Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN AKHIR STASE

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. S G1P0A0


HAMIL 32 MINGGU DENGAN GAMELLY DAN KETUBAN
PECAH DINI (KPD)
DI IGD PONEK RSD IDAMAN BANJARBARU

DISUSUN OLEH :

RIF’AH
NIM : 11194992110027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. S


G1P0A0 HAMIL 32 MINGGU DENGAN GAMELLI DAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI IGD PONEK RSD
IDAMAN BANJARBARU
MAHASISWA : RIF’AH
NIM : 11194992110027

Banjarmasin, Juli 2021

Menyetujui,

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan


RSD Idaman Banjarbaru
Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik
Perseptor Pendidikan

Murfiaty, S.ST Sismeri Dona, M.Keb


NIP. 19731211 199302 2 002 NIK. 1166012015074

2
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. S


G1P0A0 HAMIL 32 MINGGU DENGAN GAMELLI DAN
KETUBAN PECAH DINI DI IGD PONEK RSD IDAMAN
BANJARBARU
MAHASISWA : RIF’AH
NIM : 11194992110027

Banjarmasin, Juli 2021

Menyetujui,

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan


RSD Idaman Banjarbaru
Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik
Perseptor Pendidikan

Murfiaty, S.ST Sismeri Dona, M.Keb


NIP. 19731211 199302 2 002 NIK. 1166012015074

Mengetahui,

Penguji Ketua Jurusan Kebidanan


Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia

Ika Avrillina Haryono., SST.,M.Kes Ika Mardiatul Ulfa, SST., M.Kes


NIK. 1166042017094 NIK. 1166122009027

3
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


nikmat, karunia dan petunjuk-Nya yang tiada terkira sehingga penulis dapat
merasakan indahnya beriman Islam dan menyelesaikan penulisan akhir dalam bentuk
Laporan Akhir Stase.
Setelah mengalami berbagai rintangan, halangan dan cobaan, serta pasang
surutnya semangat yang penulis hadapi, akhirnya telah sampai pada tahapan
penyusunan Laporan Akhir Stase yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan stase Midwifery Practice 2 pada Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia.
Pada penyusunan dan penyelesaian Laporan Akhir Stase ini, penulis banyak
mendapat bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, maka dengan penuh
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. RR. Dwi Sogi Sri Redjeki, S.KG., M.Pd selaku Ketua Yayasan Indah
Banjarmasin.
2. Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kes selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
dan Kemahasiswaan.
3. Hariadi Widodo, S.Ked., MPH selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan
Sistem Informasi
4. Dr. Ir. Agustinus Hermino Superma Putra, M.Pd selaku Wakil Rektor III Bidang
Sumber Daya Manusia dan Kemitraan.
5. H. Ali Rakhman Hakim, M. Farm., Apt selaku Dekan Fakultas Kesehatan
6. Ika Mardiatul Ulfa, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Universitas
Sari Mulia
7. Zulliati, M.Keb selaku Sekretaris Jurusan Profesi Bidan Universitas Sari Mulia
8. Murfiaty, S.ST selaku Perseptor Klinik di IGD Ponek RSD Idaman Banjarbaru
9. Sismeri Dona, M.Keb selaku Perseptor Pendidikan Universitas Sari Mulia
10. Segenap keluarga yang selalu memberikan doa dan pengertian selama penulis
menjalani praktik perkuliahan dan akhirnya bisa menyelesaikan laporan ini.
11. Teman-teman seperjuangan dan rekan kerja yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah memberikan motivasi.
Semoga kebaikan Bapak dan Ibu serta teman-teman berikan mendapatkan
ridho dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan
4
Laporan Akhir Stase ini memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
dunia pendidikan.

Banjarmasin, Juli 2021

Penulis

5
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. 2
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... 3
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang...............................................................................
B Rumusan Masalah..........................................................................
C Tujuan
1 Umum...................................................................................
2 Khusus..................................................................................
D Manfaat..........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Kehamilan Kembar
1 Pengertian.............................................................................
2 Etiologi.................................................................................
3 Patofisiologi..........................................................................
4 Clinical Pathway...................................................................
5 Manifestasi Klinik................................................................
6 Komplikasi...........................................................................
7 Penatalaksanaan Kehamilan.................................................
8 Penatalaksanaan Persalinan..................................................
B Ketuban Pecah Dini
1 Pengertian.............................................................................
2 Etiologi.................................................................................
3 Patofisiologi..........................................................................
4 Clinical Pathway...................................................................
5 Manifestasi Klinik................................................................
6 Komplikasi...........................................................................
7 Penatalaksanaan....................................................................
6
BAB III TINJAUAN KASUS
A Subjektif Data................................................................................
B Objektif Data..................................................................................
C Analisa Data...................................................................................
D Penatalaksanaan.............................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
A. Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan kembar atau kehamilan multifetus merupakan salah satu
masalah terpenting dalam pelayanan kesehatan. Penyebabnya karena
kehamilan kembar merupakan kehamilan dengan risiko tinggi. Kehamilan
kembar menimbulkan dampak negatif atau komplikasi bagi ibu dan janin yang
dikandungnya. Komplikasi pada ibu dapat berupa hidramnion, perdarahan
antepartum akibat plasenta previa atau solusio plasenta, preeklamsi, anemia,
hingga perdarahan postpartum. (Wardani. 2015) Pengaruh terhadap janin yaitu
usia kehamilan relatif bertambah singkat seiring bertambahnya jumlah janin
pada kehamilan multifetus, sehingga kemungkinan untuk terjadinya persalinan
prematur menjadi tinggi.
Kehamilan kembar meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas
baik maternal maupun fetal/neonatal. Neonatus kembar cenderung lahir
dengan kurang bulan (prematur), mengakibatkan ancaman kecacatan
permanen meningkat pada neonatus-neonatus kembar dan berat badan lahir
rendah serta kecenderungan lahir dengan apgar skor yang lebih rendah pada
bayi kedua. Semua kombinasi posisi janin dapat terjadi pada kehamilan
multipel yang tersering adalah sefalik-sungsang, dan sefalik-lintang. Metode
persalinan dari masing-masing kombinasi presentasi beragam: sefalik-sefalik
spontan lebih baik, sefalik-nonsefalik sectio caesarea menunjukkan penurunan
mortalitas akibat afiksia, sungsang-sungsang sectio caesarea lebih baik. 6
hingga 8 persalinan pervaginam memberikan hasil yang lebih baik pada ibu,
sedangkan sectio caesarea memberikan luaran yang lebih baik pada bayi.
Persalinan dengan kehamilan kembar memiliki risiko lebih tinggi
daripada persalinan tunggal. Berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi
kehamilan kembar, seperti bangsa, hereditas, umur, dan paritas ibu. Bangsa
Negro di Amerika Serikat mempunyai frekuensi kehamilan kembar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bangsa kulit putih. Frekuensi kehamilan kembar
juga berbeda pada setiap negara, angka tertinggi ditemukan di Finlandia, dan
terendah ditemukan di Jepang. Faktor umur juga mempengaruhi terhadap
kehamilan kembar, semakin tua usia ibu maka makin tinggi kemungkinan
8
untuk terjadi kehamilan kembar, dan frekuensi tersebut menurun lagi setelah
umur 40 tahun. Pada primipara 9,8 dari 1000 persalinan merupakan kehamilan
kembar, dan pada multipara naik menjadi 18,9 per 1000 persalinan. Demikian
pula hereditas, keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar
yang biasanya diturunkan secara paternal, ataupun maternal.
Penanganan dalam persalinan kembar bila anak pertama letaknya
membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong seperti biasa dengan
episiotomi mediolateralis. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar,
periksa dalam untuk menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil
memeriksa keadaan umum dan tanda vita ibu. Kemuadian dalam 10-15 menit
his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak membujur, ketuban dipecahkan
pelan-pelan supaya air tidak mengalir deras keluar. Tunggu dan pimpin
persalinan anak kedua seperti biasa. Selalu waspada atas kemungkinan
terjadinya perdarahan postpartum, maka sebaiknya pasang infus profilaksis.
Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya janin letak lintang atau
terjadi prolaps tali pusat dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan
cara operatif.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu bersalin Ny. S
G1P0A0 Hamil 37 Minggu dengan gamelly dan ketuban pecah dini (KPD) di
IGD Ponek RSD Idaman Banjarbaru.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. S G1P0A0
Hamil 37 Minggu dengan gamelly dan ketuban pecah dini (KPD) di IGD
Ponek RSD Idaman Banjarbaru
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu bersalin Ny.
S G1P0A0 Hamil 37 Minggu dengan gamelly dan ketuban pecah dini
(KPD) di IGD Ponek RSD Idaman Banjarbaru

9
b. Diharapkan penulis dapat melakukan analisa data pada ibu bersalin Ny.
S G1P0A0 Hamil 37 Minggu dengan gamelly dan ketuban pecah dini
(KPD) di IGD Ponek RSD Idaman Banjarbaru
c. Diharapkan penulis dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin Ny. S G1P0A0 Hamil 37 Minggu dengan gamelly dan ketuban
pecah dini (KPD) di IGD Ponek RSD Idaman Banjarbaru

D. Manfaat
1. Manfaat bagi Teoritis
a. Penulisan Laporan Akhir Stase ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman nyata dalam melakukan
asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu bersalin dengan gamelly.
b. Penulisan Laporan Akhir Stase ini juga dapat dijadikan sebagai refrensi
tambahan dan sebagai sumber informasi bagi para teoritis.
2. Manfaat bagi Praktisi
Laporan Akhir Stase ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
pelaku praktisi sebagai pemberi asuhan kebidanan guna meningkatkan
kualitas pelayanan khususnya terhadap ibu bersalin dengan gamelly.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan Kembar
1. Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional (FOGI),
kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 9 bulan menurut kalender internasional. (Wiknjosastro. 2007)
kehamilan merupakan hal fisiologis yang terjadi pada seorang wanita.
Meskipun demikian, semua jenis kehamilan memiliki resiko terjadinya
komplikasi pada masa persalinan atau bahkan pada masa kehamilan itu
sendiri. Salah satu contoh wanita yang berisiko selama masa kehamilannya
adalah wanita yang hamil kembar.
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau
lebih yang ada di dalam kandungan selama proses kehamilan. Komplikasi
pada ibu tidak seberapa besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar
memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang
baik bagi ibu dan janin (Wiknjosastro. 2007). Sedangkan menurut Mochtar
Rustam (2012), kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan dengan
dua jenis janin atau lebih.
Jadi, kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis
janin atau lebih di dalam kandungan selama proses kehamilan.
2. Etiologi
Menurut Mellyna (2007), kehamilan kembar atau gamelli dapat
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor yang mempengaruhi, seperti : bangsa, umur dan paritas sering
mempengaruhi kehamilan dengan 2 ovum.
b. Obat-obatan untuk induksi ovulasi, seperti : profertil, domid, dan
hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan
kembar lebih dari dua.
c. Faktor keturunan / hereditas
d. Faktor lain yang belum diketahui
11
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh
terhadap kehamilan kembar yang berasal dari 2 sel telur, juga hormon
gonadotropin yang digunakan untuk menimbulkan / merangsang ovulasi
dilaporkan sebagai penyebab kehamilan dizigotik. Faktor-fakor tersebut
dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme tertentu menyebabkan
matangnya 2 atau lebih folikel de graff sehingga terbentuk 2 ovum atau
lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dan ditemukan
21 korpus lutea pada kehamilan kembar. Pada fertilisasi in vitro dapat pula
terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi
lebih dari satu, jika semua embrio yang kemudian dimasukkan ke dalam
rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang
berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur, dan paritas tidak
atau sedikit sekali mempengaruhi kehamilan kembar itu. Kemungkinan hal
ini disebabkan oleh faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil
konsepsi.
Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum
blastula terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2
korion, dan 2 plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik.
3. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2007) kehamilan kembar dibagi menjadi 2.
Monozigot, kembar yang berasal dari satu sel telur, dan dizigot, kembar
yang berasal dari dua sel telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar,
sepertiganya adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua sel telur
matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya,
kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu yang bersamaan.
Sedangkan kembar monozigot berarti satu sel telur yang dibuahi oleh
sperma, lalu membelah menjadi dua. Masa pembelahan inilah yang akan
berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0-72
jam, 4-8 hari, 9-12 hari, dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan petama
akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan
dikoriotik atau rahim memiliki dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan
kedua, selaput ketuban tetap dua, tetapi rahim hanya memiliki satu
plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat
12
banyak makanan, dibandingkan bayi satunya. Akibatnya, perkembangan
bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga, selaput ketuban dan
plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan
baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya mempunyai satu plasenta
dan satu selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam
cukup besar. Hal ini dikarenakan waktu pembelahannya yang terlalu lama,
sehingga sel telur saling berdempet. Kembar siam biasanya terjadi pada
monozigot yang pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat
pembelahan tersebut, terntu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama,
karena zigot bisa membelah dengan sempurna. Namun, keempat
pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi
waktu pembelahan, dan faktor penyebab proses pembelahan tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet, sering dikaitkan dengan
adanya infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.
4. Letak dan Presentasi Janin
Menurut Mochtar Rustam (2012) pada kehamilan kembar sering
terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin
kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak
lintang berubah menjadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai
kombinasi letak, presentasi, dan posisi bisa terjadi, yang paling sering
dijumpai adalah:
a. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47 %)
b. Letak membujur, presentasi kepala-bokong (37-38 %)
c. Keduanya presentasi bokong (8-10%)
d. Letak lintang dan presentasi kepala (5%)
e. Letak lintang dan presentasi bokong (2%)
f. Keduanya letak lintang (0,2-0,6%)
g. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya, karena dapat
terjadi interlocking

13
5. Clinical Pathway

6. Manifestasi Klinik
Menurut Dutton (2012), tanda dan gejala pada kehamilan kembar
adalah sebagai berikut:
a. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga
melewati batas toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus.
Usia kehamilan makin pendek dengan makin banyaknya janin pada
kehamilan kembar.
b. Mual dan muntah yang berat.
c. Pada palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang
besar.
d. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan
berbeda lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika
keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar.
e. Pengguna stimulator ovulasi.
f. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar
bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit
defisiensi lain.

14
g. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada
kehamilan kembar dibandingkan kehamilan tunggal.
h. Frekuensi untuk kejadian pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan
lebih sering terjadi pada kehamilan kembar.
i. Solusio plasenta dapat terjadi, kemudian seperti sesak nafas, sering
kencing, edema, dan varises pada tungkai bawah dan vulva.
7. Komplikasi
Dibandingkan kehamilan tunggal, kehamilan multipel lebih
mungkin terjadi banyak komplikasi kehamilan. Komplikasi obstetrik yang
sering terjadi pada kehamilan kembar meliputi polihidramnion, hipertensi
akibat dari kehamilan dengan ketuban pecah dini, presentasi janin
abnormal, dan prolaps tali pusat. Secara umum komplikasi tersebut dapat
dicegegah dengan antenatal care yang baik (Eisenberg. 2004).
Menurut Hartono (2006) beberapa komplikasi yang dapat terjadi
pada janin yang dilahirkan pada kehamilan kembar diantaranya adalah :
a. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm
dan kebanyaan memerlukan perawatan pada neonatal intensive care
unit (NICU). Sekitar 50% kelahiran kembar terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan akan semakin pendek
dengan bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar 20% bayi
dari kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.
b. Hyalin Membrane Disease (HMD)
Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35
minggu, 2 kali lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi
tunggal yang dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau
yang sering dikenal Respiratory Distress Syndrom (RSD) adalah
penyebab tersering dari gagal nafas pada bayi prematur. Terjadi segera
setelah atau beberapa saat setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar
bernafas, cuping hidung, retraksi dinding dada dan sianosis menetap
dalam 48-96 jam pertama kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan
lebih tinggi pada kembar monozigotik dibandingkan dengan kembar
dizigotik. Bila hanya satu bayi dari sepasang bayi kembar menderita

15
HMD, maka bayi kedua lebih cenderung menderita HMD
dibandingkan bayi pertama.
c. Asfiksia saat Kelahiran / Depresi Nafas Perinatal
Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi
untuk mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal dengan
berbagai sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa, dan ruptur uteri
dapat terjadi dan menyebabkan asfiksia janin. Kejadian cerebral palsy
6 kali lebih tinggi pada bayi kembar dua dan 30 kali lebih sering pada
bayi kembar tiga dibandingkan dengan janin tunggal. Bayi kedua pada
kehamilan kembar memiliki risiko asfiksia saat lahir/depresi nafas
perinatal lebih tinggi.
d. Infeksi Streptococcus group B
Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir
rendah adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang
dilahirkan tunggal dengan berat badan yang sama.
e. Vanishing Twin Syndrom
Kemajuan teknologi ultrasonografi memungkinkan
dilakukannya studi sonografik pada awal gestasi yang memperlihatkan
bahwa insiden kembar trimester pertama jauh lebih tinggi daripada
insiden kembar saat lahir. Kehamilan kembar sekarang diperkirakan
terjadi pada 12% di antara semua konsepsi spontan, tetapi hanya 14%
diantaranya yang bertahan sampai aterm.
Pada sebagian kasus, seluruh kehamilan lenyap, tetapi pada
banyak kasus, satu janin yang meninggal atau sirna (vanish) dan
kehamilan berlanjut sebagai kehamilan tunggal. Pada 21-63% konsepsi
kembar meninggal atau sirna (vanish) pada trimester kedua. Keadaan
ini dapat menyebabkan kelainan genetik atau kelainan
neurologik/defek neural tube pada janin yang tetap bertahan hidup.
f. Kelainan Kongenital/Akardia/Rangkaian Perfusi Balik Arteri pada
Janin Kembar (twin reverse-arterial-perfusion/TRAP)
Pada plasenta monokorionik, vaskularisasi janin biasanya
tergabung, kadang-kadang amat kompleks. Anastomosis vaskular pada
plasenta monokorionik dapat dari arteri ke arteri, vena ke vena atau

16
arteri ke vena. Biasanya cukup berimbang dengan baik sehingga tidak
ada salah satu janin yang menderita.
Pada TRAP terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta, yang
biasanya diikuti dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi pada salah
satu kembar mengalahkan yang lain, yang kemudian mengalami
pembalikan aliran darah dari kembarannya. Darah arteri yang sudah
terpakai dan mencapai kembar resipien cenderung mengalir ke
pembuluh-pembuluh iliaka sehingga hanya memberi perfusi bagian
bawah tubuh dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh bagian atas. Gangguan atau kegagalan
pertumbuhan kepala disebut akardius asefalus. Kepala yang tumbuh
persial dengan alat gerak yang masih dapat diidentifikasi disebut
akardius mielasefalus. Kegagalan pertumbuhan semua struktur disebut
akardius amorfosa.
g. Twin-to-Twin Transfusion Syndrome
Darah ditransfusikan dari satu kembaran (donor) ke dalam
vvena kembaran lainnya (resipien) sedemikian rupa sehingga donor
menjadi anemik dan pertumbuhannya terganggu, sementara resipien
menjadi polisistemik dan mungkin mengalami kelebihan beban
sirkulasi yang bermanifestasi sebagai hidrops fetalis.
Menurut ketentuan, terdapat perbedaan hemoglobin 5 gr/dl dan
20% berat badan pada sindrom ini. Kematian kembar donor dalam
uterus dapat mengakibatkan trombus fibrin di seluruh arteriol yang
lebih kecil milik kembar resipien. Hal ini kemungkinan diakibatkan
oleh transfusi darah yang kaya akan tromboplastin dari janin donor
yang mengalami maserasi. Kembar yang bertahan hidup mengalami
koagulasi intravena diseminata.
h. Kembar Siam
Apabila pembentukan kembar dimulai setelah cakram mudigah
dan kantong amnion rudimeter sudah terbentuk dan apabila pemisahan
cakram mudigah tidak sempurna, akan terbentuk kembar siam/kembar
dempet. Terdapat beberapa jenis kembar siam, yaitu:

17
1) Thocaropagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian dada (30-40%).
Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu,
harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah.
2) Omphalopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian perut (34%).
Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing,
tetapi kembar siam ini biasanya hanya memiliki satu hati, sistem
pencernaan, dan organ-organ lain.
3) Xyphopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.
4) Pyopagus (iliopagus), bila bersatu di bagian belakang (19%).
5) Cephalopagus/craniopagus, bila bersatu di bagian kepala dengan
tubuh terpisah.
i. Intra Uterine Growth Reterdation (IUGR)
Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan perkembangan salah
satu atau kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin
yang terbentuk, maka kemungkinan terjadinya IUGR semakin besar.
7. Penatalaksanaan Kehamilan
Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan
terhadap pre-eklamsia dan eklamsia, partus prematurus dan anemia.
Pemeriksaan antenatal perlu diadakan lebih sering. Sehingga tanda-tanda
pre-eklamsia dapat diketahui dini dan penangannya dapat dikerjakan
dengan segera.
Menurut Varney (2004) pemeriksaan antenatal dapat dilakukan
antara lain:
a. Pertumbuhan janin dipantau dengan USG setiap 3-4 minggu yang
dimulai pada usia kehamilan 20 minggu
b. Pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu pada usia kehamilan 34-36
minggu
c. Pemeriksaan kehamilan setiap minggu pada usia kehamilan >36
minggu
Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena dapat
meningkatkan aliran darah ke plasenta, sehingga pertumbuhan janin lebih
baik. Penanganan dalam kehamilan menurut Mochtar (2012):
a. Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
18
pemeriksaan ulang harus lebih sering (1x seminggu pada kehamilan
lebih dari 32 minggu).
b. Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh sebaiknya
dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
c. Pemakaian korset gurita pada perut yang tidak terlalu ketat
diperbolehkan.
d. Pemeriksaan darah lengkap, Hb dan golongan darah juga diperlukan.
8. Penatalaksanaan Persalinan
Persiapan kemungkinan perdarahan postpartum harus tersedia
dalam pertolongan persalinan kembar. Kala I diperlakukan seperti biasa
bila janin letak memanjang. Episiotomi mediolateral dilakukan untuk
mengurangi trauma kepala pada janin prematur. Setelah janin pertama
lahir, presentasi janin kedua, dan taksiran berat janin harus segera
ditentukan dengan pemeriksaan bimanual. Biasanya dalam 10-15 menit his
akan kembali menguat, bila his tidak timbul dalan 10 menit diberikan 10
unit oksitosin yang diencerkan dalam infus untuk menstimulasi aktfitas
miometrium. Apabila janin kedua letaknya memanjang, tindakan
selanjutnya adalah melakukan pecah ketuban dengan mengalirkan ketuban
secara perlahan-lahan. Pasien dianjurkan untuk mengejan, atau dilakukan
penekanan terkendali pada fundus agar bagian terbawah janin masuk ke
dalam panggul, dan pimpin persalinan kedua seperti biasa.
Apabila janin kedua letak lintang dengan DJJ dalam keadaan baik,
maka dapat dilakukan versi luar intrapartum. Namun bila janin kedua letak
lintang atau terjadi prolaps tali pusat dan solusio plasenta, maka tindakan
obstetri harus segera dilakukan, yaitu dengan versi ekstraksi pada letak
lintang dan ekstraksi vakum atau forseps pada letak kepala.
Seksio caesarea dilakukan apabila janin pertama letak lintang,
terjadi prolaps tali pusat, plasenta previa pada kehamilan kembar, atau
janin pertama presentasi bokong dan janin kedua presentasi kepala,
dikhawatirkan terjadi interlocking saat persalinan. Sebaiknya pada
pertolongan persalinan kehamilan kembar dipasang infus profilaksis untuk
mengantisipasi perdarahan post partum. Pada kala IV diberikan suntikan
10 unit oksitosin dan 0,2 mg metilergometrin IV.

19
Kemungkinan lain pada persalinan kembar dengan usia kehamilan
preterm dan janin pertama presentasi bokong adalah terjadinya
aftercoming head karena lingkar kepala pada janin jauh lebih besar
dibandingkan lingkar dada, selain itu ukuran janin lebih kecil sehingga
ekstremitas dan tubuh janin dapat dilahirkan pada dilatasi servik yang
belum lengkap, prolaps tali pusat juga sering terjadi pada persalinan
preterm. Jika persalinan kembar terjadi pada usia kehamilan preterm,
trauma pada persalinan harus dihindari. Persalinan dengan vakum ektraksi
sangat tidak disarankan, terutama pada usia kehamilan kurang dari 34
minggu, risiko janin sungsang juga harus diwaspadai. Pada kehamilan
kembar dengan posisi janin kedua letak sungsang, janin masih bisa
dilahirkan secara normal dengan memperbaiki posisi janin. Dengan
melakukan versi luar, janin kedua akan diubah ke posisi presentasi kepala.
Namun apabila cara ini tidak memungkinkan, maka janin akan dilahirkan
dengan prasat persalinan sungsang.

B. Ketuban Pecah Dini


1. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) disebutkan sebagai pecahnya ketuban
sebelum pembukaan < 4cm (fase laten). KPD dapat terjadi pada akhir usia
kehamilan, atau jauh sebelum itu. Ada beberapa batasan tentang KPD,
yaitu 2 atau 4njam atau 6 jam sebelum inpartu, KPD dapat terjadi sebelum
pembukaan servik 3 atau 5 cm, KPD pada prinsipnya adalah ketuban
pecah sebelum waktunya.
2. Etiologi
Kejadian Ketuban Pecah Dini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu:
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi 12
persalinan. Usia untuk reproduksi yang optimal/bagus seorang ibu
adalah umur 20-35 tahun. Dibawah atau diatas usia tersebut akan
meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. Usia mempengaruhi
sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai
20
berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima
kehamilan.
b. Sosial Ekonomi
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dam
kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan yang meningkat
merupakan kondisi yang menunjang terlaksananya status kesehatan
sesorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan
sesuai kebutuhan.
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari
anak pertama sampai dengan anak terkhir. Pembagian paritas yaitu,
primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang
wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia
28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah
mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan
telah melahirkan 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah
seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan 28
minggu atau lebih dan 13 telah melahirkan lebih dari 5 kali. Wanita
yang telah melahirkan beberpa kali dan pernah mengalami KPD pada
kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang telah terlampau dekat
lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan
mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya akan menimbulkan
anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan 30-40 %
yang puncaknya pada kehamilan 32 minggu sampai 40 minggu.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah
infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus,
persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis, dan ketuban

21
pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his,
retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri
e. Inkompetensi Servik
Inkompetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. 14
Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi
yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan
mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta
keluarnya hasil konsepsi.
f. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,
misalnya:
1) Trauma: pemeriksaan dalam, dan amniosintesis
2) Gemeli: Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin
atau lebih. Pada kehamilan gemeli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim
secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi
rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative
kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah.
3. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena
pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan
selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban
rapuh.
22
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen yang
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput
ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah
berkurangannya asam askorbik sebagai komponen kolagen, berkurangnya
tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase
(MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease. Mendekati proses persalinan, keseimbangan antara MMP dan
TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular
dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat
menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat
peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim,
dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada
selaput ketuban. Pecahnya selaput ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
disebabkan oleh adanya faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar
dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada
polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.

23
4. Manifestasi Klinik
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat itu sangat penting.
Diagnosa yang positif palsu dapat melakukan intervensi seperti
melahirkan bayi yang terlalu awal atau melakukukan seksio yang
sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya, diagnosa negatif palsu
berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai risiko infeksi yang
akan mengancam kehidupan janin dan ibu. Diagnosa KPD dapat
ditegakkan dengan cara:

a) Anamnesis
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan berbau
khas, dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his
belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir
darah.
b) Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih
banykaa pemeriksaan ini masih jelas.
c) Pemeriksaan dengan Spekulum
Pemeriksaan dengan spekukulm pada KPD akan tampak keluar cairan
dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak
keluar, fundus ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau
mengadakan manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan,
akan tampak keluar cairan, dan ostium uteri dan terkumpul pada
fornik anterior.
d) Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam didapatkan cairan di dalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaaan dalam vagina
dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang
bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat mejadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina
24
hanya dilakukan kalau KPD sudah dalam proses persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
e) Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dalam
mendiagnosa KPD yaitu:
1) Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini
kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret
vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna, tetap kuning. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban
(alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif palsu. Mikroskopik (tes pakis)
dengan meneteskan air 17 ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun
pakis
2) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam cavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah
cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita oligohidramnion

5. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini (KPD) yaitu:
a) Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh perslainan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara
28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang
dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu
b) Infeksi
Risiko infeksi ibu dan bayi meningkat pada ketuban pecah dini. Pada
ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi terjadi septikemia, pneumonia,
25
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.
Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering dari pada
aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten
c) Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit
air ketuban, janin semakin gawat.
d) Sindrom Deformitas Janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka
dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (>37 minggu)
Lama periode laten dan durasi KPD berhubungan dengan
peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Apabila
dalam 24 jam setelah selaput ketuban pecah belum ada tanda-tanda
persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan
bedah caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan
infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan
setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan pertimbangan lebih dari 6
jam kemungkinan infeksi telah terjadi. Induksi persalinan segera
diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam. Pelaksanaan induksi
persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan ibu,
janin dan jalannya proses persalinan. Induksi dilakukan dengan
memperhatikan bishop skor jika >5, induksi 19 dilakukan, sebaliknya
jika bishop skor
b. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)
Jika umur kehamilan kurang bulan tidak dijumpai tandatanda
infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai pemberian
antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi. Penderita perlu dirawat
dirumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu
26
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan
diusahakan bisa mencapai 37 minggu. Obat-obatan uteronelaksen atau
tocolitic agent diberikan juga dengan tujuan menunda proses
persalinan.
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian
kortikostreroid agar tercapainya pematangan paru. Pemberian
kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara
pasti dapat menurunkan kejaidan RDS. The National Institutes of
Health (NIH) telah merkomendasikan penggunaan kortikosteroid pada
preterm KPD pada kehamilan 30-32 mingggu yang tidak ada infeksi
intraamnion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masingmasing 12
mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masingmasing 6 mg tiap
12 jam.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis / 01 Juli 2021


Jam Pengkajian : 20.00 WITA
Ruangan : IGD Ponek RSD Idaman Banjarbaru

I. Data Subjektif
A. Identitas
Isteri Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. AW
Umur : 25 tahun Umur : 39 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Purnawirawan Palam RT. 004 RW. 002, Cempaka, Banjarbaru

B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, belum pernah keguguran,
usia kehamilan 8 bulan, ibu mengatakan pernah USG di tempat praktek dokter
dan dikatakan sedang hamil anak kembar. Ibu mengeluh keluar air-air sejak 3
hari yang lalu, tidak ada keluar lendir darah, dan ibu belum merasakan mules.

C. Riwayat Perjalanan Penyakit


Selama hamil ibu tidak pernah sakit, tidak pernah mengalami infeksi, tekanan
darah tinggi, atau trauma fisik dan psikis. Selama kehamilan ibu
memeriksakan kondisi kehamilannya ke petugas kesehatan sebanyak 9 kali.
Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan 2 kali pada trimester 1, 4 kali pada
trimester 2, dan 3 kali pada trimester 3.

D. Riwayat Perkawinan
1. Jumlah perkawinan istri 1 kali, suami 1 kali
2. Kawin pertama kali umur 21 tahun
3. Usia perkawinan dengan suami sekarang 4 tahun
E. Riwayat Haid

28
1. Menarche : 11 tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Teratur / tidak : teratur
4. Lamanya : 5-6 hari
5. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
6. Dismenore : tidak
7. HPHT : 22-11-2020
8. Taksiran Partus : 09-08-2021
9. Umur Kehamilan : 32 minggu

F. Riwayat Obstetri
G1 P0 A0 Hamil 32 minggu dengan gamelly

G. Riwayat Keluarga Berencana


1. Jenis : Suntik 1 bulan
2. Lama : 2 tahun
3. Masalah : Tidak ada

H. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu memiliki riwayat kehamilan kembar dari garis ibu yaitu nenek. Ibu
tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat atau makanan, ibu tidak
sedang dalam pengobatan untuk penyakit tertentu, ibu tidak memiliki
penyakit keturunan, dan ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit berat, penyakit
keturunan, dan penyakit menular.
3. Riwayat Kelainan Ginekologi
Ibu tidak memiliki riwayat kelainan haid, riwayat penyakit kandungan,
ataupun riwayat infeksi menular seksual.

I. Keadaan Kehamilan Sekarang


29
1. Selama ibu hamil pemeriksaan dilakukan di : PMB dan dokter
kandungan
2. Mulai periksa sejak usia kehamilan : 8 minggu
3. Frekuensi periksa kehamilan
Trimester I : 2 kali
Trimester II : 4 kali
Trimester III : 3 kali
4. TT 1 : 2016 (TT Caten)
5. Keluhan yang dirasakan ibu selama kehamilan
Umur Dilakukan
No. Keluhan/Masalah Tindakan Ket
Kehamilan Oleh
Pemeriksaan
kehamilan,
Terlambat datang
1. 8 minggu pemberian Bidan PMB
bulan
vitamin, dan
konseling.
Pemberian
obat,
2. Mual dan muntah 11 minggu Dokter Klinik
vitamin, dan
USG.
Pemeriksaan
kehamilan,
pemeriksaan
3. Mual dan muntah 13 minggu laboratorium, Bidan PMB
pemberian
vitamin, dan
konseling.
Pemberian
vitamin,
4. Mual dan muntah 15 minggu Dokter Klinik
USG, dan
konseling.
Pemeriksaan
kehamilan,
5. Tidak ada keluhan 20 minggu pemberian Bidan PMB
vitamin, dan
konseling.
Pemeriksaan
kehamilan,
6. Tidak ada keluhan 24 minggu pemberian Bidan PMB
vitamin, dan
konseling.
7. Tidak ada keluhan 23 minggu Pemeriksaan Bidan PMB
kehamilan,
pemberian

30
vitamin, dan
konseling.
Pemberian
vitamin,
8. Tidak ada keluhan 26 minggu Dokter Klinik
USG, dan
konseling.
Pemeriksaan
kehamilan,
9. Tidak ada keluhan 30 minggu pemberian Bidan PMB
vitamin, dan
konseling.

J. Data Kebutuhan Sehari-hari


1. Nutrisi
Terakhir makan dan minum : terakhir makan pukul 16.00 WITA, dan
minum 30 menit yang lalu.
Banyaknya : makan roti satu bungkus kecil, dan
minum seteguk air.
2. Eliminasi
BAB
Terakhir BAB : pagi pukul 06.00 WITA
Konsistensi : lembek
Warna : kekuningan
BAK
Terakhir BAK : sekitar 30 menit yang lalu
Banyaknya : sedikit
Warna : tidak tau
3. Personal Hygiene
Terakhir mandi dan gosok gigi tadi pagi pukul 06.00 WITA
4. Aktifitas
Aktifitas ibu berjalan seperti biasa, ibu dapat mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, setelah ibu merasakan mules pukul 19.00 WITA, yang
dikerjakan ibu adalah berbaring.

5. Tidur dan Istirahat

31
Selama hamil ibu beristirahat seperti biasa, tidur siang selama kurang
lebih 1 jam, dan malam selama 7 jam. Tapi, sejak merasakan mules ibu
tidak bisa tidur.
6. Data Seksual
Sebelum hamil ibu mengatakan rutin berhubungan dengan suami,
dalam satu minggu setidaknya ada 1 kali, setelah kehamilan ibu
mengatakan lebih jarang melakukan hubungan, sekitar 2 atau 3 minggu
sekali.

K. Data Psikososisal dan Spiritual


1. Keluarga terdekat ibu adalah mama
2. Kegiatan ibadah ibu selama hamil berjalan normal, ibu dapat berpuasa,
sholat wajib, dan mengaji. Tapi yang dilakukan ibu saat ini adalah
berdoa dan berzikir.
3. Kondisi ibu saat mengetahui kehamilannya adalah ibu merasa cemas,
karena ibu mengetahui ini adalah kehamilan kembar. Ketika
menghadapi persalinan ibu merasa takut.
4. Pendamping persalinan yang diharapkan ibu adalah mama (orang tua
ibu) dan suami.
5. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah mama (orang tua ibu) dan
suami.

II. Data Objektif


A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
Skala GCS :E4 V5 M6
E = Respon mata membuka spontan
V = Orientasi baik dan dapat berbicara dengan lancar
M = Dapat mematuhi perintah
Nilai GCS = 15 maka termasuk kategori Composmentis
3. Berat Badan
Sebelum hamil : 68 kg
Sekarang : 76 kg
32
IMT : 25,28
Kategori : Overweight
Kenaikan BB Ideal : 11,5 – 16 kg
4. Tinggi Badan : 164 cm
5. Lila : 31,5 cm
6. Tanda Vital
TD : 137/83 mmHg
N : 110 x/m
RR : 23 x/m
T : 36 ⁰C
SpO2 : 99%

B. Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi
Kepala : Bentuk normal mesochepal
Muka : Tidak tampak pucat, dan tidak odem
Mata : Konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tampak bersih, tidak keluar cairan serumen
Hidung : Tampak bersih, dan tidak tampak polip
Mulut : Tidak pucat, tidak tampak kelainan kongenital
Leher : Tidak tampak benjolan yang abnormal
Dada/Mamae : Tampak simetris, puting susu menonjol, tidak ada
retraksi dinding dada.
Abdomen : Terdapat pembesaran sesuai usia kehamilan, arah
pembesaran memanjang, tampak striae gravidarum,
tampak linea alba, dan tidak tampak luka bekas
operasi.
Tungkai : Tidak tampak odem, dan tidak tampak adanya varises.
Genitalia : Tampak kotor dan terdapat pengeluaran lendir darah
pada jalan lahir
2. Palpasi
Leher : tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan
pembengkakan kelenjar tiroid
Dada : tidak teraba benjolan abnormal, dan belum ada
33
pengeluaran ASI
Abdomen
Leopold I : TFU 1 jari dibawah prx (37 cm) pada fundus
teraba 2 bagian yang lunak tidk melenting dan
kurang bundar yang berarti bokong.

Leopold II : bagian kiri perut ibu teraba punggung janin


(janin 1) dan bagian kanan perut ibu teraba
punggung janin (janin 2)
Leopold III : presentasi kepala dan kaki
Leopold IV : konvergen, bagian terbawah janin belum masuk
PAP (5/5)
TBJ : 3.875 gr
HIS : belum ada
Tungkai : tidak teraba odem atau varises
3. Auskultasi
DJJ : Kiri : 148 x/m
Kanan : 136 x/m
Punctum maksimum : Kiri : antara pusat dan simfisis bagian kiri ibu
Kanan : antara pusat dan prx bagian kanan ibu
4. Perkusi
Reflex Patella : + / +
5. Pemeriksaan panggul luar : Tidak dilakukan
6. Pemeriksaan Dalam
Keadaan vagina : tidak teraba massa
Arah servik : posterior
Pendataran servik : 0%
Pembukaan servik : tidak ada
Selaput ketuban : negatif
Presentasi : kepala
Penurunan presentasi : Hodge I
Titik penunjuk :-
Keadaan panggul dalam
Promontorium : tidak teraba
34
Spina ischiadika : tidak menonjol
Lengkung sacrum : tidak teraba
Dinding samping panggul : tidak teraba
Arkus pubis dan os pubis : lebih dari ≥ 90°

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Rapid Antigen : negatif
HB : 12,1 gr%
Anti HIV : non reaktif
HbsAg : non reaktif
Golongan Darah :O
Lakmus : positif

III. Analisa Data


A. Diagnosa Kebidanan
G1 P0 A0 Hamil 32 minggu dengan gamelly dan KPD
B. Masalah
Ibu tidak memiliki masalah
C. Kebutuhan
a. Kolaborasi dengan dokter Sp OG
b. Observasi kemajuan persalinan
c. Dukungan moril

IV. Penatalaksanaan
A. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan serta kondisi bayi
Rasional tindakan : Pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang
berkaitan dengan keadaan penyakit yaitu tentang diagnosis, tindakan
medis yang akan dilakukan. (Sumerta. 2019)
Evaluasi :
TD : 137/83 mmHg
N : 110 x/m
RR : 23 x/m
T : 36 ⁰C
35
SpO2 : 99%
VT : tidak ada pembukaan
DJJ kiri : 148 x/m
DJJ kanan : 136 x/m
B. Melakukan kolaborasi pemeriksaan laboratorium untuk cek darah
lengkap
Rasional tindakan : untuk mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan (Karsinah. 2010).
Evaluasi : dilakukan pemeriksaan darah lengkap sesuai
dengan protap medis Rumah Sakit dengan hasil
Rapid Antigen : negatif
HB : 12,1 gr%
Anti HIV : non reaktif
HbsAg : non reaktif
Golongan Darah :O
Lakmus : positif
C. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri ginekologi
untuk penatalaksanaan pasien
Rasional tindakan : Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan
adalah memberikan pelayanan yang tepat, oleh tim kesehatan yang
tepat, di waktu yang tepat, serta di tempat yang tepat, karena masing-
masing tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan,
kemampuan, keahlian, dan pengalaman yang berbeda. (Nur Fauziah
Simamora. 2020)
Evaluasi : Kolaborasi dengan dokter Spesialis Obstetri
dan Ginekologi telah dilakukan. Advis yang diberikan adalah:
1. Pasang DC
2. IVFD RL 20 tpm
3. Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr IV
4. Injeksi Dexamethasone 2x6 gr IM
5. Observasi temp per rectal
6. Alih rawat ruang Nifas jam 22.00 WITA

36
V. Catatan Persalinan

No. Tanggal/Jam Catatan Perkembangan


1. 02-07-2021 S : Ibu mengatakan mules semakin sering
07.20 WITA O : Ku baik, kesadaran composmentis. VT pembukaan
lengkap, selaput ketuban negatif, kepala bayi tampak di
depan vulva, terdapat pengeluaran lendir darah pada
jalan lahir. Terpasang infus RL di tangan kiri ibu 20 tpm.
A : G1 P0 A0 H 32 minggu inpartu kala II dengan gamelly
P :
a. Memeriksa peralatan pertolongan persalinan
Rasional : untuk memastikan peralatan lengkap dan
layak pakai
b. Menyiapkan dan memasang APD
Rasional : untuk mencegah infeksi silang
c. Mengatur posisi ibu untuk meneran
Rasional : untuk mempermudah proses persalinan
d. Saat diameter kepala bayi berada 5-6 cm didepan
vulva, pimpin persalinan, tahan perineum dan
lahirkan bayi. Setelah bayi lahir, lakukan pemotongan
tali pusat
Rasional : untuk melakukan penilaian terhadap bayi
baru lahir.
e. Bayi pertama lahir spontan belakang kepala dengan
tali pusat menumbung pukul 07.30 WITA, AS: 2,3,3
JK: Laki-laki, PB: 38 cm, BB: 1600 gr, LK: 29 cm,
LD: 24 cm, Lila: 7 cm, tidak ada kelainan kongenital,
tidak ada caput succadaneum, anus (+). Dilakukan
resusitasi dan pemberian VTP oleh dokter IGD atas
delegasi dari dokter Spesialis Anak.
Rasional : Untuk membantu bayi melalui fase transisi
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan luar.
f. Melakukan pemeriksaan untuk memastikan adanya
janin kedua. Ketuban kedua pecah dengan amniotomi
pukul 07.33 WITA warna hijau keruh.
Rasional : untuk merangsang pengeluaran janin
kedua.
g. Bayi kedua lahir spontan belakang kepala pukul
07.35 WITA, AS : 8,9,9, JK :Laki-laki, PB : 43 cm,
BB : 1650 gr, LK : 30 cm, LD : 26 cm, Lila : 9 cm,
tidak ada kelainan kongenital, tidak ada caput
succadaneum, anus (+). Dilakukan injeksi Vitamin K
dan diberikan salep mata
Rasional : Untuk mencegah perdarahan pada bayi dan
mencegah infeksi mata bayi.
h. Melakukan kolaborasi dengan dokter residen atas
delegasi Spesialis Anak dalam penanganan bayi baru
lahir, dengan advis :
i. Rawat di Rg Perinatologi
j. Bayi I diantar ke ruang Perinatologi pukul 08.45

37
WITA
k. Bayi II diantar ke ruang Perinatologi pukul 09.15
WITA
Rasional : Sebagai penanganan lanjutan pada
kegawatdaruratan bayi baru lahir.
07.37 WITA S : Ibu mengatakan perut mules
O : KU baik, kesadaran composmentis, kontraksi uterus baik,
tampak tali pusat memanjang di depan vulva dan
sebagian plasenta telah lahir. Terpasang infus RL 20 tpm
pada tangan kiri.
A : P1A0 Kala III
P :
a. Melakukan pemeriksaan kembali pada fundus.
Rasional : Untuk memastikan tidak ada janin ketiga.
b. Melakukan injeksi oksitosin 1 amp IM.
Rasional : Injeksi oksitosin membantu merangsang
kontraksi uterus.
2.
c. Melakukan peregangan tali pusat terkendali, setelah
terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta, dan segera
melahirkan plasenta.
Rasional : Peregangan tali pusat terkendali dapat
memudahkan keluarnya plasenta.
d. Melahirkan plasenta dan putar searah jarum jam.
Plasenta lahir spontan pukul 07.40 WITA.
Rasional : Memastikan plasenta lahir lengkap dengan
selaput ketuban.
e. Melakukan eksplorasi pada jalan lahir
Rasional : Untuk memastikan tidak ada sisa plasenta
atau selaput ketuban.
3. 07.40 WITA S : Ibu mengatakan perutnya sedikit mules
O : TD: 116/72 mmHg, N: 104 x/m, Perdarahan: 75 cc TFU :
3 jari dibawah pusat. Kontraksi uterus baik. Terdapat
laserasi derajat 2 akibat efisiotomi. Terpasang infus 20
tpm pada tangan kiri.
A : P1A0 Kala IV
P :
a. Melakukan penjahitan pada laserasi
Rasional : Untuk mengurangi resiko perdarahan
akibat perlukaan jalan lahir
b. Membersihkan ibu dari darah dan kotoran
Rasional : Untuk memberikan rasa nyaman kepada
ibu
c. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg dalam
pemberian terapi
1) Infus RL dengan drip oksitosin 1 ampul 20 tpm
2) Terapi oral :
Cefadroxil 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Rasional : Membantu memulihkan kondisi ibu dan
mencegah komplikasi
d. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu
e. Melakukan dekontaminasi peralatan persalinan
Rasional : untuk mencegah infeksi silang
f. Melakukan observasi Kala IV selama 2 jam

38
Rasional : Untuk memantau dan mencegah
komplikasi pada kala IV, dengan hasil:
TD : 116/72 mmHg
N : 104 x/m
R : 22 x/m
T : 36,6 ⁰C
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
Kandung kemih kosong
Perdarahan pervaginam 75 cc
g. Melakukan pencatatan / dokumentasi
Rasional : Sebagai pertanggung jawaban terhadap
pertolongan persalinan dan sebagai alat pemantauan
persalinan.
h. Memindahkan pasien untuk dirawat ke Ruang Nifas
pukul 10.00 WITA
Rasional : Untuk bisa mendapatkan perawatan dan
pemantauan lebih lanjut.

39
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis Data
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin dan
memahami penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu bersalin Ny. S dengan
gamelly, maka pada bab ini penulis akan membahas penatalaksanaan yang
dilakukan di IGD Ponek RSD Idaman Banjarbaru yang dilakukan pada tanggal 01
Juli 2021 dengan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan yang terdiri dari pengkajian, perumusan
diagnosa kebidanan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi yang
didokumentasikan degan metode penulisan SOAP.
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau
lebih di dalam kandungan selama proses kehamilan. Pengaruh kehamilan kembar
terhadap janin yaitu usia kehamilan relatif bertambah singkat seiring
bertambahnya jumlah janin pada kehamilan multifetus, sehingga kemungkinan
untuk terjadinya persalinan prematur menjadi tinggi. Karena itu, kehamilan
kembar dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas baik maternal
maupun fetal/neonatal.
Berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi kehamilan kembar, seperti
bangsa, hereditas, umur, dan paritas ibu. Pada faktor hereditas, keluarga tertentu
akan cenderung melahirkan anak kembar yang biasanya diturunkan secara
paternal, ataupun maternal. Seperti pada kasus Ny. S pada data subjektif pasien
mengatakan memiliki riwayat kehamilan kembar dari garis ibu yaitu nenek.

Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan karena danya janin yang
lebih dari 1, sehingga melewati batas toleransinya dan seringkali terjadi partus
prematurus. Usia kehamilan makin pendek dengan makin banyaknya janin pada
kehamilan kembar. Seperti pada kasus Ny. S, yang mengalami ketuban pecah dini
pada usia kehamilan premature yaitu 32 minggu. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nugroho (2010) yang menyatakan bahwa faktor predisposisi
ketuban pecah dini yaitu tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat

40
secara berlebihan (overdistensi uterus) salah satunya dikarenakan kehamilan
ganda/gamelli. Manuaba (2012), menjelaskan bahwa kehamilan ganda merupakan
kehamilan dengan ukuran uterus yang lebih besar dibanding umur kehamilannya,
sehingga terjadi keregangan rahim berlebihan. Hal tersebut akan meningkatkan
tekanan intrauterin, dengan tekanan yang berlebihan ini vaskularisasi tidak
berjalan dengan lancar yang dapat mengakibatkan selaput ketuban kekurangan
jaringan ikat. Sehingga menyebabkan selaput ketuban tidak kuat atau lemah dan
bila terjadi sedikit pembukaan servik saja maka selaput ketuban akan mudah
pecah. Menurut hasil penelitian Suriyati (2010) ibu bersalin yang di diagnosa
dengan kehamilan ganda dapat menyebabkan kejadian ketuban pecah dini sebesar
5,752 kali lipat dibanding ibu bersalin yang di diagnosa tidak dengan kehamilan
ganda.

B. Penalaksanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan dengan
kerangka pedoman antisipasi. Semua keputusan yang dikembangkan harus
rasional dan benar-benar berdasarkan pengetahuan dan teori yang ada serta sesuai
dengan kebutuhan pasien (Khasanah & Sulistyawati. 2017).
Sebelumnya pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
protap Rumah Sakit. Setelah hasil laboratorium dinyatakan Ny. APM bukan
pasien suspek Covid-19, bebas dari penyakit menular seperti HIV dan hepatitis,
kemudian dilakukan pemasangan infus pada pasien dan pemantauan kemajuan
persalinan. Saat pembukaan telah lengkap, persalinan di pimpin seperti biasa.
Pada pasien dilakukan episiotomi, untuk mengurangi trauma persalinan pada
bayi. Hal ini sesuai dengan teori pelaksanaan pertolongan persalinan kehamilan
dengan gamelly. Episiotomi mediolateral dilakukan untuk mengurangi trauma
kepala pada janin prematur Bayi 1 lahir tidak segera menangis, dengan APGAR
score 2-3-3, bayi 1 segera dilakukan penanganan asfiksia. Bayi 2 lahir spontan
dengan presentasi kepala, dan APGAR score 8-9-9. Setelah memastikan tidak ada
janin ketiga maka dilakukan penyuntikan oksitosin 10 unit, dan manajemen aktif
kala III untuk proses pengeluaran plasenta. Setelah plasenta lahir lengkap dengan
selaput ketuban, terdapat laserasi jalan lahir akibat efisiotomi dengan derajat 2,
dan kemudian dilakukan penjahitan pada laserasi tersebut. Setelah itu dilakukan
41
pemantauan kala IV selama 2 jam postpartum, bidan melakukan
pendokumentasian, dan kemudian pasien diantar ke Ruang perawatan nifas.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam bab ini dapat diambil kesimpulan dari Laporan Akhir Stase
yang berjudul Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny. S G1P0A0 hamil 32
Minggu dengan Gamelly dan KPD di IGD Ponek RSD Idaman Daerah
Banjarbaru.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar diantaranya
bangsa, umur, paritas, obat-obatan untuk induksi ovulasi, serta faktor
keturunan/hereditas. Dibandingkan kehamilan tunggal, kehamilan kembar
lebih mungkin terjadi banyak komplikasi kehamilan. Ini dikarenakan pada
kehamilan kembar terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
kemungkinan ibu mengalami partus prematurus sangatlah besar. Hal ini harus
didukung dengan peran aktif, pendidikan, dan pengetahuan ibu serta keluarga.
Janin pada kehamilan kembar juga berisiko lahir prematur. Bayi dari
kehamilan kembar memiliki peningkatan frekuensi untuk mengalami asfiksia
saat kelahiran, 20 % bayi dari kelahiran prematur juga mengalami berat badan
lahir rendah, yang kembali memicu komplikasi lainnya.
Pada kasus Ny. S, faktor yang menjadi penghambat dalam mengatasi
permasalahan adalah usia kehamilan yang prematur, serta kondisi janin yang
mengalami asfiksia berat saat dilahirkan, hingga beban psikis yang dirasakan
ibu. Adapun faktor pendukung dalam melakukan asuhan ibu bersalin pada Ny.
S adalah ibu beserta keluarga kooperatif sehingga asuhan dapat dilakukan
dengan baik, dan bimbingan serta kesempatan dalam memberikan asuhan dari
pembimbing lahan.

B. Saran
Dari Laporan Akhir Stase tentang asuhan ibu bersalin pada Ny. S G1P0A0
Hamil 32 minggu dengan gamelly dan KPD pada IGD Ponek RSD Idaman
Banjarbaru, penulis dapat memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi Teoritis
42
a. Agar dapat menambah referensi tentang penanganan kegawatdaruratan
pada ibu bersalin dengan gamelly.
b. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai persalinan dengan
gamelly terutama tentang penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi.
2. Bagi Praktisi
a. Agar dapat melakukan deteksi dini, menegakkan diagnosa dan
memberikan penanganan kegawatdaruratan secara cepat dan tepat
kepada pasien agar dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas,
baik itu pada ibu bersalin maupun bayi baru lahir.
b. Dapat mempertahankan bahkan meningkatkan mutu asuhan terhadap
ibu bersalin terutama persalinan dengan gamelly dan bayi baru lahir
dengan asfiksia dan BBLR, agar dapat memperbaiki status kesehatan
masyarakat.
c. Bagi praktisi di puskesmas terutama, diharapkan agar dapat
menggalakkan penyuluhan mengenai pentingnya pemeriksaan
kehamilan dan melakukan deteksi dini pada ibu hamil yang berisiko
tinggi, terutama kepada ibu-ibu muda yang masih minim akan
pengetahuan dan pengalaman. Agar kehamilan berjalan dengan normal,
dan terhindar dari komplikasi yang dapat berakibat fatal bagi kualitas
hidup maternal dan neonatal.

43
DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan Nasional. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Tridasa printer
Manuaba, Ida BG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC
Muhyi, Yopi Dwi. 2016. Wanita 34 Tahun Hamil 33 Minggu G2P1A0 dengan
Prematur Membran Ruptur dan Presentasi Bokong. Lampung: Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung
Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2011). Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta:
Menteri Kesehatan
Putra, Suparman, Tendean. 2016. Gambaran Persalinan Letak Sungsang di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado: Manado
Prawirohardjo, Sarwono. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit YBP-SP
Rike, Ariance. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Ny. C. P. Primigravida Dengan Gawat
Janin Di Ruang Bersalin RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Kupang:
STIKES Citra Husada Mandiri Kupang.
Rosyati, Herry. 2017. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Simbolon, Tiurma. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. A Umur 35
Tahun Usia Kehamilan 37 Minggu G3P2A0 dengan Gamelli Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan. Medan: STIKES Santa Elizabeth Medan.
Suwignjo, Purwo. 2008. Ketepatan Posisi Naso Gastric Tube (NGT) Menggunakan
Metode Aspirasi, Metode Auskultasi, dan Metode Merendam Ujung Selang
NGT ke Dalam Air dengan Konfirmasi Rontgen di UGD RS Dr Hasan Sadikin
Bandung. Depok: Universitas Indonesia.
Winkjosastro. 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit YBP-SP

44

Anda mungkin juga menyukai