Anda di halaman 1dari 18

Laporan Ilmiah Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Pada Ny K Umur 25 Tahun, Akseptor KB Pil


Di Puskesmas Japah

Disusun oleh :

Nama : Sakhowatur Rofiqah


NIM : P1337424617043

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEBIDANAN BLORA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Alllah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ilmiah yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny K Umur 25 Tahun,
Akseptor KB Pil Di Puskesmas Japah”. Dalam menyusun laporan tulis ilmiah ini
penulis banyak mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan dari banyak
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Marsum, BE, S.Pd, MHP selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Semarang
2. Ibu Sri Rahayu, S.Kep, Ns, Mkes selaku ketua jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Semarang
3. Ibu Krisdiana Wijayanti, M.Mid selaku ketua prodi DIII Kebidanan Blora
4. Ibu Murti Ani, S.ST,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak dan Ibu dosen prodi DIII Kebidanan Blora
6. Ibu Sri Purwati, S.Tr.Keb selaku pembimbing lahan praktik yang telah
bersedia memberikan saran dalam menyusun laporan ilmiah
7. Keluarga dan rekan yang telah memberikan motivasi semangat dalam
menyusun laporan ilmiah
8. Teman – teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat
agar laporan ilmiah ini dapat terselesaikan
Penulis menyadari bahwa kekurangan pada laporan tulis ilmiah ini sehingga
kritik dan saran sangat diharapkan penulis. Semoga laporan tulis karya ilmiah ini
bermanfaat untuk para pembaca pada umumnya dan untuk tenaga kesehatan lain
pada khususnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Blora, 2019

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................1
1.2 TUJUAN.........................................................................................................2
1.3 MANFAAT ....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................5
2.1 DEFINISI .......................................................................................................5
2.2 KONTRASEPSI HORMONAL ....................................................................6
2.3 EFEKTIVITAS...............................................................................................8
2.4 CARA KERJA KB PIL ..................................................................................9
2.5 KEUNTUNGAN KB PIL ..............................................................................9
2.6 KETERBATASAN KB PIL ...........................................................................9
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................11
BAB III PENUTUP ...............................................................................................13
4.1 KESIMPULAN ............................................................................................13
4.2 SARAN.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peserta KB baru di Indonesia pada tahun 2015 dari 9.581.469 wanita
usia subur yang menggunakan metode kontrasepsi Suntik (48,20%), PIL
(27,95%), IUD (6,55%), Implan (8,02%), Kondom (7,81%), MOW (1,20%),
dan MOP (0,27%). (BKKBN, 2015).
Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan
hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan
dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin
yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usi ideal melahirkan anak, mengatur
kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak. (BKKBN,
2015).
Berdasarkan UU No 52 Tahun 2009, keluarga berencana adalah suatu
program masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Banyak masalah yang dihadapi sebagai dampak pertumbuhan penduduk yang
tidak terkendali. Pemerintah sadar akan bahaya pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendali sehingga gagasan pelaksanaan KB (keluarga berencana) telah ditetapkan.
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia
dengan kelahiran 5.000.000 per tahun (Manuaba, 2010)
Data survey dari profil kesehatan indonesia 2014 dapat dilihat bahwa metode
kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan
(47,54%) dan terbanyak ke dua adalah pil (23,58%). Dan implan (10,65%), IUD
(7,15%) dan kondom (5,68%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit
dipilih oleh peserta KB aktif yaitu Metoda Operasi Pria (MOP) sebanyak 0,69%,

1
kemudian kondom sebanyak 3,15%. Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu
cara/alat dan/atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi
setelah mereka berakhir masa kehamilannya (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2012). Jumlah PUS Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 6.738.688
lebih banyak dibanding tahun 2011 (6.549.125). Peserta KB baru pada tahun 2012
(15,3%), meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2011 (13,7%). Data survey
dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2012, metode kontrasepsi yang
digunakan yaitu paling tinggi pertama suntik (54,2%), kedua 3 pil (16,6%). Dan
implan (12,5%), IUD (9,2%), kondom (5,1%). Dan yang paling rendah MOW
(2,4%) dan MOP (0,2%). Dibandingkan data 2011 metode KB suntik setabil
sedangkan metode yang lain terjadi kenaikan untuk metode KB IUD, Implan dan
MOW sedangkan metode KB pil, kondom, dan MOP mengalami penurunan (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012).
Sesuai dengan keterangan di atas, maka prioritas pertama kontrasepsi
yang disarankan adalah pil KB, karena pil KB termasuk metode yang efektif
untuk mencegah kehamilan dan salah satu metode yang paling disukai karena
kesuburan langsung kembali bila penggunaan dihentikan, serta pil KB dapat
mengurangi resiko infertilitas primer hingga 40%. Ada 2 macam kontrasepsi
pil, yaitu: pil kombinasi dan pil progestin. Mengingat kerja kontrasepsi oral
yang multipel sulit untuk memahami bagaimana kelalaian tidak
mengkonsumsi satu atau dua pil dapat menyebabkan kehamilan (Iswarawati,
S.U. 2009).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2008 - 2009
tingkat pengetahuan kontrasepsi terdiri dari suntik 46,1%; pil 21,9%; IUD
10,3%; susuk 7,1%; tubektomi 3,70%; vasektomi 0,40%. Dan pemakaian alat
kontrasepsi aktif di jember pada tahun 2003 adalah KB suntik sebesar
64,60%; KB pil 17,20%; IUD 8,30%; KB susuk 5,20%; MOW 3,80%; MOP
0,20%; lain-lain 0,70%; (Iswarawati. S.U, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis peroleh di Puskesmas
Todanan maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan
pada Ny R Umur 24 Tahun, Akseptor KB Pil di Puskesmas Todanan”.

2
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif Ny K umur
25 tahun, akseptor KB pil.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data obyektif pada Ny K
umur 25 tahun, akseptor KB pil.
c. Mahasiswa mampu merumuskan analisa berdasarkan data subyektif dan
data obyektif pada Ny K umur 25 tahun, akseptor KB pil.
d. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan yang sesuai berdasarkan
kebutuhan Ny K umur 25 tahun, akseptor KB pil.
e. Membandingkan teori dengan kasus yang ada dilapangan / lahan
praktik

2.3 Manfaat Penulisan


Hasil penelitian dalam laporan tulis ilmiah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pelayanan kesehatan, institusi pendidikan dan
penulis
1. Tenaga Kesehatan
a. Mengembangkan pelayanan yang sesuai dengan evidanced based
b. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien
2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit sebagai salah satu media
pemasukan ilmu bagi institusi dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang akan datang
3. Institusi Pendidikan
a. Laporan ilmiah ini dijadikan sebagai sumber bacaan untuk menambah
wawasan bagi mahasiswa

3
b. Laporan ilmiah ini dijadikan sebagai salah satu media dalam kegiatan
belajar mengajar
4. Pasien
a. Mengetahui berbagai macam informasi tentang keluarga berencana
b. Mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya
5. Penulis
a. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan bagi penulis selama melakukan
pengkajian sehingga dapat mengaplikasikannya di lapangan
b. Untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas dalam melakukan proses penelitian

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
1. Keluarga Berencana
a. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan, atau suatu usaha
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi. (Sulistyawati, 2013)
Program keluarga berencana adalah bagian terpadu (integral)
dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya
penduduk Indonesia agar dapat tercapai keseimbangan yang baik
dengan kemampuan produksi nasional (Handayani, 2010).
b. Tujuan Keluarga Berencana Nasional
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
(Sulistyawati, 2013).
Sedangkan tujuan program Keluarga Berencana secara filosofis
adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia
(Handayani, 2010).
c. Sasaran Program Keluarga Berencana
Sasaran program keluarga berencana dibagi menjadi 2 yaitu
sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan
yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Wanita Usia Subur
(WUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara

5
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak
langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas dan sejahtera (Handayani, 2010).
2. Akseptor KB
Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan
KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor KB
menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau
mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase menghentikan
atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Akseptor KB lebih disarankan
untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Karena pada pasangan usia subur inilah yang lebih berpeluang besar untuk
menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka kelahiran
(Handayani, 2010).
Menurut Anggraini (2012) Akseptor keluarga berencana yang diikuti
oleh pasangan usia subur dapat dibagi menjadi tiga macam :
a. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang
pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan
yang berakhir dengan keguguran atau persalinan.
b. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih
menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.
c. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang ganti
pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi
lainnya.

2.2 Kontrasepsi Hormonal


a. Mekanisme Kerja Estrogen
Mekanisme kerja estrogen yaitu menekan ovulasi, mencegah
implantasi,mempercepat transpor gamet.ovum dan luteolysis (Handayani,
2010).

6
b. Mekanisme kerja progesterone
Mekanisme kerja progesteron yaitu menghambat ovulasi, menghambat
implantasi, memperlambat transport gamet/ovum, luteolysis dan
mengentalkan lendir serviks (Handayani, 2010).
c. Jenis Kontrasepsi Hormonal
1) Kontrasepsi Hormonal Oral (Pil)
Kontrasepsi hormonal oral adalah kontrasepsi berupa pil atau obat yang
berbentuk tablet berisi hormone estrogen dan progesterone (Anggraini,
2012). Kontrasepsi hormonal oral memiliki beberapa jenis yaitu :
a) Pil Oral Kombinasi (POK)
Pil oral kombinasi adalah pil kontrasepsi yang mencegah terjadinya
ovulasi dan mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis, seperti
menimbulkan perubahan-perubahan pada lendir serviks, pada
motilas tuba fallaopi dan uterus (Anggraini, 2012). Keuntungan pil
oral kombinasi menurut (Handayan, 2010) yaitu tidak mengganggu
hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur, dapat digunakan
sebagai metode jangka panjang, dapat digunakan pada massa remaja
hingga menopause, mudah dihentikan setiap saat, kesuburan cepat
kembali setelah pemakaian pil dihentikan, membantu mencegah
kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista
ovarium, acne, desminorhoe.
Selain memiliki keuntungan seperti di atas, pil oral kombinasi juga
memiliki beberapa kelemahan yaitu mahal dan membosankan karena
digunakan setiap hari, mual (terutama pada 3 bulan pertama),
perdarahan bercak pada 3 bulan pertama, pusing, nyeri payudara,
kenaikan berat badan, tidak mencegah PMS, tidak boleh untuk ibu
menyusui, dapat meningkatkan tekanan darah sehingga resiko stroke
(Handayani, 2010).

7
Efek samping yang sering dirasakan pengguna pil oral kombinasi
adalah amenore (tidak ada perdarahan/spotting), mual, pusing atau
muntah (akibat reaksi anfilatik) dan perdarahan pervaginam atau
spotting (Sulistyawati, 2012).
b) Mini Pil
Mini pil adalah pil kontrasepsi yang mengandung progestin saja,
tanpa estrogen. Keuntungan dari mini pil adalah sangat efektif bila
digunakan benar, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak
mempengaruhi ASI karena kadar gestagen dalam ASI sangat rendah,
kesuburan cepat kembali, nyaman dan mudah digunakan, sedikit
efek samping, dapat dihentikan setiap saat, dan tidak mengandung
estrogen (Anggraini, 2012)
Kerugian dari mini pil adalah menyebabkan perubahan dalam pola
perdarahan haid, sedikit pertambahan dan pengurangan berat badan
bisa terjadi, bergantung pada pemakai (memerlukan motivasi terus-
menerus dan pemakaian setiap hari), harus diminum pada waktu
yang sama setiap hari, kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan
metode, pasokan ulang harus selalu tersedia, berinteraksi dengan
obat lain : obat-obat epilepsi dan tuberculose, (Handayani, 2010)
Selain keuntungan dan kerugian, mini pil juga memiliki beberapa
efek samping yang sering ditemukan yaitu amenorea dan perdarahan
tidak teratur atau spotting (Saifuddin, 2010)

2.3 Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97%
(Handayani, 2010).

8
2.4 Cara Kerja KB Pil
Cara Kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010)
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Mengentalkan lendir serviks
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.

2.5 Keuntungan KB Pil


Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010)
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.

2.6 Keterbatasan KB Pil


Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010)
a) Amenorhea k) Pusing
b) Perdarahan haid yang berat l) Sakit kepala
c) Perdarahan diantara siklus m) Kesemutan dan baal bilateral
haid ringan
d) Depresi n) Mencetuskan moniliasis
e) Kenaikan berat badan o) Cloasma
f) Mual dan muntah p) Hirsutisme
g) Perubahan libido q) leukorhea
h) Hipertensi r) Pelumasan yang tidak
i) Jerawat mencukupi
j) Nyeri tekan payudara s) Perubahan lemak

9
t) Disminorea x) Infeksi pernafasan
u) Kerusakan toleransi glukosa y) Peningkatan episode sistitis
v) Hipertrofi atau ekropi serviks z) Perubahan fibroid uterus
w) Perubahan visual

10
BAB III
PEMBAHASAN

Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny K Umur 25 Tahun, Akseptor


KB Pil. Berdasarkan pengkajian data mulai dari data subyektif, obyektif maka
dapat dibandingkan antara teori yang sudah didapatkan dengan kasus yang ada
dilapangan.
Pengkajian pada data subyektif Ny K, mengatakan tidak ada keluhan.
Pengkajian data obyektif tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus
dilapangan. Pemeriksaan fisik umum ibu, keadaan umum baik, kesadaran
Composmentis dan tanda-tanda vital dalam keadaan normal. Pemeriksaan status
present semuanya dalam batas normal, dipastikan Ny K juga tidak sedang hamil.
Berdasarkan pengkajian data subyektif dan obyektif dapat ditegakkan
diagnosa bahwa Ny K Umur 25 Tahun, Akseptor KB Pil. Hal tersebut sesuai
dengan teori Anggraini (2012) sehingga dapat ditegakkan diagnosa bahwa Ny K
merupakan akseptor KB Pil, dikarenakan sebelumnya rutin menggunakan
kontrasepsi KB Pil (mini pil).
Penatalaksanaan tidak ditemukan kesenjangan dengan teori yang ada, yaitu
memberitahu hasil pemeriksaan fisik dan status present. Konseling pertama
menjelaskan manfaat KB Pil, tingkat efektivitas KB Pil, memberikan konseling
tentang cara kerja KB Pil, Keuntungan KB Pil, dan Keterbatasan KB Pil.
Penatalaksanaan terakhir sesuai dengan teori (Anggraini, 2012 dan
Handayani, 2010) yaitu memberitahu hal keuntungan KB Pil adalah tidak
mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi ASI karena kadar gestagen
dalam ASI sangat rendah, kesuburan cepat kembali, nyaman dan mudah
digunakan, sedikit efek samping, dapat dihentikan setiap saat, dan tidak
mengandung estrogen. Sedangkan efek samping dalam menggunakan KB Pil
perubahan dalam pola perdarahan haid, sedikit pertambahan dan pengurangan
berat badan bisa terjadi, bergantung pada pemakai (memerlukan motivasi terus-
menerus dan pemakaian setiap hari), harus diminum pada waktu yang sama setiap

11
hari, kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metode, pasokan ulang harus
selalu tersedia, berinteraksi dengan obat lain : obat-obat epilepsi dan tuberculose.

12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembahasan yang telah didapatkan dari pengkajian pada Ny K umur 25
tahun, yang membahas mulai dari pengkajian data subyektif, obyektif,
penegakkan diagnosa, perencanaan dan implementasi serta evaluasi maka
pada pembahasan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny K umur 25
tahun, akseptor KB suntik lama dapat disimpulkan yaitu:
1. Pengkajian data subyektif telah dilakukan pada Ny K umur 25 tahun
akseptor KB suntik lama
2. Pengkajian data obyektif bahwa keadaan umum sedang, kesadaran
composmentis, tanda-tanda vital normal, status present dalam batas
normal dan status obtetrik normal
3. Analisa berdasarkan pengkajian data subyektif dan obyektif dapat
ditegakkan diagnosa bahwa Ny K umur 25 tahun akseptor KB suntik
lama
4. Penalataksanaan yang telah dilakukan pada Ny K diantaranya yaitu
memberitahu hasil pemeriksaan fisik dan status present, menjelaskan
manfaat KB suntik 3 bulan, efek samping kb suntik, konseling tentang
cara kerja suntik KB, meminta untuk memahami dan menandatangi
lembar persetujuan (informed consent), melakukan penyuntikan dengan
mengacu pada standar operasional proedur yang berlaku di rumah sakit
tersebut.
5. Berdasarkan pembahasan diatas dapat diperoleh pengkajian pada kasus
Ny K dengan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan. Hal ini
dibuktikan dengan teori menurut Sulistyawati (2011), bahwa kondisi ibu
selama dilakukan sebelum penyuntikan ketika diperiksa memenuhi syarat
untuk menggunakan kb suntik 3 bulan.

13
4.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan asuhan kebidanan keluarga berencana agar
dapat dilakukan perbaikan kemudian hari sebaiknya:
1. Tenaga kesehatan
Sebaiknya selalu memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan standar
operasional prosedur serta sesuai dengan kebutuhan pasien secara aman
dan memperhatikan kenyamanan pasien agar dapat mencegah intervensi
yang berlebihan.
2. Pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas
Kualitas pelayanan kesehatan profesional dan komprehensif selalu
dipertahankan untuk diberikan kepada pasien dalam memberikan asuhan
kebidanan agar pasien dapat mengetahui apa yang harus diperhatikan,
khususnya dalam ber-KB
3. Institusi pendidikan
Mutu pelayanan pendidikan yang berkualitas dan profesional diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pengetahuan dan ketrampilan serta
komunikasi mahasiswa lebih baik lagi. Sehingga dapat tercipta tenaga
kesehatan yang inovatif, terampil dan bermutu yang mampu memberikan
asuhan secara komprehensif sesuai dengan kode etik.
4. Pasien
Sebaiknya selalu memperhatikan kesehatannya terutama selama masa
menyusui demi tercapainya program ASI eksklusif dan diharapkan
kepada pasien berpartisipasi dalam mencanangkan program keluarga
berencana baik untuk menjarangkan kehamilan maupun untuk menunda
kehamilan
5. Penulis atau mahasiswa praktikan
Sebaiknya lebih memperdalam ilmu pengetahuan tentang keluarga
berencana sehingga dapat meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam
memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Y. Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :


Rohima Press.
BKKBN. (2015). Pembangunan Kependudukan dan KB. Jakarta: BKKBN.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2012,
Semarang 2013.
Manuaba, S.K.D.S. Manuaba F. Manuaba. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Jakarta :
EGC
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang
Pembangunan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 52. Sekretariat Negara. Jakarta.
Saifuddin, A. Biran, A dan Enriquito, L. (2010). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sulistyawati, A. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Selemba Medika
Handayani, S. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Cetakan Pertama. Jakarta
: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.
Iswarati, S. U. 2009. Pemantauan peserta KB Aktif Melalui.
Dari (http://farmasi.uad.ac.com, diakses pada 25 September 2019).

15

Anda mungkin juga menyukai