Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KOMPREHENSIF STASE V

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK MASA NIFAS DAN

MENYUSUI DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM

Disusun Oleh

MEIRISKA EKA SYASMI

P0 5140420 008

Pembimbing

Afrina Mizawati, SST, MPH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KOTA


BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 202
0

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK MASA NIFAS DAN


MENYUSUI DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM

Oleh:
Meiriska Eka Syasmi
NIM. P05140420008

Menyetujui,
PEMBIMBING AKADEMIK
PEMBIMBING LAHAN

Afrina Mizawati, SST, MPH


Fitri Andri Lestari, STr.Keb, SKM
NIP.
NIP. 197512052006042030

Mengetahui

Ketua Jurusan
Ketua Prodi

Yuniarti, SST, M.Kes


Diah Eka Nugraheni,M.Keb
NIP. 198006052001122001
NIP. 198012102002122002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.

Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Kebidanan

Fisiologi Holistik Masa Nifas Dan Menyusui. Laporan ini terwujud atas

bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bunda Yuniarti, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu.

2. Bunda Diah Eka Nugraheni, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

3. Bunda Afrina Mizawati, SST, MPH, selaku dosen pembimbing akademik.

4. Bidan Fitri Andri Lestari, STr.Keb, SKM selaku pembimbing lahan.

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari

bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir

kata, penulis berharap semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi semua

pihak.

Bengkulu, 12 Desember 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI........................................................7

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................32

BAB IV PENUTUP.........................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................40

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 melaporkan

Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Diharapkan pada tahun 2010 AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurut data Depkes RI (2008), secara nasional penyebab langsung kematian

ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 28%, eklampsia

24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, dan partus macet 5 % (Depkes

RI, 2008).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah masih cukup tinggi, mencapai

128,96 per 100.000 kelahiran hidup selama tahun 2010. Angka sebanyak itu,

2
jauh lebih tinggi dibandingkan target nasional pada tahun 2010 sebesar 125

per 100.000 kelahiran hidup (Kusumo, 2011).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu (Wulandari dan Handayani, 2011). Episiotomi

merupakan istilah untuk suatu insisi di perineum, tidak semua ibu

memerlukan episiotomi untuk kelahiran namun pengalaman yang matang

diperlukan untuk menentukan kapan episiotomi tidak diperlukan (Liu, 2007).

Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura, atau laserasi merupakan

daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pada

masa nifas, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk itu, menjaga

kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi (Bahiyatun, 2009). Setelah

buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin.

Caranya yaitu dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan kassa steril

(Uliyah, 2008). Sebelum dan sesudah membersihkan genetalia, ibu harus

mencuci tangan sampai bersih. Pada waktu mencuci luka (episiotomi), ibu

harus mencucinya dari arah depan ke belakang dan mencuci daerah anusnya

yang terakhir (Bahiyatun, 2009). Jika dilakukan perawatan pada luka

perineum post episiotomi maka akan mempercepat penyembuhan, sedangkan

jika tidak dilakukan perawatan maka akan menyebabkan terjadinya infeksi

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

B. Tujuan

1. Tujuan umum

3
Menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan praktik

kebidanan fisiologi holistik masa nifas dan menyusui menggunakan pola

pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya.

2. Tujuan khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada kasus Ny.V usia 22 tahun dengan luka

perineum.

b. Mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan data

subyektif dan data obyektif pada kasus Ny.V usia 22 tahun dengan

luka perineum.

c. Menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi dan kebutuhan

segera pada kasus Ny.V usia 22 tahun dengan luka perineum.

d. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada kasus Ny.V usia 22

tahun dengan luka perineum.

e. Melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus Ny.V usia 22 tahun

dengan luka perineum.

f. Melakukan pendokumentasian kasus Ny.V usia 22 tahun dengan luka

perineum.

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara

langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh

selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan

asuhan kebidanan pada kasus luka perineum.

4
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Memperoleh gambaran dalam memberikan praktik kebidanan fisiologi

holistik masa nifas dan menyusui ibu nifas luka perineum.

b. Bagi Bidan Pelaksana di PMB

Laporan Seminar Kasus ini dapat dijadikan dokumentasi di Praktik

Mandiri Bidan Fitri Andri Lestari, STr.Keb, SKM.

c. Bagi Pasien

Asuhan kebidanan pesalinan normal yang diharapkan dapat membantu

menangani luka perineum.pada ibu nifas, sehingga ibu terhindar infeksi.

5
BAB II

KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Perawatan Luka Perineum

1. Definisi

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia

(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai

dengan sehat. Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang

dibatasi oleh vulva dan anus. Post Partum adalah selang waktu antara

kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada

waktu sebelum hamil. Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan

untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada

ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya

organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

2. Tujuan Perawatan Perineum

Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah

mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan

terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari

setelah kelahiran anak atau aborsi.

3. Bentuk Luka Perineum

Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :

1
a. Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin

atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak

teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.

b. Episotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk

memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya

kepala bayi. Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum

dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini

dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala

janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal,

kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi

dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah

mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar

dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki. Pada gambar

berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai

dalam proses persalinan yaitu :

1) Episiotomi medial

2) Episiotomi mediolateral

Sedangkan rupture meliputi

a) Tuberositas ischii

2
b) Arteri pudenda interna

c) Arteri rektalis inferior

4. Lingkup Perawatan

Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi

organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme

yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari

perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampunglochea (pembalut).

Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah

a. Mencegah kontaminasi dari rektum

b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma

c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.

Waktu Perawatannya adalah

Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah

1) Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,

setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri

pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu

dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum

ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

2) Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil

kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum

3
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk

itu diperlukan pembersihan perineum.

3) Setelah buang air besar.

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa

kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi

bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka

diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara

keseluruhan.

5. Penatalaksanaan

a. Persiapan

Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan

posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi

kaki terbuka.

b. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air

hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air

hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).

c. Penatalaksanaan

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak

mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan

meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut

Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:

1) Mencuci tangannya

4
2) Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat

3) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah

mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam

kantung plastik.

4) Berkemih dan BAB ke toilet

5) Semprotkan ke seluruh perineum dengan air

6) Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke

belakang.

7) Pasang pembalut dari depan ke belakang.

8) Cuci kembali tangan

d. Evaluasi

Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:

1) Perineum tidak lembab

2) Posisi pembalut tepat

3) Ibu merasa nyaman

6. Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum

a. Gizi

Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap

proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan

sangat membutuhkan protein.

b. Obat-obatan

1) Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu

respon inflamasi normal.

5
2) Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.

3) Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera

sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi

bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena

koagulasi intrvaskular.

c. Keturunan

Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya

dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi

adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga

menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan

protein-kalori.

d. Sarana prasarana

Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam

perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan

perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.

e. Budaya dan Keyakinan

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan

perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan

mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi

penyembuhan luka.

7. Dampak Dari Perawatan Luka Perinium

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal

berikut ini :

6
a. Infeksi

Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat

menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan

timbulnya infeksi pada perineum.

b. Komplikasi

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran

kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada

munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada

jalan lahir.

c. Kematian ibu post partum

a) Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan

terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi

fisik ibu post partum masih lemah.

B. Manajemen Kebidanan SOAP

1. Pengertian Manajemen Kebidanan SOAP

Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

kebidanan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian

harus akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat

penting dalam merumuskan suatu diagnosa kebidanan dan memberikan

pelayanan kebidanan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang

telah ditentukan sesuai standar dalam praktek kebidanan dalam keputusan

7
Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VI/2002 tentang Registrasi

dan Praktik Bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.

Penyusuanan data sebagai indikator dari data yang mendukung diagnosa

kebidanan adalah suatu kegiatan kognitif yang komplek dan bahkan

pengelompokkan data fokus adalah suatu yang sulit.

2. Langkah-Langkah Manajemen SOAP

Adapun Langkah-langkah manajemen kebidanan SOAP adalah

sebagai berikut :

a. Data Subjektif

Data subjektif merupakan pendokumentasikan hanya pengumpulan

data klien melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien,

seperti identitas pasien, kemudiaan keluhan yang diungkapakan pasien

pada saat melakukan anamnesa kepada pasien (Rukiyah, 2014)

Biodata yang antara lain :

1) Nama

Dikaji dengan masa yang jelas, lengkap, untuk menghindari

adanya kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau

pasien lainnya.

2) Umur

Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh

terhadap proses reproduksi seseorang.

8
3) Agama

Untuk memeberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan

agama yang sedang di anut oleh pasien.

4) Suku bangsa

Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan

merugikan.

5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan

informasi hal-hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat

pendidikan yng lebih tinggi mudah mendapatkan informasi.

6) Pekerjaan

Untuk mengetahui status ekonomi keluarga pasien.

7) Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.

8) Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat

pemeriksaan.

9) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien pada saat ini,

dahulu maupun riwayat kesehatan keluargany apakah terdapat

penyakit menurun, menahun, ataupun menular.

10) Pola Kebutuhan sehari-hari

9
a) Makanan

Frekuensi : Berapa kali makan dalam sehari

Jenis : Jenis makanan yang dikonsumsi

Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

b) Minuman

Frekuensi : Berapa kali minum dalam sehari

Jenis : Jenis minum yang dikonsumsi

c) Eliminasi

Frekuensi : Berapa kali BAK dan BAB dalam sehari

Konsistensi : Untuk mengetahui apakah BAK dan BAB

pasien normal atau tidak

Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

11) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihanya

sehari-hari.

12) Pola Aktifitas

Dikaji untuk mengetahui kegiatan apa yang dilakukan pasien

sehari-hari.

13) Pola Istirahat

Untuk mengetahui pola istirahat pasien sehari-hari, seperti

berapa lama tidur malam dan tidur siang pasien.

b. Data Objektif

10
Data Objektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

dan fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assasment yaitu apa

yang dilihat dan diraskan oleh bidan setelah melakukan pemeriksaan

terhadap pasien ( Rukiyah, 2014).

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik,

lemah atau keadaan umummnya pasien pucat dan lemas.

b) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmetis,

apatis, ataupun samnolen.

c) TekananDarah

untuk mengetahui berapa tekanan darah pasien.

d) Suhu

Untuk mengetahui berapa suhu badan pasien.

e) Denyut Nadi

Untuk mengetahui berapa nadi pasien dihitung per menit.

f) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang

dihitung per menit.

g) Berat Badan

Untuk mengetahui berapa berat badan pasien.

11
2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Untuk menilai bentuk kepala, dan kelainan.

b) Rambut

Untuk menilai warna, distribusi, kerontokan dan kebersihan.

c) Muka

Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada muka.

d) Mata

Untuk menilai apakah kunjungtiva pucat atau merah, dan

sklera berwarna putih atau tidak.

e) Hidung

Untuk mengetahui kebersihan dan pembesaran polip.

f) Telinga

Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan

kebersihan telinga.

g) Mulut

Untuk mengetahui kebersihan, dan melihat adakah caries

dan mukosa bibir terlihat lembab atau tidak.

h) Leher

Untuk mengetahui adakah pembekaan vena jugularis,

kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe.

i) Abdomen

12
Untuk menegtahui adakah bekas operasi, maupun nyeri

tekan.

j) Genetalia

Untuk mengetahui adakah oedem dan varises vagina, dan

kelainan yang mengganggu.

k) Anus

Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain.

l) Ektermitas

Melihat apakah bentuk simetris, melihat adakah edema, dan

mengecek bagian kaki adakah varisens dan respon terhadap

cek patella.

3) Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan jika memerlukan penegakan diagnosa.

c. Assesment

Assesment merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan

berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan

objektif. ( Rukiyah, 2014).

Pendokumentasiaan hasil analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari

dat subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya

13
perubahan pasien, dapat terus diikuti dan dia,nil keputusan/tindakan

yang tepat. (Rismalinda,2014).

d. Planning

Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan menggambarkan

pendokumentasiaan dari perencanaan dan evaluasi berdasrkan

assesment yaitu rencan apa yang akan dialkukan berdasarkan hasil

evaluai tersebut ( Rukiyah,2014).

Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interprestasi data yang

bertujuaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya (Rismalinda,2014).

14
A.

B. Kajian Kasus

Pengkajian

Hari/tanggal pengkajian : Kamis / 10 Desember 2020

Waktu pengkajian : 15.00 WIB

Tempat pengkajian : Di PMB “O” Kota Bengkulu

KALA I

1. Data Subjektif (S)

Identitas pasien

Nama ibu : Ny. V Nama Suami : Tn. B


Umur : 22 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : melayu Suku : melayu
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Pagar Dewa
1) Keluhan Utama

Ibu mengatakan perut kenceng – kenceng dan mengeluarkan lendir

darah dari jalan lahir. Ibu mengatakan perutnya mules dan nyeri pada

luka jahitan di perineum.

2) Riwayat menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus : 30 hari

Lamanya : 7 hari

Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut/ hari

Keluhan : Disminorhea pada hari pertama menstruasi

1
3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu

Tabel riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB


No Umur Tempat Usia Jenis Penolon Penyulit JK BB KB
bersalin kehamilan persalina g
n
1. 22 BPM 37 minggu Normal Bidan - L 3300 -
tahun Fitri
Andri
Lestari,
STr.Keb,
SKM
4) Riwayat perkawinan

Status perkawinan : sah

Nikah ke : 1 (satu)

Usia perkawinan : 1 tahun

Usia menikah : Perempuan : 20 tahun Laki-Laki : 24 tahun

5) Riwayat psikososial dan spiritual

a) Hubungan suami : Baik


istri
b) Hub istri dan : Baik
keluarga
c) Keyakinan agama : Ibu dan keluarga taat
menjalankan ibadah sesuai syariat
agama islam.
d) Kebiasaan berobat : ibu mengatakan tidak
mengkonsumsi obat-obatan
selain dari bidan, ibu tidak
merokok, tidak minum-minuman
keras, tidak mengonsumsi obat
tradisional.
e) Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung dan
terhadap kehamilan sangat menanti-nanti atas
kelahiran bayinya kelak.

2
f) Dukungan suami : Suami sangat mendukung dan
terhadap kehamilan sangat mengharapkan atas
kelahiran bayinya.
6) Pola kebiasaan sehari-hari

Tabel Pola Kebiasaan Sehari-Hari Sebelum dan Saat Hamil

Kebutuhan Sebelum hamil Saat hamil Keluhan


Nutrisi Frekuensi 3x sehari Frekuensi 3x/hari :
1. Makan Porsi 1-2 piring pagi 1 ppiring habis,
Nasi, sayur, lauk siang 1 piring habis,
pauk (ikan, ayam, malam 1 piring habis .
daging, telur, tempe, Nasi, lauk pauk (telur,
sambal cabe dll) tahu, tempe), sayur,
Pantangan tidak ada buah-buahan (apel,
alpokat,).
Pantangan tidak ada.
Ibu minum 2 gelas Air putih ± 8 gelas,
setiap makan dan susu ibu hamil 1 gelas
ketika ibu merasa 2 kali sehari,
haus. Pantanagn pantangan tidak ada
2. Minum tidak ada
Eliminasi BAK : 4-5 x/hari, BAK : 6-8 x/hari,
jernih jernih
BAB : 1-2 x/hari BAB : 1x/hari
Istirahat /tidur Malam : 7-8 jam Malam : 7-8 jam
Siang : 1 jam Siang : 1-2 jam
Aktivitas Ibu melakukan Ibu melakukan Ibu merasa
aktifitas rumah aktifitas rumah tangga mudah lelah
tangga sendiri dan dibantu suami dan
bekerja pagi dari jam bekerja stiap pukul
06.00 WIB sampai 08.00 WIB sampai
jam 09.00 WIB jam 10.00 WIB
Personal mandi 2x/hari, gosok mandi 2x/hari, gosok
hygiene gigi 2x/ hari, gigi 2x/hari, keramas 2
keramas 2 hari hari sekali, ganti
sekali, ganti celana celana dalam 2x/hari
dalam 2x/hari
Pola seksual 3-4 x/minggu 1.2 x/minggu
2. Data Objektif (O)

1) Pemeriksaan Umum

3
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg

N :80x/menit

P : 20x/menit

S : 36,8°C

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Bentuk simetris bersih, rambut tidak rontok, tidak ada benjolan, tidak

ada nyeri tekan.

b) Muka

Tidak pucat dan tidak ada oedema

c) Mata

Bentuk simetris, konjungtiva an anemis, sclera an ikterik.

d) Hidung

Bentuk simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip, tidak ada

keluhan.

e) Telinga

Simetris, keadaan bersih, pendengaran baik tidak ada keluhan.

f) Mulut

Simetris, bibir tidak pucat, tidak ada caries pada gigi.

g) Leher

4
Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembengkakan

kelenjar tiroid dan limfe.

h) Payudara

Simetris, areola hitam kecoklatan, putting sebelah kanan dan kiri

menonjol tidak ada pembengkakkan dan benjolan, colostrum sudah

keluar pada payudara kiri dan kanan dan lecet berwarna kemerahan

pada kedua putting susu.

i) Abdomen

Tidak ada bekas operasi, ada linea nigra, kontraksi uterus baik,

konsistensi uterus keras, tinggi fundus uteri sepusat, kandung kemih

teraba, tidak ada nyeri tekan.

j) Genitalia

Tidak ada varises, tidak ada pembengkakkan kelenjar bartholin,

pengeluaran darah merah segar mengandung jaringan sisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo (lochea rubra), jumlah ± 30 cc,

ada luka post heating perineum karena episiotomi , keadaan luka

masih basah dan ada nyeri tekan.

k) Ekstremitas

(1) Ekstremitas atas

Simetris, pergerakan aktif, kuku kanan dan kiri tidak pucat dan

tidak ada oedema.

5
(2) Ekstremitas bawah

Simetris, pergerakan aktif, kuku kanan dan kiri tidak pucat,

tidak ada oedema dan varises.

3) Pemeriksaan penunjang

Hb : 12 g%

Protein urin : (-)

Glukosa urine : (-)

3. Analisa (A)

Ny. V P1A0 umur 22 tahun post partum dengan luka jahitan perineum

derajat II.

4. Penatalaksanaan (P)

1. Lakukan inform consent

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu/keluarga dengan hasil:

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tekanan darah : 100/80 MmHg

Nadi : 80 x/ menit

Suhu : 36,5 oC

Pernapasan : 20x/ menit

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan keadaannya yaitu keadaan

umum: baik, kesadaran: composmentis, tekanan darah: 100/80 mmhg,

nadi: 80x/menit , pernapasan: 20x/menit, suhu: 36,7oC.

6
3. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mules dan nyeri pada luka

perineum bekas jahitan yang dialaminya adalah keadaan yang

normal pada ibu nifas. Rasa mules diakibatkan karena kontraksi

uterus yang memproses uterus menjadi normal atau kembali ke

semula seperti sebelum hamil dan nyeri jahitan normal karena

jaringan - jaringan yang telah robek akan membentuk jaringan

kembali.

Ev : Ibu mengerti tentang rasa mules yang dialaminya adalah keadaan

normal.

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan

kering.

Ev : Ibu sudah menjaga perineumnya tetap bersih dan kering.

5. Menganjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat–obat

tradisional pada perineumnya.

Ev : Ibu bersedia untuk tidak menggunakan obat – obatan tradisional

pada perineumnya.

6. Mengajarkan ibu tentang teknik relaksasi pada saat mules yaitu :

a. Ibu menarik nafas panjang.

b. Perlahan – lahan dihembuskan.

c. Ibu bernafas seprti biasa.

d. Apabila ibu merasa nyeri, anjurkan untuk bernafas secara

dangkal dan cepat.

Ev : Ibu dapat melakukan relaksasi.

7
7. Melakukan perawatan luka perineum post episiotomi dengan teknik

aseptik pada daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara

membersihkan terlebih dahulu daerah luka kemudian menggunkan

air hangat atau air bersih dan kassa steril lalu di beri betadine dan

kassa steril yang diberi salep gentamisin 0,1 mg yang dioleskan

pada daerah luka jahitan.

Ev : Perawatan luka perineum sudah dilakukan.

8. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene yaitu dengan

cara sebelum dan sesudah memegang luka cuci tangan dengan

sabun, cebok yang benar dari arah depan dan belakang.

Ev : Ibu sudah melakukan personal hygiene.

9. Memberitahu ibu tentang kebutuhan nutrisi dan cairan, yaitu ibu harus

makan makanan yang bergizi seimbang untuk memperlancar ASI

seperti daun katu, bayam, dan kacang-kacangan serta yang

mengandung protein untuk membantu penyembuhan luka perineum

seperti telur, tuhu, tempe, dan ikan. Ibu juga harus minum lebih banyak

pada masa nifas setidaknya 3 liter/hari atau 12 gelas.

Ev : Ibu sudah mengerti tentang kebutuhan nutrisi dan cairan yang

dibutuhkannya

10. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang 1-2

jam/hari dan malah 6-8 jam/hari

Ev : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang 1-

2jam/hari dam tidur malam 7-8 jam/hari

8
11. Menjelaskan tentang perawatan luka jahitan yaitu membersihkan

kemaluan setelah BAB dan BAK dari arah depan ke arah belakang

agar kotoran dari anus tidak masuk ke dalam luka, kemudian

keringkan dengan tissu atau handuk kering, dan rajin mengganti

pembalut setidaknya 3-4 jam sekali atau setiap selesai BAB dan BAK.

Ev : Ibu sudah mengerti

12. Menjelaskan tentang ASI Ekslusif pada ibu yaitu pemberian ASI

Ekslusif sedini mungkin setelah persalinan, diberikan setiap 2 jam atau

setiap bayi menginginkannya tanpa diberi makanan tambahan apapun

walaupun hanya air putuh sampai bayi berumur 6 bulan.

Ev : Ibu sudah mengerti tentang ASI Ekslusif dan bersedia untuk

memberikan ASI ekslusif kepada bayinya

13. Menasehati ibu bahwa hubungan seksual dapat dilakukan setelah darah

telah berhenti, tentunya dengan memperhatikan aspek keselamatan ibu.

apabila hubungan seksual saat ini belum diinginkan karena

ketidaknyamanan ibu, kelelahan dan kecemasan berlebih maka tidak

perlu dilakukan. Pada saat melakukan hubungan seksual maka

diharapkan ibu dan suami melihat waktu, dan gunakan alat kontrasepsi

misalkan kondom. Ibu mengerti dan akan memperhatikan pola

seksualnya,

Ev: Ibu bersedia melakukannya.

14. Jelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang rumah

Ev : Ibu bersedia dan senang akan dilakukan kunjungan rumah

9
10
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Data Subyektif adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk

mengevaluasi keadan pasien dan mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien

(Wulandari dan Handayani, 2011). keluhan utama adalah untuk mengetahui

masalah yang dihadapi yang berkaitan masa nifas, keluhan pada ibu nifas

dengan luka perineum post episiotomi yaitu nyeri pada jalan lahir karena

adanya jahitan (Alimul, 2006). Data Obyektif adalah data yang diambil dari

pemeriksaan fisik pada pasien (Alimul, 2006).

Berdasarkan pada kasus Ny. V P1A0 umur 22 tahun, 2 jam post partum

dengan perawatan luka perineum post episiotomi data subyektif adalah ibu

mengatakan merasa nyeri pada luka jahitan pada perineum post episiotomi

dan perut terasa mules setelah melahirkan, sedangkan data obyektif

didapatkan dari pemeriksaan fisik yaitu perineum heating jelujur derajat II

post episiotomi mediolateralis. Pada kasus ini maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

Masalah yang sering muncul dalam kasus ini adalah ibu merasa nyeri

pada luka jahitan di perineum karena post episiotomi (Suherni, 2008).

Kebutuhan yang diperlukan pada ibu nifas dengan luka post episiotomi

1
adalah penjelasan tentang rasa nyeri pada perineum karena luka perineum

post episiotomi (Suherni, 2008).

Pada kasus Ny.V P1A0 umur 22 tahun nyeri pada luka jahitannya,

ditemukan masalah Nyeri pada luka jahitan perineum post episiotomi dan

Mules – mules pada perut, sehingga kebutuhan yang diberikan adalah

Penjelasan tentang nyeri perineum dan cara perawatannya, Penjelasan tentang

after pains dan ajarkan teknik relaksasi. Pada kasus ini dapat disimpulkan

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

Pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan. Pada langkah pelaksanaan

asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. V P2A0 umur 22 tahun dengan

perawatan luka perineum post episiotomi yaitu Beri tahu ibu tentang hasil

pemeriksaan, Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa

mules pada perut, anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih

dan kering, anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat – obat

tradisional pada perineumnya, ajarkan ibu tentang teknik relaksasi, lakukan

perawatan luka perineum dengan cara teknik aseptik yaitu pada daerah

genetalia dan sekitarnya dengan cara membersihkan terlebih dahulu daerah

luka kemudian menggunkan air hangat atau air bersih dan kassa steril,

anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, anjurkan ibu untuk istirahat

yang cukup, beri ibu terapi obat dan anjurkan untuk meminumnya.

Pada kasus Ny. V P1A0 umur 22 tahun, pada teori perawatan luka

perineum tidak menggunakan betadine dan salep gentamisin 0,1 mg

2
sedangkan pada praktik perawatan luka perineum menggunakan betadine dan

salep gentamisin 0,1 mg.

Dalam langkah perencanaan dapat disimpulkan terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus.

B. Analisis

Ny. V P1A0 umur 22 tahun post partum dengan luka jahitan perineum

derajat II.

C. Penatalaksaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien

Ev : ibu mengerti dan memahami apa yang dijelaskan.

2. Menjelaskan tentang perawatan luka jahitan

Ev : Ibu sudah mengerti

3. Menjelaskan tentang ASI Ekslusif pada ibu yaitu pemberian ASI Ekslusif

sedini mungkin setelah persalinan, diberikan setiap 2 jam atau setiap bayi

menginginkannya tanpa diberi makanan tambahan apapun walaupun

hanya air putuh sampai bayi berumur 6 bulan.

Ev : Ibu sudah mengerti tentang ASI Ekslusif dan bersedia untuk

memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

3
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada studi kasus ini merupakan asuhan yang diberikan

kepada seorang ibu nifas dengan luka perineum di BPM Fitri Andri Lestari,

STr.Keb, SKM dengan Ibu mengatakan perut kenceng – kenceng dan

mengeluarkan lendir darah dari jalan lahir. Ibu mengatakan perutnya mules

dan nyeri pada luka jahitan di perineum. Ibu mengatakan pengeluaran lokea

berwarna merah dan 3x ganti pembalut. Dan mengatakan masih nyeri pada

luka jahitan perineumnya. Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan menu

nasi, sayur, dan telur. Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya. Laporan

asuhan kebidanan pada studi kasus ini didokumentasikan dalam  bentuk

manajemen SOAP yang menggambarkan tentang asuhan yang diberikan pada

Ny.V. Asuhan yang diberikan pada Ny.V sudah sesuai dengan teori.

B. Saran
Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu ibu nifas 2 hari untuk

penatalaksanaan masa nifas luka perineum dan bidan dapat melibatkan

keluarga dalam asuhan tersebut .

1
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Bahiyatun.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. EGC: Jakarta.

Damai Yanti, 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung : PT Refika Aditama

Dewi, Vivian Nanny Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Salemba Medika: Jakarta.

Handayani, Sri dan Setyo Retno Wulandari.2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Nifas.Yogyakarta: Gosyen Publising

Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info
Media.

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Varney H., Kriebs J.M., Gregor C.L. 2002. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi I
Volume 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai