Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ELIMINASI FEKAL

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Tira Nur Rahmah (G1B118056)


2. Indah Eka Purwasih (G1B118030)
3. Indah Tri Zaina (G1B118005)
4. Lendra Apriansyah (G1B118048)
5. Nosil Elvini (G1B118018)
6. Agung Sumintri (G1B118052)

Dosen Pengampu :

Ns. Nurlinawati, S.Kep., M.Kep

Mata Kuliah :

Keperawatan Dasar 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Eliminasi Fekal”.
Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar. Makalah
ini telah penulis susun dengan maksimal. Untuk itu penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada anggota kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Jambi, 2 September 2018

Penyusun

1
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang.......................................................................................................... 3
II. Rumusan Masalah..................................................................................................... 4
III. Tujuan Penulisan....................................................................................................... 4
IV. Manfaat Penulisan..................................................................................................... 4

BAB II
PEMBAHASAN
I. Konsep Eliminasi Fekal.............................................................................................. 5
1.1 Pengertian Eliminasi Fekal......................................................................................... 5
1.2 Organ-organ Saluran Pencernaas................................................................................ 5
1.2.1 Saluran Bagian Atas................................................................................................ 5
1.2.2 Saluran Bagian Bawah............................................................................................. 7
II. Proses dan Pola Eliminasi Fekal................................................................................. 9
1.1 Proses Eliminasi Fekal................................................................................................ 9
1.2 Pola (waktu) Eliminasi Fekal...................................................................................... 9
III. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Fekal.................................................... 10
IV. Masalah Defekasi....................................................................................................... 12

BAB III
PENUTUP
I. Simpulan..................................................................................................................... 16
II. Saran........................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
bowel (feses). Pengeluaran feses sering dalam jumlah besar dan karakteristiknya
normal, biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal
(Robin & Weigly, 1989). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Hal
ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang bervariasi dari
beberapa kali perhari 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap
orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses ke dalam kolon sigmoid dan
rectum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap
kebutuhan untuk defekasi. (Tarwoto dan Wartonah, 2003)
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh
yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastroinstestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang
berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan
eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan
progam yang teratur. Mereka menjadi tidak memunyai kemampuan fisik untuk
menggunakan fasilitas toilet secara normal. Untuk menangani masalah eliminasi klien,
perawat harus mengerti proses eliminasi normal dan faktor-faktor yang memengaruhi
eliminasi. Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang
penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah
pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya. (Tarwoto dan Wartonah, 2003)

3
II. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan eliminasi fekal (defekasi)?
2. Apa saja organ saluran pencernaan yang berperan dalam proses defekasi?
3. Bagaimana proses eliminasi fekal?
4. Bagaimana pola defekasi?
5. Apa saja faktor yang memengaruhi eliminasi fekal?
6. Apa saja masalah yang dapat ditimbulkan dari eliminasi fekal?

III. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian eliminasi fekal (defekasi).
2. Untuk mengetahui organ-organ saluran pencernaan yang berperan dalam proses
defekasi.
3. Untuk mengetahui proses defekasi.
4. Untuk mengetahui pola defekasi.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi fekal.
6. Untuk mengetahui masalah-masalah yang ditimbulkan dari eliminasi fekal.

IV. Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk menambah wawasan tentang eliminasi fekal.
2. Untuk menambah pengetahuan agar dapat menangani orang yang mengalami
kesulitan dalam proses defekasi.
3. Sebagai pembelajaran dalam mata kuliah Keperawatan Dasar 1.

4
BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep Eliminasi Fekal


1.1 Pengertian Eliminasi Fekal
Eliminasi fekal (defekasi) adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolismme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus (Tarwoto dan Wartonah, 2003). Sedangkan menurut Kozier (2011), eliminasi
fekal adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Defekasi juga disebut bowel
movement (pergerakan usus). Proses defekasi yang kurang sempurna dapat
menyebabkan konstipasi. Konstipasi adalah kedaan sulit buang air besar atau bahkan
tidak dapat buang air besar. Konstipasi disebabkan oleh kurangnya serat, kurang
minum, sering menunda buang air besar, kebiasaan menggunakan obat pencahar, dan
efek dari penggunaan obat-obatan.

1.2 Organ Saluran Pencernaan


Organ-organ saluran pencernaan yang berperan dalam eliminasi fekal dibagi
menjadi dua, yaitu organ saluran gastrointestinal bagian atas dan saluran
gastrointestinal bagian bawah:
1.2.1 Saluran gastrointestinal bagian atas
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk sistem
pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan gigi dan lidah
serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan. Secara
umum, mulut terdiri dari 2 bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu ruang
diantara gusi , gigi, bibir, dan pipi, dan rongga mulut bagian dalam yaitu
rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum, dan mandibularis
di sebelah belakang dan bersambung dengan faring. Palatum terdiri atas
palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari
sebelah depan tulang maksilaris, serta terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput
lendir. Di rongga mulut, makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik

5
dengan cara dicabik dan dikunyah, serta secara kimiawi melalui peran dari
enzim di saliva.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan ronggan mulut dengan
esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel). Di sini juga
terletak persimpangan antara jalan napas dan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut, didepan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut
ismus fausium. (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

c. Esofagus
Begitu makanan memasuki bagian atas esophagus, makanan berjalan melalui
sfingter esophagus bagian atas, yang merupakan otot sirkular, yang mencegah
udara memasuki esophagus dan makanan mengalami refluks (bergerak ke
belakang) kembali ke tenggorok. Bolus makanan menelusuri esofagus yang
panjangnya kira-kira 25 cm. Makanan didorong oleh gerakan peristaltik lambat
yang dihasilkan oleh kontraksi involunter dan relaksasi otot halus secara
bergantian. Pada saat bagian esofagus berkontraksi di atas bolus makanan, otot
sirkular di bawah (atau di depan) bolus berkontraksi. Kontraksi-relaksasi otot
halus yang saling bergantian ini mendorong makanan menuju gelombang
berikutnya. Dalam 15 detik, bolus makanan bergerak menuruni esofagus dan
mencapai sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter esofagus bagian bawah
terletak diantara esofagus dan lambung. ( Potter dan dan Perry. 2006 ).

d. Lambung
Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibel karena dapat
menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J atau kubah
dan terletak di kuadran kiri bawah abdomen. Lambung merupakan kelanjutan
dari esophagus bagian superior dan bersambungan dengan usus halus dengan
duodenum. Fungsi utama dari lambung dalah menyimpan makanan yang sudah
bercampur cairan yang di hasilkan lambung. Lambung terdiri atas 4 bagian

6
besar yaitu: kardiak (bagian atas berdekatan dengan sfingter gastroesofagus),
fundus (bernbentuk kubah kontak langsung dengan diafragma), korpus (area
yang paling besar) dan pylorus (bagian lambung yang berbentuk tabung yang
mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus). Mempunyai dua
lapisan yaitu anterior dan posterior.

1.2.2 Saluran gastrointestinal bagian bawah


a. Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara sfingter
pylorus lambung dengan katub ileosekal yan merupakan bagian awal usus
besar, posisinya terletak di sentral bawah abdomen yang di dukung oleh
lapisan mesenterika yang memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan
bentuk. Mesenterika ini di lapisi pembuluh darah, persarafan dan saluran limfa
yang menyuplai kebutuhan dinding usus. Usus halus memiliki saluran paling
panjang dari saluran pencernaan dengan panjang sekitar 3 meter dengan lebar
2,5 cm. walaupun setiap orang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Usus halus
sering di sebut denga usus kecil karena ukuran diameternya lebih kecil jika di
bandingkan dengan usus besar. Usus halus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu
duodenum (25 cm) jejunum (2,5 cm) ileum (3,6 cm). Usus menerima makanan
dari lambung dalam bentuk kimus (setengah padat) yang kemudian dengan
bantuan peristaltic akan di dorong menuju usus besar.

b. Usus besar atau kolon


Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Ia
memiliki panjang 1,5 meter dalam bentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar
terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kolon asenden, kolon transversum dan kolon
desenden. Fungsi dari kolon yaitu:
1. Menyerap air selama proses pencernaan dan membentuk massa feses.
2. Tempat di hasilakannya vitamin K dan vitamin H (biotin) sebagai hasil
simbiosis dengan bakteri usus misalnya E, coli.
3. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (fases) keluar dari tubuh.

7
c. Rektum
Rektum merupakan lubang tempat pembuangan fases dari tubuh. sebelum
dibuang lewat anus fases akan di tampung terlebih dahulu pada bagian rectum.
Apabila fases sudah siap dibuang, maka otot sfingter rectum mengatur
pembukaaan dan penutupan anus. Otot sfingter yang menyusun rectum ada 2
yaitu: otot polos dan otot lurik.

Anatomi Saluran Pencernaan

Sumber:https://www.slideshare.net/GitalovaStania/sistem-digestive-sistem-pencernaan-
manusia

8
II. Proses dan Pola Eliminasi Fekal
1.1 Proses Eliminasi Fekal
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air
besar atau proses pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang
berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Menurut Tarwoto dan Wartonah
(2003), dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu:
a. Refleks defekasi intrinsiks
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi distensi
rektum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan
terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter
interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
b. Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian
diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon
desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intensifnya peristaltik,
relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi. Dorongan usus juga
dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otot
elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok.

1.2 Pola (Waktu) Eliminasi Fekal


Waktu defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual. Orang dalam
keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali sehari. Tetapi ada pula yang
buang air besar 3-4 kali seminggu. Ada yang buang air besar setelah sarapan pagi,
ada pula yang malam hari. Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel
training yang dilakukan pada masa kanak-kanak. Umumnya, jumah feses
bergantung pada jumah intake makanan. Namun secara khusus, jumlah feses
sangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada makanan yang dimakan.
Pola defekasi akan berubah karena adanya konstipasi. Kondisi ini berpengaruh
terhadap konsistensi dan frekuensi buang air besar. (Asmadi, 2008).

9
III. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Fekal
Eliminasi fekal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Usia
Usia tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.
Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2-3 tahun. Orang dewasa juga mengalami
perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung.
Di antaranya berkurangnya tonus otot yang normal dari otot-otot polos kolon yang
dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses,
dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yang juga menurunkan tekanan selama
proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan
kontrol terhadap muskulus sfingter yang dapat berdampak pada proses defekasi.
2. Diet
Asupan makanan setiap hari secara teratur membantu mempertahankan pola
peristaltik yang teratur di dalam kolon. Makanan yang di konsumsi individu
mempengaruhi eliminasi. Serat, residu makanan yang tidak dapat dicerna,
memungkinkan terbentuknya masa dalam materi feses. Makanan pembentuk masa
mengabsorbsi cairan sehingga meningkatkan masa feses. Dinding usus teregang,
menciptakan gerakan peristaltik dan menimbulkan refleks defekasi. Makanan-
makanan berikut mengandung serat dalam jumlah tinggi:
a. Buah-buahan mentah (apel,jeruk, dll).
b. Buah-buahan yang diolah (prum).
c. Sayur-sayuran (bayam, kangkung, kubis).
d. Sayur-sayuran mentah (seledri, mentimun).
e. Gandum utuh (sereal,roti) Makanan yang menghasilkan gas, seperti
bawang,kembang kol, dan buncis juga menstimulasi peristaltik. Gas yang
dihasilkan membuat dinding usus berdistensi, meningkatkan motilitas kolon.
Beberapa makanan pedas dapat meningkatkan peristaltik tetapi juga dapat
menyebabkan pencernaan tidak berlangsung dan feses menjadi encer.

10
3. Asupan Cairan
Asupan cairan yang tidak cukup menyebabkan kehilangan cairan, seperti muntah
mempengaruhi karakter feses. Cairan mengencerkan isi usus, memudahkannya
bergerak melalui kolon. Asupan cairan yang menurun memperlambat pergerakan
makanan yang melalui usus. Setiap orang membutuhkan cairan 1800 ml-2500
ml/hari.
4. Aktivitas Fisik
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktifitas tonus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi,
sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik dan
memudahkan dalam membantu proses kelancaran proses defekasi.
5. Psikologis
Fungsi dari hampir semua sistem tubuh dapat mengalami gangguan akibat stress
emosional yang lama. Apabila individu mengalami kecemasan, ketakutan, atau
marah, muncul respon stress, yang memungkinkan tubuh membuat pertahanan.
Untuk menyediakan nutrisi yang dibutuhkan dalam upaya pertahanan tersebut,
proses pencernaan dipercepat dan peristaltic meningkat. Efeknya yaitu dapat
menyebabkan diare dan distensi gas.
6. Pengobatan
Obat-obat untuk meningkatkan defekasi telah tersedia. Laksatif dan katartik
melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Walaupun sama, kerja laksatif
lebih ringan dari pada katartik. Apabila digunakan dengan benar, laksatif dan
katartik mempertahankan pola eliminasi normal dengan aman. Namun
penggunaan katartik dalam waktu jangka yang lama menyebabkan usus besar
kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang responsive terhadap stimulasi yang
diberikan oleh aksatif.penggunaan laksatif yang berlebihan juga menyebabkan
diare berat yang dapat menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakitpenyakit
yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan, seperti gastroenteristis
atau penyakit infeksi lainnya.

11
8. Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas
buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.
9. Nyeri
Dalam kondisi normal, kegiatan defekasi tidak menimbulkan nyeri. Pengalaman
nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis, epesiotomi
akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.
10. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada system sensori dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi
karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensori dalam berdefekasi.
Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang atau
kerusakan saraf lainnya (Potter dan Perry,2006).

IV. Masalah Defekasi


Masalah yang umum pada defekasi antara lain : konstipasi, diare, hemoroid, impaksi,
inkontinensia, dan flatulen.
1. Konstipasi
Konstipsi adalah gangguan eliminasi yang diakibatkan oleh pengeluaran feses
yang lama atau keras dan kering. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang
tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress psikologi, obat-obatan, kurang
aktivitas, dan usia. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang
terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih
lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses di
absorbsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melumasi feses.
Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum.

12
Penyebab umum konstipasi yaitu:
a. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk
defekasi dapat menyebabkan konstipasi.
b. Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk lemak hewani
(misalnya, daging, telur) dan karbohidrat sering mengalami masalah
konstipasi. Asupan cairan yang rendah juga memperlambat peristaltic.
c. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olah raga yang teratur menyebabkan
konstipasi.

2. Diare
Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar,
dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat akibat
makanan dan minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit.

3. Hemoroid
Wasir atau hemoroid adalah pembengkakan yang berisi pembuluh darah yang
membesar. Pembuluh darah yang terkena wasir berada di dalam atau di sekitar
bokong, yaitu di dalam rektum atau di dalam anus. Kebanyakan hemoroid adalah
penyakit ringan dan bahkan tidak menimbulkan gejala.
Penyebab Hemoroid
Penyebab hemeroid sebenarnya masih tidak jelas. Tapi, penyakit ini dihubungkan
dengan adanya peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah yang berada di
anus dan sekitarnya.Peningkatan tekanan darah di area anus dan rektum bisa
disebabkan karena terlalu lama mengejan saat buang air besar. Konstipasi jadi
penyebab utama dari orang mengejan. Konstipasi yang terjadi biasanya akibat dari
kekurangan nutrisi serat di dalam makan.
4. Impaksi
Impaksi gigi atau gigi terpendam merupakan kondisi gigi yang terjebak di dalam
gusi. Umumnya, impaksi gigi terjadi pada gigi geraham bungsu orang dewasa.
Impaksi gigi membuat seseorang lebih rentan mengalami kerusakan gigi dan
penyakit gusi.

13
Penyebab impaksi gigi:
a. Impaksi gigi bisa terjadi karena berbagai alasan berikut:
b. Rahang terlalu kecil sehingga tidak ada cukup ruang untuk gigi tumbuh.
c. Gigi menjadi bengkok atau miring ketika berusaha tumbuh.
d. Gigi sudah tumbuh dalam posisi yang tidak beraturan, sehingga menghalangi
gigi bungsu.
5. Inkontinensia
Inkontinensia urine adalah kondisi dimana urine keluar tanpa terkontrol. Tingkat
keparahan penyakit ini pun bervariasi, mulai dari urine yang merembes keluar saat
Anda batuk atau bersin, hingga rasa ingin berkemih yang sangat dan tiba-tiba
sehingga anda tidak sempat pergi ke toilet.
Penyebab inkontinensia:
a. Penyebab inkontinensia dorongan : inkontinensia jenis ini berkaitan erat
dengan otot yang melapisi dinding kandung kemih. Otot-otot tersebut
berkontraksi secara berlebihan, sehingga meningkatkan dorongan seseorang
untuk berkemih. Kontraksi otot kandung kemih ini dipicu oleh berbagai hal
seperti minum alkohol atau kafein secara berlebihan, konstipasi, infeksi saluran
kemih, atau beberapa kondisi kelainan saraf.
b. Penyebab inkontinensia stres: Inkontinensia stres terjadi pada saat tekanan
dalam kandung kemih lebih kuat dibandingkan kemampuan uretra untuk
menahan urine supaya tidak keluar. Uretra adalah saluran yang mengalirkan
urine keluar dari tubuh. Kelemahan uretra ini dapat disebabkan oleh gangguan
pada proses persalinan, obesitas, penyakit Parkinson atau multipel sklerosis,
atau kerusakan uretra akibat tindakan operasi.
c. Penyebab inkontinensia luapan: Tersumbatnya kandung kemih biasanya terjadi
akibat pembesaran kelenjar prostat, adanya batu kandung kemih, adanya
kerusakan saraf, atau konstipasi.

14
d. Penyebab inkontinensia total: Kandung kemih tidak mampu menampung urine
sama sekali umumnya dikarenakan adanya gangguan pada kandung kemih
sejak lahir, cedera pada saraf tulang belakang, serta munculnya lubang
(bladder fistula) di antara kandung kemih dan organ sekitanya, misalnya
vagina.
6. Flatulen
Perut kembung (flatulen) bukan sebuah penyakit akan tetapi gejala dengan
tingkatan ringan yaitu rasa tidak enak atau ingin terus sendawa serta tingkat berat
dimana perut terasa tegang dan lingkar perut membesar disertai nyeri. Penyebab
perut kembung dikarenakan distensi lambung (lambung mengembang), intoleransi
makanan (seperti susu sapi, sayur dan buah), Aerophagia (menelan udara atau
kebiasaan saat gugup), Irritable Bowel Syndrome, obruksi usus sebagian,
mengkonsumsi makanan yang mengandung gas (kol, kubis dan minuman bersoda),
Konstipasi dan seputar masa mensturasi.

15
BAB III

PENUTUP

I. Simpulan
Eliminasi fekal (defekasi) adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus
(Tarwoto, 2004, 48). Pengertian lain defekasi adalah proses pembuangan tau
pengeluaran sisa metabolisme berupa fases dan flatus yang berasal dari saluran
pencernaan melalui anus. Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau
proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-
padat yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain, usia, aktivitas, obat-obatan,
gaya hidup, tonus otot, cairan, pola diet, penyakit, nyeri, kerusakan sensorik, dll.
Gangguan eliminasi fekal antara lain, hemoroid, diare, impaksi fekal, flatulens,
inkontinansial fekal.

II. Saran
Penulis masih kekurangan sumber sebagai bahan penulisan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, sebaiknya penulis lebih giat dalam mencari sumber sebelum
melakukan penulisan makalah ini. Selain itu, dalam pembuatan makalah ini hanya
sebagian anggota kelompok yang berkontribusi. Sehingga penulis mengalami
kesulitan dalam penulisan. Namun, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/inkontinensia-urine

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43788/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Perry potter.2009.Fundamental Keperawatan.Edisi 7.Jakarta:Salemba Medika.

Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta:Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai