Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PATHOGEN RIKETSIA

DISUSUN OLEH

ESTER NATHANIA 2019.01.009

NIKO WAHYU PRASETYO 2019.01.013

YUSTINA S MANUTMASA 2019.01.020

STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

JALAN CIMANUK NO. 20 SURABAYA

2020

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, saya ingin memanjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Pathogen Riketsia”

Makalah ini merupakan upaya meningkatkan pengetahuan tentang stunting,


sebab-sebab serta cara mengatasi riketsia, khususnya di lingkungan tempat kami tinggal.
Terselesaikannya karya tulis ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu kami menyampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada mereka.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaannya. Akhirnya, kami berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan
memberikan inspirasi kepada pembaca dalam upaya mencegah dan mengatasi kelainan
konginetal.

Surabaya, 15 Februari 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................. 2
1.4. Manfaat ........................................................................................... 3
1.5. Metode Penulisan ........................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

2.1. Pengertian ....................................................................................... 4


2.2. Struktur Riketsia ............................................................................. 4
2.3. Infeksi yang Dapat Ditularkan ........................................................ 5
2.4. Mekanisme Pertahanan Tubuh ..................................................... 13
2.5. Pemberantasan .............................................................................. 16
2.6. Cek Lab......................................................................................... 16

BAB 3 PEMBAHASAN CONTOH KASUS ................................................... 17

BAB 4 PENUTUP ............................................................................................ 22

3.1. Kesimpulan .................................................................................... 22


3.2. Saran .............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniselular, termasuk klas
Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri
tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri ada
yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan dan
tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai + 10
km diatas bumi), di dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk dasar
bulat, batang, dan lengkung. Bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan
syarat pertumbuhan tertentu.

Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan


faktor makanan, suhu, dan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri.
Selain itu dapat mengalami pleomorfi, yaitu bentuk yang bermacam-macam dan
teratur walaupun ditumbuhkan pada syarat pertumbuhan yang sesuai. Umumnya
bakteri berukuran 0,5-10 µ. Berdasarkan klasifikasi artifisial yang dimuat dalam
buku “Bergey’s manual of determinative bacteriology” tahun 1974, bakteri
diklasifikasikan berdasarkan deskripsi sifat morfologi dan fisiologi. Dalam buku ini
juga terdapat kunci determinasi untuk mengklasifikasikan isolat bakteri yang baru
ditemukan.. Sedangkan Virus ukurannya sangat kecil dan dapat melalui saringan
(filter) bakteri. Ukuran virus umumnya 0,01-0,1 µ.

Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa. Untuk melihat


virus diperlukan mikroskop elektron. Sifat-sifat virus yang penting antara lain:

1. Virus hanya mempunyai 1 macam asam nuklein (RNA atau DNA).


2. Untuk reproduksinya hanya memerlukan asam nuklein saja.
3. Virus tidak dapat tumbuh atau membelah diri seperti mikroba lainnya.

1
Virus memiliki sifat-sifat khas dan tidak merupakan jasad yang dapat berdiri
sendiri. Virus memperbanyak diri dalam sel jasad inang (parasit obligat) dan
menyebabkan sel-sel itu mati. Sel inang adalah sel manusia, hewan, tumbuhan, atau
pada jasad renik yang lain. Sel jasad yang ditumpangi virus dan mati itu akan
mempengaruhi sel-sel sehat yang ada didekatnya, dan karenanya dapat
mengganggu seluruh kompleks sel (becak-becak daun, becak-becak nekrotik dan
sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah

• Apakah pengertian dari riketsia ?


• Bagaimanakah struktur bakteri riketsia?
• Apa sajakah infeksi yang dapat ditularkan oleh bakteri riketsia?
• Bagaimanakah mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi infeksi bakteri
riketsia?
• Bagimanakah pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh bakteri riketsia?
• Bagaimanakah deskripsi hasil pemeriksaan laboratorium pada penderita
penyakit yang disebabkan oleh bakteri riketsia?

1.3. Tujuan

• Untuk mengetahui pengertian riketsia.


• Untuk mengetahui struktur bakteri riketsia.
• Untuk mengetahui infeksi yang dapat di tularkan oleh bakteri riketsia.
• Untuk mengetahui mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi infeksi
bakteri riketsia.
• Untuk mengetahui pemberantasan penyakit yang di sebabkan oleh bakteri
riketsia.
• Untuk mengetahui deskripsi hasil pemeriksaan laboratorium pada penderita
penyakit yang disebabkan oleh bakteri riketsia.

2
1.4. Manfaat

• Dapat mengetahui pengertian riketsia.


• Dapat mengetahui struktur bakteri riketsia.
• Dapat mengetahui infeksi yang dapat di tularkan oleh bakteri riketsia.
• Dapat mengetahui mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi infeksi
bakteri riketsia.
• Dapat mengetahui pemberantasan penyakit yang di sebabkan oleh bakteri
riketsia.
• Dapat mengetahui deskripsi pemeriksaan laboratorium pada penderita penyakit
yang disebabkan oleh bakteri riketsia.

1.5. Metode Penulisan

• Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data
dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun
informasi di internet.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Pengertian
Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Rickettsia bersifat parasit
intraselular obligat, dan dapat menyebabkan penyakit Rickettsia. Menjadi Parasit
intra seluler obligat , kelangsungan hidup Rickettsia tergantung pada entri,
pertumbuhan, dan replikasi dalam sitoplasma dari eukariotik sel inang (sel endotel
biasanya). Metode perkembangan Rickettsia dalam embrio ayam ditemukan
oleh Ernest William Goodpasture dan koleganya di Universitas Vanderbilt pada
tahun 1930-an.

2.2. Struktur Ricketsia


Rickettsia berasal dari
• Phylum : Proteobacteria
• Kelas : Alpha Proteobacteria
• Ordo : Rickekettsiales
• Famili : Rickettsiaceae
• Genus : Rickettsia, Gram-negatif, non-sporeforming,
Bentuknya pleomorfik yang pada umumnya berukuran 1 – 0,3 mikron dapat hadir
sebagai cocci (0,1 pM diameter), batang (1-4 pM panjang) atau benang seperti (10
pM panjang). Meskipun sangat kecil dan selalu terdapat didalam sel, Rickettsia
bukanlah termasuk virus melainkan golongan bakteri. Rickettsia mempunyai sifat-
sifat yang sama dengan sifat-sifat bakteri yaitu mengandung asam nukleat yang
terdiri dari RNA dan DNA , berkembang biak dengan pembelahan biner, dinding sel
mengandung mukopeptida, mempunyai ribosom, mempunyai enzim yang aktif pada
metabolisme, dihambat oleh obat-obat anti bakteri dan dapat membentuk ATP
sebagai sumber energi.

4
Rickettsia dapat berbentuk batang pendek, kokoid atau pleomorf (kokobasilus
pleomorfik). Rickettsia mempunyai struktur dinding sel gram negative sehingga
mempermudah untuk hidup didalam kuning telur embrio yang terdiri dari
peptidoglikan yang mengandung asam muramat dan asam diaminopimelat. Pada
rickettsia, bagian yang tumbuh berbeda-beda.

2.3. Infeksi yang Dapat Ditularkan


Infeksi yang dapat disebabkan Rickettsia adalah :
• Mual (Tahap Awal)
• Muntah (Tahap Awal)
• Sakit kepala (Tahap Awal)
• Demam (Tahap Awal)
• Kehilangan nafsu makan (Tahap Awal)
• Ruam Berbintik (Tahap Menengah)
• Lesi (Merah) (Tahap Lanjutan)
• Diare (Tahap Lanjutan)
• Rasa Sakit/Nyeri - Perut (Tahap Lanjutan)
• Rasa Sakit/Nyeri - Sendi (Tahap Lanjutan)
• Malaise

5
Namun untuk pembahasan lebih lanjut infeksi yang spesifik dapat dijelaskan
sebagai berikut :
❖ Tifus Murin
Tifus Murin (Tifus Kutu Tikus, Tifus Malaya) adalah infeksi yang ditularkan
oleh tikus, yang menyebabkan demam dan ruam.Penyakit ini tersebar di seluruh
dunia, sering menyebabkan wabah, terutama di daerah perkotaan yang padat,
dimana tikus banyak ditemukan.
PENYEBAB. Rickettsia typhi. Bakteri ini hidup pada kutu tikus, mencit dan
hewan pengerat lainnya. Kutu tikus inilah yang menularkan riketsia kepada
manusia.
GEJALA. Gejala timbul dalam waktu 6-18 hari setelah terinfeksi. Biasanya
gejala awal berupa menggigil, sakit kepala dan demam. Demam berlangsung
selama 12 hari.Ruam yang sedikit menonjol dan berwarna merah muda akan
timbul setelah 4-5 hari pada 80% penderita. Pada mulanya ruam hanya terdapat di
sebagian kecil tubuh dan sulit dilihat.Setelah 4-8 hari, ruam akan memudar secara
bertahap.
Gejala lainnya yang bisa ditemukan pada penderita adalah:
• sakit punggung
• sakit persendian
• mual dan muntah
• batuk kering
• nyeri perut.
DIAGNOSA. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-
gejalanya.Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya peningkatan kadar
antibodi terhadap tifus.
PENGOBATAN. Untuk meredakan infeksi dan mengatasi gejala-gejalanya,
diberikan antibiotik (tetrasiklin, doksisiklin, kloramfenikol). Tetrasiklin biasanya
tidak diberikan kepada anak-anak karena dapat mengganggu pertumbuhan
gigi.Kebanyakan penderita akan sembuh sempurna. Tetapi kematian bisa terjadi
pada penderita dengan usia lebih tua dan dengan gangguan sistem kekebalan.
PENCEGAHAN Hindari tempat-tempat yang banyak mengandung kutu
tikus.

6
❖ Demam Berbintik Rocky Mountain
PENYEBAB. Ricketsia ricketsii Mikroorganisme ini khas untuk belahan
bumi barat. Pertama kali ditemukan di negara bagian Rocky Mountain, tapi juga
terdapat di seluruh Amerika, kecuali di Maine, Hawai dan Alaska. Penyakit ini
biasanya timbul pada bulan Mei-September, dimana kutu dewasa sangat aktif dan
orang-orang berada di daerah yang banyak ditemukan kutu.
Di negara bagian selatan, penyakit ini terjadi sepanjang tahun. Resiko tinggi
terinfeksi adalah anak-anak berusia dibawah 15 tahun, karena mereka banyak
menghabiskan waktunya di luar rumah, di tempat dimana kutu banyak ditemukan.
Kutu yang terinfeksi menularkan riketsia kepada kelinci, bajing, rusa, beruang,
anjing dan manusia.Penyakit ini tidak ditularkan secara langsung dari orang ke
orang.
Riketsia hidup dan berkembang-biak di dalam dinding pembuluh darah. Yang
sering terinfeksi adalah pembuluh darah di kulit, dibawah kulit, di otak, jantung,
paru-paru, ginjal, hati dan limpa. Pembuluh darah bisa tersumbat oleh bekuan
darah.
GEJALA. Gejala dimulai secara tiba-tiba dalam waktu 3-12 hari setelah
gigitan kutu. Makin cepat gejala timbul, makin berat gejalanya. Terjadi sakit
kepala hebat, menggigil, kelelahan yang luar biasa (postrasi) dan nyeri otot.
Demam 39,440,4°Celsius terjadi selama beberapa hari dan pada kasus yang berat,
tetap tinggi sampai selama 15-20 hari.
Demam bisa menghilang di pagi hari untuk sementara waktu. Penderita juga
mengeluh batuk kering pendek. Pada hari keempat demam, ruam muncul di
pergelangan tangan, pergelangan kaki, telapak tangan, telapak kaki dan lengan
bawah; dan dengan segera akan menyebar ke leher, muka, ketiak, bokong dan
daerah yang tertutup celana pendek.
Pada mulanya ruam tampak datar dan berwarna merah muda, tapi selanjutnya
akan menonjol dan berwarna lebih gelap. Mandi air hangat akan lebih
memperjelas adanya ruam ini. Dalam waktu 4 hari, muncul area keunguan (peteki)
karena adanya perdarahan di dalam kulit. Bila beberapa area ini menyatu, bisa
terbentuk koreng.

7
Bila pembuluh darah otak terkena, akan timbul sakit kepala, gelisah, sulit
tidur, penurunan kesadaran dan koma. Hati bisa membesar, peradangan hati
menyebabkan sakit kuning, meskipun jarang terjadi. Bisa terjadi peradangan
saluran pernafasan (pneumonitis). Juga bisa terjadi pneumonia, kerusakan otak
dan kerusakan hati. Kadang tekanan darah bisa menurun dan bahkan pada kasus
yang berat, terjadi kematian mendadak
DIAGNOSA. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pemeriksaan darah menunjukkan adanya penurunan kadar trombosit dan sel darah
merah. Biopsi kulit bisa menunjukkan adanya mikroorganisme penyebab penyakit
ini. PENGOBATAN Segera diberikan antibiotik.
Yang sering digunakan adalah doksisiklin atau tetrasiklin, kepada wanita
hamil bisa diberikan kloramfenikol. Antibiotik telah mengurangi angka kematian
dari 20% menjadi 7%. Kematian terjadi bila pengobatan tertunda. Penderita
demam yang berat sering memiliki sirkulasi darah yang tidak memadai, yang bisa
menyebabkan gagal ginjal, anemia, pembengkakan jaringan dan koma.
Juga bisa terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang terinfeksi. Karena itu
bisa diberikan cairan melalui infus dengan pengawasan ketat, untuk menghindari
peningkatan pengumpulan cairan di paru-paru dan otak, terutama pada stadium
lanjut.
PENCEGAHAN. Tidak ada vaksin untuk demam berbintik Rocky
Mountain. Sebaiknya digunakan repelen (penolak serangga) seperti dietil-
toluamid pada kulit dan pakaian orang-orang yang bekerja di daerah dimana
banyak ditemukan kutu.
Repelen ini efektif tapi kadang-kadang menyebabkan reaksi toksik, terutama
pada anak-anak.Kebersihan badan dan pencarian kutu sangat penting untuk
pencegahan. Kutu harus diambil secara hati-hati, karena riketsia bisa ditularkan
melalui darah yang keluar bila kutu tertindas diantara jari-jari tangan. Bisa juga
digunakan insektisida untuk membasmi kutu.

8
❖ Ehrlichioses : Demam dan Sakit Kepala karena Gigitan Kutu
Ehrlichioses adalah infeksi kutu borne yang menyebabkan demam, panas
dingin, sakit kepala, dan perasaan sakit umum (malaise). Gejala-gejala ini terjadi
tiba-tiba.
PENYEBAB Bakteri Ehrlichia, seperti Rickettsiae, dapat hidup hanya di
dalam sel hewan atau manusia. Meskipun begitu, tidak seperti Rickettsiae, bakteri
Ehrlichia mendiami sel darah putih (seperti granulosit dan monosit).
Spesies lain mendiami jenis lain pada sel darah putih. Erchilioses sangat
sering terjadi di daerah Amerika Serikat Selatan dan Tengah Selatan. Mereka juga
terjadi di Eropa. Mereka lebih sering terjadi di antara musim semi dan akhir
musim gugur, pada waktu kutu paling aktif. Infeksi menyebar ke orang melalui
gigitan kutu, kadangkala dihasilkan dari kontak dengan hewan yang membawa
kutu anjing coklat atau kutu rusa.
GEJALA. Gejala-gejala biasanya dimulai 1 sampai 3 minggu setelah gigitan
kutu. Gejala-gejala awal adalah demam. Panas dingin, sakit kepala berat, sakit
badan, dan malaise.
Sebagaimana kemajuan infeksi, gejala-gejala bisa terbentuk :
• Muntah-Muntah
• Diare
• Kejang
• Pusing
• Koma
• batuk
• Kesulitan bernafas
Ruam kulit kurang umum dibandingkan infeksi Rickettsial. Kematian tidak
sering terjadi tetapi bisa terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang
dilemahkan atau mereka yang kulitnya tidak segera diobati dengan cukup.

9
DIAGNOSA. Dokter melakukan pemeriksaan darah, yang bisa mendeteksi
jumlah sel darah putih rendah, jumlah platelet rendah (thrombocytopenia), dan
kelainan penggumpalan darah. Tetapi hal ini ditemukan terjadi pada banyak
gangguan lainnya.
Pemeriksaan darah untuk memeriksa antibodi terhadap bakteri ini
kemungkinan sangat membantu, tetapi hasilnya biasanya tidak positif sampai
beberapa minggu setelah sakit tersebut dimulai. Tes Reaksi rantai polymerase
(PCR) kemungkinan lebih berguna.
Hal itu meningkatkan jumlah DNA bakteri dan dengan demikian membuat
bakteri lebih mudah dikenali. Kadangkala sel darah putih mengandung bercak
berkarakter (morulae) yang bisa dilihat di bawah mikroskop. Kehadiran morulae
memastikan diagnosa pada ehrlichiosis.
PENGOBATAN. Jika orang yang telah terkena kutu yang terinfeksi
mengalami gejala-gejala khusus, pengobatan biasanya dimulai berdasarkan
gejala-gejala orang tersebut sebelum hasil pemeriksaan laboratorium tersedia.
Doxycycline, chloramphenicol, dan tetrasiklin semuanya efektif.
Ketika pengobatan dimulai lebih awal, kebanyakan orang segera bereaksi dan
sembuh. Penundaan pada pengobatan bisa menyebabkan komplikasi serius,
termasuk kematian pada 2 sampai 5% penderita.

10
Penyakti Lainnya.

Penyakit Penyebab Daerah Gambaran penyakit


Masa inkubasi 7-14
hari
Onset terjadi secara
tiba-tiba
Demam, sakit kepala,
Rickettsia kelelahan
Tifus
prowazekii, Seluruh dunia Ruam muncul hari
Epidemik
ditularkan tuma ke4-ke6
Jika tidak diobati,
bisa berakibat fatal,
terutama pada
penderita diatas 50
tahun
Masa inkubasi 6-21
hari
Onset terjadi secara
Rickettsia
Tifus Asia Pasifik, Jepang, India, tiba-tiba
tsutsugamushi,
Belukar Australia, Tailan Demam, menggigil,
ditularkan tungau
sakit kepala
Ruam muncul hari
ke5-ke8
Menyerupai Demam
Berbintik Rocky
Ehrlichia canis,
Mountain, tapi tanpa
Erlikiosis ditularkan kutu Seluruh dunia
ruam
anjing coklat
Jika tidak diobati,
bisa berakibat fatal
1 minggu sebelum
demam, muncul
koreng di kulit
Pertama kali ditemukan di
Demam hilang timbul
New York, juga ditemukan
Cacar Rickettsia akari, selama1 minggu
di daerah lainnya di
Riketsia ditularkan tuma disertai menggigil,
Amerika & di Rusia, Korea
keringat berlebih,
serta Afrika
sakit kepala, sensitif
thd sinar matahari,
nyeri otot

11
Demam Q
Coxiella burnetii (Rickettsia burnetii), penularan melalui cipratan ludah yg
mengandung riketsia atau melalui susu yang terinfeksi
Seluruh dunia
Masa inkubasi 9-28 hari
Onset terjadi secara tiba-tiba
Demam, sakit kepala hebat, menggigil, lemah, nyeri otot, nyeri dada, pneumonitis,
tanpa ruam

Masa inkubasi 14-30


hari
Onset terjadi secara
Bartonella
Demam Meksiko, Tunisia, Eritrea, tiba-tiba
quintana,
Parit Polandia, Rusia Demam, lemah,
ditularkan tuma
pusing, sakit kepala,
sakit punggung, sakit
tungkai

12
2.4. Mekanisme Pertahanan Tubuh
❖ Mekanisme Pertahanan Tubuh Ekstraseluler
Respons imun terhadap bakteri ekstraseluler bertujuan untuk menetralkan
efek toksin dan mengeliminasi bakteri. Respons imun alamiah terutama melalui
fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida
dalam dinding bakteri Gram negatif dapat mengaktivasi komplemen jalur
alternatif tanpa adanya antibodi. Hasil aktivasi ini adalah C3b yang mempunyai
efek opsonisasi, lisis bakteri melalui serangan kompleks membran dan respons
inflamasi akibat pengumpulan serta aktivasi leukosit.
Endotoksin juga merangsang makrofag dan sel lain seperti endotel
vaskular untuk memproduksi sitokin seperti TNF, IL-1, IL-6 dan IL-8. Sitokin
akan menginduksi adesi neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat
infeksi, diikuti dengan migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi.
Kerusakan jaringan yang terjadi adalah akibat efek samping mekanisme
pertahanan untuk eliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis
protein fase akut.
Netralisasi toksin Infeksi bakteri Gram negatif dapat menyebabkan
pengeluaran endotoksin yang akan menstimulasi makrofag. Stimulasi yang
berlebihan terhadap makrofag akan menghasilkan sejumlah sitokin seperti IL-1,
IL-6 dan TNF. Proses ini akan memacu terjadinya reaksi peradangan yang
menyebabkan kerusakan sel, hipotensi, aktivasi sistem koagulasi, gagal organ
multipel dan berakhir dengan kematian. Antibodi yang mengandung reseptor
sitokin dan antagonisnya, berperan dalam menghilangkan sejumlah sitokin
dalam sirkulasi dan mencegah sitokin berikatan pada sel target.

Antibodi yang beredar dalam sirkulasi akan menetralisasi molekul


antifagositik dan eksotoksin lainnya yang diproduksi bakteri. Mekanisme
netralisasi antibodi terhadap bakteri terjadi melalui dua cara. Pertama, melalui
kombinasi antibodi di dekat lokasi biologi aktif infeksi yaitu secara langsung
menghambat reaksi toksin dengan sel target. Kedua, melalui kombinasi antibodi
yang terletak jauh dari lokasi biologi aktif infeksi yaitu dengan mengubah
konformasi alosterik toksin agar tidak dapat bereaksi dengan sel target.

13
Dengan ikatan kompleks bersama antibodi, toksin tidak dapat berdifusi
sehingga rawan terhadap fagositosis, terutama bila ukuran kompleks membesar
karena deposisi komplemen pada permukaan bakteri akan semakin bertambah.

Opsonisasi. Adalah pelapisan antigen oleh antibodi, komplemen,


fibronektin, yang berfungsi untuk memudahkan fagositosis. Opsonisasi ada dua
yaitu opsonisasi yang tidak tergantung antibodi dan yang ditingkatkan oleh
antibodi. Pada opsonisasi yang tidak tergantung antibodi, protein pengikat
manose dapat terikat pada manose terminal pada permukaan bakteri, dan akan
mengaktifkan C1r dan C1s serta berikatan dengan C1q. Proses tersebut akan
mengaktivasi komplemen pada jalur klasik yang dapat berperan sebagai opsonin
dan memperantarai fagositosis. Lipopolisakarida (LPS) merupakan endotoksin
yang penting pada bakteri Gram negatif. Sel ini dapat dikenal oleh tiga kelas
molekul reseptor. Sedangkan opsonisasi yang ditingkatkan oleh antibodi adalah
bakteri yang resisten terhadap proses fagositosis akan tertarik pada sel PMN dan
makrofag bila telah diopsonisasi oleh antibodi.

Sistem imun sekretori. Permukaan mukosa usus mempunyai mekanisme


pertahanan spesifik antigen dan nonspesifik. Mekanisme nonspesifik terdiri dari
peptida antimikrobial yang diproduksi oleh neutrofil, makrofag dan epitel
mukosa. Peptida ini akan menyebabkan lisis bakteri melalui disrupsi pada
permukaan membran.

14
❖ Mekanisme Pertahanan Tubuh intraseluler
Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri intraseluler
fakultatif dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah
difagositosis tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri
intraseluler obligat adalah bakteri yang hanya dapat hidup dan berkembang biak
di dalam sel hospes. Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak dapat dijangkau
oleh antibodi dalam sirkulasi, sehingga mekanisme respons imun terhadap
bakteri intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan bakteri ekstraseluler.

Beberapa jenis bakteri seperti basil tuberkel dan leprosi, dan organisme
Listeria dan Brucella menghindari perlawanan sistem imun dengan cara hidup
intraseluler dalam makrofag, biasanya fagosit mononuklear, karena sel tersebut
mempunyai mobilitas tinggi dalam tubuh. Masuknya bakteri dimulai dengan
ambilan fagosit setelah bakteri mengalami opsonisasi.

Namun setelah di dalam makrofag, bakteri tersebut melakukan perubahan


mekanisme pertahanan.Bakteri intraseluler memiliki kemampuan
mempertahankan diri melalui tiga mekanisme, yaitu

• hambatan fusi lisosom pada vakuola yang berisi bakteri


• lipid mikobakterial seperti lipoarabinomanan menghalangi pembentukan
ROI (reactive oxygen intermediate) seperti anion superoksida, radikal
hidroksil dan hidrogen peroksida dan terjadinya respiratory burst
• menghindari perangkap fagosom dengan menggunakan lisin sehingga tetap
hidup bebas dalam sitoplasma makrofag dan terbebas dari proses
pemusnahan selanjutnya.

15
2.5. Pemberantasan
❖ Memutuskan Mata Rantai
• Typus Endemik : Menghilangkan tuma dengan insektisid
• Typus Murine : Dengan bangunan yang tahan tikus dan
penggunaan racun tikus
• Sclub typus : Pembersihan sekitar perkemahan tempat
tumbuhtumbuhan dimana tikus dan tungau hidup.
• Demam berbercak : Pembersihan tanah yang mengandung organisme
ini, pencegahan perorangan : memakai kaos kaki yang menutupi celah
untuk mengusir sengkenit yang melekat.
• Riketsiapox : Membrantas Hewan Pengerat
❖ Menjaga Kebersihan Lingkungan Dan Diri
Menjaga kebersihan baik dari lingkungan maupun diri sendiri, misalnya
jangan membiarkan banyak pakaian kotor yang tergantung di kamar karena
dapat ijadikan sarang kutu, lalu menggunakan obat gosok untuk mencegah
gigitan arthopoda.
❖ Imunisasi
Imunisasi aktif dapat dilakukan dengan memakai antigen yang diberi
formalin, yang dibuat dari kantong kuning telur embrio ayam yang terinfeksi
atau dari biakan sel.

2.6. Cek Lab


Darah (atau bekuan darah yang telah diemulsi) diinokulasikan ke dalam
marmot, mencit, atau telur. Riketsia biasanya ditemukan dalam darah yang diambil
segera setelah timbul penyakit, tetapi dapat ditemukan sampai hari ke12 masa
sakit.Bila marmot tidak tampak sakit (demam, pembengkakan skotrum, nekrosis
pendarahan, kematian), serumnya dikumpulkan untuk tes antibody dengan tujuan
untuk mengetahui apakah hewan itu menderita infeksi yang tidak nyata.

16
BAB 3

CONTOH ASKEP DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengkajian

Pasien dengan ricketsia biasanya sering mengeluh nyeri tulang pada punggung
bawah dan ekstremitas disertai dengan nyeri tekan. Gambaran dari ketidaknyamanan
masih samar-samar, pasien mungkin datang dengan fraktur. Selama wawancara,
informasikan tentang masalah yang nyata terdapat sehubungan dengan penyakitnya
(sindrom malabsorbsi) dan kebiasaan diet dapat diketahui.
Pada pemeriksaan fisik, di dapatkan deformitas skelet, deformitas vertebrae, dan
deformitas lengkungan tulang panjang mungkin memberikan ketidakbiasaan
penampilan pada pasien dan cara berjalan seperti bebek. Dapat terjadi kelemahan
otot. Pasien ini merasa tidak nyaman dengan penampilannnya.
Pada foto x – ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat
nyata. Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri
pada ujung vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata
serum kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi
urine calsium dan creatinin lambat.

3.2. Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri b.d fraktur patologis, kelemahan d.d wajah meringis
b. Suplay nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia d.d kelemahan
c. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d cemas
d. PK: anemia
e. Resiko pola napas tidak efektif b.d dipsnea, hipoksia d.d penurunan kadar hb
dalam darah.
f. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, hilangnya integritas struktur tulang d.d .
kelemahan.
g. Gangguan eliminasi urine b.d. pembentukan batu ginjal d.d. dari abdomen
bagian posterior kuadran bawah.
h. Sindrome disuse b.d kerusakan saraf vertebra d.d gangguan ADL

17
i. Gangguan ADL b.d. defisit pengawasan diri d.d. kelemahan.
j. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d tungkai melengkung, jalan bebek,
deformitas vertebra

3.3. Intervensi Keperawatan


• Diagnosa Keperawatan 1
Diagnosa Tujuan dan NOC NIC Rasional

1. Nyeri b.d Tujuan: setelah diberi tindakanNNIC:


fraktur patologis, selama 2 x 60 menit nyeri px o Pemberian 1. nyeri
kelemahan berkurang. analgesik: berkurang
ditandai denganNNOC: penggunaan atau
wajah meringis o Tingkat kenyamanan agen agen terkontrol
:perasaan senang secara fisik farmakologi 2. Terlihat
Ds: dan psikologi untuk rileks, dapat
Px mengatakan o Tingkat nyeri : jumlah nyeri mengurangi istirahat,
merasaKeletihan d yang ditunjuk kan atau atau tidur dan
an takut kembali dilaporkan menghilangkan berpartisipa
Terluka o Tingkat nyeri dibuktikan nyeri si dalam
D Do: dengan indikator berikut o aktivitas
o Atrofi kelo (sebutkan nilainya (1- Penatalaksanan sesuai
mpok 5:extrem,berat,ringan,tidak n nyeri : kemampuan
obat yan ada). meringankan .
g terlibat o P:degenerasi(penuaan),infla atau
o Perubahan masi mengurangi
kemampua o Q:qualitas nyeri nyeri sampai
n untuk o R:sendi(lutut,tulang pada tingkat
meneruska belakang) kenyamanan
n aktivitas o S:skaka nyeri yang dapat
seterusnya 0=tidak nyeri diterima oleh
o Anoreksia 1-3=nyeri ringan paasien
o Perubahan 4-6=nyeri sedang
pola tidur 7-10=nyeri meringis
o 4. peruba o T:tergantung pada etiologi
han berat
badan.

18
• Diagnosa Keperawatan 2

Diagnosa Tujuan dan NOC NIC Rasional


2. Gangguan Tujuan: setelah di NIC 1. Membantu meenentukan
mobilitas fisik b.d lakukan tindakan 1. Kaji intervensi yang akan dilakukan.
nyeri, hilangnya selama 3 x 24 jam kebutuhan 2. Membantu perawatan diri
integritas struktur mobilitas fisik akan dan memandirikan pasien tehnik
tulang d.d . pasien mulai bantuan pemindahan yang tepat
kelemahan. membaik. pelayanan mencegah abrasikulit dan jatuh.
Ds : NOC kesehatan 3. Untuk menentukan tindakan
Px mengatakan 1. Menunjukkan dirumah dan yang dibutuhkan oleh pasien.
mengalami tingkat mobilitas di kebutuhan
kesulitan bergerak tandai dengan akan
dan mengalami indikator berikut peralatan
keterbatasan (sebutkan nilainya pengobatan
kemampuan 1-5 yang tahan
melakukan aktifitas {ketergantungan lama
sehari-hari. tidak 2. Ajarkan
Do: berpartisipasi} pasien
1. Kesulitan membutuhkan tentang dan
bergerak. bantuan orang lain pantau
2. Pergerakan dan alat, mandiri penggunaan
melambat. dengan alat bantu, alat bantu
3. Ketidakstabilan atau mandiri mobilitas (
posisi tubuh saat penuh) misalnya :
melakukan rutinitas 2. Menunjukkan tongkat,
penggunaan alat walker,
bantu secara kruk,atau
benar dengan kursi roda)
pengawasan. 3. Kaji
3. Melakukan kebutuhan
aktivitas sehari- pasien akan
hari secara pendidikan
mandiri. kesehatan.

19
• Diagnosa Keperawatan 3
Diagnosa NIC NOC Rasional
3. Intoleransi Tujuan : setelah di NOC 1.Tirah baring
aktifitas lakukan tindakan pada 1. Kaji respon emosi , lama dapat
b.d kelemahan pasien selama 2 x 24 sosial dan spiritual menurunkan .ini
d.d cemas jam maka nyeri terhadap aktivitas dapat terjadi
Ds: berkurang. 2. Evaluasi ke inginan karena
Px NIC pasien untuk keterbatasan
Mengatakan 1. Mentoleransi aktivitas meningkatkan aktivitas yang
keletihan atau yang biasa di lakukan aktivitas. mengganggu
kelemahan dan di tunjukkan 3. Berikan pengobatan periode istirahat.
secara verbal. dengan daya tahan, nyeri sebelum
Do: penghematan energi, aktivitas.
dan perawatan diri: 4. Kolaborasi dengan
aktifitas kehidupan ahli terapi okupasi,
sehari- hari. fisik atau rekreasi
2. Mengidentifikasi untuk merencanakan
aktifitas dan / atau atau memantau
yang menimbulkan program aktivitas ,
kecemasan yang sesuai dengan
berkontribusi pada kebutuhan.
intoleransi aktifitas. 5. Hindarkan dari
3. Menampilkan menjadwalkan
aktivitas kehidupan aktifitas perawatan
sehari-hari dengan selama periode
beberapa bantuan istirahat.
(misalnya: eliminasi
dengan bantuan
ambulasi untuk ke
kamar mandi).

20
3.4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya
rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu
guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

3.5. Evaluasi Keperawatan


Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan
terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan
belum berhasil/ teratasi

21
BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan maka simpulan yang kami


dapatkan dalam makalah ini adalah :

• Rickettsia berasal dari Phylum : Proteobacteria,


• Kelas : Alpha Proteobacteria
• Ordo : Rickekettsiales
• Famili : Rickettsiaceae
• Genus : Rickettsia
Gram-negatif, non-sporeforming, bentuknya pleomorfik yang pada umumnya
berukuran 1 – 0,3 mikron dapat hadir sebagai cocci (0,1 pM diameter), batang (1-4
pM panjang) atau benang seperti (10 pM panjang). Kemudian infeksi yang
ditimbulkan oleh bakteri rickettsia menimbulkan penyakit typus, demam rocky
mountain,dll.

Mekanisme pertahanan tubuh manusia ketika diinfeksi oleh bakteri pathogen ini
bermacam-macam seperti tubuh akan memngeluarkan sel NK(natural killer), hingga
imunitas yg dikeluarkan secara langsung oleh tubuh kita. Adapun cara
pemberantasan atau pencegahan dari bakteri Rickettsia ini adalah dengan memutus
rantai infeksi, melakukan imunisasi, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Beberapa Tes yang sering digunakan : Tes Imunoflourensi Tidak Langsung dengan
Antigen Riketsia,Ikatan komplemen dengan antigen riketsia,Aglutinasi
riketsia,Hemaglutinasi tidak langsung dan tes aglutinasi lateks,EIA.

4.2. Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca mengerti dan tahu apa itu
rikesia dan bagaimana cara mencegahnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Website resmi Kemkes Indonesia. Diakses tanggal 20-02-2020. Pukul 17.50 WIB.

http://www.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/82329

Askep Riketsia Pada Anak. Diakses tanggal 20-02-2020. Pukul 17.50 WIB.

https://www.academia.edu/8462912/Ricketsia_pada_anak_asuhan_keperawatan_lengka
p

Website Resmi Terpercaya. Diakses tanggal 20-02-2020. Pukul 17.50 WIB.

https://www.scribd.com/doc/123150311/RICKETTSIA

https://www.scribd.com/doc/259742632/Patofisiologi-Riketsia

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/rakitis/

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/1
98007012005012-
CICA_YULIA/HUBUNGAN_KALSIUM_DENGAN_RICKETSIA.pdf

Website Tambahan Informasi. Diakses tanggal 20-02-2020. Pukul 17.50 WIB.

http://www.kerjanya.net/faq/6606-penyakit-riketsia.html

http://wiiediia.blogspot.com/2014/01/makalah-rickettsia.html?m=1

http://khitacollections01.blogspot.com/2017/07/bakteri-riketsia.html?m=1

23

Anda mungkin juga menyukai