Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR I

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ELIMINASI

DOSEN PENGAJAR :WIRDA Y. DULAHU, S.Kep, Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

1. Alfarhan Sidik Yahya (841420016)

2. Adelia Dwi Lestari Mointi (841420021)

3. Chinta Yusup 841420010

4. Kristianda K.Bidjuni ( 841420008)

5. Afriliya Agustia Jaya Markus (841420004)

6. Agustina Durahim (841420007)

7. Nurmala I. Mohi (841420062)

8. Apria putri pratiwi a pakaya (841420030)

9.Yuyun Elina Taharidji (841420041)

10. Mirsin H N Dahitu (841420029)

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Keperawatan Dasar 1 tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Anatomi dan Fisiologi Sistem Eliminasi” dapat diselesaikan
karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang anatomi dan fisiologi sistem
eliminasi dapat menjadi referensi bagi pihak yang ingin mengembangkan pengetahuannya.

Kami menyadari makalah Keperawatan Dasar I ini masih memerlukan penyempurnaan,


terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon
maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan, Akhir kata, semoga makalah Keperawata Dasar I
mengenai “Anatomi dan Fisiologi Sistem Eliminasi” ini dapat bermanfaat.

Gorontalo, 01 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
COVER

1
KATA PENGANTAR 2
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
A. LATAR BELAKANG 5
B. RUMUSAN MASALAH 5
C. TUJUAN MASALAH 6
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
1.1 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan 6
2.1 Mekanisme Eliminasi 10
3.1 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 10
4.1 Tanda dan Gejala Gangguan Kebutuhan Eliminasi 12
5.1 Urin (Air Kemih) 15
BAB III 17
PENUTUP 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses). Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara
primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama
metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem
vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan
cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-
tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi
adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan
oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Eliminasi urin secara normal bergantung pada
satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun,
pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan
penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah
didalam urin.

B. RUMUSAN MASALAH
a) Bagaimana anatomi dan fisiologi system eliminasi
b) Bagaimana mekanisme system eliminasi
c) Apa saja gangguan-gangguan kebutuhan eliminasi
d) Apa saja tanda dan gejala gangguan kebutuhan eliminasi?

C. TUJUAN MASALAH
a) Mengetahui anatomi dan fisiologi system eliminasi
b) Mengetahui mekanisme system eliminasi
c) Mengetahui gangguan-gangguan system eliminasi
d) Mengetahui tanda dan gejala gangguan kebutuhan eliminasi
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
1. Pengertian Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
2. Susunan Sistem Perkemihan
a. Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen.Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah
kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat
ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal
wanita.
a) Bagian – Bagian Ginjal
1) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang
disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler
darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai
bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu
diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan
masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke
pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam
sumsum ginjal.

2) Sumsum Ginjal (Medula)


Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal.
Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis,
mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya
disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena
terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid
terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul
ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam
pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam
badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga
disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks
minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung
urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke
pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b) Fungsi Ginjal
● Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,
misalnya amonia.
● Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin)
dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
● Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
● Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c) Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
1) Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria
renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris
kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan
dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi
penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
2) Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini barjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas
ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon
yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
b. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
● Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
● Lapisan tengah otot polos
● Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
c. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis
medius.Bagian vesika urinaria terdiri dari :
▪ Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent,
vesika seminalis dan prostate.
▪ Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
▪ Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium
(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa
(lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada
dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada
saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi
kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para
simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau
menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi
kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar
terus-menerus tanpa disadari) dan retensi urine(kencing tertahan).Persarafan dan peredaran
darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom.
Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis
bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui
tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis
kebagia penis panjangnya ± 20 cmUretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan
miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri
dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena
– vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak
di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai
saluran ekskresi.

2.1 Mekanisme Eliminasi


1. Proses Filtrasi
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air,
sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang
disaring disebut filtrate glomerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara
aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.

3.1 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


1) Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.
2) Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan
jumlah urine.
3) Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4) Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine
yang diproduksi.
5) Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6) Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk
mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang
air kecil.
7) Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8) Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9) Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih
dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10) Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot
kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontirolan pengeluaran urine.
11) Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan
jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
12) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih seperti IVY (intrauenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan
sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan
edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
4.1 Tanda dan Gejala Gangguan Kebutuhan Eliminasi
a. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah suatu kondisi
yang menyebabkan kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat
kanker. Kelenjar prostat memiliki fungsi untuk memproduksi air mani dan terletak pada
rongga pinggul antara kandung kemih dan penis. Karena kelenjar prostat hanya dimiliki
oleh pria, maka tentu saja seluruh penderita BPH adalah pria. Umumnya pria yang terkena
kondisi ini berusia di atas 50 tahun.
⮚ Gejala BPH
Berikut ini gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita pembesaran prostat jinak
(BPH):
● Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari.
● Inkontinensia urine atau beser.
● Sulit mengeluarkan urine.
● Mengejan pada waktu berkemih.
● Aliran urine tersendat-sendat.
● Mengeluarkan urine yang disertai darah.
● Merasa tidak tuntas setelah berkemih.
Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan
uretra ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran. Disarankan untuk menemui
dokter jika Anda merasakan gejala BPH, meski ringan. Diagnosis sangat diperlukan
karena ada beberapa kondisi lain yang gejalanya sama dengan BPH, diantaranya:
● Prostatitis atau radang prostat.
● Infeksi saluran kemih.
● Penyempitan uretra.
● Penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih.
● Bekas luka operasi pada leher kandung kemih.
● Kanker kandung kemih
● Kanker prostat.
● Gangguan pada saraf yang mengatur aktivitas kandung kemih.

⮚ Penyebab BPH
Sebenarnya penyebab persis pembesaran prostat jinak (BPH) masih belum diketahui,
namun diperkirakan kondisi ini terjadi karena adanya perubahan pada kadar hormon
seksual akibat proses penuaan. Pada sistem kemih pria terdapat sebuah saluran yang
berfungsi membuang urine keluar dari tubuh melalui penis, atau lebih dikenal sebagai
uretra. Dan jalur lintas uretra ini secara kebetulan melewati kelenjar prostat. Jika terjadi
pembesaran pada kelenjar prostat, maka secara bertahap akan mempersempit uretra dan
pada akhirnya aliran urine mengalami penyumbatan. Penyumbatan ini akan membuat otot-
otot pada kandung kemih membesar dan lebih kuat untuk mendorong urine keluar.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena BPH adalah:
● Kurang berolahraga dan obesitas.
● Faktor penuaan.
● Menderita penyakit jantung atau diabetes.
● Efek samping obat-obatan penghambat beta.
● Keturunan
b. Sistitis
Sistitis dalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri(biasanya Eacherichia Colf) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergi
atau akibat iritasi mekais pada kandung kemih. Gejalanya adalah sering berkemih dan
nyeri yang disertai darah dalam urine (hematuria).
c. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus. Glomerulonefritis
terbagi menjadi dua yaitu:
▪ Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon imun terhadap toksin
bakteri tertentu.
▪ Glomerulonefritis kronik tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus.
Infalamasi ini mungkin diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga merupakan
akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau karena glomerulonefritis akut.
d. Pielonefritis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Infalamasi
dapat berawal ditraktus urinaria bawah (kanduung kemih) dan menyebar ke ureter, atau
karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinari terjadi
akibat pembesaran kelenjar prosfat atau batu ginjal.
e. Batu Ginjal
Batu ginjal atau kalkuli Urinari terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersam dengan urine, batu yang
lebih besar akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan raa nyeri yang tajam(kolik
ginjla) yang menyebar dari ginjal ke selangkangan.
f. Gagal Ginjal
Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya retensi
garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan penurunan drastis volume urine
(oliguria). Gagal ginjal terbagi menjadi dua macam yaitu:
▪ Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berhasil diobati. Penyakit ini
ditandai dengan oliguria mendadak yang diikuti dengan penghentian produksi
urine (anuria) secara total. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah ke
ginjal akibat trauma atau cedera, glomerulonefritis akut, hemoragi, tranfusi darah
yang tidak cocok, atau dehidrasi berat.
▪ Gagal ginjal kronik adalah kondisi progresif parah karena penyakit yang
mengakibatkan kerusakan parenkim ginjal, seperti glomerulonefritis kronik atau
pielonefritis, trauma, atau diabetes nefropati( penyakit ginjal yang diakibatkan oleh
diabetes melitus).
g. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan sendiri. Kemungkinan penyebabnya :
- Operasi pada daerah abdomen bawah.
- Kerusakan ateren.
- Penyumbatan spinkter.

Tanda-tanda retensi urine :

- Ketidak nyamanan daerah pubis.


- Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
- Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
- Meningkatnya keinginan berkemih.
- Enuresis
h. Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam
hari.Kemungkinan peyebabnya :
- Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
- Kandung kemih yang irritable.
- Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan.
- ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
i. Inkontinensia
▪ Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena
kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum
berkemih.
Faktor Penyebab:
- Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
- Penurunan tonur kandung kemih
- Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
- Lingkungan
- Lanjut usia.
▪ Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine
segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
- Inkomplet outlet kandung kemih
- Tingginya tekanan infra abdomen
- Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
- Lanjut usia.
▪ Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus
menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
- Penurunan Kapasitas kandung kemih.
- Penurunan isyarat kandung kemih
- Efek pembedahan spinkter kandung kemih.
- Penurunan tonus kandung kemih
- Kelemahan otot dasar panggul.
- Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
- Perubahan pola
- Frekuensi
- Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
- Urgency
- Perasaan seseorang harus berkemih.

5.1 Urin (Air Kemih)


a. Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan
danfaktor lainnya.
2) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5) Berat jenis 1,015-1,020.
6) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet
(sayurmenyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
b. Komposisi air kemih, terdiri dari:
1) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
3) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4) Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5) Toksin.
6) Hormon.
c. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisimelibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkatmelampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230
ml urin),keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).
2) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandungkemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian
besarpengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem
saraf simpatis :impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna,
sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf
parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusorberkontriksi, sebaliknya spinchter
relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
d. Ciri-Ciri Urin Normal
- Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yangmasuk.
- Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
- Baunya tajam.
- Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem
urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses
pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktorfaktor yang mempengaruhi eliminasi
urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan
stress psikologi.
Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine,inkontinensia urine dan
enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan urine untuk
bahan pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan melakukan katerisasi. Salah satu
fungsi ginjal yaitu mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogennitrogen, misalnya amonia.

B. SARAN
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urin dalam kehidupan kita
seharihari dan menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. Kita juga harus
menjaga pola makan, dan lebih sering meminum air putih. Karena air putih lebih baik
dari air yang berwarna yang memiliki banyak kandungan. Sehingga membuat sistem
eliminasi bekerja lebih keras.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36109139/Makalah_sistem_eliminasi_urine

Anda mungkin juga menyukai