Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai


perubahan fisiologis yang terjadi akibat adanya proses patologi. Patologi ini
adalah ilmu yang secara khusus mempelajari penyakit yang disebbkan oleh
suatu perubahan struktur serta fungsi yang terjadi dari sel maupun jaringan
tubuh. Jadi, patofisiologi adalah sebuah studi mengenai proses fisiologi yang
tak teratur sehingga mengakibatkan atau menjadi penyebab atau bahkan terkait
langsung dengan penyakit maupun cesera yang dialami.

Mekanisme adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu unit kehidupan,
kesatuan lahiriah yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena
yang berhubungan dengan hidup dan selalu berhubungan dengan karakteristik
makhluk hidup yaitu: bereproduksi, tumbuh, melakukan metabolism dan
beradaptasi terhadap perubahan internal dan eksternal.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran penting proses dasar penyakit, termasuk reaksi-


reaksi tubuh terhadap cidera dan infeksi, respon umum, gangguan sirkulasi
dan kelainan pertumbuhan sel ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui tentang gambaran penting proses dasar penyakit,


termasuk reaksi-reaksi tubuh terhadap cidera dan infeksi, respon umum,
gangguan sirkulasi dan kelainan pertumbuhan sel.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Patologi
Patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit yang disebabkan
oleh karena ada perubahan struktur dan fungsi sel dan jaringan tubuh.
Patologi mempunyai tujuan utama yaitu mengidentifikasi penyebab
sebuah penyakit sehingga akan memberikan petunjuk pada program
pencegahan, pengobatan dan perawatan terhadap penyakit yang diderita
pasien.
Istilah patologi berasal dari Yunani yaitu pathos artinya emosi, gairah
atau menderita, sedangkan ology artinya ilmu. Jadi patologi adalah ilmu
penderitaan atau ilmu penyakit. Ilmu patologi berkembang sejak seorang ahli
patologi yang bernama Rudolf Virchow (1821-1902) menemukan bahwa
bagian terkecil yang membentuk tubuh manusia adalah sel.
Perubahan perubahan sel yang diamati melalui mikroskop memberikan
pengetahuan tentang penyakit yang terjadi pada seseorang. Perubahan
tersebut dapat menyebabkan kelainan struktur dan gangguan fungsi tubuh
yang berwujud penyakit. Sebagai contoh yaitu sel hepar yang mengalami
infeksi virus hepatitis, maka sel dan jaringan hepar akan mengalami
perubahan perubahan. Susunan hepatoseluler menjadi kacau serta nampak
mengalami edema. Kondisi seperti itu menyebabkan fungsi hepar dalam
metabolime haemoglobin akan mengalami gangguan yang dapat diamati pada
tubuh pasien dalam bentuk ikterus. Contoh lain yaitu sel saluran pencernaan
yang mengalami perubahan karena sering terpapar zat karsinogen yang
terdapat dalam makanan yang dikonsumsi pasien setiap hari. Kondisi seperti
ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur sel di colon dan akibatnya
terbentuklah neoplasma yang kita kenal yaitu kanker colon.
Dengan demikian bila terjadi kelainan struktur sel, organ atau jaringan
maka akan terjadi perubahan atau gangguan fungsi sel, organ atau jaringan
tersebut. Coba perhatikan contoh lain yaitu jika terjadi kelainan struktur

2
kelenjar pankreas maka akan terjadi perubahan fungsi pankreas yang
dapat kita amati seperti penurunan produksi insulin yang dikenal sebagai
penyakit Diabetes melitus.

B. Perbedaan Patologi Anatomis dan Patologi Klinis


1. Patologi anatomis
Patologi anatomi adalah Ilmu patologi yang mempelajari dan
mendiagnosa penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan sel, organ
atau jaringan tubuh. Sebagai contoh dalam mendiagnosa penyakit
tumor yang diderita pasien, maka dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi terhadap sel tumor sehingga diketahui apakah tumor tersebut
jinak atau tumor ganas.

Adapun jenis pemeriksaan yang dilakukan dalam Patologi anatomi


terdiri dari :

a. Histopatologi
Histopatologi merupakan bagian dari ilmu patologi anatomi yang
mempelajari dan mendiagnosa penyakit berdasarkan hasil
pemeriksaan jaringan tubuh. Sebagai contoh yaitu pemeriksaan
jaringan dengan cara biopsi sehingga diperoleh diagnosa definitif.

Sumber www spiritia.or.id


Gambar 1.1 Biopsi hati

Biopsi adalah prosedur medis berupa pengambilan


sampel kecil dari jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop.
Biopsi dapat di lakukan dari hampir di seluruh tubuh, termasuk

3
hati, sumsum tulang, kulit dan ginjal serta paru. Biopsi dilakukan
untuk mengidentifikasi sel-sel abnormal dan untuk membantu
mendiagnosa serta untuk mengukur tingkat keparahan
penyakit melalui beberapa jenis biopsi.
b. Sitopatologi
Sitopatologi merupakan bagian ilmu patologi anatomi
yang mempelajari dan mendiagnosa penyakit berdasarkan hasil
pemeriksaan sel tubuh yang didapat atau diambil. Sebagai
contoh adalah pemeriksaan sel neoplasma untuk mengetahui tipe
sel tersebut termasuk ganas atau jinak.

2. Patologi klinis
Patologi klinik adalah ilmu patologi yang mempelajari dan
mendiagnosa penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia tubuh
sehingga bahan pemeriksaannya berupa urine, darah dan cairan tubuh
lainnya. Sebagai contoh dalam menentukan diagnosa penyakit gagal
ginjal maka pemeriksaan patologi klinik yang dilakukan
menggunakan bahan urine pasien.
Kegunaan patologi klinis adalah sebagai berikut:
a. Membantu dalam menegakkan diagnosa penyakit.
b. Menetapkan diagnosa penyakit.
c. Memberi terapi yang adekuat pada pasien.
d. Memonitor perjalanan penyakit.
e. Membuat prognosa penyakit yang diderita pasien.

C. Keadaan normal
Keadaan normal, bila dapat diukur, dinyatakan dalam ukuran numeric,
biasanya dibatasi oleh dua simpangan baku (untuk bentuk distribusi “normal”)
pada tiap sisi harga tengah (mean). Setiap individu atau spesies mengadaptasi
atau bila tidak mampu akan menyebabkan kematian.
Namun konsep keadaan normal itu merupakan sesuatu yang komplek dan
tidak dapat ditentukan secara ringkas. Kenyataan bahwa manusia tidak ada

4
yang sama susunan genetiknya kecuali bila berasal dari satu ovum,
menyebabkan sangat sulit untuk menetapkan definisi normal pada seseorang.
Setiap parameter hasil suatu pengukuran mempunyai nilai rata-rata yang
dianggap normal. Besarnya nilai normal ini untuk setiap idividu tidaklah
sama. Perbedaan ini disebabkan oleh :
1. Sunsunan gen dan genetik setiap individu yang berbeda beda satu dengan
yang lainnya
2. Kondisi fisiologis yang berbeda dan kegiatan orang tersebut yang sangat
kompleks.
3. Setiap individu memiliki pengalaman hidup yang saling berbeda yang
disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan disekitarnya
4. Adanya perbedaan pengendalian fungsi mekanisme dalam tubuh yang
disebabkan oleh perbedaan makanan, minuman, aktivitas dsb

Misalkan terjadi peningkatan tekanan pada seseorang karena suatu sebab,


belum tentu hal ini dianggap hypertensi, selama masih dalam rentang nilai
normal. Demikian pula misalnya terjadi peningkatan kadar glukosa dalam
darah, tidak selalu dikatakan sebagai diabetas, selama berada dalam rentang
nilai normal.

D. Komponen-Kompenen Esensial yang Terlibat dalam Proses Penyakit


1. Proses radang:
Proses radang adalah respons terhadap mikroorganisme atau
bahan yang menyebabkan kerusakan jaringan.
2. Degenerasi
Degenerasi adalah suatu kondisi di mana terjadi kemunduran sel atau
jaringan sebagai respons dari kegagalan adaptasi terhadap berbagai agen.
a. Karsinogenesis
Karsioniogenesis adalah mekanisme yang dilalui oleh bahan
karsinogen yang menyebabkan terjadinya kanker.
b. Reaksi imun
Reaksi imun adalah reaksi atau efek sistem imun tubuh terhadap

5
stimulus yang tidak diinginkan.

E. Perbedaan Etiologi dan Pathogenesis dalam Hubungan Penyakit


1. Etiologi
Etiologi adalah sebab dari suatu penyakit atau serangkaian
peristiwa yang menyebabkan sakitnya penderita. Definisi lain etiologi
adalah penetapan sebab dari fenomena meliputi identifikasi faktor-
faktor yang menimbulkan penyakit. Sebagai contoh pada penyakit TBC
paru, maka Mycobacterium tuberculosis ditetapkan sebagai etiologinya.
Selanjutnya ditetapkan faktor etiologi lain seperti faktor lingkungan,
status gizi dan risiko tertular dari penderita lain.
Dalam terminologi etiologi terjadi perdebatan penggunaan
istilah antara penyebab dan agen penyakit. Sebagai contoh dalam
menerangkan penyakit Tuberkulosis,dikatakan bahwa mycobacterium
adalah agen penyebab sedangkan penyebabnya adalah kemiskinan,
malnutrisi dan lingkungan
Penyakit dapat disebabkan oleh multifaktor yaitu keterlibatan
beberapa faktor bersama sama untuk menjadi penyebab penyakit. Semisal
penyakit TBC paru bukan hanya disebabkan oleh agen infeksi yaitu
bakteri yang bernama mycobacterium tuberculosis tetapi juga faktor
lingkungan yang buruk. Contoh lain yaitu penyakit yang sebelumnya
tidak diketahui penyebabnya saat ini telah ditemukan bahwa terdapat
faktor genetik yang menjadi penyebab penyakit anemia sel sabit dan
haenofilia.
Para ahli telah menyimpulkan bahwa secara umum etiologi penyebab
sakit ialah:
a. Kelainan genetik.
b. Agen infeksi seperti bakteri, virus, parasit dan jamur.
c. Bahan kimia dan radiasi.
d. Trauma atau ruda paksa.
Penjelasan lain menyebutkan bahwa dalam terminologi penyebab,
penyakit dapat disebabkan oleh:

6
a. Faktor genetik.
b. Faktor lingkungan.
c. Multi faktor (kerja sama genetik dan lingkungan.
2. Pathogenesis
Pathogenesis merupakan keseluruhan proses perkembangan
penyakit atau patogen, termasuk setiap tahap perkembangan, rantai
kejadian yang menuju kepada terjadinya patogen tersebut dan serangkaian
perubahan struktur dan fungsi setiap komponen yang terlibat di dalamnya,
seperti sel, jaringan tubuh, organ, oleh stimulasi faktor-faktor eksternal
seperti faktor mikrobial, kimiawi dan fisis. Berdasarkan definisi tersebut
maka dapat dipahami bahwa suatu penyakit memiliki mekanisme dan
perkembangan.
Sebagai contoh penyakit tuberculosis paru dimulai dari masuknya
kuman mycobacterium tuberculosis melalui air droplet dari seorang
penderita. Selanjutnya kuman akan berkembang biak dan menyebabkan
kerusakan paru sehingga terjadi gejala sesak nafas dan batuk darah.

Sumber www infoprincessmaureent.


Blogspot.com
Gambar 2.1 Penularan TBC

7
F. Tanda, Gejala, Lesi, Akibat dan Komplikasi
1. Tanda
Tanda-tanda penyakit adalah manifestasi penyakit secara obyektif
yang dapat diamati secara nyata seperti batuk, diare, muntah dan
beser. Mari kita perhatikan contoh tanda-tanda penyakit dalam
Gambar 2.2 berikut ini

Gambar 2.2 Peradangan

Peradangan pada jari kaki yang disebabkan oleh peningkatan asam


urat merupakan tanda akibat adanya perubahan atau gangguan dalam
tubuh yang bersifatobyektif sehingga bisa dilihat orang lain.
2. Gejala
Gejala adalah perubahan secara subyektif akibat penyakit yang
tidak dapat diamati orang lain seperti mual, pusing dan nyeri di perut.
Contoh lain seperti Sakit perut merupakan gejala akibat adanya
perubahan atau gangguan dalam tubuh yang bersifat subyektif, hanya
bisa dirasakan oleh pasien
Tanda dan gejala klinis penyakit dapat terjadi bersama sama. Hal ini
dimungkinkan jika ada kelainan bentuk dan kelainan fungsi. Sebagai
contoh kelainan bentuk pada kanker nasofaring yang terlihat adalah
hidung yang membesar sehingga menimbulkan kelainan fungsi
hidung berupa hidung sering tersumbat dan epistaksis. Contoh lain
yaitu peradangan pada jari kaki yang disebabkan oleh peningkatan asam
urat. Selain menunjukkan tanda berupa warna kemerahan dan bengkak
juga terdapat gejala klinis yang dirasakan pasien seperti nyeri berdenyut

8
dan demam.
3. Lesi
Lesi adalah perubahan struktur yang tampak baik secara makroskopis
maupun secara mikroskopis yang ditimbulkan dalam perkembangan suatu
penyakit
4. Akibat
Akibat merupakan hasil dari suatu penyakit.
5. Komplikasi
Komplikasi yaitu proses baru atau terpisah yang timbul sekunder
karena beberapa perubahan dari keadaan aslinya. Sebagai contoh
penyakit infeksi katup jantung merupakan komplikasi dari penyakit caries
gigi.

9
G. Proses penyakit
Penyakit atau sakit didefinisikan suatu kondisi dimana terdapat keadaan
tubuh yang abnormal, yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang
sehat. Definisi lain yaitu perubahan dalam individu yang menyebabkan
parameter (ciri ciri) kesehatan mereka berubah di luar batas-batas normal.
Ketiga faktor ( Host, Agen dan Lingkungan ) terus menerus dalam
keadaan berinteraksi satu sama lain. Bila interaksi seimbang terciptalah
keadaan sehat, bila terjadi gangguan kesimbangan , muncul penyakit.
Gangguan keseimbangan yang menyebabakan kesakitan tergantung
karakteristik dari ketiga faktor tersebut dan interaksi antara ketiganya
1. Karakteristik Pejamu ( Host )
Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman
penyakit, berupa :
a. Resistensi : kemampuan untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
b. Imunitas :kemampuan host untuk mengembangkan respon imunologis,
baik secara alamiah maupun perolehan sehingga tubuh kebal terhadap
suatu penyakit.
c. Infektifnes (Infectiousness): potensi pejamu yang terinfeksi untuk
menularkan penyakit kepada orang lain.
2. Karakteristik Penyebab ( Agent )
a. Infektivitas : kesanggupan agen untuk beradaptasi terhadap lingkungan
pejamu untuk mampu dan berkembang biak dalam jaringan pejamu.
b. Patogenisitas : kesanggupan agen untuk menimbulkan reaksi klinik
khusus yang patologis setelah terjadi infeksi pada host.
c. Virulensi : kesanggupan agen untuk menghasilkan reaksi patologis
yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian.
d. Toksisitas : kesanggupan agen untuk memproduksi reaksi kimia yang
toksis dari substansi kimia yang dibuatnya .
e. Invasitas : kemampuan agen untuk melakukan penetrasi dan menyebar
setelah memasuki jaringan.
f. Antigenisitas : kesanggupan agen untuk merangsang reaksi imunologis
dalam pejamu

10
3. Karakteristik Lingkungan ( Environment )
a. Topografi : situasi lokasi tertentu , baik natural atau buatan manusia
yang mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu
penyakit tertentu.
b. Geografis : keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dan
bumi yang berhubungan dengan kejadian penyakit.

H. Reaksi tubuh terhadap cidera


1. Reaksi Peradangan
Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap suatu
cidera. Ia akan mengoptimalkan proses penyembuhan jaringan dengan
mengganti jaringan yang rusak ataupun hancur dengan jaringan
baru yang.berkaitan dengan fungsinya. Respon inflamasinya masih sama,
terlepas dari lokasi, respon alami  dari bagian yang terkena cidera, zat
kimia yang berperan, metabolisme, permeabilitas, perubahan vaskuler, dan
diikuti oleh beberapa perbaikan.
Peradangan (reaksi vaskuler yang hasilnya merupakan pengiriman
cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-
jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis). Peradangan tidak
ditemukan di tengah jaringan tetapi pada tepi (antara jaringan hidup
dengan sirkulasi yang utuh)
a. Gambaran makroskopis peradangan akut
1) Rubor (kemerahan)
2) Kalor (panas)
3) Dolor (nyeri)
4) Tumor (pembengkakan)
5) Fungsio laesa (gangguan fungsi)

11
2. Penyembuhan Luka
a. Fase I (1-3 hari)
Leukosit mencerna bakteri dan jaringan yang rusak. Fibrin menumpuk
dan mengisi luka, pembuluh darah dari benang fibrin tumbuh pada
luka sebagai kerangka
b. Fase II (6-7 hari)
Leukosit mulai menghilang dan dasar luka mulai berisi kolagen
serabut protein putih, jaringan vaskuler, jaringan ikat kemerahan
karena banyak pembuluh darahnya.
c. Fase III (minggu kedua-keenam)
Luka berwarna merah jambu yang luas.
d. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan, klien akan mengeluh gatal di sekitar
luka, walaupun kolagen terus menimbun. Pada fase ini luka menciut
dan menjadi tegang.
3. Bentuk Penyembuhan Luka
penyembuhan luka akan terjadi dalam bermacam tahap :
a. Penyembuhan primer
Luka tajam, bersih dan dijahit, tanpa komplikasi. Hasilnya sembuh
dengan sedikit-sedikit.
b. Penyembuhan sekunder
Luka diisi oleh jaringan granulasi, epitel, merambat dari tepi luka ke
jaringan granulasi, penyembuhan berjalan lama, hasilnya sikatrik yang
tampak jelek.
c. Penyembuhan tersier
Luka dijahit setelah beberapa hari kemudian. Luka sudah lebih
terkontaminasi dari penyembuhan primer, granulasi lebih banyak.

I. Reaksi tubuh terhadap infeksi


Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Biasanya kita dilindungi oleh sistem pertahanan

12
tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap
kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi
dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai
macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh
dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat
asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan
jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit
karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi
organisme
1. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien
tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan
kerentanan penjamu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya
gejala pertama.
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam
ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Tahap ini
mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan mampu
menyebarkan penyakit ke orang lain.
c. Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis
infeksi.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
Respons pejamu yang terjadi juga tergantung dari jumlah mikroba yang
masuk. Mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya
meliputi :

13
1. Pertahanan fisik dan kimiawi: seperti kulit, sekresi asam lemak dan asam
laktat melalui kelenjar keringat, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi air
mata, air liur, urin, asam lambung serta lisosom dalam air mata
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal: yang memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme
3. Innate immunity (mekanisme non-spesifik): seperti sel polimorfonuklear
(PMN) dan makrofag, aktivasi komplemen, sel mast, protein fase akut,
interferon, sel NK (natural killer) dan mediator eosinofil
4. Imunitas spesifik: yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler.
Secara umum pengontrolan infeksi intraselular seperti infeksi virus,
protozoa, jamur dan beberapa bakteri intraselular fakultatif terutama
membutuhkan imunitas yang diperani oleh sel yang dinamakan imunitas
selular, sedangkan bakteri ekstraselular dan toksin membutuhkan imunitas
yang diperani oleh antibodi yang dinamakan imunitas humoral. Secara
keseluruhan pertahanan imunologik dan nonimunologik (nonspesifik)
bertanggung jawab bersama dalam pengontrolan terjadinya penyakit infeksi.

J. Reaksi umum tubuh


Sistem imunitas yang ada dalam tubuh manusia merespon masuknya
bakteri dan virus ke dalam tubuh manusia melalui mekanisme yang sangat
rumit dan komplek. Sistem imunitas ini mengenal molekul (antigen) yang
unik dari bakteri atau virus yang merangsang timbulnya antibodi (sejenis
protein) dan sejenis sel darah putih yang disebut limfosit. Limfosit ini
menandai antigen yang masuk dan kemudian menghancurkannya.
Awal terjadinya proses reaksi imunitas yaitu mekanisme pertahanan tubuh
untuk melawan setiap benda asing masuk ke dalam tubuh, sejumlah limfosit
yang disebut dengan sel memory segera berkembang menjadi limfosit yang
mempunyai kemampuan membuat zat kekebalan yang bertahan lama (long
lasting immunity). Benda asing tersebut bisa berupa bakteri, virus, organ
transplantasi dll. Apabila suatu sel atau jaringan seperti bakteri atau organ
tubuh ditransplantasikan ke dalam tubuh seseorang maka tubuh orang tersebut
akan menolaknya karena benda asing tersebut dianggap bukan sebagai bagian
dari jaringan tubuh mereka. Benda asing tersebut dianggap sebagai pendatang

14
(invader) yang harus diusir. Jadi secara sederhana dapat didefinisikan kembali
bahwa sistem kekebalan (immune system) ialah mekanisme tubuh manusia
untuk melawan/ mengusir benda asing yang masuk kedalam tubuh mereka.
Pertama-tama “memory cells” berupaya mengenal benda asing yang masuk
dan disimpan dalam “ingatan” sel memori ini. Ini disebut dengan reaksi
imunitas primer. Apabila benda asing yang sama masuk lagi ke dalam tubuh
orang tersebut untuk kedua kali dan seterusnya, maka sel memori ini dengan
lebih cepat dan sangat efektif akan merangsang sistem imunitas untuk
mengusir dan melawan benda asing yang sudah dikenal tersebut. Reaksi tubuh
akan lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan dengan reaksi saat perjumpaan
untuk pertama kalinya dengan benda asing tersebut.

K. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi darah adalah kondisi ketidaklancaran peredaran darah
seseorang akibat gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Beberapa faktor
penyebab gangguan sirkulasi darah yaitu: terdapatnya plak atheromatus,
kekentalan darah yang tinggi dan berkurangnya elastisitas dinding pembuluh
darah.
Adapun kelompok yang mempunyai risiko mendapatkan gangguan
sirkulasi darah yaitu:
1. Riwayat keluarga dengan penyakit sirkulasi darah.
2. Penderita kolesterol tinggi.
3. Sering stres.
4. Penderita hipertensi.
5. Obesitas.
6. Penderita diabetes mellitus.
7. Merokok dan minum alkhohol.
8. Jarang berolahraga.
Pada tubuh yang normal fungsi sirkulasi darah dapat berlangsung normal
dengan peran jantung dan pembuluh darah. Tetapi beberapa gangguan dapat
menghambat sirkulasi darah seperti kondisi berikut ini:
2. Kongesti/Bendungan/Hiperemia

15
Kongesti adalah keadaan dimana volume darah meningkat disertai
melebarnya pembuluh darah. Kongesti atau bendungan atau hiperemia
dapat dibedakan menjadi:
d. Hiperemia akut: Kondisi di mana terjadi kongesti atau bendungan yang
tidak terjadi perubahan yang nyata.
e. Hiperemia kronik: Kondisi di mana terjadi kongesti atau bendungan
yang disertai perubahan seperti edema.
f. Hiperemia aktif: Suatu kondisi di mana terjadi bendungan atau
kongesti yang mengakibatkan arteriol atau kapiler mengalami
vasodilatasi karena aliran darah ke suatu daerah meningkat
g. Hiperemia pasif: Suatu kondisi di mana terjadi aliran darah vena
menurun mengakibatkan dilatasi pembuluh vena dan kapiler.
Hiperemia ini disebut juga bendungan hipostatik.
Hiperemia pada umumnya terjadi dalam waktu singkat, jika
rangsangan terhadap arteriol dan vena berhenti maka sirkulasi akan normal
kembali.
3. Perdarahan
Definisi perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem
kardiovaskular yang dapat disertai dengan penimbunan darah dalam
jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari tubuh.
a. Perdarahan internal
b. Perdarahan eksternal
Berbagai penyebab terjadinya perdarahan antara lain sebagai
berikut:
a. Trauma
b. Kelainan mekanisme hemostatis.
c. Kerusakan dan kelainan pembuluh darah.
4. Trombosis
a. Patofisiologi thrombosis
Pada keadaan di mana aliran darah melambat maka trombosit akan
melekat pada permukaan bagian dalam dinding pembuluh darah.
Trombosit yang melekat semakin lama semakin banyak dan saling

16
melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol di dinding pembuluh
darah. Bila massa tersebut lepas dari dinding pembuluh darah disebut
embolus. Selanjutnya embolus akan mengikuti aliran darah dan pada
suatu tempat berhenti menyumbat pembuluh darah tersebut dan
kejadian ini disebut embolisme.
b. Etiologi trombosis
1) Kerusakan dinding bagian dalam pembuluh darah.
a) Aterosklerosis : Kondisi dinding pembuluh darah menebal dan
tidak rata.
b) Poliarteritis nodosa: Terjadi peradangan pada pembuluh darah.
c) Trombophlebitis: Perubahan pada aliran darah yaitu saat terjadi
aliran darah melambat, maka mudah terjadi kontak antara
trombosit dan dinding bagian dalam pembuluh darah endotel
sehingga mudah menimbulkan trombus.
d) Perubahan konstitusi darah: Jumlah dan sifat trombosit dapat
sewaktu waktu dapat mengalami perubahan yang dapat
mempermudah terbentuknya trombus. Seperti pada pasien
paska operasi dan seorang ibu yang sedang dalam masa nifas,
maka saat itu jumlah trombosit dalam darah meningkat 2-3 kali
dan lebih mudah melekat pada endotel sehingga mudah
terbentuk trombus.
2) Akibat trombosis
a) Pada pembuluh vena: Akibat yang akan timbul jika terjadi
trombosis dalam pembuluh darah vena yaitu bendungan masif,
edema dan nekrosis.
b) Pada pembuluh arteri: Akibat yang akan timbul jika trombosis
terjadi pada pembuluh darah arteri yaitu iskemia, nekrosis,
infark dan gangren.
5. Embolus
a. Pengertian embolus
Embolus adalah suatu benda asing yang terbawa aliran darah
berasal dari suatu tempat tersangkut dan menyumbat pembuluh darah.

17
b. Bentuk embolus
Embolus dapat berbentuk benda padat yang berasal dari sel kanker,
bakteri atau jaringan. Selain itu embolus juga dapat berupa cairan
seperti:
1) Zat lemak
2) Cairan amnion
3) Embolus gas
c. Jenis embolus
1) Embolus Vena
2) Embolus arteri
6. Syok
a. Pengertian
Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara volume darah
dengan ruang vaskular yang disebabkan oleh bertambahnya ruang
vaskular. Dapat juga dikatakan bahwa syok adalah ketidakseimbangan
antara volume darah dengan ruang vascular karena berkurangnya
volume darah.
b. Jenis syok
1) Syok primer
Kondisi jika terjadi defisiensi sirkulasi akibat ruang vaskular
membesar karena mengalami vasodilatasi maka akan terjadi syok
primer.
2) Syok sekunder
Jika terjadi ketidakseimbangan cairan yang menyebabkan
defisiensi sirkulasi akibat jumlah darah dan aliran darah juga turun
maka akan terjadi syok sekunder.
c. Faktor-faktor yang menyebabkan syok
1) Permeabilitas kapiler
Ketika permeabilitas kapiler bertambah maka cairan dalam darah
akan keluar kapiler masuk ke jaringan. Akibatnya dalam darah
akan terjadi pengentalan darah (Haemokonsentrasi) dan volume
darah akan berkurang.

18
2) Volume darah
Volume darah dapat berkurang sebagai akibat langsung dari
kejadian luka-luka, pembedahan atau muntah dan diare.
3) Vasodilatasi
Ketika terjadi vasodilatasi maka volume darah yang mengalir
dalam pembuluh darah seperti berkurang sehingga darah yang
kembali kejantung berkurang.
7. Infark
a. Pengertian
Sumbatan yang terjadi pada aliran arteri menimbulkan gangguan
sirkulasi darah setempat sehingga terjadi iskemia pada daerah yang
dialiri yang berakhir menjadi infark. Sumbatan tersebut dapat terjadi
secara perlahan lahan, cepat dan menetap yang berasal dari embolus
dan trombus. Namun demikian infark juga dapat terjadi karena adanya
arteriosklerosis yang menyebabkan aliran darah tidak lancar akibatnya
suplai darah kurang dan akhirnya muncul iskemia dan akhirnya infark.
b. Bentuk infark
1) Infark pucat/anemic : Umumnya terjadi akibat penyumbatan arteri
pada organ tubuh yang padat seperti jantung dan ginjal.
2) Infark merah/haemoragi: Banyak terjadi pada organ tubuh yang
terdiri atas jaringan yang renggang seperi paru paru dan usus.
c. Patogenesis Infark
Segera setelah terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah
yang terkena akan mengalami perubahan warna menjadi hiperemi.
Setelah beberapa jam daerah yang terkena akan menjadi membengkak
dan perdarahan. Setelah 24 jam pada organ jantung dan ginjal akan
berubah menjadi pucat sedangkan pada paru-paru dan usus akan
berubah merah. Beberapa hari kemudian jantung dan ginjal menjadi
putih berbatas tegas dengan sekitarnya sedangkan paru-paru dan usus
tidak mengalami perubahan.

19
L. Gangguan pertumbuhan sel
Setiap sel baik yang mendapat cidera atau pun yang tidak mendapat cidera
akan mengalami masa kematian. Proses kerusakan sel diawali dengan
terjadinya gangguan pada sistem di dalam sel.
Empat sistem dalam sel yang paling mudah terpengaruhi akibat adanya
cidera yaitu:
1. Membran sel .
2. Mitokondria
3. Retikulum endoplasma
4. Nukleus
Selanjutnya sel yang mengalami cidera akan mengalami destruksi dan
benar benar dikatakan mati ditandai oleh dua fenomena sebagai berikut:
1. Ketidakmampuan memperbaiki fungsi mitokondria sehingga sel tidak
dapat melakukan pembentukan ATP.
2. Gangguan fungsi membran yang nyata sehingga terjadi penurunan fungsi
membrane yang luas.
Sel yang mendapatkan pengaruh berupa cidera yang hebat dalam waktu
yang lama dan tidak dapat lagi mengkompensasi kelangsungan
metabolismenya akan mengalami kematian. Diawal kematiannya sel akan
mengalami pencairan atau koagulasi dengan keluarnya organel internal.
Cairan sel yang mati antara lain berisi enzim yang ketika berada dalam sel
hidup tidak bersifat litik tetapi ketika sel telah mati akan bersifat litik sehingga
dapat melarutkan sel yang mati. Enzim tersebut berasal dari lisososm sel yang
hancur dan akan mencerna sel itu sendiri yang disebut autolisis.
Para ahli menjelaskan lebih jauh bahwa kematian sel ditandai dengan
menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur berbagai aktivitas
biokimiawi sel dan mengaktivasi enzim autolisis yang menyebabkan membran
sel lisis. Akibatnya berbagai zat kimia yang ada dalam sel termasuk enzim
masuk ke dalam sirkulasi darah sehingga kadarnya dalam darah meningkat.
Hal tersebut dapat diamati dari hasil pemeriksaan laboratorium seperti
meningkatnya kadar SGOP, SGPT dan LDH. Selanjutnya perubahan yang
terjadi dalam sel yang mati dapat diamati melalui:

20
1. Perubahan Mikroskopis
2. Perubahan Makroskopis
3. Perubahan Kimia Klinik
Kerusakan sel yang berakhir dengan kematian sel dapat dibedakan menjadi
dua yaitu nekrotik dan apoptosis. Berikut ini penjelasannya.
1. Nekrotik
Nekrosis adalah kematian sel yang terjadi akibat cidera yang memiliki ciri
adanya pembengkakan dan ruptul organel internal. Inti sel yang mati akan
menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna
gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat
kromatin yang tersebar di dalam sel yang disebut karioreksis sedangkan
inti hilang yang disebut kariolisis Selanjutnya sel mati akan diisolir oleh
sel di sekitarnya dan akan menimbulkan peradangan. Akibat peradangan
yang terjadi leukosit akan berkumpul di daerah sel mati dan selanjutnya
mencerna sel tersebut melalui proses fagositosis.
2. Apoptosis
Apoptosis adalah salah satu jenis mekanisme biologi kematian sel
yang terprogram. Apoptosis digunakan oleh tubuh untuk membuang sel
yang sudah tidak diperlukan. Apoptosis berlangsung seumur hidup dan
bersifat menguntungkan bagi tubuh, berbeda dengan nekrosis yang bersifat
akut dan tidak terprogram. Sebagai contoh keuntungan apoptosis adalah
pemisahan jari pada periode embrio.

M. Riwayat alamiah penyakit dan Manifestasi klinis


Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah,
tanpa ikut campur tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya. Riwayat
alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan Perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak
terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit,
seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapetik.

21
Pengetahuan mengenai Riwayat Alamiah Penyakit (RAP) merupakan
dasar untuk melakukan upaya pencegahan. RAP dan hasil pemeriksaan fisik
akan mengarahkan pemeriksa (tenaga kesehatan) untuk menetapkan diagnosis
dan kemudian memahami bagaimana perjalanan penyakit yang telah
didiagnosis. Hal ini penting untuk dapat menerangkan tindakan pencegahan,
keganasan penyakit, lama kelangsungan hidup penderita, atau adanya gejala
sisa berupa cacat atau carrier. Informasi-informasi ini akan berguna dalam
strategi pencegahan, perencanaan lama perawatan, model pelayanan yang
akan dibutuhkan kemudian, dan lain sebagainya.
1. Tahap Riwayat Alamiah penyakit
a. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal sehat tetapi
mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh
serangan agen penyakit (stge of suseptibility). Walaupun demikian
pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu
dengan bibit penyakit . tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh,
dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana
para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang
penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh
daya tahan tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunya
‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas,
ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan
penjamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan
melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap
patogenesis. Secara ringkas, gambaran tahap prepatogenesis, yaitu:
1) Kondisi Host masih normal/sehat
2) Sudah ada interaksi antara Host dan Agent, tetapi Agent masih
diluar Host
3) Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah maka Host
jadi lebih rentan atau Agent jadi lebih virulen jadi Agent masuk ke
Host (memasuki tahap patogenesis)

22
b. Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap, yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap Dini,
Tahap Lanjut, dan Tahap Akhir.
1) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap
penyakit, sampai timnulnya gejala penyakit. tahap ini ditandai
dengan mulai masuknya Agent ke dalam Host, sampai timbulnya
gejala sakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit
dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa
inkubasi ini sangat penting, tidak sekedar sebgai pengetahuan
riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap
penyakit mempunyai mas inkubasi tersendiri, dan pengetahuan mas
inkubasi dapat dipakai untuk indentifikasi jenis penyakitnya.
2) Tahap Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang
kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah
kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic
changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of
subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini
sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
3) Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan
mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan
gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah
menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas sehingga
diagnosis sudah realtif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis ditegakknan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk
menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
4) Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima
pilihan keadaan, yaitu:

23
a) Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan
tumbuh menjadi pulih, sehat kembali.
b) Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang,
penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya,
meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
c) Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit
penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan
gangguan penyakit Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
d) Berakhir dengan kematian.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan fisiologi
yang diakibatkan oleh proses patologis. Gangguan dalam proses seluler
normal mengakibatkan perubahan adaptif atau letal.
Perbedaan antara sel yang sanggup beradaptasi dengan sel yang cedera
adalah pada dapat atau tidaknya sel itu mengikuti dan mengatasi atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah dan merusak itu. Sel
cedera menunjukkan perubahan-peruahan yang dapat mempengaruhi fungsi-
fungsi tubuh bermanifestasi sebagai penyakit.
System imunitas yang ada dalam tubuh manusia merespon masuknya
bakteri dan virus ke dalam tubuh manusia melalui mekanisme yang sangat
rumit dan komplek.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui patofisiologi
dari suatu penyakit, untuk dapat dijadikan pedoman dalam pelayanan
kesehatan

25
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC

Ismah, Zata. 2018. Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Sumatera Utara: UIN Medan

Kumar V, Cotran R.S, Robbin S.L.2007. Buku Ajar Patologi Robbins edisi 7
vol.1. Jakarta: EGC

Sriyanti, Cut. 2016. Patologi: Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Suyanto. 2013. Patologi I. Jakarta: PPSDM Kemenkes RI.

26

Anda mungkin juga menyukai