Oleh:
MAIMUNAH HIDAYATI
NIM: P1337424822082
Laporan Asuhan Kebidanan Anak C Usia 18 Bulan Anak Sehat dengan Kebutuhan
Imunisasi Pentabio Ulang telah diperiksa dan disahkan oleh Pembimbing pada :
Hari :
Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Neonatus, Bayi dan Balita
yang telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Klinik dan Pembimbing Institusi
Prodi Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang Tahun 2022.
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Asuhan Kebidanan Anak
C Usia 18 Bulan Bayi Sehat dengan Kebutuhan Imunisasi Pentabio Ulang. Penulisan
laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas praktek
kebidanan Stage Neonatus, Bayi dan Balita.
Dalam penulisan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian laporan ini:
1. Marsum, BE, S.Pd, MHP, sebagai Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Semarang.
2. Sri Rahayu, SKp, Ns. S.Tr.Keb, M.Kes, sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
3. Ida Ariyanti, S.SiT, M.Kes, sebagai Ketua Program Studi Profesi Kebidanan
Semarang Politekniknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
4. Elisa Ulfiana,S.SiT,M.Kes selaku Pembimbing Institusi Poltekkes Kemenkes
Semarang.
5. Siti Muslikah S.S.T.Keb selaku Pembimbing Lahan Praktik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama praktik di Puskesmas Suruh.
6. Orang tua, suami dan anak-anak yang telah memberikan dukungan dan doa
sehingga laporan ini terselesaikan.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi adalah anak usia 0 sampai 12 bulan. Usia perkembangan bayi terbagi
menjadi 2 yaitu, neonatus sejak lahir sampai usia 28 hari dan bayi dari usia 29
hari sampai 12 bulan (WHO, 2013). Setiap bayi mengalami tahap pertumbuhan
dan perkembangan dalam masa hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan proses yang berkesinambungan, bersifat kontinyu dan pertumbuhan
merupakan bagian dari proses perkembangan (Wong, 2009).
Angka kematian neonatal di Indonesia sebesar 15 per 1.000 kelahiran
hidup berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
Beberapa upaya dilakukan untuk mengendalikan resiko pada kelompok ini
diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan ditolong tenaga kesehatan
serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan
bayi baru lahir (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Angka kematian bayi (0-1 tahun) di Jawa Tengah pada tahun 2017 yaitu
sebesar 4.791 kasus. Pada tahun 2018 sebesar 4.481. Pada tahun 2019 mengalami
penurunan menjadi 4.450, tahun 2020 sebesar 4.189 dan hingga tahun 2021
triwulan pertama sebesar 962 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2018).
Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang
menyumbang Angka Kematian Bayi (AKB) yang tinggi. Pada tahun 2019 Angka
Kematian Bayi (AKB) mencapai 11,1 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2020
sebesar 99 kasus dan pada tahun 2021 triwulan pertama sebesar 18 kasus (Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2019).
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi
pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya buruknya kesehatan
kesehatan ibu, perawatan perawatan kehamilan kehamilan yang kurang memadai,
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru l perawatan bayi baru lahir (Depkes,2008). Berdasarkan data
yang diperoleh, maka tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu
indikator kesehatan di suatu negara. Salah satu faktor penting dalam upaya
penurunan angka tersebut adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang berkualitas. Untuk mampu mewujudkan koordinasi
dan standar pelayanan yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali
pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan esensial pada
neonatal bayi dan balita.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada An. C Usia 18 Bulan Anak
Sehat Dengan Kebutuhan Imunisasi Pentabio Ulang di Puskesmas Suruh.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan
Holistik Pada An. C usia 18 Bulan Anak Sehat Dengan Kebutuhan
Imunisasi Pentabio Ulang di Puskesmas Suruh.
b. Mampu menggambarkan dan melakukan pengkajian data subyektif
Asuhan Kebidanan Holistik Pada An. C Usia 18 Bulan Anak Sehat
Dengan Kebutuhan Imunisasi Pentabio Ulang di Puskesmas Suruh.
c. Mampu menggambarkan dan melakukan pengkajian data obyektif
kepada Asuhan Kebidanan Holistik Pada An. C Usia 18 Bulan Anak Sehat
Dengan Kebutuhan Imunisasi Pentabio Ulang di Puskesmas Suruh.
d. Mampu menentukan analisa berdasarkan data subjektif dan data objektif.
e. Menyusun perencanaan, implementasi, dan mengevaluasi respon dari An.
C terhadap asuhan yang telah diberikan
f. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.
C. Manfaat
1. Bagi Klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan prakonsepsi yang bermutu sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan dan evidence based practice.
2. Bagi mahasiswa
Menambah referensi dan pengalaman dalam mengaplikasikan teori serta
evidence based practice pada pemberian asuhan kebidanan Bayi Sehat.
3. Bagi Puskesmas
Memberikan gambaran dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan
praktik dalam memberikan asuhan kebidanan
4. Bagi Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
Asuhan kebidanan pada bayi sehat ini dapat dijadikan bahan bacaan terhadap
materi asuhan kebidanan bayi sehat serta refensi di perpustakaan Prodi
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang dalam memahami pelaksanaan
asuhan kebidanan dan untuk di jadikan refrensi .
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 8 Desember 2022
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Posyandu Desa Tamansari Puskesmas Suruh
II. IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : An. C
Tanggal/Jam lahir : 4 Februari 2021 / 05.00 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
b. Identitas Orang tua
Nama ibu : Ny. A Nama suami : Tn. D
Umur : 27 th Umur : 32 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tamansari 21/3 Alamat : Tamansari 21/3
3. Status Present:
Kepala : mesochepal, rambut berwarna hitam, rambut hitam merata,
tidak ada benjolan abnormal
Muka : simetris, tidak pucat, tidak oedema
Mata : simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva merah muda
Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada oeral trush
Telinga : simetris, ada sedikit sekret
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, limfe, maupun vena
jugularis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Pulmo/COR : pernafasan vesikuler, denyut jantung reguler
Abdomen : simetris, tidak ada benjolan, tidak kembung
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung : tidak ada kelainan tulang belakang
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : geraan aktif, simetris, tidak sianosis
Kulit : turgor kulit baik
V. ANALISA
Anak C usia 18 bulan anak sehat dengan kebutuhan imunisasi pentabio ulang
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya dalam keadaan
sehat dan memenuhi syarat untuk imunisasi.
Hasil : Ibu tampak senang bahwa anaknya dalam keadaan sehat dan memenuhi
syarat untuk imunisasi.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi pentabio yaitu untuk
memberikan kekebalan aktif pada bayi terhadap penyakit difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis, heamophillus type B sehingga anak tidak mudah terkena
penyakit tersebut
Hasil : Ibu mengetahui fungsi dilakukannya imunisasi pentabio ulang dan dapat
menyebutkan kembali tujuan dari imunisasi pentabio ulang
3. Menjelaskan kepada ibu efek samping yang dapat terjadi setelah dilakukan
penyuntikkan imunisasi adalah muncul kemerahan di sekitar bekas suntikan,
dan dapat terjadi demam.
Hasil : Ibu mengerti tentang apa yang disampaikan.
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui saat anaknya diimunisasi, pemberian ASI
memberikan efek analgesik karena membuat bayi merasa nyaman, adanya
sentuhan fisik, pengalih perhatian dan rasa manis pada ASI. supaya mengurangi
rasa nyeri.
Hasil : Ibu bersedia menyusui saat anaknya diimunisasi
5. Mengatakan kepada ibu untuk pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya
dengan kompres air hangat pada area bekas suntikkan dan akan diberikan terapi
untuk penurun panas.
Hasil : Ibu merasa lega dan mengerti tentang apa yang disampaikan.
6. Memberikan inform consent imunisasi pentabio ulang
Hasil : Ibu bersedia tanda tangan
7. Meyuntikkan vaksin pentabio dosis 0,5 ml secara IM di lengan kanan atas
Hasil : Vaksin pentabio sudah dimasukkan dan tidak ada rekasi negatif
8. Memberikan obat penurun panas paracetamol dengan dosis ¼ apabila bayi
demam.
Hasil : Ibu paham dan akan memberikan obat penurun panas sesuai yang
dianjurkan apabila bayinya demam
9. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan stimulasi tumbuh dan kembang
bayinya bisa dilakukan di rumah atau mengajak bayinya untuk datang di
posyandu terdekat.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia memberikan stimulasi tumbuh dan kembang
bayinya.
10. Menganjurkan ibu untuk imunisasi lanjutan campak ulang saat anak berusia 2
tahun.
Hasil : Ibu mengerti dan mengatakan akan melakukan imunisasi saat anak
berumur 2 tahun.
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
9-12-2022/10.00 S : Subyektif
Pentabio ulang
O : Obyektif
2. Kesadaran : Composmentis
A : Analisa
P : Penatalaksanaan
baik
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada Ny. A untuk Anak C didapatkan
hasil wawancara berupa data subyektif seperti yang tertera pada pengkajian tersebut
diatas. Saat ini kebutuhan bayi yang harus diberikan tenaga kesehatan adalah
imunisasi Pentabio ulang.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelaktertularpenyakit tersebut ia tidak menjadi sakit
(Gde Ranuh dkk, 2011). Sedangkan menurut Marmi,S.ST (2012), imunisasi adalah
suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi
mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum
mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan unuk menyerang tubuh kita. Dengan
imunisasi, tubuh kita akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak
tertular dari kita.
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit
menular dan juga salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian pada anak.
Oleh karena itu upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat
kekebalan masyarakatyang tinggi sehingga Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) dapat dieradikasi, dieliminasi dan direduksi melalui pelayanan
imunisasi yang semakin efektif, efisien dan berkualitas. Anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal membutuhkan beberapa upaya untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya. Salah satu kebutuhan penting dari anak adalah imunisasi, karena
imunisasi dapat mencegah beberapa penyakit yang berperan dalam penyebab
kematian pada anak. Seperti Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak
dan Hepatitis ini merupakan (PD3I) (Kemenkes RI,2016).
Tujuan dari pemberian imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan,
kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I).
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang jika
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit infeksi tertentu.
. Berdasarkan umur dan jadwal pemberan imunisasi pada Anak C adalah
jadwal pemberian imunisasi Pentabio ulang.
Vaksin DTP-HB-Hib (Pentabio ulang) digunakan untuk pencegahan terhadap
difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus
influenzae tipe b secara simultan. Cara pemberian yaitu vaksin harus disuntikkan
secara intramuskular pada anterolateral paha atas. Dosisnya satu dosis anak adalah
0,5 ml.
Pemberian ASI memiliki pengaruh terhadap nyeri pada bayi yang diberikan
imunisasi melalui injeksi. Mekanisme potensi dari pemberian ASI memberikan efek
analgesik karena membuat bayi merasa nyaman, adanya sentuhan fisik, pengalih
perhatian dan rasa manis pada ASI. Kesimpulan: Pemberian ASI merupakan salah
satu teknik manajemen nyeri secara nonfarmakologi yang dapat menurunkan
intensitas nyeri pada bayi saat dilakukan imunisasi. Sehingga perawat dapat
mengedukasi terkait teknik pemberian ASI kepada ibu sebagai pilihan alternatif untuk
mengurangi nyeri pada bayi yang diberikan imunisasi.(Lela Alfina et all, 2021).
Terdapat perbedaan signifikan antara pemberian kompres hangat dan
breastfeeding terhadap perubahan respon nyeri pada bayi yang dilakukan prosedur
imunisasi pentavalen I di Klinik Pratama Hal ini menunjukan bahwa breastfeeding
lebih efektif dalam menurunkan respon nyeri pada bayi yang dilakukan imunisasi
pentabio dibandingkan kompres hangat karena rata-rata penurunannya lebih besar.
(Yusfar,2020).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sangat nyeri dan sedikit lebih nyeri
merupakan respon nyeri yang paling sering terjadi pada saat bayi dilakukan imunisasi
pentabio. Teknik distraksi dengan cara menyusui bayi merupakan teknik pengelolaan
nyeri yang paling sering dilakukan pada saat bayi diimunisasi dengan menunjukkan
respon nyeri hingga menangis. Teknik relaksasi dengan cara mendekap/memeluk
bayi dan mengusap/masasse area paha merupakan tindakan yang paling sering
dilakukan pada bayi saat respon sedikit lebih nyeri dan sangat nyeri. Simpulan respon
nyeri bayi berada pada rentang respon sangat nyeri, dan pengelolaan nyeri dilakukan
dengan distraksi menyusui dan relaksasi. Disarankan untuk mengaplikasikan
pengelolaan nyeri pada saat bayi diimunisasi untuk meningkatkan kenyamanan.
(Tiara et all,2020).
Pada pemberian imunisasi tidak ada masalah yang timbul dari anak.
Sedangakan sebagai antisipasi masalah potensial bisa ditemukan antara lain
ditemukannya masalah-masalah yang mungkin bisa terjadi pada anak tersebut, bidan
akan lebih mudah memberikan asuhan kebidanan dan penilaian pertumbuhan dan
penanganan anak sesuai dengan usia anak.
Bidan dapat memberikan penjelasan tentang perawatan dan penanganan efek
samping pasca pemberian imunisasi dirumah, sehingga dapat diperoleh tujuan yang
optimal.
Dalam intervensi dan implementasi langkah pemberian vaksin baik DPT
Combo (pentabio) tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Dalam teori
disebutkan pemberian pemberian vaksin pentabio adalah dengan dosis 0,5 cc dan
disuntikkan pada 1/3 bagian atas paha kanan, langkah ini telah dilakukan dalam
praktek. Salah satunya yaitu pemberian obat anti piretik ditujukan untuk mencegah
demam karena vaksin pertusis. Dalam intervensi dan implementasi juga diberikan
KIE tentang efek samping sehingga dapat mengurangi tuntutan ibu pada petugas dan
ibu mempunyai gambaran tentang efek samping.
Pada langkah terakhir evaluasi tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Alfina et all (2021). Pemberian ASI Terhadap Respon Nyeri Pada Bayi Saat
Dilakukan Penyuntikan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 5 No. 1
Mei 2021.
Andi et all (2021).Perbandingan Pelaksanaan Imunisasi Dasar Pada Masa Pandemi
dan Non Pandemi Covid-19. UMI Medical Journal Vol.6 Issue:1 (Juni, 2021)
p-ISSN: 2548-4079/e-ISSN: 2685-7561 Penerbit: Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia
Bidan Dan Dosen Kebidanan Indonesia. (2018). Kebidanan Teori dan Asuhan. (E.
Yosefni & S. Yulia, Eds.) (Volume I). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Hasinuddin, M., & Fitriah. (2011). Modul Anticipatory Guidance Merubah Pola Asuh
Orang Tua Yang Otoriter Dalam Stimulasi Perkembangan Anak. Jurnal Ners,
6(1), 50–57.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan
Ibu Dan Anak. (Direktur Kesehatan Ibu dan Anak, Ed.), Departemen
Kesehatan RI (Pertama). Jakarta: Departemen Kesehatan JICA.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kepmenkes RI No 1995/Menkes/SK/XII/2010. (2011). Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan
Kesehatan Ibu Dan Anak.
Khumaerah, & Rauf, S. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Intelektual
Anak. Journal Of Islamic Nursing, 2(1), 21–24.
Maddeppungeng, M. (2018). Buku Panduan Kuisoner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP). Makassar: Clinical Skill Lab Siklus Hidup CSL 5 Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Marmi, & Rahardjo, K. (2018). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
(VI). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani, A. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap (Pertama). Jakarta:
CV.Trans Info Media.
Permenkes RI No 25 Tahun 2014. (2014). Upaya Kesehatan Anak. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
Pusdatin Kemenkes RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) Di Indonesia.
(Semester I, Ed.) (Vol. Semester I). Jakarta: Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Setiawandari (2021). Efektivitas Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L)
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak dengan Demam Pasca Imunisasi DPT
Pentabio. Fakultas Sains Kesehatan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
Tiara et all.(2020). Respon Dan Pengelolaan Nyeri Pada Bayi Saat Imunisasi
Pentabio Di Wilayah Kerja Puskesmas Haurpanggung, Departemen
Keperawatan Anak, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran,
Bandung.