Disusun Oleh
NOVA YUSENTA
NPM. 220108101
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP NY.N INPARTU KALA I FASE
LATEN LETAK LINTANG DAN KPD DENGAN TINDAKAN
PEMASANGAN INFUS
DI PMB LIA MARIA, S.ST BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022
ii
iii
KATA PENGANTAR
Kebidanan Terhadap Ny. N Inpartu Kala I Fase Laten Letak Lintang dan KPD
dengan Tindakan Pemasangan Infus di PMB Lia Maria, S.ST Bandar Lampung
Tahun 2022
banyak pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
Penyusun,
Nova Yusenta
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian .....................................................................
C. Waktu dan Tempat ..................................................................
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Pemasangan Infus
B. Dasar-Dasar Terapi Cairan Dan Elektrolit
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif ..........................................................................
B. Data Objektif............................................................................
C. Analisis Data.............................................................................
D. Penatalaksaan ...........................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................
B. Diagnosa ..................................................................................
C. Intervensi .................................................................................
D. Implementasi ............................................................................
E. Evaluasi ....................................................................................
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSATAKA
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Melakukan pemasangan infus dengan baik dan benar adalah salah satu
B. TUJUAN
Tujuan Umum
6
Tujuan Khusus
7
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. PEMASANGAN INFUS
ataupun obat secara langsung kedalam pembuluh darah vena yang banyak
dalam waktu yang lama dengan cara menggunakan infus set untuk tujuan
8
c. Indikasi dan Kontraindikasi pemasangan infus
1. Indikasi
komponen darah)
2. Kontraindikasi
infus
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini
hemodialisis
9
1. Vena lengan (vena safalika basilica dan vena medianan cubiti)
anak-anak).
bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena
kerusakan kulit.
1. Ukuran 14
2. Ukuran 16
10
cairan perlu diinfuskan Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh
vena besar.
3. Ukuran 18
Penggunaan : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus
besar.
4. Ukuran 20
5. Ukuran 22
Penggunaan : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk
menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui
6. Ukuran 24, 26
Standar infus
11
Set infus
Pengalas
Tornikuet
Kapas alcohol
Plester
Gunting
Kasa steril
Betadin
Sarung tangan
2. Prosedur :
Cuci tangan
Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga
penginfusan.
12
Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat
gerakan sirkular.
Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan.
jarum
1. Pada anak/paediatrik
13
Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah
2. Pada lansia
paling kecil (24- 26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena
Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum.
pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
14
Gambar 2.2 Lokasi pemasangan jarum infus
Rumus menghitung tetesan infus untuk infus set makro:
dalam hal tersebut. Untuk bertahan, kita harus menjaga volume dan
(CIS) dalam batas normal. Gangguan cairan dan elektrolit dapat membawa
penderita dalam kegawatan yang kalau tidak dikelolam secara cepat dan tepat
15
peritonitis, ileus obstruktif, terbakar, atau pada pendarahan yang banyak.
darah, jaringan, dan sel tubuh. Molekul tersebut, baik yang positif (kation)
memfasilitasi pergerakan cairan antar dan dalam sel melalui suatu proses
Jumlah asupan air dan elektrolit melalui makan dan minum akan
dimana jumlah yang masuk dan keluar tidak seimbang, harus segera
TBW pada orang dewasa berkisar antara 45-75% dari berat badan.
TBW pada wanita lebih kecil dibanding dengan laki-laki dewasa pada
umur yang sama, karena struktur tubuh wanita dewasa yang umumnya
16
lebih banyak mengandung jaringan lemak.
TBW pada neonatus lebih tinggi yaitu sekitar 70-80% berat badan
(CIS) dan cairan ekstra seluler (CES) seperti terlihat pada gambar
Body 100%
Intracellular Extracellular
space 40 % (60) space 20 % (40)
Cairan intra seluler merupakan 40% dari TBW. Pada seorang laki-
yang ada. Misalnya, jaringan lemak memiliki jumlah air yang lebih sedikit
17
Komposisi dari CIS bervariasi menurut fungsi suatu sel. Namun
mempunyai kadar Na+, Cl- dan HCO3- yang lebih rendah dibanding CES
dan mengandung lebih banyak ion K+ dan fosfat serta protein yang
melalui mekanisme pasif seperti osmosis dan difusi, yang mana tidak
yaitu seluruh cairan di luar sel. Dua kompartemen terbesar dari mairan
bersifat sangat permeabel terhadap hampir semua zat terlarut dalam cairan
sama kecuali untuk protein, yang konsentrasinya lebih tinggi pada plasma.
tubuh terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak
18
beberapa keadaan dimana terjadi pengeluaran jumlah cairan transeluler
perikardial.
Plasma 5 3,5
19
b. Komposisi Cairan Tubuh
Kation :
15,1 <0,1 45
Protein
8,2 8,4 154
Lainnya
161,1 152,5 209
Total
20
c. Kebutuhan Air dan Elektrolit
Kebutuhan Cairan :
2. Orang dewasa.
Hiperventilasi
21
Yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan cairan
secara :
a. Osmosis
22
tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,96%,
b. Difusi
memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat
di dalam sel.
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit
banyaknya partikel yang larut dam suatu larutan. Dengan kata lain,
23
makin banyak partikel yang larut maka makin tinggi tekanan osmotik
pertikel yang larut bukan tergantung pada besar molekul yang terlarut.
Kandungan air dalam tiap organ tidak seragam seperti terlihat pada
tabel :
Otak 84
Ginjal 83
Otot Lurik 76
Kulit 72
Hati 68
Tulang 22
Lemak 10
Gangguan cairan tubuh dapat dibagi dalam tiga bentuk yakni perubahan :
1. Volume,
2. Konsentrasi,
3. Komposisi.
24
satu dengan yang lainnya sehingga dapat terjadi bersamaan. Namun
demikian, dapat juga terjadi secara terpisah atau sendiri yang dapat
1. Perubahan Volume
25
terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih
11 – 20 kg 1000 ml + 50 ml/kg/hari
Kelebihan Volume
26
ataupun gagal jantung kongestif.
2. Perubahan Konsentrasi
3. Perubahan komposisi
kurang dari 8 mEq, sudah akan timbul kelainan klinik tetapi belum
27
Kasus pembedahan ( appendektomi, splenektomi, section cesarea,
histerektomi )
1. Dehidrasi
Dehidrasi hipotonik
Dehidrasi hipertonik
Dehidrasi isotonik
Mata cekung
Ubun-ubun cekung
28
Hipotensi, takikardi
Vena-vena kolaps
Oliguri
Syok ( renjatan)
Pada anak yang diare yang banyak minum air atau cairan
29
Dehidrasi hipertonik
selama diare
Haus, irritable
elektrolit.
30
kronik
Hipokalemia Kelemahan dan Diit rendah
( <2) kalium.
paralysis otot
Diuretik dan
hipersekresi
aldosteron
Kalsium Hiperkalsemia Konfusi, nyeri otot, Hiperparatiroid,
( 4,5-5,3) ( >11)
aritmia jantung, batu kanker, toksisitas
ginjal, kalsifikasi vit. D. suplemen
pada jaringan lunak kalsium
dengan dosis
yang sangat
berlebihan
Hipokalsemia Spasme otot, kejang, Diit yang jelek,
(<4)
kram usus, denyut kurang vitamin
jantung yang lemah, D, gagal ginjal,
aritmia jantung, hipoparatiroid,
osteoporosis hipomagnesemia
Terapi Cairan
31
Terapi cairan
Resusita Rumatan
s n
pada :
Refraktometer
32
0,001
Plasma Na = 140
Dari Hct
Hct awal )
ini ;
( %EBV) ai
15%
(mmHg)
(mmHg) meningkat
33
Produksi urin >30 20-30 5-15 Tidak
(ml/jam) ada
Pemilihan Cairan
inorganik dilarutkan dalam air. Larutan ini ada yang bersifat isotonik,
antara lain : aman, nontoksik, bebas reaksi, dan murah. Adapun kerugian
Kristaloid
saline dan ringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip
34
cairan ekstraselular. Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid,
darah yang rendah atau memiliki kadar natrium yang tinggi. Namun
5% 5000 253
Dextrose in
water
D5 ½ NS 5000 77 77 406
35
0,9% NaCl 154 154 308
36
Koloid
volume vaskuler dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid.
Sedangkan larutan kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya
1/4 bagian tetap tinggal dalam plasma pada akhir infus. Koloid adalah
Albumin
37
dalam 10 jam untuk meminimalisir resiko transmisi virus hepatitis B atau
Dekstran
38
hemostasis. Disfungsi trombosit dan penurunan fibrinogen dan faktor
Gelatin
alergik daripada koloid yang lain. Berkisar dari kemerahan kulit dan
39
maka tidak ada pembatasan dosis. Namun, bila terlalu banyak infus,
adalah infark miokard yang masih baru terjadi, gagal jantung kongestif
40
adalah : Gagal jantung kongestif berat, Gagal ginjal (kreatinin serum >2
ml/kgBB/hari.
telah dikaji unruk resusitasi, antara lain: NaCl 0,9%, Larutan Ringer
cairan resusitasi ideal. Cairan ideal adalah yang dapat membawa O2.
keluar dari pembuluh darah dan hanya ¼ bagian tetap tinggal dalam
41
plasma pada akhir infus. Larutan kristaloid juga mengencerkan protein
interstitial
asetat/ringer laktat)
kamar
4. Oksigenasi jaringan
4. Bebas dari reaksi
42
anafilaktik lebih baik
lebih rendah
ekspansibilitas dinding
dada
terganggu karena
bertambahnya jarak
pasien syok
Berikut ini tabel beberapa jenis cairan kristaloid dan kandungan masing-
masing :
Dextrose 5% - - - - - 27 108
43
Berikut ini tabel yang menunjukkan pilihan cairan pengganti untuk
Kandungan rata-
Na+ K+
koloid
teratur )
44
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Umur : 42 th : 40 th
Alamat : Sukarame :
Bandar Lampung
No. telp :- :-
2. Keluhan utama
3. Riwayat Perkawinan
4. Riwayat Obstetri
45
Tabel 3.1 Riwayat obstetri
5. Riwayat KB
anak pertama.
6. Riwayat Kesehatan
jantung.
8. Perilaku Kesehatan
46
Ibu mengatakan tidak pernah merokok dan mengkonsumsi alcohol.
B. DATA OBJEKTIF
‐ Kesadaran : Composmentis
‐ Berat badan : 65 kg
‐ Nadi : 82 x/m
‐ Pernapasan : 20 x/m
‐ TFU : 33 cm
‐ Pembukaan : 3 cm
‐ Ketuban : Negatif
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
bersih
47
b. Leher
c. Dada
d. Abdomen
‐ Pemeriksaan Leopold 1
‐ Pemeriksaan Leopold II
Pada perut sebelah kiri terada bulat lunak (Bokong) dan perut
tekanan ( punggung)
‐ Pemeriksaan Leopold IV
( konvergen)
e. Ektremitas
48
f. Anogenital
3. Pemeriksaan Penunjang
‐ HB : 10,6 gr/dl
C. ANALISIS DATA
Diagnosa : Ibu G4P3A0 inpartu kala I fase laten letak Lintang dan
KPD
D. PENATALAKSANAAN
49
sebelum ibu di rujuk ke RS (Ibu dan Suami setuju untuk dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
data objektif dan data subjektif dengan cara mewawancara pasian. Data
subjektif yang didapatkan dari kasus ini yaitu identitas pasien yang Bernama
Ny. N usia 42 tahun, pasien mengatakan ingin melahirkan perut teras mulas-
mulas dan sudah keluar lendir dan air air dari jalan lahir. Pasien hamil anak
ke-4 dengan usia kehamilan 39 minggu dan sudah menikah selama 16 tahun,
dan sudah memiliki 3 orang anak, Pasien tidak ada riwayat menderita
langsung. Dari hasil pemeriksaan didapatkan data keadaan umum ibu baik,
Tanda-tanda vital ibu meliputi tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 82 x/m,
suhu 36,2 oC, respirasi 20 x/menit. Tinggi fundus uteri ibu 33 cm, Djj bayi:
50
146 x/m, ibu sudah ada pembukaan servik 3 cm, cairan ketuban sudah pecah,
B. DIAGNOSA
Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif dapat ditegakkan
diagnose Ny. N G4P3A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase laten dengan
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
minggu inpartu kala I fase laten dengan letak sungsang dan KPD. Diagnosis
yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik dan tidak
menemukan hambatan yang berarti karna adanya kerja sama dan penerimaan
yang baik dari klien yang kooperatif serta sarana dan fasilitas yang
51
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak
E. EVALUASI
juga harus diberikan edukasi apabila pasien merasa bengkak yang berlebih
pada tempat penusukan infus pada saat di perjalanan menuju RS untuk segera
memberitahu petugas.
52
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
2. Pasien tetap diberikan edukasi mengenai efek dari pemasangan infus yang
akan terasa nyeri dan dapat juga menimbulakn bengkak yang berlebih.
B. SARAN
dilakukan.
53
DAFTAR PUSTAKA
54
Evers, AS, and Mervyn Maze (2004). Anesthetic Pharmacology: Physiologic
Principles and Clinical Practice. United Kingdom : Churchill
Livingstone. 2004.
Latief, AS, dkk. (2002). Petunjuk Praktis Anestesiologi : Terapi Cairan Pada
Pembedahan. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif,
FKUI.
55