut jantung
bayi, Penilaian sudah dilakukan, Ku Bayi secara keseluruhan sudah
membaik
3. Meletakkan bayi di tempat datar ,di bawah lampu sorot (penghangat),
Bayi sudah diletakkan di atas tempat tidur yg datar sambil di sorot lampu
penghangat .
4. Mengatur posisi bayi dengan baik (Kepala bayi setengah tengadah/
sedikit ektensi dengan mengganjal kepala bayi dengan kain yg sudah
dibentuk sehingga jalan nafas lebih baik, Bayi sudah diposisikan dengan
kepala ektensi.
5. Membersihkan jalan nafas bayi dari cairan ibu yang mungkin masuk
kedalam mulut dan hidung bayi, Mulut dan hidung bayi sudah
dibersihkan dari cairan tubuh ibu .
6. Mengeringkan tubuh bayi dengan mengganti handuk dengan kain yang
kering dan hangat,dan selimuti bayi dengan kain yg kering, Tubuh bayi
sudah diselimuti dengan kain yg kering dan hangat.
7. Memberikan rangsangan taktil dengan cara mengusap punggung bayi
secara berlahan dan melakukan sentilan halus pada telapak kaki bayi,
Nafas bayi normal, gerakan aktif, menangis kuat
8. Menyerahkan bayi kepada asisten untuk dilakukan penanganan bayi baru
lahir, Bayi sudah diserahklan ke asisten untuk dilakukan asuhan pada
Bayi baru lahir, memberikan salep mata, injeksi vit K, mengukur panjang
badan bayi , lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada dan mengenakan
baju pada bayi, menjaga kehangatan bayi sambil memantau kondisi
nafas bayi
9. Membungkus Bayi dengan menggunakan plastik kemudian di selimuti
tapi bayi tetep terlihat persiapan melakukan rujukan ke RSUD Bangli .
10. KIE pada Ibu agar selalu tetap tenang dan Ibu mengerti tentang
penjelasan dari Bidan
11. Merujuk Bayi ke RSUD Bangli
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS.

Pada BAB ini penulis akan membandingkan tentang kesenjangan anatara


teori dan hasil tinjauankasus pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi “MS”
BBLR dengan Asfiksia sedang di Ruang Poned UPT. Puskesmas Kintamani I
Dalam Hal ini penulis akan membahas berdasarkan pendekatan asuhan
kebidannan yaitu pengumpulan data dasar,merumuskan diagnose atau masalah
actual , merumuskan masalah atau masalah potensial, melaksnaakan tindakan
segera, meleksankan tindakan asuhan kebidanan dan menevaluasi tindakan.
Langkah- Langkah yang di ambil antara lain :
1. Data Subyektif
Tahap Pengkajian di awalai dengan identitas baik Ibu maupun suami,
anamnesis, riwayat di rawat, data biologis maupun fisiologis, riwayat
kehamilan dan persalinan. Tehnik pengumpulan data sudah sesuai
dengan kajian teori yaitu dai wawancara, observasi dan pemeriksan.
2. Data Obyektif
Dari pengkajian data pemeriksaan, dan observasi di temukan bahwa
penilaian AS 1 menit pertama bayi 5 dan mengarah ke Asfiksia Sedang,
di lihat dari tonus otot yang lemah dan pernafasan bayi yang lemah dan
tidak teratut. Pada 5 menit ke dua AS bayi sudah membaik. Pemeriksaan
pada Bayi sudah sesuai dengan kajian teori yang ada.
3. Analisa
Pada Analisa di tegakkan diagnosa bayi dengan asfiksia sedang dan
mengarah ke diagnose potensial Asfiksia berat sampai ke gagal jantung.
Salah satu penyebab dari bayi mengalami asfiksia sedang di karenakan
kala II yang lama dan adanya lilitan tali pusat
4. Perencanaan dan Penatalaksanaan
Pada Perencanaan adalah proses penyusunan suatu rencana tindakan
berdasarkan identifikasi masalah saat sekarang, serta identifikasi
diagnosa dan masalah lain yang mungkin terjadi. penyusunan suatu
rencana tindakan berdasarkan identifikasi masalah saat sekarang, serta
identifikasi diagnosa dan masalah lain yang mungkin terjadi.
Pada penatalaksaan sudah sesuai dengan standar Asuhan yang ada,
dilaukan rujukan dikarenakan berat badan bayi lahir rendah
Petugas dalam hal ini sudah mengambil tindakan segera Bersama
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi bayi dan kondisi
ibu
Tim medis akan melakukan berbagai langkah untuk menyelamatkan bayi,
dengan cara memperlancar jalan napas, menjaga suhu bayi agar stabil.
memberikan oksigen, serta memijat jantung. Dalam Kasus bayi Ny”MS”
penolong sudah melakukan hal diatas , memperlancar jalan nafas,
mengeringkan bayi dan menjaga kehangatan bayi.
Data yang ada di peroleh dari berbagai sumber, daan saat di aukan pengkajian Ny.
MS sangan kooperatif sehingga memudahkan penulis dalam mengumpulkan data
yang inginkan
Apabila tindakan diatas telah dilakukan dan bayi memberikan reaksi yang
bagus maka lakukan kembali rangsangan taktil. Jika bayi baru lahir tidak mulai
bernafas memadai (setelah tubuhnya dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan
rangsangan taktil secara singkat. Pastikan posisi bayi diletakkan dalam posisi
yang benar dan jalan nafasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan
secara lembut dan hati-hati sebagai berikut, dengan lembut gosok punggung,
tubuh, kaki atau tangan (ekstremitas) satu atau dua kali, kemudian dengan lembut,
tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali). Proses menghisap lendir,
pengeringan, dan merangsang bayi tidak berlangsung lebih dari 30 sampai 60
detik dari sejak lahir hingga proses tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami
kesulitan bernafas, segera mulai tindakan ventilasi aktif terhadap bayi. Apabila
tindakan ini tidak juga berhasil dilakukan cara ketiga yaitu Ventilasi Tekanan
Positif (VTP) merupakan tindakan memasukkan sejumlah udara kedalam paru
dengan tekanan positif, membuka alveoli untuk bernafas secara spontan dan
teratur. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap. Warna kulit bayi bitu atau
pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, lakukan langkah resusitasi
dengan melakukan Ventilasi Tekanan Positif (VTP). Sebelumnya periksa dan
pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia
dan berfungsi baik, cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang
atau memeriksa bayi, selimuti bayi dengan kain kering dan hangat, kecuali muka
dan dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat,
periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setengah
tengadah (sedikit ekstensi), letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut
sehingga terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan wajah, tekan balon
resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan (bergantung pada
ukuran balon resusitasi), lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi
sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada, bila pertautan baik (tidak
bocor) dan dinding dada mengembang, maka lakukan ventilasi dengan
menggunakan oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan udara ruangan),
pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per detik dengan tekanan yang
tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi, bila dinding dada
naik turun dengan berarti ventilasi berjalan secara adekuat, bila dinding dada tidak
naik, periksa ulaang dan betulkan posisi bayi, atau terjadi kebocoran lekatan atau
tekanan ventilasi kurang, lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik,
kemudian lakukan penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna
kulit. Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup lama
(beberapa menit) dan bila perut bayi kelihatan membuncit, maka harus dilakukan
pemasangan pipa lambung dan pertahankan selama ventilasi karena udara dari
orofaring dapat masuk ke dalam esophagus dan lambung yang kemudian
menyebabkan lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan diafragma
sehingga menghalangi paru-paru untuk berkembang, darah dalam lambung dapat
menyebabkan regurgitasi isi lambung dan mungkin dapat terjadi aspirasi, dan
udara dalam lambung dapat masuk ke usus dan menyebabkan diafragma tertekan
(Sudarti 2013:73).
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan dan pengalam langsung


dilahanpraktek melalui studi kasus tentang Asuhan kebidanan pada Bayi Ny “MS”
berat badan lahir rendah dengan asfeksia Sedang di Rang Poned UPT. Puskesmas
Kintamani I maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.
A. Simpulan
1. Pada bayi Ny. “MS” diagnosis/masalah adalah bayi baru lahir dengan
berayt badan lahir rendah sehingga potensial terjadinya Asfiksia segera
setelah lahir
2. Penanganan yang dilakukan pada bayi NY “MS” di Rang Poned UPT.
Puskesmas Kintamani I adalah usaha bernafas, keringkan tubuh bayi ,
mengatur posisi kepala dengan sedikit ektensi pada saat pengisapan
lendir, menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat untuk mecegah terjadinya
hipotermia agar gagal nafas seegera teratasi
3. Melakukan persiapan rujukan ke RSUD Bangli untuk penangan lebih
lanjut
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis dapat mengemukakakn
beberapa saran :
1. Saran untuk bidan .
c. Seorang bidan perlu untuk meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan
terutama dalam mencegah timbulnya aspiksia berat dan perlu
peningkatan sumber daya agar menjadi tenaga bidan yg berkualitas
sesuai dengan perkembangan IPTEK
d. Seorang bidan harus mampu mengambil keputusan klinik secara cepat
dan tepat untuk menghindari keterlambatan dalam bertindak sehingga
dapat mencegah kematian bayi
e. Dalam rangka pelayanan terhadap klien dengan asfiksia sebaiknya
menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan sesuai
standar untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Ruang Poned
UPT. Puskesmas Kintamani I. Diharapkan setiap tempat harus
menyiapkan peralatan yang memadai untuk penanganan asfiksia pada
bayi baru lahir.
2. Saran untuk Institusi
Untuk menciptakan ahli yang professional, hendaknya penerapan
asuhan kebidanan dalam pencegahan masalah harus lebih ditingkatkan dan
dikembangkan, mengingat proses tersebut sangat penting guna mencapai
pelayanan yang lebih baik dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI.2011. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan. Jakarta:
Direktorat Jendral Biro Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian Kesehatan
RI.
Kemenkes RI. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Jakarta : Kemenkes RI

Irwanto. 2017. Asfiksia pada Bayi Baru Lahir dan Resusitasi. Surabaya : Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.

Helmi. 2019. Penyebab dan Tanda-tanda Bayi Kekurangan Oksigen Selepas


Lahir (Asfiksia Neonaturum). https://www.sehatq.com/artikel/kekurangan-
oksigen-bayi-baru-lahir. Diunduh pada tanggal 15 Desember 2020.
Lampiran-lampiran

Anda mungkin juga menyukai