Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN BAYI

PADA BY/ ANAK NY.H UMUR 9 BULAN

DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI MR

DI POSYANDU

DISUSUN OLEH :

INDAH SETYAWATI

P1337424118028

PRODI DIII KEBIDANAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Ilmiah ini disusun oleh :

Nama : Indah Setyawati

NIM : P1337424118028

Kelas : Diploma III Kebidanan Semester IV

Laporan ilmiah berjudul “LAPORAN ILMIAH ASUHAN BAYI PADA BY/ ANAK NY.H
UMUR 9 BULAN DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI MR”

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan I yang telah diperiksa dan disetujui oleh
pembimbing akademik Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2020.

Semarang, April 2020

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Sri Wahyuni M,SKp.NS.S.Tr.Keb.,M.Kes Indah Setyawati


NIP.197102171998032001 NIM. P1337424118028
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat – Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Keidanan Pra Praktik Kilinik.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk penyelesaian tugas
mata kuliah Praktek Klinik Kebidanan I, DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Semarang
Politeknik Kesehatan Kemeterian Kesehatan Semarang.

Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu penulisan menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya.


2. Sri Rahayu, SKp. Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Semarang.
3. Sri Wahyuni M,SKp.NS.S.Tr.Keb.,M.Kes selaku dosen pembimbing institusi
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
4. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung penulis.
5. Rekan – rekan yang mengikuti mata kuliah Praktek Klinik Kebidanan I.
6. Semua pihak yang ikut membantu penulisan makalah yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Semarang, 2020

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebuah keluarga, terutama
yang berhubungan dengan bayi dan anak. Mereka merupakan harta yang paling berharga
sebagai titipan Tuhan Yang Maha Esa, juga dikarenakan kondisinya yang mudah sekali
terkena penyakit. Oleh karena itu, bayi dan anak menjadi prioritas utama,yang harus
dijaga kesehatannya. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa (Wijaya, 2005).
Kesehatan anak di dunia, khususnya di negara yang sedang berkembang masih
tergolong rendah, 11 juta anak di bawah 5 tahun meninggal setiap tahunnya.Empat juta
dari anak ini masih berusia di bawah 1 bulan. Sedangkan jutaanlainnya hidup dengan
gangguan kesehatan seperti menderita penyakit polio, diare,cacat bawaaan dan
perkembangan seperti lambat berjalan dan bicara.Kematiananak ini, umumnya dipicu
oleh faktor yang masih bisa dicegah, seperti kurang gizidan infeksi misalnya infeksi
saluran Pernafasan dan infeksi saluran pencernaan (Partiwi, 2009).
Sejak penetapan the Expanded Program on Immunisation (EPI) oleh WHO,
cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh
dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum
dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap
tahunnya.Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi
rutin di negara berkembang antara lain: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.
(Muhammad,2003).
Target MDGs untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
adalah sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2012 yaitu 34per 1.000
KH,hampir 75% dari semua kematian bayi disebabkan oleh: neonatal, pneumonia, diare,
malaria, campak, dan HIV / AIDS, tujuannya adalah untuk lebih memotong angka
kematian anak sebanyak dua pertiga pada tahun 2015. Pencapaian MDGs untuk
mengurangi angka kematian anak akan membutuhkan cakupan universal dengan kunci
yang efektif, intervensi terjangkausalah satunya dengan cara vaksinasi.
Menurut WHO (World Health Organization) di negara Indonesia sekitar
175.000 penduduk setiap tahunnya meninggal dunia akibat terinfeksi penyakit yang
dapat dicegah oleh imunisasi dan vaksin, sekitar 450.000 setiap tahun. Pada hasil riset
kesehatan dasar tahun 2013, berdasarkan jenis imunisasi persentase tertinggi adalah
BCG (87,6%) dan terendah adalah DPT-HB3 (75,6%). Papua mempunyai cakupan
imunisasi terendah untuk semua jenis imunisasi, meliputi HB-0 (45,7%), BCG
(59,4%), DPT-HB 3 (75,6%), Polio 4 (48,8%), dan campak (56,8%). Provinsi DI
Yogyakarta mempunyai cakupan imunisasi tertinggi untuk jenis imunisasi dasar
HB-0 (98,4%),BCG (98,9%), DPT-HB 3 (95,1%), dan campak (98,1%) sedangkan
cakupan imunisasi polio 4 tertinggi di Gorontalo (95,8%).
Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas aplikasi
asuhan kebidanan pada bayi dengan kebutuhan imunisasi DPT/HB dan polio di
Puskesmas Bangetayu.
B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan pada bayi C usia 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi
BCG dan Polio 1 di Puskesmas Bangetayu?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan ini dibuat agar penulis dapat mengerti, memahami dan melakukan Asuhan
Kebidanan pada bayi C usia 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG dan Polio 1
di Puskesmas Bangetayu dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi bayi
C usia 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG dan Polio 1 di Puskesmas
Bangetayu
b. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan identifikasi diagnose atau masalah
aktual Asuhan Kebidanan pada bayi bayi C usia 2 bulan dengan kebutuhan
imunisasi BCG dan Polio 1 di Puskesmas Bangetayu
c. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan antisipasi masalah potensial
Asuhan Kebidanan pada bayi C usia 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG
dan Polio 1 di Puskesmas Bangetayu
d. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi
Asuhan Kebidanan pada bayi C usia 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG
dan Polio 1 di Puskesmas Bangetayu
e. Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada
bayi C usia 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG dan Polio 1 di
Puskesmas Bangetayu .
f. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada
bayi C usia 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG dan Polio 1 di
Puskesmas Bangetayu.
g. Mahasiswa diharapkan dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan pada bayi C
usia 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG dan Polio 1 di Puskesmas
Bangetayu
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk study kasus selanjutnya.
2. Bagi Lahan Praktik
Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan
manajemen kebidanan yang diharapkan oleh lahan praktik.
3. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat
mengaplikasikan pada penanganan bayi normal.

4. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pendidikan kesehatan berupa
penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil agar dapat mengurangi angka kematian ibu
dan anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi bayi
Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir (Muchtar, 2002).
Menurut Soejiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan
pembagian sebagi berikut :
a. Masa neonatal, yaitu usia 0-28 hari
1) Masa neonatal dini, yaitu usia 0-7 hari.
2) Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8-28 hari.
b. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari-1 tahun
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada
batasan yang pasti.

Pada masa ini bayi rentan terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi 2,
yaitu kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup) dan post natal (setelah 27
hari).

B. Lima Imunisasi Dasar Lengkap


1. Pengertian
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap
penyakit tertentu. (Proverawati, 2010)
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhada penyakit tertentu. (Alimul, 2009)
2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit. (Proverawati, 2010)
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. (Alimul,
2009)
3. Manfaat Imunisasi
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat
atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara. (Proverawati, 2010)
4. Jenis Imunisasi
a. Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan
terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak. Dalam
imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu :
1) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,
eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada
protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari
ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah
antigen harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.
2) Pengawet/stabilisator, atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar
vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah
tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa atau
antibiotik yang biasa digunakan.
3) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya telur, protein
serum, bahan kultur sel.
4) Adjuvan, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem
imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen
dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan
maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.
b. Imunisasi Pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
memberikan zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses
infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapatkan bayi
dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk
mengatasi mikroba sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS pada orang yang
mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang
baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya
melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap
campak. (Proverawati, 2010)
5. Jenis Vaksin Lima Imunisasi Lengkap
a. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer
atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC
yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh
lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang
mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum
umur 3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intracutan. Efek
samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan,
limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.
b. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg
dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis.
Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuscular.
c. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi polio adalah 4 dosis. Imunisasi polio diberikan melalui oral.
d. DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin
yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya,
namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat
anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan
ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuscular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan
misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek
berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam,
kesadaran menurun, terjadi kejang, encephalopathy, dan syok.
e. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan.
Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan
dan panas. (Alimul, 2009)
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Imunisasi
a. Status imun penjamu
1) Adanya antibodi spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misalnya:
Campak pada bayi, Kolostrum ASI , Imunoglobulin A polio.
2) Maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar komplemen, aktifasi
optonin.
3) Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen kurang, hasil vaksinasi
ditunda sampai umur 2 tahun.
4) Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi
diimunisasi.
5) Frekuensi penyakit : dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat
diberikan pada neonatus.
b. Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.
c. Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap antigen tertentu baik, cukup,
rendah. Keberhasilan vaksinasi tidak 100%.
d. Kualitas vaksin
Cara pemberian. Misalnya polio oral, imunitas lokal dan sistemik.

e. Dosis vaksin
Tinggi hambatan respon, menimbulkan efek samping; Jika rendah, maka tidak
merangsang sel imunokompeten
f. Frekuensi pemberian.
Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya,
afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang
terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih
tinggi, sedangkan antigen dinetralkan oleh antibodi spesifik maka tidak
merangsang sel imunokompeten.
g. Ajuvan
1) Zat yang meningkatkan respon imun terhadap antigen
2) Mempertahankan antigen agar tidak cepat hilang;
3) Mengaktifkan sel imunokompeten
h. Jenis vaksin
Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.
i. Kandungan vaksin
1) Antigen virus
2) Bakteri
3) Vaksin yang dilemahkan seperti polio, campak, BCG
4) .Vaksin mati : pertusis.
5) Eksotoksin : toksoid, difteri, tetanus.
6) Ajuvan : persenyawaan aluminium
7) .Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur.
7. Faktor Yang Dapat Merusak Vaksin Dan Komposisi Vaksin
a. Panas dapat merusak semua vaksin.
b. Sinar matahari dapat merusak BCG.
c. Pembekuan toxoid.
d. Desinfeksi / antiseptik : sabun. (Marimbi, 2010)
8. Tatacara Pemberian Imunisasi
Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan dianjurkan mengikuti tata cara seperti
berikut:
a. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak
divaksinasi.
b. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi
reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
c. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa
mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau
pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
d. Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.
e. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.
f. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik.
g. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan.
Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya perubahan
warna yang menunjukkan adanya kerusakan.
h. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula
vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) bila
diperlukan.
i. Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum
suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima vaksin.
j. Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut:
k. Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa yang
harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat.
l. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
m. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang
P2M.
n. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar,
pelaksanaannya dapat bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas yang
berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid, dan
pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan.
a. Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus
disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus
didinginkan pada temperatur 2-8oC dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT
dan hepatitis B) menjadi tidak aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk
melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin
individual, karena beberapa vaksin (polio) dapat disimpan dalam keadaan beku.
b. Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan
digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus
diperiksa terhadap tanda-tanda kerusakan (warna dan kejernihan).
Perlu diperhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan cepat
mengalami perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan
untuk mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm digunakan
untuk menyuntikkan vaksin.
c. Pembersihan Kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan namun
apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.
d. Pemberian Suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau
subkutan dalam. Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu polio
diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal.
e. Teknik dan Ukuran Jarum
Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar
dan petunjuk keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran
infeksi dan trauma akibat suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus digunakan
tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebaiknya tidak
digunakan botol vaksin yang multidosis, karena risiko infeksi. Apabila memakai
botol multidosis (karena tidak ada laternatif vaksin dalam sediaan lain) maka
jarum suntik yang telah digunakan menyuntikkan tidak boleh dipakai lagi
mengambil vaksin.
Tabung suntik dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup yang diberi
tanda (label) tidak mudah robek dan bocor, untuk menghindari luka tusukan atau
pemakaian ulang. Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari
jangkauan anak-anak.
Sebagian besar vaksin harus disuntikkan ke dalam otot. Penggunaan jarum
yang pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang kurang dalam.
Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada
perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut :
1) Pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan bayi-
bayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16 mm.
2) Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dapakai jarum ukuran 25 dengan
panjang 16 mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan panjang
12 mm.
3) Untuk suntikan intradermal pada vaksin BCG dipakai jarum ukuran 25-27
dengan panjang 10 mm.

f. Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular


Jarum suntik harus disuntikkan dengan sudut 45o sampai 60o ke dalam otot
vastus lateralis atau otot deltoid (lengan atas). Untuk otot vastus lateralis, jarum
harus diarahkan ke arah lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak.
Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan
pada sudut 90º. pada suntikan dengan sudut jarum 45 º sampai 60 º akan
mengalami hambatan ringan pada waktu jarum masuk ke dalam otot.
g. Tempat Suntikan yang Dianjurkan
Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada
bayi-bayi dan anak-anak umur dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternatif
untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah dapat
berjalan) dan orang dewasa.
Daerah anterolateral paha adalah bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi
bayi-bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk menghindari risiko
kerusakan saraf ischiadica (nervus ischiadicus). Risiko kerusakan saraf ischiadica
akibat suntikan didaerah gluteus lebih banyak dijumpai pada bayi karena variasi
posisi saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada vaksinasi dengan
suntikan intramuskular di daerah gluteal dengan tidak sengaja menghasilkan
suntikan subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat.
Sedangkan untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit di atas insersi
otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan diatas puncak pundak memberi
risiko terjadinya keloid.
h. Posisi Anak dan Lokasi Suntikan
Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko
kerusakan saraf, pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting bahwa bayi
dan anak jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian cara memegang bayi
dan anak yang berlebihan akan menambah ketakutan sehingga meningkatkan
ketegangan otot. Perlu diyakinkan kepada orang tua atau pengasuh untuk
membantu memegang anak atau bayi, dan harus diberitahu agar mereka
memahami apa yang sedang dikerjakan.
Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12
bulan adalah :
1) Menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica pada suntikan daerah gluteal.
2) Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan
secara adekuat.
3) Sifat imunogenesitas vaksin hepatitis B berkurang bila disuntikkan di daerah
gluteal.
4) Menghindari risiko reaksi lokal dan terbentuk pembengkakan di tempat
suntikan yang menahun.
5) Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.
6) Vastus Lateralis, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan
Vastus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi
bagian anterolateral paha. Vaksin harus disuntikkan ke dalam batas antara
sepertiga otot bagian atas dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal
dan padat. Jarum harus membuat sudut 45o-60o terhadap permukaan kulit,
dengan jarum kearah lutut, maka jarum tersebut harus menembus kulit selebar
ujung jari di atas (ke arah proksimal) batas hubungan bagian atas dan sepertiga
tengah otot.
Anak atau bayi diletakkan di atas meja periksa, dapat dipegang oleh orang
tua/pengasuh atau posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua atau
pengasuhnya. Celana (popok) bayi harus dibuka bila menutupi otot vastus
lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin akan disuntikkan
terlalu bawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan
paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari-jari. Posisi ini akan
mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar.
Lokasi suntikan pada vastus lateralis :
1) Letakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang.
2) Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut.
3) Cari trochanter mayor femur dan condylus lateralis dengan cara palpasi, tarik
garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Tempat suntikan vaksin
ialah batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila tungkai
bawah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis
menyebabkan garis bagian distal lebih jelas).
4) Supaya vaksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara
sepertiga bagian atas dan tengah, jarum ditusukkan satu jari di atas batas
tersebut.
i. Deltoid, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan
Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikan di daerah deltoid
ialah duduk di atas pangkuan ibu atau pengasuhnya. Lengan yang akan disuntik
dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara lengan lainnya diletakkan di
belakang tubuh orang tua atau pengasuh.
Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman
dan berhasil. Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak
benar dan meningkatkan risiko penetrasi saraf.
Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik membuka lengan atas dari
pundak ke siku. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh
antara akromnion dari insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan
membuat sudut 45o-60o mengarah pada akromnion. Bila bagian bawah deltoid
yang disuntik, ada risiko trauma saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan
muncul dari otot trisep.
j. Pengambilan Vaksin dari Botol (Vial)
Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah
dilarutkan, harus memakai jarum baru. Apabila vaksin telah diambil dari vial yang
terbuka, dapat dipakai jarum yang sama. Jarum atau semprit yang telah digunakan
menyuntik seseorang tidak boleh digunakan untuk mengambil vaksin dari botol
vaksin karena risiko kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosis
ganda (multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternatif lain.
k. Penyuntikan Subkutan
Perhatian untuk suntikan subkutan :
1) Arah jarum 45 º terhadap kulit.
2) Cubit tebal untuk suntikan subkutan.
3) Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan.
4) Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda.
l. Penyuntikan Intramuscular
Perhatian untuk penyuntikan intramuskular :
1) Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot.
2) Suntik dengan arah jarum 45°-60°, lakukan dengan cepat.
3) Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jarum
ditusukkan.
4) Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk
ke dalam vena. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi dengan suntikan
baru.
5) Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda.
m. Pemberian Dua atau Lebih Vaksin pada Hari Yang Sama
Pemberian vaksin-vaksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boleh
diberikan pada hari yang sama. Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup,
khususnya vaksin yang dianjurkan dalam jadwal imunisasi, pada umumnya dapat
diberikan pada lokasi yang berbeda saat hari kunjungan yang sama. Misalnya pada
kesempatan yang sama dapat diberikan vaksin-vaksin DPT, hepatitis B, dan polio.
Vaksin-vaksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksin-
vaksin yang berbeda yang diberikan pada seseorang pada hari yang sama harus
disuntikkan pada lokasi yang berbeda dengan menggunakan semprit yang
berbeda. (IDAI, 2008)
9. Jadwal Imunisasi
a. BCG
1) Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun dianjurkan
pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.
2) Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1
tahun).
3) Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
4) Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat
mencegah komplikasinya.
5) Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin
negatif.
b. Hepatitis B
1) Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam)
setelah lahir.
2) Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi
hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan.
3) Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval imunisasi hepatitis B-2
dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi
hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepatitis B-0
monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin
kombinasi DTwP/hepatitis B pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B
diberikan dalam kombinasi dengan DTwP untuk mempermudah pemberian dan
meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah.
Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh
imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan
jadwal 3 kali pemberian.

c. DPT
1) Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh
diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval
terbaik diberikan 8 minggu, jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2
pada umur 4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
2) Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun
ulangan.
3) Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu
DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.
d. Polio
1) Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2, dan 3. (1.OPV,
hidup dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.)
2) Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi.
3) Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan,
interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
4) OPV diberikan 2 tetes per-oral.
5) IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan
tersendiri atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV).
e. Campak
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan
dalam, pada umur 9 bulan. (IDAI, 2008)
10. Kontraindikasi Imunisasi
Anafilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi
mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari
38℃ merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak.
Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala
AIDS, sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi
yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika
bayi sudah sehat. (Proverawati, 2010)
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI


PADA BY/ANAK NY. H UMUR 2 BULAN
DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI BCG DAN POLIO 1
DI POSYANDU

I. PENGKAJIAN:
Tanggal : 23-04-2020 Jam : 08.30 WIB
IDENTITAS PASIEN:
a. Identitas Anak
Nama : Bayi C
Tanggal/Jam lahir : 13-02-2020/ 11.00 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
b. Identitas Orang tua
Nama ibu : NY.H Nama ayah : TN.B
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat : Ngagel 1/1 Alamat : Ngagel 1/1

A. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan bahwa anaknya sehat dan tidak mempunyai keluhan apapun
Uraian keluhan utama: ibu mengatakan tidak ada keluhan
RIWAYAT KESEHATAN:
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita
Dahulu: Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit hingga di rawat di RS
Sekarang: Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak sedang menderita sakit
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
menular maupun menurun
3. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS:
a. Riwayat kehamilan ibu :
G1P0A0
1) Umur kehamilan: 38 mgg
2) Riwayat penyakit dalam hamil : tidak ada
3) Kebiasaan selama hamil :
 Merokok, frekuensi : Ibu mengatakan tidak pernah merokok
 Konsumsi alcohol, frekuensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
alkohol
 Jamu-jamuan, Frekuensi : Ibu mengatakan tidak pernah minum jamu-
jamuan Jenis : -
 Narkoba, frekuensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
narkoba
 obat-obatan bebas : Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan bebas

b. Riwayat Natal :
1) Tanggal lahir : 13-02-2020
2) Jenis Kelamin : Perempuan
3) Tunggal/ Gemeli : Tunggal
4) Lama kala I : 3 jam
5) Lama kala II : 30 menit
6) Komplikasi persalinan:
Tidak ada komplikasi dalam persalinan
c. Riwayat Perinatal : Penilaian Apgar Score
Appearanc Pulse Grimac Activit Respirator Score
e e y y

1 Menit 2 2 1 1 1 7

5 Menit ke- 2 2 2 1 2 9
1

5 Menit ke- 2 2 2 2 2 10
2
4. RIWAYAT TUMBANG:
a. Pertumbuhan BB : Anak mengalami kenaikan berat badan, BB: 3.200 gr, BB
sekarang: 5,4 kg
b. Perkembangan anak
Bayi dapat tersenyum, bayi bergerak aktif
c. Kelainan bawaan
Tidak ada kelainan bawaan, tidak mengalami polidaktili
d. Riwayat Imunisasi
Imunisasi: -
5. POLA KEBIASAAN SEHARI- HARI:
Pola nutrisi : Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja
Pola eliminasi : Ibu mengatakan bayinya BAB 2 – 3 x/hari, kuning
lembek, dan BAK 5 – 6 x/hari, kuning jernih
Pola istirahat : Ibu mengatakan bayinya tidur pagi 3 – 4 jam/hari,
tidur siang 2 jam, tidur malam 7 – 8 jam/hari
Pola aktifitas : Ibu mengatakan bayi dapat tangan,kaki secara aktif
Personal hygiene : Ibu mengatakan bayinya mandi 2x /hari, ganti baju
minimal 2x.
Pola Sosial Ekonomi : Ibu mengatakan bayinya diasuh olehnya dan keluarga
dan yang menjadi tulang punggung keluarga adalah suaminya,
penghasilan keluarga mampu untuk mencukupi kebutuhan
keluarga dan anaknya.

B. DATA OBYEKTIF:
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: baik Tensi :-
2) Kesadaran : composmentis Nadi : 180x/ menit
0
3) Suhu /T : 36,5 C RR : 40x/ menit
4) IMT : 1,55 kg/m2
b. Pengukuran antropometri :
1) BB : 5,4 kg
2) PB : 59 cm
3) Lingkar Kepala : 34,5 cm
4) Lingkar dada : 40,1 cm
5) Lingkar lengan : 13,0 cm
2. Status Present
Kepala : Mesocephal, rambut tidak mudah dicabut, kulit kepala bersih
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak ada kelainanlabiopatatoclasis
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada : Simetris, tidak ada reteraksi dinding dada
Pulmo/jantung: Normal, tidak ada wheezing
Abdomen : Tidak kembung, tidak ada kelainan
Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan
Punggung : Tidak ada spina bifida
Anus : Tidak ada atresia ani
Ekstremitas : Gerak aktif, turgor kulit baik, jari lengkap
Kulit : Turgor kulit baik
Reflek :
 Rooting reflex : Baik, bayi mencari benda yang ditempelkan dipipinya (+)
 Sucking reflek : Bayi mampu menghisap (+)
 Grasp reflek : Bayi menggenggam dengan kuat (+)
 Moro reflek : Baik, bila bayi diangkat dia memperhatikan gerakan memeluk
(+)
 Tonic neck reflek: Ada, bayi berusaha menolehkan kepala (+)
 Babinski reflek : Jari kaki ekstensi saat telapak kaki disentuh (+)

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG :


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
III. ANALISA
BY.C umur 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG

IV. PENATALAKSANAAN
Tanggal 23-04-2020 Jam 08.30 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat dan
memenuhi syarat imunisasi.
Hasil : Ibu tampak senang karena mengetahui bahwa anaknya dalam keadaan sehat
dan memenuhi syarat untuk imunisasi.
2. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang DPT Pentabio yang berfungsi
untuk mnecegah penyakit difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, dan infeksi
haemophilus Influenzae tipe B secara simultan dan polio yang berfungsi untuk
mencegah penyakit polio.
Hasil : Ibu mengerti dan mampu menjelaskannya kembali fungsi dari DPT Pentabio
dan polio.
3. Menjelaskan efek samping dari imunisasi DPT Pentabio dan polio seperti bengkak,
nyeri, kemerahan pada daerah suntikan serta demam.
Hasil : Ibu mengerti dan mampu menjelaskannya kembali.
4. Mengatur posisi bayi.
Hasil : Bayi dalam posisi tidur, tangan dan kaki dipegangi Ibu, bayi siap diimunisasi.
5. Memberikan obat penurun demam (paracetamol 100 mg) dan menganjurkan Ibu agar
tetap memberikan ASI kepada anaknya.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan.
6. Menganjurkan Ibu untuk datang kembali bulan depan untuk mendapatkan imunisasi
selanjutnaya.
Hasil: Ibu mengerti dan bersedia datang kembali bulan depan untuk imunisasi
selanjutnya.
9. Melakukan dokumentasi di buku KIA
Hasil : Imunisasi telah di dokumentasikan
........................, .......................2020

Pembimbing Klinik Praktikan

------------------------------ Indah Setyawati


P1337424118028

Mengetahui
Pembimbing Prodi

-------------------------------------
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan kepada Bayi C jenis kelamin perempuan i usia 2
bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG dan Polio 1 di Posyandu Desa Ngagel penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dengan praktik yang dilakukan. Asuhan yang diberikan
sesuai dengan teori, tindakan dilakukan sesuai standar.

Pengkajian data dilakukan sesuai dengan teori. Pengkajian dilakukan dengan lengkap
mulai dari data subyektif dan data obyektif klien.

Data subyektif diperoleh dari anamnesa langsung dengan klien. Anamnesa juga
dilakukan untuk mengetahui apakah bayi benar-benar dalam kondisi sehat atau tidak.
Berdasarkan teori, bayi yang akan diimunisasi harus benar-benar dalam keadaan sehat.

Data obyektif pasien diperoleh dari pemeriksaan fisik. Data obyektif merupakan salah
satu data yang mendukung untuk menegakkan diagnosa masalah. Dari pemeriksaan fisik ini
dapat diketahui kondisi bayi benar-benar dalam keadaan sehat atau tidak. Penentuan diagnosa
masalah dibuat sesuai dengan data yang diperoleh dari pengkajian, sesuai dengan teori yang
diajarkan di institusi pendidikan.

Penatalaksanaan asuhan diaksanakan sesuai dengan kebutuhan klien dan keluhan atau
masalah yang dialami klien.

Berdasarkan jurnal yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone
Kabupaten Bone Bolango” yang ditulis oleh Fitriyanti Ismet. 841409086. Skripsi, Jurusan
Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri
Gorontalo, hasil penelitian disimpulkan bahwa pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan
keluarga dan pelayanan petugas kesehatan berhubungan secara bermakna terhadap imunisasi
dasar lengkap pada balita (p  0,05), sedangkan pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan
penghasilan keluarga tidak berhubungan secara bermakna terhadap imunisasi dasar lengkap
pada balita (p > 0,05). Diharapkan petugas kesehatan setempat untuk memberikan informasi
lebih kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui lebih banyak tentang imunisasi.

Oleh karena itu dalam penatalaksanaan penulis memberikan informasi mengenai


imunisasi dasar lengkap kepada ibu.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Bayi C usia 2 bulan dengan
kebutuhan imunisasi BCG dan Polio 1 di Posyandu Desa Ngagel, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik yang dilakukan di
lapangan. Tujuan dari penulisan laporan telah tercapai, meskipun masih perlu bimbingan
dan latihan kembali.
B. Saran
1. Disarankan untuk mahasiswa praktik agar lebih memperhatikan teknik penyuntikan
yang benar dan aman, karena kesalahan sedikit saja akan membuat efektivitas vaksin
berkurang dan bayi menjadi sakit.
2. Disarankan untuk mahasiswa praktik agar lebih memperhatikan dosis vaksin serta
mengerti kapan jadwal ibu harus kembali untuk imunisasi bayinya kembali.
3. Disarankan untuk petugas kesehatan agar memakai spuit yang dapat mengisi sesuai
dosis agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan dosis pemberian vaksin.
4. Disarankan petugas kesehatan setempat untuk memberikan informasi lebih kepada
masyarakat agar masyarakat mengetahui lebih banyak tentang imunisasi.
5. Sebaiknya dalam memberikan pelayanan terhadap bayi, tetap harus memperhatikan
aspek humaniora. Meskipun bayi belum bisa bicara tapi tetap harus diajak
berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Suryanah, 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul.2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Proverawati, Atikah.2010. Imunisasi dan Vaksinasi.Yogyakarta:Nuha Offset

Kemenkes RI. 2015. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI

PADA BY/ANAK NY. H UMUR 9 BLN

DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI MR

DI POSYANDU

V. PENGKAJIAN:
Tanggal : 23-04-2020 Jam : 08.30 WIB

IDENTITAS PASIEN:

c. Identitas Anak
Nama : Bayi C

Tanggal/Jam lahir : 13-07-2019/ 11.00 WIB

Jenis kelamin : Perempuan

d. Identitas Orang tua


Nama ibu : NY.H Nama ayah : TN.B
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat : Ngagel 1/1 Alamat : Ngagel 1/1

C. DATA SUBYEKTIF
6. ALASAN DATANG:
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya

7. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan bahwa anaknya sehat dan tidak mempunyai keluhan apapun

Uraian keluhan utama: ibu mengatakan tidak ada keluhan


RIWAYAT KESEHATAN:

Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita

Dahulu: Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit hingga di rawat di RS

Sekarang: Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak sedang menderita sakit

Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :

Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
menular maupun menurun

8. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS:


d. Riwayat kehamilan ibu :
G1P0A0
4) Umur kehamilan: 38 mgg
5) Riwayat penyakit dalam hamil : tidak ada
6) Kebiasaan selama hamil :
 Merokok, frekuensi : Ibu mengatakan tidak pernah merokok
 Konsumsi alcohol, frekuensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
alkohol
 Jamu-jamuan, Frekuensi : Ibu mengatakan tidak pernah minum jamu-
jamuan Jenis : -
 Narkoba, frekuensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
narkoba
 obat-obatan bebas : Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan bebas

e. Riwayat Natal :
7) Tanggal lahir : 13-07-2019
8) Jenis Kelamin : Perempuan
9) Tunggal/ Gemeli : Tunggal
10) Lama kala I : 3 jam
11) Lama kala II : 30 menit
12) Komplikasi persalinan:
Tidak ada komplikasi dalam persalinan

f. Riwayat Perinatal : Penilaian Apgar Score


Appearanc Pulse Grimac Activit Respirator Score
e e y y

1 Menit 2 2 1 1 1 7

5 Menit ke- 2 2 2 1 2 9
1

5 Menit ke- 2 2 2 2 2 10
2

9. RIWAYAT TUMBANG:
e. Pertumbuhan BB : Anak mengalami kenaikan berat badan, BB: 3.200 gr, BB
sekarang: 8 kg
f. Perkembangan anak
Bayi dapat tersenyum, bayi bergerak aktif

g. Kelainan bawaan
Tidak ada kelainan bawaan, tidak mengalami polidaktili

h. Riwayat Imunisasi
Imunisasi: HB0, BCG, DPT1, DPTII, DPTIII, POLIO 1,2,3,4, CAMPAK

10. POLA KEBIASAAN SEHARI- HARI:


a. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
b) Komposisi :
 Bubur : 3 x @ ½ piring (sedang )
 Lauk : 3 x @ ½ potong (sedang ), jenisnya ayam, daging sapi
 Sayuran : 3 x @ ½ mangkuk sayur ; jenis sayuran wortel, labu siam,
bayam
 Buah : 4 x seminggu; jenis pisang
 Camilan : 1 x sehari; jenis roti
c) Pantangan : tidak ada pantangan
2) Minum
a) Jumlah total 2 gelas perhari; jenis air putih
b) Susu 2 gelas perhari; jenis susu SGM
b. Eliminasi
1) Buang air kecil :
 Frekuensi perhari : 3-5 x ; warna kuning jernih
 Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
2) Buang air besar :
 Frekuensi perhari : 1 x ; warna kuning konsistensi lembek
 Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
c. Personal hygiene
 Mandi 2 x sehari
 Keramas 4 x seminggu
 Gosok gigi 2 x sehari
 Ganti pakaian 3 x sehari; celana dalam 2 x sehari
 Kebiasaan memakai alas kaki : sandal
d. Istirahat/tidur
 Tidur malam 11 jam
 Tidur siang 2-3 jam
 Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
e. Aktivitas fisik dan olah raga
 Aktivitas fisik:
 Olah raga : jenisnya …………………………………….. frekuensi ……….. x
seminggu

D. DATA OBYEKTIF:
3. PEMERIKSAAN FISIK:
c. Pemeriksaan Umum:
5) Keadaan umum: baik Tensi :-
6) Kesadaran : composmentis Nadi : 120x/ menit
7) Suhu /T : 36,5 0C RR : 40x/ menit
8) IMT : 1,63 kg/m2
d. Pengukuran antropometri :
6) BB :8 kg
7) PB : 70 cm
8) Lingkar Kepala : 43,8 cm
9) Lingkar dada : 70,1 cm
10) Lingkar lengan : 14,1 cm
4. Status Present
Kepala : Mesocephal, rambut tidak mudah dicabut, kulit kepala bersih
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak ada kelainanlabiopatatoclasis
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada : Simetris, tidak ada reteraksi dinding dada
Pulmo/jantung: Normal, tidak ada wheezing
Abdomen : Tidak kembung, tidak ada kelainan
Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan
Punggung : Tidak ada spina bifida
Anus : Tidak ada atresia ani
Ekstremitas : Gerak aktif, turgor kulit baik, jari lengkap
Kulit : Turgor kulit baik

Reflek :

 Rooting reflex : Baik, bayi mencari benda yang ditempelkan dipipinya (+)
 Sucking reflek : Bayi mampu menghisap (+)
 Grasp reflek : Bayi menggenggam dengan kuat (+)
 Moro reflek : Baik, bila bayi diangkat dia memperhatikan gerakan memeluk
(+)
 Tonic neck reflek: Ada, bayi berusaha menolehkan kepala (+)
 Babinski reflek : Jari kaki ekstensi saat telapak kaki disentuh (+)

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG :


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VII. ANALISA
BY.C umur 9 bulan dengan kebutuhan imunisasi MR

VIII. PENATALAKSANAAN
Tanggal 23-04-2020 Jam 08.30 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan anak


Hasil : Ibu senang mengetahui keadaan anaknya

2. Memberitahu ibu pengertian imunisasi MR, manfaat, efek samping


Hasil : Ibu memahami, manfaat, efek samping dan prosedur imunisasi

3. Memberikan imunisasi MR
Hasil : Anak telah mendapatkan imunisasi MR

4. Memberikan obat Paracetamol untuk diberikan pada bayi jika badannya panas
Hasil : Ibu bersedia memberikan obat pada bayinya jika panas
5. Melakukan dokumentasi di buku KIA
Hasil : Imunisasi telah di dokumentasikan

........................, .......................2020

Pembimbing Klinik Praktikan

------------------------------ Indah Setyawati

P1337424118028

Mengetahui
Pembimbing Prodi

-------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai