Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN STASE 5

LAPORAN PRAKTEK KOLABORASI INTERPROPESIONAL


STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA DI
UPT PUSKESMAS BOJONG KABUPATEN PANDEGLANG

Disusun Oleh :
NAMA : ITA ROSIAWATI
NPM : 19210200094

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI DEPARTEMEN KEBIDANAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Presentasi Jurnal dengan judul:

LAPORAN STASE 5
LAPORAN PRAKTEK KOLABORASI INTERPROPESIONAL
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA DI
UPT PUSKESMAS BOJONG KABUPATEN PANDEGLANG

Oleh:

NAMA : ITA ROSIAWATI

NPM : 19210200094

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di hadapan tim penguji.

Tanggal, 24 Mei 2022

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

(Ratna Wulandari, SST, MKM)


NIDN : 0323059301
LEMBAR PENGESAHAN
Presentasi Jurnal dengan judul:

LAPORAN STASE 5
LAPORAN PRAKTEK KOLABORASI INTERPROPESIONAL
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA DI
UPT PUSKESMAS BOJONG KABUPATEN PANDEGLANG
Oleh:

NAMA : ITA ROSIAWATI

NPM : 19210200094

Telah dipresentasikan pada tanggal 24 bulan Mei tahun 2022 di hadapan tim penguji
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Departemen Kebidanan Sekolah
Tinggi IlmuKesehatan Indonesia Maju.

Tanggal, 24 Mei 2022

Menyetujui,
KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi Dini

Agus Santi Br. G., S.ST, M.Kes. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb
NIDN. 0317088406 NIDN. 030703920

Mengesahkan,
Dosen Penanggung Jawab Stase

(Ratna Wulandari, SST, MKM)


NIDN : 032305930
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah Memberikan penulis kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Analisis SOP Penatalaksanaan Retensio Plasenta Di
UPT Puskesmas Bojong Kabupaten Pandeglang dengan tepat waktu.
Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
1. Drs. H. A Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Universitas Indonesia Maju.
2. Prof. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurracman, MPH, selaku Pembina Yayasan Universitas
Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, M.KM selaku PJS Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST, M.Biomed selaku PJS Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas
Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM., M.Kes selaku PJS Wakil Rektor II Bidang Non Akademik Universitas
Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas Indonesia
Maju.
7. Hedy Hardiana, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
8. Shinta Mona Lisca, S.ST, M.Kes selaku Dosen Responsi Kebidanan Universitas
Indonesia Maju.
9. Ratna Wulandari, S.ST, MKM selaku Dosen Pembimbing Kebidanan Universitas
Indonesia Maju.
10. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program
Profesi Departemen Kebidanan Universitas Indonesia Maju yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti proses
pendidikan.
Akhir kata saya berharap semoga makalah pada ibu bersalin yang mengalami Retensio
Plasenta ini dan semoga dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Pandeglang, 24 Mei 2022

Penulis
A. SOP LAMA
PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA

No. Dokumen : 012/pkm/IV/2022

No. Revisi : 012


SOP
TanggalTerbit :10/04/2022

Halaman : 1/5

PUSKESMAS Ita Rosiawati

BOJONG 19781021 200312 2 004

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
1. Pengertian setelah bayi lahir. hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh
gangguan kontraksi uterus.
2. Tujuan Menjadi acuan bagi seluruh aktifitas pelayanan medis/kebidanan yang diberikan kepada
pasien, sehingga dapat memberikan pelayanan yang sesuai standar profesi
Surat Keputusan Kepala UPT, Puskesmas Bojong tentang Pelayanan Medis
3. Kebijakan
Nomor:…SK.Bab.
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang


4. Referensi
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

3. Paket pelatihan Pelayanan Obstetri dan neonatal Emergensi Dasar (PONED) JNPK-
KR tahun 2008.
5. Prosedur/ 1 Alat dan bahan
langkah-langkah
a. Tensimeter
b. Thermometer
c. Stetoskop
d. Oxymetri
e. Form inform consent
f. Handschoon Panjang dan pendek
g. Set APD persalinan
h. Set Infus

1
i. Cairan Kristaloid
j. Set oksigen
k. Spuit 1 cc,3cc,5cc.
l. Alcohol swab.
m. Betadin
n. Kasa steril
o. Pengukur Hb.
p. Obat-obatan : oksitosin inj, ergometrin inj, asam tranexamat inj, Diazepam inj,
ketamin inj, antibiotik inj.

2 Langkah-langkah :

a. Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit berikan lagi 10 unit oksitosin IM dosis
kedua.
b. Periksa kandung kemih, jika penuh lakukan kateterisasi dengan teknik aseptik.
c. Ulangi lagi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya jika plasenta tidak lahir
dalam 30 menit setelah bayi lahir.
d. Lakukan tali pusat terkendali.
e. Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, Lakukan Prosedur Plasenta
Manual secara hati-hati oleh tenaga yang sudah terlatih.
f. Sebelum melakukan Prosedur Plasenta Manual, Lakukan inform Consent
terlebih dahulu.
g. Panggil bantuan TIM penolong terdiri dari Dokter, bidan minimal 2 orang atau
lebih, petugas Lab/analis untuk tatalaksana secara simultan.
h. Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu, meliputi kesadaran, nadi (N),
tekanan darah (TD), pernafasan (R,) Suhu (T), saturasi (SP02).
i. Jika terdapat tanda-tanda syok, lakukan segera penatalaksanaan syok.
j. Berikan oksigen
k. Pasang Infus Intravena dengan kanul ukuran besar (18) dan mulai pemberian
cairan kristaloid sesuai dengan kondisi ibu.
l. Lakukan juga pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan Hb, bila perlu
spemeriksaan golongan darah, profil hemostasis (BT,CT,PT,APTT,Hitung
Trombosit,Fibrinogen).
m. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernafasan ibu.
n. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/RL dengan
kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/RL dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga

2
perdarahan berhenti.
o. Lakukan Manual plasenta, setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa
plasenta lengkap, segera lakukan Kompresi bimanual uterus dan disuntikkan
Ergometrin 0,2 mg IM bila tidak ada kontra indikasi/Hipertensi.
p. Jika kontraksi Rahim tetap buruk, dilanjutkan dengan Prosedur penanganan
atonia uteri.
q. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazole 500 mg IV) skin test terlebih dahulu.
r. Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat atau infeksi . Berikan dukungan kepada keluarga pasien ketika
akan dilakukan rujukan.
s. Jika Prosedur plasenta manual berhasil, Ku baik,Vital sign baik, plasenta
lengkap, hasil lab normal, lakukan pengawasan kala IV dan lakukan
pemeriksaan USG jika pasien sudah stabil.
t. Pasien pulang harus sepengetahuan dan pemeriksaan dokter.

6. Hal-hal yang
perlu di Keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.
perhatikan
1. Ruang Pendaftaran
2. Ruang Laboratorium
7. Unit terkait 3. Ruang Persalinan
4. Ruang Rawat Pasca Persalinan
5. Ruang Apotik
1. Informed Consent
8. Dokumen 2. Partograf
Terkait 3. Rekam Medis
4. Buku KIA

3
B. REKOMENDASI SOP BARU
PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA

No. Dokumen : 012/pkm/IV/2022

No. Revisi : 012


SOP
TanggalTerbit :10/04/2022

Halaman : 1/5

PUSKESMAS Ita Rosiawati

BOJONG 19781021 200312 2 004

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
1. Pengertian setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh
gangguan kontraksi uterus (Kuswanti dkk, 2017).
2. Tujuan Menjadi acuan bagi seluruh aktifitas pelayanan medis/kebidanan yang diberikan kepada
pasien, sehingga dapat memberikan pelayanan yang sesuai standar profesi
Surat Keputusan Kepala UPT, Puskesmas Bojong tentang Pelayanan Medis
3. Kebijakan
Nomor:…SK.Bab.
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang


4. Referensi
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

3. Paket pelatihan Pelayanan Obstetri dan neonatal Emergensi Dasar (PONED) JNPK-
KR tahun 2008.
5. Prosedur/ 1. Alat dan bahan
langkah-langkah a. Tensimeter
b. Thermometer
c. Stetoskop
d. Oxymetri
e. Form inform consent
f. Handschoon Panjang dan pendek
g. Set APD persalinan
h. Set Infus

4
i. Cairan Kristaloid
j. Set oksigen
k. Spuit 1 cc,3cc,5cc.
l. Alcohol swab.
m. Betadin
n. Kasa steril
o. Pengukur Hb.
p. Obat-obatan : oksitosin inj, ergometrin inj, asam tranexamat inj, Diazepam inj,
ketamin inj, antibiotik inj.
2. Langkah-langkah :
a. Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit berikan lagi 10 unit oksitosin IM dosis
kedua.
b. Periksa kandung kemih, jika penuh lakukan kateterisasi dengan teknik aseptik.
c. Ulangi lagi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya jika plasenta tidak lahir
dalam 30 menit setelah bayi lahir.
d. Lakukan tali pusat terkendali.
e. Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, Lakukan Prosedur Plasenta
Manual secara hati-hati oleh tenaga yang sudah terlatih.
f. Sebelum melakukan Prosedur Plasenta Manual, Lakukan informed Consent
terlebih dahulu.
g. Panggil bantuan TIM penolong terdiri dari Dokter, bidan minimal 2 orang atau
lebih, petugas Lab/analis untuk tatalaksana secara simultan.
h. Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu, meliputi kesadaran, nadi (N),
tekanan darah (TD), pernafasan (R,) Suhu (T), saturasi (SP02).
i. Jika terdapat tanda-tanda syok, lakukan segera penatalaksanaan syok.
j. Berikan oksigen
k. Pasang Infus Intravena dengan kanul ukuran besar (18) dan mulai pemberian
cairan kristaloid sesuai dengan kondisi ibu.
l. Lakukan juga pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan Hb, bila perlu
spemeriksaan golongan darah, profil hemostasis (BT,CT,PT,APTT,Hitung
Trombosit,Fibrinogen).
m. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernafasan ibu.
n. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/RL dengan
kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam
1000 ml larutan NaCl 0,9%/RL dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.

5
o. Lakukan Manual plasenta, setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa
plasenta lengkap, segera lakukan Kompresi bimanual uterus dan disuntikkan
Ergometrin 0,2 mg IM bila tidak ada kontra indikasi/Hipertensi.
p. Jika kontraksi Rahim tetap buruk, dilanjutkan dengan Prosedur penanganan
atonia uteri.
q. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan metronidazole
500 mg IV) skin test terlebih dahulu.
r. Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat atau infeksi. Berikan dukungan kepada keluarga pasien ketika
akan dilakukan rujukan.
s. Jika Prosedur plasenta manual berhasil, Ku baik,Vital sign baik, plasenta
lengkap, hasil lab normal, lakukan pengawasan kala IV dan lakukan pemeriksaan
USG jika pasien sudah stabil.
t. Pasien pulang harus sepengetahuan dan pemeriksaan dokter.

RETENSIO PLASENTA

 His Tidak Kuat


 Patologi Anatomi
 Faktor Uterus

Plasenta Tidak Lahir

Manajemen Aktif
Kala III

6. Bagan alir (Jika


di Butuhkan) Berhasil Tidak Berhasil

Pemantauan Perdarahan
Kala IV

Ya Tidak

Tidak

Manual Plasenta Rujuk

Pemantauan
Kala IV

7. Hal-hal yang
perlu di Keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.
perhatikan
8. Unit terkait 1. Ruang Pendaftaran

6
2. Ruang Laboratorium
3. Ruang Persalinan
4. Ruang Rawat Pasca Persalinan

1. Informed Consent
9. Dokumen 2. Partograf
Terkait 3. Rekam Medis
4. Buku KIA

7
C. PEMBAHASAN
Pada SOP Penatalaksanaan Retensio Plasenta terdapat Kolaborasi Interprofesional dengan
Dokter Umum, Apoteker dan Analis. Adapun perannya adalah sebagai berikut.
1. Dokter Umum :
 Mendefinisikan masalah pasien dan menetapkan diagnosis Menentukan terapi dan
obat.
 Memeriksa kesesuaian terapi terhadap pasien.
 Memulai perawatan.
 Memberikan informasi, instruksi dan peringatan.
 Memantau kondisi pasien
2. Apoteker :
 Memberikan masukan dalam pemilihan dan bentuk sediaan obat.
 Pelayanan resep dan dispensing obat ke pasien.
 Melakukan monitoring terapi obat.
 Melakukan analisis dan menyelesaikan masalah penggunaan obat
3. Analis :
Analisis kesehatan bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mempersiapkan
sampel seperti cairan tubuh, darah, dan jaringan serta menginterpretasi hasil.
No ITEM SOP ASLI USULAN SOP ALASAN
1 Pengertian Retensio plasenta adalah Retensio plasenta adalah (Kuswanti dkk,
keadaan dimana plasenta keadaan dimana plasenta 2017).
belum lahir dalam waktu 1 belum lahir dalam waktu 1
jam setelah bayi lahir. jam setelah bayi lahir. Hampir
Hampir sebagian besar sebagian besar gangguan
gangguan pelepasan plasenta pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan disebabkan oleh gangguan
kontraksi uterus. kontraksi uterus.
4 Bagan alir belum ada bagan alir Dibuat bagan alir Untuk
memudahkan
prosedur
penatalaksanaan
tindakan

8
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dengan mencermati faktor risiko persalinan berupa: terjadinya Retensio
Plasenta saat persalinan berlangsung. Penatalaksanaan kala tiga persalinan yang baik
dan penanganan yang cepat dan tepat terhadap kejadian Retensio Plasenta agar tidak
terjadi perdarahan serta membantu pasien pulih dengan baik dan pulang dalam
keadaan baik. Pada SOP Penatalaksanaan Retensio Plasenta terdapat Kolaborasi
Interprofesional dengan Dokter Umum, Apoteker dan Analis.
2. Saran
Suatu SOP yang dijadikan acuan harus memiliki bagan alir agar semua
langkah yang ada dalam SOP tersebut lebih mudah untuk dipahami serta diikuti.
Untuk itu penambahan bagan alir dalam SOP ini sangat diperlukan.
Ketika memberikan akan melakukan Tindakan kepada pasien selain
menjelaskan prosedur pelaksanaan tindakan, sangat perlu meminta persetujuan
tindakan yang tertulis.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes. 2014. Kementerian kesehatan RI Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pandukan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

2. Kemenkes. 2019. Kementrian Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar


Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

3. JNPK-KR. 2008. Paket pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) JNPK-KR Tahun 2008.

10

Anda mungkin juga menyukai