DISUSUN OLEH
2020
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, saya ingin memanjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Pathogen Riketsia”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaannya. Akhirnya, kami berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan
memberikan inspirasi kepada pembaca dalam upaya mencegah dan mengatasi kelainan
konginetal.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Virus memiliki sifat-sifat khas dan tidak merupakan jasad yang dapat berdiri
sendiri. Virus memperbanyak diri dalam sel jasad inang (parasit obligat) dan
menyebabkan sel-sel itu mati. Sel inang adalah sel manusia, hewan, tumbuhan, atau
pada jasad renik yang lain. Sel jasad yang ditumpangi virus dan mati itu akan
mempengaruhi sel-sel sehat yang ada didekatnya, dan karenanya dapat
mengganggu seluruh kompleks sel (becak-becak daun, becak-becak nekrotik dan
sebagainya.
1.3. Tujuan
2
1.4. Manfaat
• Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data
dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun
informasi di internet.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . Pengertian
Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Rickettsia bersifat parasit
intraselular obligat, dan dapat menyebabkan penyakit Rickettsia. Menjadi Parasit
intra seluler obligat , kelangsungan hidup Rickettsia tergantung pada entri,
pertumbuhan, dan replikasi dalam sitoplasma dari eukariotik sel inang (sel endotel
biasanya). Metode perkembangan Rickettsia dalam embrio ayam ditemukan
oleh Ernest William Goodpasture dan koleganya di Universitas Vanderbilt pada
tahun 1930-an.
4
Rickettsia dapat berbentuk batang pendek, kokoid atau pleomorf (kokobasilus
pleomorfik). Rickettsia mempunyai struktur dinding sel gram negative sehingga
mempermudah untuk hidup didalam kuning telur embrio yang terdiri dari
peptidoglikan yang mengandung asam muramat dan asam diaminopimelat. Pada
rickettsia, bagian yang tumbuh berbeda-beda.
5
Namun untuk pembahasan lebih lanjut infeksi yang spesifik dapat dijelaskan
sebagai berikut :
❖ Tifus Murin
Tifus Murin (Tifus Kutu Tikus, Tifus Malaya) adalah infeksi yang ditularkan
oleh tikus, yang menyebabkan demam dan ruam.Penyakit ini tersebar di seluruh
dunia, sering menyebabkan wabah, terutama di daerah perkotaan yang padat,
dimana tikus banyak ditemukan.
PENYEBAB. Rickettsia typhi. Bakteri ini hidup pada kutu tikus, mencit dan
hewan pengerat lainnya. Kutu tikus inilah yang menularkan riketsia kepada
manusia.
GEJALA. Gejala timbul dalam waktu 6-18 hari setelah terinfeksi. Biasanya
gejala awal berupa menggigil, sakit kepala dan demam. Demam berlangsung
selama 12 hari.Ruam yang sedikit menonjol dan berwarna merah muda akan
timbul setelah 4-5 hari pada 80% penderita. Pada mulanya ruam hanya terdapat di
sebagian kecil tubuh dan sulit dilihat.Setelah 4-8 hari, ruam akan memudar secara
bertahap.
Gejala lainnya yang bisa ditemukan pada penderita adalah:
• sakit punggung
• sakit persendian
• mual dan muntah
• batuk kering
• nyeri perut.
DIAGNOSA. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-
gejalanya.Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya peningkatan kadar
antibodi terhadap tifus.
PENGOBATAN. Untuk meredakan infeksi dan mengatasi gejala-gejalanya,
diberikan antibiotik (tetrasiklin, doksisiklin, kloramfenikol). Tetrasiklin biasanya
tidak diberikan kepada anak-anak karena dapat mengganggu pertumbuhan
gigi.Kebanyakan penderita akan sembuh sempurna. Tetapi kematian bisa terjadi
pada penderita dengan usia lebih tua dan dengan gangguan sistem kekebalan.
PENCEGAHAN Hindari tempat-tempat yang banyak mengandung kutu
tikus.
6
❖ Demam Berbintik Rocky Mountain
PENYEBAB. Ricketsia ricketsii Mikroorganisme ini khas untuk belahan
bumi barat. Pertama kali ditemukan di negara bagian Rocky Mountain, tapi juga
terdapat di seluruh Amerika, kecuali di Maine, Hawai dan Alaska. Penyakit ini
biasanya timbul pada bulan Mei-September, dimana kutu dewasa sangat aktif dan
orang-orang berada di daerah yang banyak ditemukan kutu.
Di negara bagian selatan, penyakit ini terjadi sepanjang tahun. Resiko tinggi
terinfeksi adalah anak-anak berusia dibawah 15 tahun, karena mereka banyak
menghabiskan waktunya di luar rumah, di tempat dimana kutu banyak ditemukan.
Kutu yang terinfeksi menularkan riketsia kepada kelinci, bajing, rusa, beruang,
anjing dan manusia.Penyakit ini tidak ditularkan secara langsung dari orang ke
orang.
Riketsia hidup dan berkembang-biak di dalam dinding pembuluh darah. Yang
sering terinfeksi adalah pembuluh darah di kulit, dibawah kulit, di otak, jantung,
paru-paru, ginjal, hati dan limpa. Pembuluh darah bisa tersumbat oleh bekuan
darah.
GEJALA. Gejala dimulai secara tiba-tiba dalam waktu 3-12 hari setelah
gigitan kutu. Makin cepat gejala timbul, makin berat gejalanya. Terjadi sakit
kepala hebat, menggigil, kelelahan yang luar biasa (postrasi) dan nyeri otot.
Demam 39,440,4°Celsius terjadi selama beberapa hari dan pada kasus yang berat,
tetap tinggi sampai selama 15-20 hari.
Demam bisa menghilang di pagi hari untuk sementara waktu. Penderita juga
mengeluh batuk kering pendek. Pada hari keempat demam, ruam muncul di
pergelangan tangan, pergelangan kaki, telapak tangan, telapak kaki dan lengan
bawah; dan dengan segera akan menyebar ke leher, muka, ketiak, bokong dan
daerah yang tertutup celana pendek.
Pada mulanya ruam tampak datar dan berwarna merah muda, tapi selanjutnya
akan menonjol dan berwarna lebih gelap. Mandi air hangat akan lebih
memperjelas adanya ruam ini. Dalam waktu 4 hari, muncul area keunguan (peteki)
karena adanya perdarahan di dalam kulit. Bila beberapa area ini menyatu, bisa
terbentuk koreng.
7
Bila pembuluh darah otak terkena, akan timbul sakit kepala, gelisah, sulit
tidur, penurunan kesadaran dan koma. Hati bisa membesar, peradangan hati
menyebabkan sakit kuning, meskipun jarang terjadi. Bisa terjadi peradangan
saluran pernafasan (pneumonitis). Juga bisa terjadi pneumonia, kerusakan otak
dan kerusakan hati. Kadang tekanan darah bisa menurun dan bahkan pada kasus
yang berat, terjadi kematian mendadak
DIAGNOSA. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pemeriksaan darah menunjukkan adanya penurunan kadar trombosit dan sel darah
merah. Biopsi kulit bisa menunjukkan adanya mikroorganisme penyebab penyakit
ini. PENGOBATAN Segera diberikan antibiotik.
Yang sering digunakan adalah doksisiklin atau tetrasiklin, kepada wanita
hamil bisa diberikan kloramfenikol. Antibiotik telah mengurangi angka kematian
dari 20% menjadi 7%. Kematian terjadi bila pengobatan tertunda. Penderita
demam yang berat sering memiliki sirkulasi darah yang tidak memadai, yang bisa
menyebabkan gagal ginjal, anemia, pembengkakan jaringan dan koma.
Juga bisa terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang terinfeksi. Karena itu
bisa diberikan cairan melalui infus dengan pengawasan ketat, untuk menghindari
peningkatan pengumpulan cairan di paru-paru dan otak, terutama pada stadium
lanjut.
PENCEGAHAN. Tidak ada vaksin untuk demam berbintik Rocky
Mountain. Sebaiknya digunakan repelen (penolak serangga) seperti dietil-
toluamid pada kulit dan pakaian orang-orang yang bekerja di daerah dimana
banyak ditemukan kutu.
Repelen ini efektif tapi kadang-kadang menyebabkan reaksi toksik, terutama
pada anak-anak.Kebersihan badan dan pencarian kutu sangat penting untuk
pencegahan. Kutu harus diambil secara hati-hati, karena riketsia bisa ditularkan
melalui darah yang keluar bila kutu tertindas diantara jari-jari tangan. Bisa juga
digunakan insektisida untuk membasmi kutu.
8
❖ Ehrlichioses : Demam dan Sakit Kepala karena Gigitan Kutu
Ehrlichioses adalah infeksi kutu borne yang menyebabkan demam, panas
dingin, sakit kepala, dan perasaan sakit umum (malaise). Gejala-gejala ini terjadi
tiba-tiba.
PENYEBAB Bakteri Ehrlichia, seperti Rickettsiae, dapat hidup hanya di
dalam sel hewan atau manusia. Meskipun begitu, tidak seperti Rickettsiae, bakteri
Ehrlichia mendiami sel darah putih (seperti granulosit dan monosit).
Spesies lain mendiami jenis lain pada sel darah putih. Erchilioses sangat
sering terjadi di daerah Amerika Serikat Selatan dan Tengah Selatan. Mereka juga
terjadi di Eropa. Mereka lebih sering terjadi di antara musim semi dan akhir
musim gugur, pada waktu kutu paling aktif. Infeksi menyebar ke orang melalui
gigitan kutu, kadangkala dihasilkan dari kontak dengan hewan yang membawa
kutu anjing coklat atau kutu rusa.
GEJALA. Gejala-gejala biasanya dimulai 1 sampai 3 minggu setelah gigitan
kutu. Gejala-gejala awal adalah demam. Panas dingin, sakit kepala berat, sakit
badan, dan malaise.
Sebagaimana kemajuan infeksi, gejala-gejala bisa terbentuk :
• Muntah-Muntah
• Diare
• Kejang
• Pusing
• Koma
• batuk
• Kesulitan bernafas
Ruam kulit kurang umum dibandingkan infeksi Rickettsial. Kematian tidak
sering terjadi tetapi bisa terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang
dilemahkan atau mereka yang kulitnya tidak segera diobati dengan cukup.
9
DIAGNOSA. Dokter melakukan pemeriksaan darah, yang bisa mendeteksi
jumlah sel darah putih rendah, jumlah platelet rendah (thrombocytopenia), dan
kelainan penggumpalan darah. Tetapi hal ini ditemukan terjadi pada banyak
gangguan lainnya.
Pemeriksaan darah untuk memeriksa antibodi terhadap bakteri ini
kemungkinan sangat membantu, tetapi hasilnya biasanya tidak positif sampai
beberapa minggu setelah sakit tersebut dimulai. Tes Reaksi rantai polymerase
(PCR) kemungkinan lebih berguna.
Hal itu meningkatkan jumlah DNA bakteri dan dengan demikian membuat
bakteri lebih mudah dikenali. Kadangkala sel darah putih mengandung bercak
berkarakter (morulae) yang bisa dilihat di bawah mikroskop. Kehadiran morulae
memastikan diagnosa pada ehrlichiosis.
PENGOBATAN. Jika orang yang telah terkena kutu yang terinfeksi
mengalami gejala-gejala khusus, pengobatan biasanya dimulai berdasarkan
gejala-gejala orang tersebut sebelum hasil pemeriksaan laboratorium tersedia.
Doxycycline, chloramphenicol, dan tetrasiklin semuanya efektif.
Ketika pengobatan dimulai lebih awal, kebanyakan orang segera bereaksi dan
sembuh. Penundaan pada pengobatan bisa menyebabkan komplikasi serius,
termasuk kematian pada 2 sampai 5% penderita.
10
Penyakti Lainnya.
11
Demam Q
Coxiella burnetii (Rickettsia burnetii), penularan melalui cipratan ludah yg
mengandung riketsia atau melalui susu yang terinfeksi
Seluruh dunia
Masa inkubasi 9-28 hari
Onset terjadi secara tiba-tiba
Demam, sakit kepala hebat, menggigil, lemah, nyeri otot, nyeri dada, pneumonitis,
tanpa ruam
12
2.4. Mekanisme Pertahanan Tubuh
❖ Mekanisme Pertahanan Tubuh Ekstraseluler
Respons imun terhadap bakteri ekstraseluler bertujuan untuk menetralkan
efek toksin dan mengeliminasi bakteri. Respons imun alamiah terutama melalui
fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida
dalam dinding bakteri Gram negatif dapat mengaktivasi komplemen jalur
alternatif tanpa adanya antibodi. Hasil aktivasi ini adalah C3b yang mempunyai
efek opsonisasi, lisis bakteri melalui serangan kompleks membran dan respons
inflamasi akibat pengumpulan serta aktivasi leukosit.
Endotoksin juga merangsang makrofag dan sel lain seperti endotel
vaskular untuk memproduksi sitokin seperti TNF, IL-1, IL-6 dan IL-8. Sitokin
akan menginduksi adesi neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat
infeksi, diikuti dengan migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi.
Kerusakan jaringan yang terjadi adalah akibat efek samping mekanisme
pertahanan untuk eliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis
protein fase akut.
Netralisasi toksin Infeksi bakteri Gram negatif dapat menyebabkan
pengeluaran endotoksin yang akan menstimulasi makrofag. Stimulasi yang
berlebihan terhadap makrofag akan menghasilkan sejumlah sitokin seperti IL-1,
IL-6 dan TNF. Proses ini akan memacu terjadinya reaksi peradangan yang
menyebabkan kerusakan sel, hipotensi, aktivasi sistem koagulasi, gagal organ
multipel dan berakhir dengan kematian. Antibodi yang mengandung reseptor
sitokin dan antagonisnya, berperan dalam menghilangkan sejumlah sitokin
dalam sirkulasi dan mencegah sitokin berikatan pada sel target.
13
Dengan ikatan kompleks bersama antibodi, toksin tidak dapat berdifusi
sehingga rawan terhadap fagositosis, terutama bila ukuran kompleks membesar
karena deposisi komplemen pada permukaan bakteri akan semakin bertambah.
14
❖ Mekanisme Pertahanan Tubuh intraseluler
Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri intraseluler
fakultatif dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah
difagositosis tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri
intraseluler obligat adalah bakteri yang hanya dapat hidup dan berkembang biak
di dalam sel hospes. Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak dapat dijangkau
oleh antibodi dalam sirkulasi, sehingga mekanisme respons imun terhadap
bakteri intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan bakteri ekstraseluler.
Beberapa jenis bakteri seperti basil tuberkel dan leprosi, dan organisme
Listeria dan Brucella menghindari perlawanan sistem imun dengan cara hidup
intraseluler dalam makrofag, biasanya fagosit mononuklear, karena sel tersebut
mempunyai mobilitas tinggi dalam tubuh. Masuknya bakteri dimulai dengan
ambilan fagosit setelah bakteri mengalami opsonisasi.
15
2.5. Pemberantasan
❖ Memutuskan Mata Rantai
• Typus Endemik : Menghilangkan tuma dengan insektisid
• Typus Murine : Dengan bangunan yang tahan tikus dan
penggunaan racun tikus
• Sclub typus : Pembersihan sekitar perkemahan tempat
tumbuhtumbuhan dimana tikus dan tungau hidup.
• Demam berbercak : Pembersihan tanah yang mengandung organisme
ini, pencegahan perorangan : memakai kaos kaki yang menutupi celah
untuk mengusir sengkenit yang melekat.
• Riketsiapox : Membrantas Hewan Pengerat
❖ Menjaga Kebersihan Lingkungan Dan Diri
Menjaga kebersihan baik dari lingkungan maupun diri sendiri, misalnya
jangan membiarkan banyak pakaian kotor yang tergantung di kamar karena
dapat ijadikan sarang kutu, lalu menggunakan obat gosok untuk mencegah
gigitan arthopoda.
❖ Imunisasi
Imunisasi aktif dapat dilakukan dengan memakai antigen yang diberi
formalin, yang dibuat dari kantong kuning telur embrio ayam yang terinfeksi
atau dari biakan sel.
16
BAB 3
3.1. Pengkajian
Pasien dengan ricketsia biasanya sering mengeluh nyeri tulang pada punggung
bawah dan ekstremitas disertai dengan nyeri tekan. Gambaran dari ketidaknyamanan
masih samar-samar, pasien mungkin datang dengan fraktur. Selama wawancara,
informasikan tentang masalah yang nyata terdapat sehubungan dengan penyakitnya
(sindrom malabsorbsi) dan kebiasaan diet dapat diketahui.
Pada pemeriksaan fisik, di dapatkan deformitas skelet, deformitas vertebrae, dan
deformitas lengkungan tulang panjang mungkin memberikan ketidakbiasaan
penampilan pada pasien dan cara berjalan seperti bebek. Dapat terjadi kelemahan
otot. Pasien ini merasa tidak nyaman dengan penampilannnya.
Pada foto x – ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat
nyata. Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri
pada ujung vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata
serum kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi
urine calsium dan creatinin lambat.
17
i. Gangguan ADL b.d. defisit pengawasan diri d.d. kelemahan.
j. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d tungkai melengkung, jalan bebek,
deformitas vertebra
18
• Diagnosa Keperawatan 2
19
• Diagnosa Keperawatan 3
Diagnosa NIC NOC Rasional
3. Intoleransi Tujuan : setelah di NOC 1.Tirah baring
aktifitas lakukan tindakan pada 1. Kaji respon emosi , lama dapat
b.d kelemahan pasien selama 2 x 24 sosial dan spiritual menurunkan .ini
d.d cemas jam maka nyeri terhadap aktivitas dapat terjadi
Ds: berkurang. 2. Evaluasi ke inginan karena
Px NIC pasien untuk keterbatasan
Mengatakan 1. Mentoleransi aktivitas meningkatkan aktivitas yang
keletihan atau yang biasa di lakukan aktivitas. mengganggu
kelemahan dan di tunjukkan 3. Berikan pengobatan periode istirahat.
secara verbal. dengan daya tahan, nyeri sebelum
Do: penghematan energi, aktivitas.
dan perawatan diri: 4. Kolaborasi dengan
aktifitas kehidupan ahli terapi okupasi,
sehari- hari. fisik atau rekreasi
2. Mengidentifikasi untuk merencanakan
aktifitas dan / atau atau memantau
yang menimbulkan program aktivitas ,
kecemasan yang sesuai dengan
berkontribusi pada kebutuhan.
intoleransi aktifitas. 5. Hindarkan dari
3. Menampilkan menjadwalkan
aktivitas kehidupan aktifitas perawatan
sehari-hari dengan selama periode
beberapa bantuan istirahat.
(misalnya: eliminasi
dengan bantuan
ambulasi untuk ke
kamar mandi).
20
3.4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya
rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu
guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
21
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Mekanisme pertahanan tubuh manusia ketika diinfeksi oleh bakteri pathogen ini
bermacam-macam seperti tubuh akan memngeluarkan sel NK(natural killer), hingga
imunitas yg dikeluarkan secara langsung oleh tubuh kita. Adapun cara
pemberantasan atau pencegahan dari bakteri Rickettsia ini adalah dengan memutus
rantai infeksi, melakukan imunisasi, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Beberapa Tes yang sering digunakan : Tes Imunoflourensi Tidak Langsung dengan
Antigen Riketsia,Ikatan komplemen dengan antigen riketsia,Aglutinasi
riketsia,Hemaglutinasi tidak langsung dan tes aglutinasi lateks,EIA.
4.2. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca mengerti dan tahu apa itu
rikesia dan bagaimana cara mencegahnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Website resmi Kemkes Indonesia. Diakses tanggal 20-02-2020. Pukul 17.50 WIB.
http://www.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/82329
Askep Riketsia Pada Anak. Diakses tanggal 20-02-2020. Pukul 17.50 WIB.
https://www.academia.edu/8462912/Ricketsia_pada_anak_asuhan_keperawatan_lengka
p
https://www.scribd.com/doc/123150311/RICKETTSIA
https://www.scribd.com/doc/259742632/Patofisiologi-Riketsia
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/rakitis/
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/1
98007012005012-
CICA_YULIA/HUBUNGAN_KALSIUM_DENGAN_RICKETSIA.pdf
http://www.kerjanya.net/faq/6606-penyakit-riketsia.html
http://wiiediia.blogspot.com/2014/01/makalah-rickettsia.html?m=1
http://khitacollections01.blogspot.com/2017/07/bakteri-riketsia.html?m=1
23