Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA NN. M DENGAN KELUHAN NYERI


PAYUDARA DAN KRAM PERUT SAAT MENJELANG MENSTRUASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas PBL Askeb Remaja dan Pranikah

Dosen Pembimbing:

Bd. Ferina, S.ST, S.Keb, M.Keb

Disusun Oleh

Widi Putri

P17324119436

D4 Tk. 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Kehamilan oleh:

Nama : Widi Putri

NIM : P17324119436

Telah disahkan oleh tim pembimbing pada:


Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

Widi Putri

NIM. P17324119436

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Program Studi D4 Kebidanan

Bd. Ferina, S.ST, S.Keb, M.Keb

NIP. 198102282002122001

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….......................iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………....4

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………............4


1.2 Tujuan……………………………………………………………………….........................4
1.3 Manfaat……………………………………………………………………….......................5

BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………….…………….…………6

2.1 Konsep Dasar Remaja dengan Kebutuhan Pengetahuan Perkembangan Seksualitas….…...6


2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Kebutuhan Pengetahuan
Perkembangan Seksualitas……………………………………………………………...….9
BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………….…………….…………13
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………….…………….……………..18
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………….…………….…..23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…………….…………………25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah fase kehidupan yang membentang antara masa kanak-kanak dan
dewasa. Masa remaja meliputi unsur-unsur pertumbuhan biologis dan transisi peran sosial
utama (Curtis, 2015). Secara paralel, masa transisi merupakan waktu tunda dari transisi peran,
termasuk menyelesaikan pendidikan, pernikahan, dan menjadi orang tua, terus mengubah
persepsi populer ketika masa dewasa dimulai (Stefania et al., 2019) Definisi yang diperluas
dan lebih inklusif dari masa remaja sangat penting untuk penyusunan hukum, kebijakan
sosial, dan sistem pelayanan yang sesuai dengan perkembangannya (Kapur, 2015).
Perkembangan fisik, kognitif, sosio-emosional remaja pastinya berkaitan dengan sikap
dan perilaku seksual remaja (Wardhani, 2012). Rasa ingin tahu dan fantasi seksual
menyebabkan remaja ingin mempraktikkan apa yang orang dewasa lakukan. Teman sebaya
juga memainkan peranan yang sangat kuat terhadap sikap dan perilaku seksual remaja. Secara
psikologis pada fase remaja, ada dua aspek penting yaitu remaja diharapkan sudah
menemukan orientasi seksualitasnya atau arah ketertarikan seksualnya, dan remaja
diharapkan menerima dan mengembangkan peran seks serta kemampuan tertentu sesuai
dengan jenis kelaminnya (Partridge, 2010). Oleh karena itu pada masa ini, remaja
membutuhkan pengetahuan tentang perkembangan seksualitas remaja guna membuka pikiran
remaja yang awalnyanya tabu mengenai seksualitas.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan pada


remaja dengan kebutuhan pengetahuan perkembangan seksualitas remaja dengan menggunakan
pola pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan asuhannya dalam bentuk SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu dengan benar:


4
a. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan kebidanan pada remaja dengan
kebutuhan pengetahuan perkembangan seksualitas remaja.
b. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta mengimplementasikannya
pada kasus yang dihadapi, meliputi:
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada remaja dengan kebutuhan
pengetahuan perkembangan seksualitas remaja.
2) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan diagnosis dan masalah
aktual pada remaja dengan kebutuhan pengetahuan perkembangan seksualitas remaja.
3) Melakukan identifikasi diagnosis dan masalah potensial pada remaja dengan kebutuhan
pengetahuan perkembangan seksualitas remaja.
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada remaja dengan kebutuhan
pengetahuan perkembangan seksualitas remaja.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada remaja dengan kebutuhan pengetahuan
perkembangan seksualitas remaja.
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada remaja dengan kebutuhan pengetahuan
perkembangan seksualitas remaja.
7) Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada remaja dengan kebutuhan
pengetahuan perkembangan seksualitas remaja.
8) Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada remaja dengan
kebutuhan pengetahuan perkembangan seksualitas remaja.
9) Menganalisis asuhan kebidanan pada remaja dengan kebutuhan pengetahuan
perkembangan seksualitas remaja yang dilaksanakan dengan teori yang ada.
1.3 Manfaat
1) Mahasiswa mendapatkan ilmu terkait asuhan kebidanan pada remaja dengan kebutuhan
pengetahuan perkembangan seksualitas remaja yang sesuai dengan evidence based
practice terkini.
2) Sebagai bahan pertimbangan bagi bidan pelaksana dalam memberikan asuhan kebidanan
pada remaja dengan kebutuhan pengetahuan perkembangan seksualitas remaja.
3) Mutu atau kualitas pelayanan kesehatan terkait asuhan kebidanan pada remaja dengan
kebutuhan pengetahuan perkembangan seksualitas remaja dapat dioptimalkan.
2
3
5
4 BAB II

TINJAUAN TEORI

4.1 Konsep Dasar Remaja dengan Kebutuhan Pengetahuan dan Perkembangan Seksualitas
Remaja
4.1.1 Konsep Remaja
Remaja adalah konstruksi teoritis yang berkembang secara dinamis yang
diinformasikan melalui fisiologis, lensa psikososial, temporal dan budaya. Periode
perkembangan kritis ini adalah secara konvensional dipahami sebagai tahun-tahun antara
permulaan pubertas dan pembentukan kemandirian sosial (Steinberg, 2014).
Remaja merupakan fase perkembangan yang penuh gelora yang ditandai dengan
perkembangan psikoseksual (Sanders, 2013). Perubahan fisik pada remaja dapat
mempengaruhi perkembangan psikologis. Oleh sebab itu remaja perlu mendapatkan
informasi yang benar mengenai seksual melalui pendidikan seks yang benar dan
bertanggungjawab. Pengetahuan seksual yang benar yang dimiliki remaja dapat
mengarahkan perilaku seksual mereka pada hal-hal yang positif dan bertanggungjawab
(Partridge, 2010)

4.1.2 Konsep Seksualitas Remaja

Seksualitas remaja merujuk kepada perasaan seksual, perilaku dan perkembangan


pada remaja dan merupakan tahap seksualitas manusia (Zastrow dan Kirst-Ashman,
2012).
Seksualitas sering merupakan aspek yang sangat penting dari kehidupan remaja. Perilaku
seksual remaja adalah, pada banyak kasus, dipengaruhi oleh norma-norma budaya dan
adat istiadat, orientasi seksual mereka, dan isu-isu kontrol sosial, seperti hukum umur
dewasa. Pada manusia, hasrat seksual dewasa biasanya mulai muncul dengan masa
pubertas. Ekspresi seksual dapat mengambil bentuk masturbasi atau seks dengan
pasangan. Minat seksual di kalangan remaja, seperti orang dewasa, dapat sangat
bervariasi. Aktivitas seksual secara umum dikaitkan dengan sejumlah risiko, termasuk
penyakit menular seksual (termasuk HIV/AIDS) dan kehamilan yang tidak diinginkan.

6
Hal ini dianggap sangat benar untuk remaja muda, karena otak remaja tidak memiliki
saraf yang matang (daerah beberapa otak lobes frontal cortex dan di hypothalamus)
penting untuk kontrol diri, penundaan kepuasan, dan analisis resiko dan penghargaan yang
tidak sepenuhnya matang sampai usia 25-30). Karena sebagian hal ini, kebanyakan remaja
dianggap secara emosional kurang matang dan tidak mandiri secara finansial.
Perkembangan fisik, kognitif, sosio-emosional remaja pastinya berkaitan dengan sikap
dan perilaku seksual remaja. Rasa ingin tahu dan fantasi seksual menyebabkan remaja
ingin mempraktekan apa yang orang dewasa lakukan. Belum lagi tingkah bermasalah,
toleransi terhadap devian, alienasi, konflik keluarga merupakan masalah umum yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku seksual (Jessor & Jessor, 1977). Teman sebaya (peer
group) juga memainkan peranan yang sangat kuat terhadap sikap dan perilaku seksual
remaja.
Zastrow dan Kirt-Ashman (2012) berpendapat bahwa secara psikologis pada fase
remaja ada dua aspek penting yang dipersiapkan, antara lain:
a. Orientasi seksual.
Pada masa ini remaja diharapkan sudah menemukan orientasi seksualitasnya atau arah
ketertarikan seksualnya (heteroseksualitas atau homoseksualitas). Norma umum yang
berlaku lebih menyukai jika seseorang menyukai orientasi seksualitas ke arah
heteroseksualitas. Namun, tidak dipungkiri ada remaja yang memilih orientasi seksualitas
homoseksualitas. Orientasi ini dipengaruhi oleh penghayatan terhadap jenis kelamin.
Faktor individu (fisik atau psikologis), keluarga dan lingkungan ikut mendorong dan
berperan dalam menguatkan identitas ini.
b. Peran seks.
Peran seks adalah menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan tertentu selaras
dengan jenis kelaminnya. Laki-laki akan dekat dengan sifat-sifat sebagaimana laki-laki,
demikian pula perempuan akan dekat dengan sifat-sifat sebagaimana perempuan. Peran
seks ini sangat penting pada tahap pembentukan identitas diri, apakah seseorang itu
berhasil mengidentifikasi dirinya atau justru melakukan transfer pada identitas yang lain
(transsexual).
Sikap terhadap seks dan juga seks pra nikah diyakini oleh para ahli mengalami
perubahan dari waktu ke waktu (Taufik dan Nisa Rachmah, 2009). Saat ini diyakini sikap
terhadap seks dan juga seks pra nikah lebih liberal jika dibandingkan dengan dekade
7
sebelumnya. Remaja kini lebih toleran dengan hubungan seks pra nikah, dan ketika
menjadi orang dewasa mereka juga lebih permisif terhadap seks pra nikah (Steinberg,
1993). Perubahan sikap remaja ini diduga juga terjadi pada masyarakat pada umumnya.
Masyarakat cenderung permisif dengan hubungan seks pra nikah. Kontrol sosial dan
kepedulian masyarakat terhadap perilaku seks remaja tidak seperti sebelumnya.
Perilaku seks remaja secara umum bermula dari perilaku otoerotik (autoerotic
behavior), dimana perilaku ini dimulai dari rasa ingin tahu dan menikmati pengalaman
seks sendirian (Rice, 2012). Perilaku ini juga selalu berkaitan dengan fantasi erotis.
Banyak hasil penelitian menunjukkan remaja baik lelaki maupun perempuan melakuan
masturbasi. Namun demikian setelah remaja beranjak dewasa terutama ketika berada di
sekolah menengah mereka mengalami pergeseran dari otoerotik kepada perilaku
sosioseksual (sociosexual behavior). Perilaku sosioseksual remaja ini telah melibatkan
orang lain yang umumnya adalah teman-teman sebaya mereka. Remaja lebih intim
dengan lawan jenisnya bahkan dengan sesama jenisnya (homosexsuality). Perilaku
necking dan petting merupakan aktivitas umum disamping kontak genital atau intercourse.
Remaja juga lebih sering melakukan oral seks karena dirasa lebih aman dan menghindari
kehamilan di luar nikah (Zastrow & Kirst-Ashman, 2012).Pendidikan seks bagi remaja
bertujuan untuk memberi informasi kepada remaja tentang masalah yang berkaitan
dengan seks (Zastrow dan Kirst-Ashman, 2012). Hal ini dianggap penting bagi
masyarakat terutama apabila remaja dapat memahami informasi yang tepat tentang seks,
praktek seksual, pelecehan seksual anak dan penyakit menular seksual.
Pada hakikatnya pendidikan seks terutama di sekolah-sekolah dapat membantu
anak dan remaja memahami dampak dari seks dalam kehidupan mereka. Hubungan seks
bebas dapat diatasi dengan memberi dan memperluas cakrawala mereka tentang bahaya
seks bebas tersebut. Selain itu pendidikan seks dapat menjawab semua pertanyaan yang
ada dibenak mereka tentang tubuh mereka yang berubah dan lonjakan hormonal, dan
dapat membantu memberi pemahaman mengenai perbedaan dan menjaga keinginan untuk
mengeksplorasi seksual untuk diri mereka sendiri. Pendidikan seks juga memiliki
kepentingan agar kejahatan sosial berupa pelecehan dan kekerasan seksual (child sexual
abuse) terhadap anak dan remaja dapat dikendalikan sedemikian rupa. Faktor lain yang
menjadi pertimbangan pentingnya pendidikan seks adalah untuk mengajarkan anak remaja

8
tentang seks yang benar bukan malahan membiarkan mereka menggunakan sumber lain
seperti materi pornografi dari internet.
Pendidikan seks juga tidak lain dan tidak bukan dalam rangka mencegah
peningkatan masalah dikalangan remaja seperti kehamilan remaja dan penularan penyakit
yang meningkat. Terakhir, pendidikan seks yang komprehensif memberikan sarana bagi
para remaja usia sekolah dapat menjadi wadah untuk mengubah remaja menjadi orang
dewasa yang bertanggung jawab.

4.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Kebutuhan Pengetahuan dan
Perkembangan Seksualitas Remaja
1. Identifikasi data dasar
a. Data subjektif
1) Identitas
- Nama
Nama remaja digunakan untuk mengenal, memanggil dan menghindari terjadinya
kekeliruan.
- Usia
Usia remaja rentang 10-20 tahun atau sampai menikah (Varney, 2019).
- Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan remaja yang berkaitan dengan
ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan yang gawat ketika memberi
pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan.
- Suku/ bangsa
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya remaja yang mempengaruhi perilaku
kesehatan.
- Pendidikan
Untuk memberi bimbingan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
- Alamat
Untuk mempermudah komunikasi kunjungan rumah.
2) Keluhan Utama

9
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan. Hal ini di sebut
tanda atau gejala. Dituliskan sesuai dengan yang di ungkapkan oleh klien serta
tanyakan juga sejak kapan hal tersebut di keluhkan oleh klien.
3) Riwayat kesehatan Keluarga
Menurut Manurung (2012:136) Data ini meliputi: penyakit keluarga, yang bersifat
penyakit keturunan (asma, diabetes mellitus, haemophili, keturunan kembar) dan
penyakit kronis. Dengan mengidentifikasi adanya penyakit kesehatan keluarga yang
bersifat genetic dapat mengetahui adanya penyakit yang mempengaruhi kehamilan
secara langsung ataupun tak langsung. Penyakit tersebut dapat muncul suatu saat yang
memperberat kondisi kehamilan saat ini.
4) Riwayat Haid
a) Menarche
Usia wanita pertama haid bervariasai, antara 12-16 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh
keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum.
b) Pola Mentruasi
Siklus menstruasi berlangsung 28 hari, sehingga disebut yang teratur jika mundur
2 hari setiap bulannya. Menstruasi teratur sangat penting bagi perhitungan masa
subur. Siklus menstruasi yang teratur dapat menunjukkan bahwa faal ovarium
cukup baik. Siklus yang normal biasanya 21-35 hari sekali. Haid yang tidak teratur
merupakan sebuah penyimpangan bagi perempuan.
c) Lama dan Banyaknya Menstruasi
Lama menstruasi ideal terjadi selama 4-7 hari. Perdarahan kurang jika perdarahan
sekitar 2-3 hari dengan pemakaian pembalut < 1-2 buah sehari. Perdarahan banyak
jika menstruasi di atas 7 hari, apalagi disertai gumpalan darah dengan pemakaian
pembalut lebih dari 3 buah/hari sampai penuh.
d) Keluhan
Rasa nyeri saat haid (disminorea) sehingga dapat mengganggu pekerjaan sehari
hari. Dismenorea dapat disebabkan oleh kelainan anatomis uterus yaitu terlalu
ante/retrofleksi, terdapat mioma uteri, kanalis servikalis yang sempit, polip
endometrium atau serviks
5) Pola fungsional kesehatan
a. Nutrisi
10
Kaji riwayat intake oral untuk menilai status gizi remaja(Varney, 2019).
b. Eliminasi
Frekuensi eliminasi pada remaja dalam sehari apakah teratur atau tidak (Varney,
2019).
c. Istirahat
Kaji riwayat istirahat dan tidur terakhir. Kurang istirahat dapat menyebabkan remaja
kekurangan energi sehingga mudah lelah dan mengalami ketidaknyamanan. Istirahat
cukup minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari. (Varney, 2019).
d. Aktivitas fisik
Masa Remaja merupakan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga
aktivitas fisik menentukan pertumbuhan dan perkembangannya seperti apa (Varney,
2019).
b. Data objektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum
- Berat badan (Kilpatrick and Garrison, 2016).
- Tinggi badan (KEMENKES RI, 2016).
- Tanda-tanda vital:
 Tekanan darah
Nilai normal tekanan darah sistolik yaitu 100-130 mmHg dan diastolic 60-
80mmHg (Chapman and Charles, 2018).
 Nadi
Nilai normal denyut nadi yaitu 55-90kali/menit (Chapman and Charles, 2018).
 Pernafasan
Nilai normal pernafasan yaitu 10-20kali/menit (Chapman and Charles, 2018).
 Suhu
Nilai normal suhu tubuh yaitu 36-370C (NICE, 2017; Chapman and Charles,
2018).
- LILA
2) Pemeriksaan fisik:
- Wajah

11
Nilai normal pemeriksaan berupa tidak ada oedema pada wajah dan konjungtiva
tidak pucat. Selain itu identifikasi salah satu tanda anemia berupa pucat pada
konjungtiva. Periksa adanya karies, tonsillitis atau faringitis. Hal tersebut
merupakan sumber infeksi. (Varney, 2019).
- Leher
Pembesaran kelenjar tiroid berhubungan dengan gangguan fungsi kelenjar tersebut
(Prawirohardjo, 2009: 289).
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah dan urinalisis dilakukan sesuai indikasi
(Varney, 2019).
2. Interpretasi data
Identifikasi diagnosis atau masalah secara akurat berdasarkan interpretasi data yang benar
(Varney, 2019).
3. Identifikasi diagnosis dan masalah potensial
Antisipasi masalah atau diagnosa potensial lain yang dapat diprediksi berdasarkan hasil
identifikasi masalah atau diagnosa aktual (Varney, 2019).
4. Identifikasi tindakan segera/ kolaborasi/ rujukan
Evaluasi kebutuhan intervensi segera oleh bidan atau dokter ahli atau untuk konsultasi
atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan kondisi remaja (Varney,
2019).
5. Perencanaan tindakan
a. Memberi informasi mengenai pentingnya mengetahui perkembangan seksualitas
remaja
b. Memberikan informasi mengenai perkembangan seksualitas remaja
c. Memberi informasi mengenai cara menghindari penyimpangan perilaku seks
6. Penatalaksanaan tindakan
Implementasi asuhan kebidanan yang telah direncanakan dilakukan dengan penuh
tanggungjawab untuk hasil yang efektif, efisien dan aman (Varney, 2019).
7. Evaluasi
Evaluasi efektivitas asuhan kebidanan yang telah diberikan pada remaja.

12
4. BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 Asuhan Kebidanan Remaja dengan Kebutuhan Pengetahuan Perkembangan


Seksualitas Remaja

Nama Pengkaji : Bd K
No. Register : 014
Tempat Pengkajian : Rumah Kader Sukasari
Tanggal, waktu : Senin, 5 Juli 2021 / 09 .00
WIB

A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama : Nn M
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 10 Juli
2007 Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mekarsari VI/8B

2. Biodata Orang Tua

Ayah Ibu
Nama Abdullah Siti
Umur 45 40 tahun
Pekerjaan PNS Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa Sunda Jawa

13
Agama Islam Islam
Alamat Jl. Mekarsari VI/8B

3. Keluhan
Mengeluh merasa nyeri payudara dan kram perut saat menjelang menstruasi

4. Riwayat Kesehatan Sekarang


Mengatakan tidak menderita penyakit berat, mempunyai alergi telur, dan tidak memiliki
riwayat alergi obat

5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit jantung, diabetes
militus, hipertensi.

6. Riwayat Haid
Menarche : Usia 13 tahun
Siklus Haid : Pertama haid 1 Juni 2021
Nyeri Haid : Beberapa hari menjelang haid
Banyak dan lama haid : 3x ganti pembalut setiap hari, lama haid 5-7
hari Warna Haid : Warna darah merah
Hygiene saat menstruasi : Ganti pembalut setiap selesai mandi dan saat menjelang
tidur di malam hari

7. Pola Nutrisi
Pola makan : 3x sehari, jenis makanan : nasi, sayur, ikan, daging ayam dan sapi, buah-
buahan. Sejak pandemik covid 19 jarang jajan (hanya memakan cemilan berupa coklat,
keripik yang disediakan ibunya saat belanja bulanan).
Pantangan/Alergi : Alergi telur
Minum : 8 gelas/ hari, jenis minuman: air putih, jus buah

8. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x/ hari
Keluhan/Masalah : Tidak Ada
BAK
Frekuensi : 4-5x/ hari
Keluhan/Masalah : Tidak Ada

9. Personal Hygiene

14
Mandi : 2x/ hari, pagi dan sore
Keramas : 2 hari sekali
Gosok gigi : 3x/hari, setiap mandi dan saat akan tidur
malam Ganti pakaian dan pakaian dalam : 2x, setelah mandi

10. Pola Istirahat


Tidur malam : Jam 21.00 – 22.00
WIB Tidur Siang : Jarang
Keluhan/Masalah : Dirasa cukup, tidak ada keluhan.

15
11. Aktifitas Fisik dan Olahraga Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Merokok : Tidak
Keluarga yang Merokok : Tidak
Minuman beralkohol : Tidak
Obat-obatan (NAPZA) : Tidak
Sex Bebas : Tidak
Menonton Pornografi : Tidak
Game Addict : Tidak

12. Riwayat Psikososiospiritual


Pelaksanaan ibadah sesuai keyakinan : Melakukan sholat 5 waktu setiap
hari Dukungan Keluarga Sehari-hari : Keluarga memberikan dukungan
Orang Terdekat Dalam Keluarga : Ibu

13. Identifikasi Karakter Diri


Harapan : Ingin menjadi
dokter Teknik Manajemen Diri :-
Kebiasaan/ Hobi : Membaca

B. Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Status Emosional : Stabil
4. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
Pernapasan : 20 x/ menit
Suhu : 36,60 C
5. Berat badan : 39,8 Kg
6. Tinggi badan : 155 cm
7. IMT : 16,58 (Kurus)
C.
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1. Rambut : Bersih, berwarna hitam, tekstur lurus, panjang
sebahu, tidak ada rontok
2. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada polip
3. Telinga : Bentuk simetris, pendengaran baik dan tidak ada
pengeluaran cairan

16
4. Mulut : Merah muda, lembab, bersih, tidak ada caries dan
gigi berlubang
b. Muka
1. Wajah : Simetris, bentuk oval
2. Mata
Konjungtiva : Merah muda, tidak anemi
Sclera : Putih, tidak ikterik
c. Leher : Pembesaran kel. limfe, thyroid, dan vena
jugularis
d. Payudara : Bentuk simetris, benjolan/massa (-), sudah terlihat
perubahan bentuk pada payudara, ada nyeri tekan
e. Abdomen : Bentuk normal, tidak ada luka bekas operasi, ada
nyeri tekan
f. Ekstremitas atas : Bentuk simetris, tidak ada kelainan, kuku bersih
dan tidak pucat
g. Ekstremitas bawah : Bentuk simetris, tidak ada kelainan, Reflek
patella kanan kiri +/+, kuku bersih dan tidak pucat,
tidak oedema
h. Vagina/ Anus : Terlihat pengeluaran darah dari vagina
i. Punggung : Bentuk normal, tidak ada kelainan
seperti lordosis, kifosis dan scoliosis
Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan

A. Assasment
Diagnosis : remaja dengan dismenorrhea dan nyeri payudara
Masalah :
B. Penatalaksanaan
1. Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan kepada pasien.
Evaluasi: pasien mengetahui keadaannya dan hasil pemeriksaannya.
2. Memberikan informasi kepada pasien tentang perubahan fisiologis dan perubahan hormonal
saat menjelang menstruasi, asupan gizi yang tidak tercukupi, pengaruh dua tahun pertama
menstruasi, bisa menyebabkan ketidaknyamanan umum yang terjadi pada saat menjelang
menstruasi, termasuk ketidaknyamanan yang dialaminya yaitu nyeri payudara dan kram
perut.
Evaluasi: pasien mengerti dan menjadi tidak khawatir lagi dengan ketidaknyamanan yang
dialaminya.
17
3. Menganjurkan pasien untuk mengkompres hangat, jangan terlalu panas pada perut. Seperti
gunakan bantalan pemanas (buli-buli), berjemur, mandi air hangat, duduk dibawah siraman
air hangat dan ini membantu meredakan sakit akibat ketegangan otot.
Evaluasi: ibu mengerti dan bersedia mengkompres panas pada saat nyeri punggung.
4. Menganjurkan pasien untuk posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang
datar. Lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada.
Evaluasi: pasien mengerti dan bersedia melakukan knee chest.
5. Menganjurkan pasien untuk menggunakan bra yang pas (well-fitted bra) pada saat
beraktivitas, menggunakan bra dengan konsistensi lembut pada saat tidur, dan menggunakan
“sports bra” pada saat berolahraga.
Evaluasi: pasien mengerti dan bersedia untuk menggunakan bra yang dianjurkan.
6. Mendiskusikan dengan pasien mengenai kebutuhan nutrisi selama masa remaja, dan
dianjurkan untuk menjaga pola hidup sehat dengan asupan vitamin dan gizi seimbang,
karena jika dilihat dari IMT nya, status gizi pasien termasuk kurus.
Evaluasi: pasien mengerti dan bersedia untuk berusaha memenuhi kebutuhan nutrisinya
dengan tetap memperhatikan makanan yang dikomsumsi.
7. Menganjurkan pasien untuk olahraga secara teratur serta menjaga kondisi psikologis tetap
baik.
Evaluasi: pasien mengerti dan bersedia untuk untuk olahraga secara teratur serta menjaga
kondisi psikologis tetap baik.
8. Mendiskusikan dengan pasien tentang kebutuhan istirahat pada masa remaja, dimana masa
remaja ini merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga perlu mendapatkan
istirahat yang cukup.
Evaluasi: pasien mengerti dan bersedia untuk mencukupi kebutuhan istirahat.
9. Menganjurkan pasien melakukan perawatan payudara untuk menjaga kebersihan payudara.
Kemudian, melenturkan regangan pada payudara sehingga bisa mengurangi rasa nyeri
payudara saat menjelang menstruasi.
Evaluasi: pasien mengerti dan akan melakukan yang dianjurkan.
10. Mendiskusikan dengan ibu dalam menentukan jadwal kunjungan selanjutnya.
Evaluasi: ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.

18
BAB V

PEMBAHASAN

Manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan pada kasus ini menggunakan


manajemen tujuh langkah varney dan dengan menggunakan metode SOAP. Pada
pembahasan studi kasus ini penulis mencoba menyajikan pembahasan yang
membandingkan antara teori dengan pelaksanaan asuhan kebidanan pada remaja dengan
kebutuhan pengetahuan perkembangan seksualitas, yang diterapkan pada pasien Nn.M
dengan nyeri payudara dan kram perut saat menjelang menstruasi.
Sebelum penulis memberikan asuhan kebidanan pada remaja. Penulis
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan melakukan hubungan baik pada ibu dalam
bentuk komunikasi yang baik untuk melakukan asuhan kebidanan remaja pada saat kontak
pertama kali dengan klien.

Setelah melakukan hubungan baik, penulis melakukan anamnesa pada remaja


dengan nyeri payudara dan kram perut saat menjelang menstruasi yang bertujuan
mengumpulkan informasi. Pada pengkajian asuhan kebidanan remaja dilaksanakan
pengumpulan data dasar yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif meliputi:
Nn.M umur 14 tahun dengan, pasien mengeluh nyeri payudara dan kram perut saat
menjelang menstruasi. Data objektif yang didapatkan keadaan umumnya baik,
kesadarannya composmentis, TD : 90/70 mmHg , Nadi : 80x / menit , S : 36,6 ° C, BB:
39,8, TB : 155 cm, IMT: 16,58.

Diagnosa kebidanan yang muncul adalah Nn. M umur 14 tahun dengan nyeri
payudara dan kram perut saat menjelang menstruasi. Berdasarkan data diatas tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan di lahan . Kasus Nn . M tidak ditemukan
kegawatdaruratan, maka tidak dilakukan penanganan segera. Kasus Ny . I dengan nyeri
payudara dan kram perut saat menjelang menstruasi, asuhan yang akan diberikan yaitu
memberikan informasi tentang keadaan yang dialaminya dengan pemahaman,
memberitahu tentang ketidaknyamanan yang dialaminya dikarenakan perubahan fisiologis
saat menjelang menstruasi mulai dari perubahan hormonal, asupan gizi yang tidak
tercukupi, pengaruh dua tahun pertama menstruasi yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan. Menganjurkan pasien untuk mengkompres hangat perutnya ketika

19
kram perut, menganjurkan pasien banyak istirahat seperti dua jam tidur siang dan delapan
jam tidur malam, menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi,
menganjurkan pasien melakukan olahraga rutin, perawatan payudara, serta menentukan
kunjungan ulang.

1. Dismenorrhea
Dismenorrhea didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau nyeri haid(6)
Dismenorrhea merupakan gangguan menstruasi yang umum dialami oleh remaja dengan
gejala utama termasuk nyeri dan mempengaruhi kehidupan dan kinerja sehari-hari(7)
Dismenorrhea ditandai dengan nyeri panggul kram dimulai sesaat sebelum atau pada awal
menstruasi dan berlangsung 1-3 hari. Sekitar 2-4 hari sebelum menstruasi dimulai,
prostaglandin melanjutkan ke otot rahim di mana prostaglandin diproses dengan cepat di
awal menstruasi dan bertindak sebagai kontraktor otot halus yang membantu dalam
peluruhan endometrium(3). Terapi yang optimal dari gejala ini tergantung pada penyebab
yang mendasari.
Dismenorea dapat dibagi menjadi 2 kategori: Primer (spasmodik) dan sekunder
(kongestif).
Patofisiologi Dismenorrhea Sekunder
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas atau meluruh (Slou ghing
endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui
kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti
ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat
(severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama
menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan
bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha),
suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit pembuluh darah)
yang ada di endometrium sekretori. Hormon pituitary posterior, vasopressin terlibat pada
hipersensitivitas miometrium, mengurangi aliran darah uterus dan nyeri pada penderita
dismenorea primer.
Rasa sakit yang dirasakan masing-masing orang tentu berbeda, hal ini salah
satunya adalah dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi nyeri itu sendiri yang
diantaranya adalah sebagai berikut :

20
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri : Usia, jenis kelamin, budaya,
pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya, makna nyeri, perhatian klien, tingkat
kecemasan, tingkat stress, tingkat energy, pengalaman sebelumnya, pola koping,
dukungan keluarga dan sosial.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi nyeri
a) Faktor yang meningkatkan toleransi terhadap nyeri seperti alkohol, obat-obatan, hypnosis,
gesekan, garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat.
b) Faktor-faktor yang menurunkan toleransi terhadap nyeri adalah marah, kebosanan,
depresi, kecemasan, nyeri kronis, sakit/penderitaan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri
menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus menstruasinya
kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri menstruasi. Berikut ini adalah
langkah-langkah pencegahannya:
 Menghindari stress, tidak terlalu banyak pikiran terutama pikiran negatif yang
menimbulkan kecemasan.
 Memiliki pola makan yang teratur
Status gizi merupakan bagian penting dari kesehatan seseorang. Gizi kurang selain akan
mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga akan menyebabkan terganggunya
fungsi reproduksi. Hal ini berdampak pada gangguan menstruasi termasuk dismenorea,
tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik, semakin tinggi status gizi maka semakin
rendah keluhan dismenore. Tindakan terbaik untuk mengatasi nyeri menstruasi adalah
menjaga pola hidup sehat dengan asupan vitamin dan gizi seimbang, istirahat yang cukup,
olahraga secara teratur serta menjaga kondisi psikologis tetap baik. Untuk meningkatkan
asupan vitamin dan gizi misalnya, dapat dilakukan dengan mengkonsumsi vitamin atau
suplemen. Konsumsi vitamin B sangat dianjurkan untuk mengatasi nyeri menstruasi.
Vitamin B6 membantu pembentukan sel darah merah serta mempertahankan kesehatan
sistem syaraf. Vitamin B12, berperan dalam pembentukan sel darah merah sehingga
mencegah anemia, selain itu vitamin B5 juga diketahui dapat mengurangi stres. Menjaga
pola makan yang sehat dapat mengurangi nyeri menstruasi. Karena beberapa dari
makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat mengurangi atau memperparah nyeri saat
menstruasi terjadi. Memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan, menghindari
makanan yang mengandung bahan pengawet.
21
 Istirahat yang cukup
 Memposisikan knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang datar. Lutut
ditekuk dan di dekatkan ke dada.
 Menggunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta minum-
minuman yang hangat.
Salah satu metode non farmakologis yang dapat mengurangi atau membebaskan rasa
nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, memberikan rasa nyaman yaitu
dengan kompres hangat(15). Respon tubuh secara fisiologis terhadap panas yaitu
menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan
ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas
kapiler. Respon dari hangat ini juga memberikan efek rileks pada tubuh.
2. Mastalgia Siklik
Merupakan nyeri payudara yang berhubungan dengan siklus menstruasi dan terjadi
selama late luteal phase pada siklus menstruasi serta dapat berhubungan dengan
premenstrual syndrome ataupun tidak.[14,8,11] Mastalgia siklik merupakan tipe mastalgia
yang paling sering terjadi, yaitu 2/3 dari seluruh kasus mastalgia.[5,8,11] Penyebab pasti
mastalgia siklik sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas.[8,9] Aktivitas
hormonal dicurigai berhubungan dengan meningkatnya sensitivitas jaringan payudara
terhadap esterogen dan kemungkinan berhubungan dengan meningkatnya kadar prolaktin.
Selain itu, ada juga penelitian yang menemukan adanya penurunan kadar gamma linoleic
acidpada penderita mastalgia siklik.[8] Pada penelitian lainnya, mastalgia siklik juga
dikaitkan dengan kelainan histopatologi, nutrisi, atau gangguan psikiatri

Tindakan atau intervensi fisik

 Tindakan ini dapat berupa meningkatkan frekuensi pemakaian bra yang pas (well-
fitted bra) pada saat beraktivitas, menggunakan bra dengan konsistensi lembut pada
saat tidur, dan menggunakan “sports bra” pada saat berolahraga.[2,4,9,11,12].
Pemilihan pemakaian bra ini dikatakan mampu mengurangi gejala nyeri pada
payudara pada 75-85% penderita mastalgia siklik maupun nonsiklik.[4,9]
 Terapi relaksasi. Latihan relaksasi merupakan pilihan terapi yang dihubungkan dengan
kondisi psikologi penderita, yaitu dengan cara mendengarkan relaxation
audiocassettes setiap hari selama 4 minggu.[4,5,9]. Beberapa penelitian menunjukkan,
22
penderita mastalgia yang mendapat terapi relaksasi, 61% diantaranya mengalami
pengurangan nyeri (pain-free day) dan cemas.[5,9]
 Asupan rendah lemak jenuh. Asupan rendah lemak yang disarankan bagi penderita
mastalgia adalah kurang dari 20% dari asupan kalori total setiap hari.[5,12] Hal ini
tidak hanya bertujuan mengurangi nyeri, tetapi juga untuk mempengaruhi kadar
esterogen dalam sirkulasi (estradiol, estrone) dan densitas mammographic payudara.
[5,9]
 Pembatasan konsumsi methylxanthine(kafein). Methylxanthine diyakini
mempengaruhi perubahan fibrokistik pada payudara yang dikaitkan dengan
meningkatnya 3’,5’cyclic adenosine monophosphate(cAMP) dan kadar katekolamin
dalam sirkulasi serta berubahnya kadar hormonal pada wanita postmenopausal
(meningkatnya estrone plasma dan hormone-binding globulin, menurunnya
testosteron).[9] Namun, hingga saat ini belum ada penelitian yang dapat menjelaskan
batas kadar asupan methylxanthine (kopi, teh, coklat, cola) yang boleh dikonsumsi
pada penderita mastalgia.[4,5,9,12]
 Vitamin E(α-tocopherol). Vitamin E diyakini mempunyai beberapa efek terapi, antara
lain mengubah produksi steroidal hormone (dehydropiandrosterone atau
progesterone), memperbaiki distribusi serum kolesterol-lipoprotein yang abnormal,
dan befungsi sebagai antioksidan.[9] Dosis yang direkomendasikan pada penderita
mastalgia adalah 150-600 IU setiap hari.[3,9]
 Vitamin B1 dan B6. Hasil penelitian mengenai efek terapi vitamin B1 dan B6 sampai
saat ini belum terlalu signifikan.[4,9]. Namun tercatat, konsumsi vitamin B1 dan B6
dalam dosis 200 mg setiap hari berhasil mengurangi nyeri payudara.

Nyeri payudara merupakan gejala paling sering muncul pada payudara wanita. Mastalgia
dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan proses terjadinya, yaitu mastalgia siklik (berhubungan
dengan siklus menstruasi) dan mastalgia nonsiklik (true noncyclic breast pain dan
extramammary pain). Pemeriksaan klinis (anamnesis, pemeriksaan fisik, penentuan skala nyeri)
menjadi aspek diagnostik yang paling penting dalam menegakkan diagnosis. Terapi lini pertama
yang direkomendasikan adalah meyakinkan penderita akan kondisinya dan terapi
nonfarmakologi.

23
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya asuhan yang di
berikan oleh bidan secara professional pada masa remaja sehingga dapat mewujudkan
generasi yang unggul, paham perkembangan seksual yang dialaminya, tidak kehilangan
arah di masa remajanya, dan bisa memiliki masa depan yang baik. Pada studi kasus
komprehensif yang telah dilakukan kepada Nn. M yang meliputi asuhan kebidanan pada
remaja dengan nyeri payudara dan kram perut saat menjelang menstruasi, yang bertujuan
agar penulis mampu menerapkan pelaksanaannya.
2. Saran
1. Bagi Penulis
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman secara utuh dalam mempelajari asuhan
kebidanan pada remaja dengan nyeri payudara dank ram perut saat menjelang menstruasi
dan kasus-kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP serta menerapkan
asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan sesuai dengan
kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada
remaja dengan nyeri payudara dan kram perut saat menjelang menstruasi secara
komprehensif terhadap klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan penyediaan
fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa
sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas. Mampu melakukan
pendokumentasian secara baik dan benar.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan yang
lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan pada remaja
dengan kebutuhan pengetahuan perkembangan seksualitas sesuai dengan teori.
24
4. Bagi Masyarakat
a) Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang masa remaja.
b) Diharapkan dapat memberikan dukungan terutama dukungan dari segi psikologi pada
remaja yang masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Curtis, A. C. (2015). Defining adolescence. 7(2).
2. Kapur, S. (2015). ADOLESCENCE : THE STAGE OF TRANSITION. September, 233–
250.
3. Partridge, B. C. (2010). Adolescent psychological development, parenting styles, and
pediatric decision making. Journal of Medicine and Philosophy, 35(5), 518–525.
https://doi.org/10.1093/jmp/jhq044
4. Sanders, R. A. (2013). Adolescent psychosocial, social, and cognitive development.
Pediatrics in Review, 34(8), 354–359. https://doi.org/10.1542/pir.34-8-354
5. Stefania, B., Vasquez, G., Stefania, B., & Vasquez, G. (2019). Brain and Learning on
Adolescence Stage. 5(5), 1–7.
6. Wardhani, D. T. (2012). Perkembangan dan Seksualitas Remaja (Development and
Adolescent Sexuality). Informasi, 17(03), 184–191.
7. Curtis, A. C. (2015). Defining adolescence. 7(2).
8. Kapur, S. (2015). ADOLESCENCE : THE STAGE OF TRANSITION. September, 233–
250.
9. Partridge, B. C. (2010). Adolescent psychological development, parenting styles, and
pediatric decision making. Journal of Medicine and Philosophy, 35(5), 518–525.
https://doi.org/10.1093/jmp/jhq044
10. Sanders, R. A. (2013). Adolescent psychosocial, social, and cognitive development.
Pediatrics in Review, 34(8), 354–359. https://doi.org/10.1542/pir.34-8-354
11. Stefania, B., Vasquez, G., Stefania, B., & Vasquez, G. (2019). Brain and Learning on
Adolescence Stage. 5(5), 1–7.
12. Wardhani, D. T. (2012). Perkembangan dan Seksualitas Remaja (Development and
Adolescent Sexuality). Informasi, 17(03), 184–191.

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai