JAKARTA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Dosen
Pembimbing Lapangan,
1
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis
20 November 2020
kebidanan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada
Jakarta
Jakarta.
2
6. Retno Sugesti, SST. M.Kes, selaku Ketua Program Studi
Indonesia Maju.
9. Kepada kedua orang tua, saya dan adik saya mengucapkan terima
mendampingi saya sampai sekarang, dan kepada keluarga besar saya terima
laporan ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan selama penyusunan
penulisan askeb ini, untuk itu penulis tidak menutup diri dan mengharap adanya
saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan
3
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan semua rahmat dan hidayah-
Nya, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semuanya dan
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1. Latar Belakang..............................................................................................5
2. Tujuan Penulisan...........................................................................................7
3. Manfaat Penulisan.........................................................................................8
SOAP Pre-Eklamsia Berat....................................................................................9
SOP Penanganan Pre-Eklamsia Berat...............................................................15
Analisa SOP..........................................................................................................21
Hasil Rekomendasi SOP......................................................................................25
Rekomendasi SOP Baru......................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................32
1. Kesimpulan.................................................................................................32
2. Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKAS
5
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Preeklampsia berat adalah apabila terdapat gejala dan tanda tekanan darah
sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg, proteinuria lebih dari 5 gram
dalam urin 24 jam, edema pulmonal, oligouria (<400 ml dalam 24 jam), sakit
kepala yang menetap, nyeri epigastrium dan atau kerusakan fungsi hati,
enzim hati dan atau icterus, skotoma dan gangguan visas lain, perdarahan retina
Masalah setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil.
Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15%
setengah juta ibu setiap tahun. Dari jumlah yang diperkirakan terjadi 90% terjadi
dunia yaitu tahun 2016 sebanyak 289.000 jiwa perempuan yang meninggal karena
hamil dan melahirkan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sangat tinggi di
tahun 2016 yaitu sekitar 214 per 100.000 kelahiran hidup, hal tersebut diakibatkan
oleh perdarahan (28%), preeklampsia (24%) dan infeksi (11%) (Harli, 2018).
6
Secara global 80% kematian penyebab kematian ibu tergolong pada
kematian ibu secara langsung. Artinya kematian ibu yang terjadi akibat
komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau
eklamsia (13%), infeksi pada kehamilan (10%) partus macet (8%) dan sebab-
vasospasme dan aktivasi endotel yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan
berkembang adalah 16%, 9% kejadian di Asia dan Africa, dan sebanyak 26% di
penelitian usia ibu saat hamil dapat mempengaruhi kehamilan maupun persalinan.
Usia ibu terlalu muda dan usia ibu terlalu tua akan memiliki tingkat risiko yang
lebih tinggi untuk terjadi komplikasi pada kehamilan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di RSUP Dr. Djamil Padang kejadian preeklampsia berat dapat terjadi
pada berbagai kategori usia ibu. Ibu hamil dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun
dianggap sebagai salah satu faktor risiko untuk mengalami preeklampsia berat
(Primadhani, 2017).
7
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
interprofesional pada ibu hamil dengan preeklampsia berat pada Ny. F umur
November 2020.
b. Tujuan Khusus
8
6) Didokumentasikan semua temuan dan indakan yang telah dilakukan
3. Manfaat Penulisan
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi Ibu hamil mengenai factor resiko
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan
9
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL
PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA NY. F UMUR
34 TAHUN DI KLINIK BIDAN KUSWINARTI, S. ST PULOGADUNG
TANGGAL 20 NOVEMBER 2020
Ny. F usia 34 tahun hamil anak kedua usia kandungan 22 minggu 1 hari, HPHT
Ibu mengeluh pusing sejak 2 hari yang lalu, mengeluh sakit kepala dan bengkak
pada kaki sejak 1 minggu yang lalu. Ibu tidak memiliki Riwayat penyakit
Pernafasan : 22 x/m, Suhu : 37,2 ºC. Hasil pemeriksaan paslpasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki, ada oedema pada ektremitas bawah dan hasil dari
palpasi perut diperoleh bahwa presentasi janin adalah kepala, puki, TFU : 28 cm
dan DJJ : 144 x/menit, hasil dari cek laboratorium Ny. F mengalami preeklampsia
berat dengan proteinuria (+++). Pada kasus ini bidan berkolaborasi dengan dokter
10
Pukul : 15.30 Wib
IDENTITAS
Alamat : Pulogadung
Nikah : 1 X / ± 20 tahun
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan kedua dan tidak pernah keguguran. Ibu
mengeluh pusing sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengeluh sakit kepala dan bengkak
pada kaki sejak 1 minggu yang lalu. Hari pertama haid terakhir tanggal 20 Mei
2020. Ibu mulai merasakan pergerakan janinnya pertama kali pada usia kehamilan
kurang lebih 20 minggu. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : dirasakan kuat
oleh ibu >10x dalam sehari, aktivitas sehari-hari Istirahat siang tidur siang ± 1
jam, tidur malam ± 8-9 jam, pekerjaan ibu rutin mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, pola seksualitas trimester ke dua hubungan seksual 2 kali seminggu. Pola
eliminasi (BAK) 5-6 x/hari, warna kuning keruh, BAB 1 kali sehari konsistensi
11
lembek, warna kuning kecoklatan. Ibu sudah mendapatkan suntikan TT3 kali,
yaitu TT1 dan TT2 saat kehamilan pertama dan TT3 saat UK 20 minggu. Ibu
pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan selama 3 tahun. Ibu dan keluarga
asma, dan penyakit jantung. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan kedua, anak pertama lahir pada tahun
2016, lahir spontan, lahir cukup bulan, di BPM, ditolong oleh bidan, BB : 3000
Pemeriksaan antropometri :
Pemeriksaan fisik :
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, ada caries pada gigi
12
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
tekan
Abdomen : Terdapat linea nigra, striae alba dan tidak terdapat luka bekas
Palpasi :
Genitalia : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada kondiloma, tidak
Ekstremitas : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, terdapat oedema
Golongan Darah: A.
13
Assesment (A)
G2PIA0 hamil 26 minggu 2 hari dengan preeklampsia berat, janin tunggal, hidup,
presentasi kepala.
Planning (P)
1. Membina hubungan baik dengan senyum, sapa, salam, sopan dan santun.
3. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa usia kehamilan ibu
saat ini adalah 26 minggu 2 hari, letak janin normal dengan posisi kepala di
preeklampsia berat.
pada ibu
14
(anti hipertensi disuntikan mula-mula 5 cc IV perlahan-lahan selama 5 menit.)
8. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian makanan pada ibu
dan membantu menjelaskan bahwa ibu harus diet rendah garam kurangi
makanan yang tinggi protein seperti hati, kuning telur, ikan, kacang-
(Ibu telah makan dan dengan diet tinggi protein, rendah garam, lemak dan
karbohidrat).
jantung janin.
15
SOP PENANGANAN PRE-EKLAMSIA BERAT
Kuswinarti, S. ST
PENGERTIAN Preeklamsi berat adalah timbulnya hipertensi disertai ptoteinuria untuk
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan > TD 160/110 mmHg, Proteinuria +2.
Pada preeklampsia berat terdapat tanda-tanda preeklampsia ringan serta
beberapa indikasi masalah tambahan baik pada ibu maupun janin. Jika
salah satu gejala berikut menyertai, maka bisa disebut preeklampsia berat:
1. Munculnya tanda-tanda masalah sistem saraf pusat, seperti sakit
kepala parah, penglihatan kabur, dan perubahan status mental
2. Munculnya tanda-tanda masalah hati, seperti sakit perut, mual, dan
muntah
3. Munculnya tanda-tanda masalah pernapasan, seperti edema paru
dan warna kebiruan pada kulit
4. Setidaknya dalam dua kali tes fungsi hati didapat peningkatan kadar
enzim
5. Tekanan darah sangat tinggi, yaitu lebih dari 160/110 mmHg
6. Jumlah trombosit rendah (trombositopenia)
7. Terdapat lebih dari 5 gram protein dalam sampel urine 24 jam atau
tes urin dipstik ≥ positif 2
8. Urine yang keluar sangatlah rendah kira-kira kurang dari 500 ml
dalam 24 jam
9. Pembatasan pertumbuhan janin
10. Stroke (jarang terjadi)
TUJUAN SOP ini disusun sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penanganan preeklamsi berat
KEBIJAKAN Bidan, perawat, Dinkes
REFERENSI 1. Permenkes Nomor 5 Tahun 2011 tentang Panduan Praktek Klinik
16
Dokter
ALAT DAN 1. Obat oral : metildopa, nifedipine
BAHAN 2. Infus set, abocat, cairan infus(RL), MgSO4 20%-40%, supit 10cc,
poly catheter, yrine bag, sarung tangan, kapas alcohol
TATALAKSANA Tatalaksana Preeklampsia Berat
Preeklampsia Berat
1. Evaluasi gejala, DJJ dan cek laboratorium ≥ 34 minggu
2. Stabilisasi, pemberian MgSO4 profilaksis
3. Anti hipertensi jika TD ≥ 160/110
< 34 minggu
Jika didapatkan:
1. Eklampsia
1. Terminasi kehamilan setelah
2. Edema paru
stabilisasi
3. DIC Iya 2. Bila diindikasi dapat diberikan
4. HT berat, tidak terkontrol
kortikosteroid (pematang pari) 1
5. Janin tidak viable
dosis tanpa menunda terminasi
6. Gawat janin
(jika < 34 minggu)
7. Solusio plasenta
8. IUFD
Tidak
Jika didapatkan:
1. Gejala persisten
2. Sindrom HELLP
Iya Pematangan paru
3. Pertumbuhan janin terhambat
(kortikosteroid)
4. Severe olygohydramnion
2x24 jam
5. Reversed end diastolic flow
6. KP atau inpartu
7. Gangguan renal berat
Tidak
Perawat konservatif:
1. Evaluasi di kamar bersalin selama 24-
48 jam
2. Rawat inap hingga terminasi 1. Usia kehamilan ≥ 34
3. Stop MgSO4 profilaksis (1x24 jam) minggu
4. Pemberian anti HT jika TD ≥ 160/110 2. KPP atau inpartu
5. Pematangan paru 2x24 jam 3. Pemburukan maternal-
6. Evaluasi maternal-fetal secara berkala fetal
17
PROSEDUR 1. Beri penjelasan tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
(Informed Consent).
2. Persiapan pasien
a. Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan
b. Mempersiapkan bumil mengosongkan kandung kemih
c. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan dengan air mengalir dan
keringkan
3. Anamnesa:
a. Keluhan
b. Riwayat perkawinan
c. Riwayat penyakit ibu dan keluarga
d. Status riwayat Haid, HPHT
e. Riwayat imunisasi Ibu saat ini
f. Kebiasaan ibu
g. Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnesa haid tersebut, tentukan Usia kehamilan dan buat taksiran
persalinan.
4. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum bumil
b. Ukur TB, BB, Lila.
c. Tanda vital : tensi, Nadi, RR, HR
d. Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala sampai ekstremitas).
5. Pemeriksaan khusus
a. Umur Kehamilan <20 mgg :
1) Inspeksi
a) Tinggi fundus
b) Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea nigra).
c) Striae
2) Palpasi
a) Tinggi fundus uteri
b) Keadaan perut
3) Auskultasi
b. Umur Kehamilan > 20 mgg:
1) Inspeksi
a) Tinggi fundus uteri
b) Hypergigmentasi dan striae
c) Keadaan dinding perut
2) Palpasi
18
Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi kerjanya sbb :
Pemeriksa berada disisi kanan bumil, menghadap bagian lateral
kanan.
Leopold 1
a) Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus
uteri untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar
jari tersebut tidak mendorong uterus kebawah (jika
diperlukan, fiksasi uterus basah dengan meletakkan ibu
jari dan telunjuk tangan kanan dibagian lateral depan
kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).
b) Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi
uterus bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga
menghadap kebagian kepala ibu.
c) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada pada
bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.
Leopold 2
a) Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut
lateral kiri ibu sejajar dan pada ketinggian yang sama.
b) Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau
bersamaan telapak tangan kiri dan kanan kemudian geser
kearah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memenjang (punggung) atau bagaian yang kecil
(ekstremitas).
Leopold 3
a) Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap
kebagian kaki ibu.
b) Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral
kiri bawah, telapak tangan kanan pada dinding lateral
kanan bawah perut ibu, tekan secara lembut bersamaan
atau bergantian untuk menentukan bagian bawah bayi
(bagian keras, bulat dan hampir homogen adalah kepala,
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris
adalah bokong).
Leopold 4
a) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
dinding lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung
19
jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
b) Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan
semua jari-jari tangan kanan yang meraba dinding bawah
uterus.
c) Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan
kanan (konvergen/divergen)
d) Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian
terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan
memegang bagian kepala didekat leher dan bila
presentasi bokong, upayakan untuk memegang pinggang
bayi).
e) Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul,
kemudian letakkan jari0jari tangan kanan diantara tangan
kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
3) Auskultasi
Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin.
6. Pemeriksaan Tambahan (cek Hb, protein urine dan glukosa urin)
7. Penatalaksanaan:
a. Tata laksana per-eklamsi ringan.
1) Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal: tekanan
darah, berat badan, tinggi badan, indek masa tubuh, ukuran
uterus, dan gerakan janin
2) Rawat jalan (ambulatoir)
a) Ibu hamil banyak istirahat(berbaring/ tidur miring)
b) Konsumsi susu dan air buah
c) Obat anti hipertensi: indikasi utama pemberian anti
hipertensi pada kehamilan adalah untuk keselamatan ibu
dalam mencegah penyakit cereborvaskular. Meskipun
demikian, penurunan tekanan darah dilakukansecara
bertahap tidak lebih dari 25% penurunan dalam 1 jam.
Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan aliran
darah utero plasenter. Obat anti hipertensi yang dapat
diberikan:
(1) Metildopa, biasanya dimulai pada dosis 250-500mg
per oral 2 atau 3 kali sehari, dengan dosis maksimal
3 gram perhari, atau
(2) Nifedipine 10 mg kapsul peroral di ulang tiap 15-30
menit, dengan dosis maksimal 30mg
b. Tata laksana per-eklamsi berat. Pemberian MgSO4 dosis awal
20
dengan cara: ambil 4 mb MgSO4 (10ml larutkan MgSO4 40%) dan
larutkan dalam 10 ml aquaades. Berikan secara perlahan IV selam
20 menit. Jika akses IV sulit berikan masing-masing 5mb MgSO4
(12,5 ml larutkan MgSo4 40%) IM dibokong kiri dan kanan.
c. Memberikan anti hipertensi Nifedipin 10 mg 3 kali sehari. Bila
sistole > = 180 mmHg atau diastole > = 110 mm Hg digunakan
injeksi 1 ampul Klonidin yang mengandung 0,15 mg/cc. Klonidin 1
ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan aquadest (untuk suntikan).
Disuntikan : mula-mula 5 cc IV perlahan-lahan selama 5 menit.
d. Kriteria rujukan
Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda per-eklamsia
berat ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki
dokter spesialis obstetric dan ginekologi setelah dilakukan tata
laksana pada per-eklamsia berat.
HAL-HAL YANG Keadaan umum ibu, tekanan darah,
PERLU
DIPERHATIKAN
UNIT TERKAIT 1. KIA
2. UGD
3. KB
4. Ruang rawat inap
5. Poliklinik
DOKUMEN Rekam Medis
TERKAIT
21
Analisa SOP
dikatakan PEB jika tekanan darah sangat tinggi, yaitu lebih dari 160/110
mmHg, munculnya tanda-tanda masalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala
parah dan hasil cek lab proteinuria positif 3. Dari hasil pemeriksaan Ny. F
Hal ini sesuai dengan teori bahwa preeklampsia berat adalah masalah
preeklampsia ringan serta beberapa indikasi masalah tambahan baik pada ibu
maupun janin. Jika salah satu gejala berikut menyertai, maka bisa disebut
seperti sakit kepala parah, penglihatan kabur, dan perubahan status mental.
Munculnya tanda-tanda masalah hati, seperti sakit perut, mual, dan muntah.
kebiruan pada kulit. Setidaknya dalam dua kali tes fungsi hati didapat
peningkatan kadar enzim. Tekanan darah sangat tinggi, yaitu lebih dari 160/110
protein dalam sampel urine 24 jam. Urine yang keluar sangatlah rendah kira-
kira kurang dari 500 ml dalam 24 jam. Pembatasan pertumbuhan janin dan
Stroke (jarang terjadi).
22
Tata laksana per-eklampsi berat yang harus dilakukan dalam kehamilan
tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga (Informed Consent)
sebelum melakukan tindakan, hal ini penting dilakukan karena setiap pasien
berhak mengetahui risiko dan manfaat dari tindakan medis yang akan
dijalaninya. Tahapan yang kedua yaitu persiapan pasien seperti persiapan alat
dan obat yang akan digunakan, pasien mengosongkan kandung kemih dan
tentang keluhan yang dirasakan, riwayat penyakit dahulu atau yang sedang
diderita atau riwayat penyakit keluarga, pada kasus Ny. F ini mengatakan
bahwa ibu merasakan sakit kepala dan bengkak pada kaki sejak 1 minggu yang
lalu. Pada tahapan yang keempat yaitu lakukan pemeriksaan umum yaitu
mengukur tekanan darah, BB, lila dan melakukan pemeriksaan fisik dari ujung
rambut sampai ujung kaki, pada kasus Ny. F didapatkan bahwa ada oedema
pada bagian kaki Ny, F. Pada tahapan yang kelima yaitu lakukan pemeriksaan
kadar Hb ibu hamil dan juga mengecek protein dan glukosa urine. Pada tahapan
yang ketujuh yaitu melakukan penatalaksaan untuk kasus yang di alami oleh
23
Ny. F agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, tata laksana per-eklamsi
berat yaitu pemberian MgSO4 dosis awal dengan cara: ambil 4 mb MgSO4
5mb MgSO4 (12,5 ml larutkan MgSo4 40%) IM dibokong kiri dan kanan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ajeng Dwi
Lampung di RSUD tahun 2017 dapat disimpulkan sebagian besar ibu yang
(kalau tidak ada kontra indikasi pemberian MgS04. Diberikan anti hipertensi,
(pilihan pertama) atau tablet Metildopa 3 x 250mg). Bila sistole > = 180 mmHg
24
mengandung 0,15 mg/cc. Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan
selama 5 menit. 5 menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada
penurunan maka diberikan lagi sisanya 5 cc i.v. dalam 5 menit sampai tekanan
25
HASIL REKOMENDASI SOP
26
Rekomendasi SOP Baru
Kuswinarti, S. ST
Preeklampsia Berat
1. Evaluasi gejala, DJJ dan cek laboratorium ≥ 34 minggu
2. Stabilisasi, pemberian MgSO4 profilaksis
3. Anti hipertensi jika TD ≥ 160/110
< 34 minggu
Jika didapatkan:
1. Eklampsia
1. Terminasi kehamilan setelah
2. Edema paru
stabilisasi
3. DIC Iya 2. Bila diindikasi dapat diberikan
4. HT berat, tidak terkontrol
kortikosteroid (pematang pari) 1
5. Janin tidak viable
dosis tanpa menunda terminasi
6. Gawat janin
(jika < 34 minggu)
7. Solusio plasenta
8. IUFD
Tidak
Jika didapatkan:
1. Gejala persisten
2. Sindrom HELLP
Iya Pematangan paru
3. Pertumbuhan janin terhambat
(kortikosteroid)
4. Severe olygohydramnion
2x24 jam
5. Reversed end diastolic flow
6. KP atau inpartu
7. Gangguan renal berat
Tidak
Perawat konservatif:
1. Evaluasi di kamar bersalin selama 24-
48 jam 1. Usia kehamilan ≥ 34
2. Rawat inap hingga terminasi minggu
3. Stop MgSO4 profilaksis (1x24 jam) 2. KPP atau inpartu
4. Pemberian anti HT jika TD ≥ 160/110 3. Pemburukan maternal-
5. Pematangan paru 2x24 jam fetal
6. Evaluasi maternal-fetal secara berkala
28
PROSEDUR 1. Membina hubungan baik
2. Beri penjelasan tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
(Informed Consent).
3. Persiapan pasien
a. Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan
b. Mempersiapkan bumil mengosongkan kandung kemih
c. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan dengan air mengalir dan
keringkan
4. Anamnesa:
a. Identitas lengkap pasien dan suami
b. Keluhan
c. Riwayat perkawinan
d. Riwayat penyakit ibu dan keluarga
e. Status riwayat Haid, HPHT
f. Riwayat imunisasi Ibu saat ini
g. Kebiasaan ibu
h. Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnesa haid tersebut, tentukan Usia kehamilan dan buat taksiran
persalinan.
5. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum bumil
b. Ukur TB, BB, Lila.
c. Tanda vital : tensi, Nadi, RR, HR
d. Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala sampai ekstremitas).
6. Pemeriksaan khusus
a. Umur Kehamilan <20 mgg :
1) Inspeksi
a) Tinggi fundus
b) Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea nigra).
c) Striae
2) Palpasi
a) Tinggi fundus uteri
b) Keadaan perut
3) Auskultasi
b. Umur Kehamilan > 20 mgg:
1) Inspeksi
a) Tinggi fundus uteri
b) Hypergigmentasi dan striae
c) Keadaan dinding perut
29
2) Palpasi
Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi kerjanya sbb :
Pemeriksa berada disisi kanan bumil, menghadap bagian lateral
kanan.
Leopold 1
a) Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus
uteri untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar
jari tersebut tidak mendorong uterus kebawah (jika
diperlukan, fiksasi uterus basah dengan meletakkan ibu
jari dan telunjuk tangan kanan dibagian lateral depan
kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).
b) Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi
uterus bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga
menghadap kebagian kepala ibu.
c) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada pada
bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.
Leopold 2
a) Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut
lateral kiri ibu sejajar dan pada ketinggian yang sama.
b) Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau
bersamaan telapak tangan kiri dan kanan kemudian geser
kearah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memenjang (punggung) atau bagaian yang kecil
(ekstremitas).
Leopold 3
a) Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap
kebagian kaki ibu.
b) Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral
kiri bawah, telapak tangan kanan pada dinding lateral
kanan bawah perut ibu, tekan secara lembut bersamaan
atau bergantian untuk menentukan bagian bawah bayi
(bagian keras, bulat dan hampir homogen adalah kepala,
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris
adalah bokong).
Leopold 4
a) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
30
dinding lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung
jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
b) Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan
semua jari-jari tangan kanan yang meraba dinding bawah
uterus.
c) Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan
kanan (konvergen/divergen)
d) Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian
terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan
memegang bagian kepala didekat leher dan bila
presentasi bokong, upayakan untuk memegang pinggang
bayi).
e) Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul,
kemudian letakkan jari0jari tangan kanan diantara tangan
kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
4) Auskultasi
Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin.
7. Pemeriksaan Tambahan (cek Hb, protein urine dan glukosa urin)
8. Penatalaksanaan:
a. Tata laksana per-eklamsi ringan.
1) Melakukan kolaborasi dengan Dokter
2) Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal: tekanan
darah, berat badan, tinggi badan, indek masa tubuh, ukuran
uterus, dan gerakan janin
3) Rawat jalan (ambulatoir)
a) Ibu hamil banyak istirahat(berbaring/ tidur miring)
b) Konsumsi susu dan air buah
c) Obat anti hipertensi: indikasi utama pemberian anti
hipertensi pada kehamilan adalah untuk keselamatan ibu
dalam mencegah penyakit cereborvaskular. Meskipun
demikian, penurunan tekanan darah dilakukansecara
bertahap tidak lebih dari 25% penurunan dalam 1 jam.
Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan aliran
darah utero plasenter. Obat anti hipertensi yang dapat
diberikan:
(1) Metildopa, biasanya dimulai pada dosis 250-500mg
per oral 2 atau 3 kali sehari, dengan dosis maksimal
3 gram perhari, atau
(2) Nifedipine 10 mg kapsul peroral di ulang tiap 15-30
31
menit, dengan dosis maksimal 30mg
b. Tata laksana per-eklamsi berat. Pemberian MgSO4 dosis awal
dengan cara: ambil 4 mb MgSO4 (10ml larutkan MgSO4 40%) dan
larutkan dalam 10 ml aquaades. Berikan secara perlahan IV selam
20 menit. Jika akses IV sulit berikan masing-masing 5mb MgSO4
(12,5 ml larutkan MgSo4 40%) IM dibokong kiri dan kanan.
c. Memberikan anti hipertensi Nifedipin 10 mg 3 kali sehari. Bila
sistole > = 180 mmHg atau diastole > = 110 mm Hg digunakan
injeksi 1 ampul Klonidin yang mengandung 0,15 mg/cc. Klonidin 1
ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan aquadest (untuk suntikan).
Disuntikan : mula-mula 5 cc IV perlahan-lahan selama 5 menit.
d. Kriteria rujukan
Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda per-eklamsia
berat ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki
dokter spesialis obstetric dan ginekologi setelah dilakukan tata
laksana pada per-eklamsia berat.
e. Persiapkan proses rujukan dengan seksama, antara lain :
1) Surat rujukan
2) Transportasi
3) Obat-obatan emergency
4) Menghubungi faskes rujukan melalui telepon
5) Petugas kesehatan mendampingi rujukan
6) Melakukan observasi dan pencatatan selama proses rujukan
HAL-HAL YANG Keadaan umum ibu (TTV)
PERLU
DIPERHATIKAN
UNIT TERKAIT 1. KIA
2. Poned
DOKUMEN Rekam Medis
TERKAIT
32
PENUTUP
1. Kesimpulan
bahwa analisa asuhan kebidanan pada Ny. F dengan Preelampsia Berat di Klinik
berat. Hal ini didukung dengan temuan hasil pemeriksaan tekanan darah
b. Asuhan kehamilan pada kasus preeklampsia berat yang di alami oleh Ny. F
c. Tidak ada kesenjangan antara asuhan kebidanan yang diberikan oleh bidan
kepada Ny. F dengan SOP yang ada, serta tidak ada kesenjangan antara teori
33
2. Saran
seperti usia dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, Indeks Massa Tubuh
yang tinggi, dan pola hidup yang kurang sehat. Mengenali juga tanda
preeklampsia seperti tekanan darah lebih atau sama dengan 140/90 mmHg,
berlajut ke eclampsia.
menjaga berat badan terutama saat masa kehamilan. Serta mengenali faktor
maupun eklampsia.
c. Bagi Institusi
referensi tentang studi kasus pada ibu hamil patologi dengan Preeklampsia
Berat.
34
DAFTAR PUSTAKA
Harli F M., 2018. Hubungan Usia Ibu Hamil Berisiko dengan Kejadian
Volume 4, Nomor 2.
Sarwono Prawiryohardjo.
Primadhani S A. 2017. Hubungan Usia Ibu Hamil Risiko Tinggi dengan Kejadian