LAPTOSPIROSIS
Di
Susun Oleh :
1. Miriam Selviana Mariang
2. Ayinia Nurayini Renel
3. Elda Magablo
ii
YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA ( YPMP )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
PAPUA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2022
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP 28
4.1 Kesimpulan 28
4.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
v
vi
BAB I
Gambar 1. Darah
1
1. Plasma darah, bagian darah yang terdiri dari air, elektrolit, dan protein
darah
2. Butir-butir darah, yang terdiri dari
a. Eritrosit : sel darah merah
b. Leukosit : sel darah putih
c. Trombosit
Sel darah merah atau eritrosit memiliki bentuk seperti cakram, tidak
memiliki inti, dengan ukuran 0,007 mm, dan terdapat sekitar 4,5-5 juta/mm 3.
Dalam eritrosit, terdapat kandungan hemoglobin yang berperan dalam
pengikatan oksigen (O2), membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan
membawa karbon dioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru yang akan keluar
melalui pernapasan. Jumlah hemoglobin dalam darah sekitar 15 gram, dimana
1 gram dapat mengikat 1,39 ml oksigen (Syaifuddin, 2011).
Sel darah putih atau leukosit memiliki bentuk bening, tidak berwarna,
ukurannya lebih besar dibandingkan eritrosit, inti selnya bermacam-macam,
dan terdapat 6000-9000/mm3. Sel darah putih memiliki peran dalam
menghancurkan antigen (kuman, virus, dan toksin). Fagositosis akan
dilakukan oleh leukosit dan sistem makrofag jaringan atau sel retikuloendotel
dari hepar, limpa, sumsum tulang, alveoli paru, mikroglia otak dan kelenjar
getah bening pada kuman dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Kuman atau
2
virus yang telah masuk akan dihancurkan oleh enzim pencerna sel
(Syaifuddin, 2011).
1.2 Definisi
3
kurang memadai, lahan bergambut, dan habitat tikus yang tersebar luas di
wilayah pemukiman (Sunil dkk, 2016).
1.3 Epidemiologi
4
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, kejadian
penularan leptospirosis di Indonesia tahun 2009 hingga 2013 mengalami
peningkatan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi salah satu provinsi
dengan penyakit leptospirosis terbanyak pada tahun 2011 di Indonesia
(Rakebsa dkk, 2018). Selain itu, tahun 2013 di Kabupaten Sampang Madura
terdapat 640 kasus leptospirosis dan 60 kasus kematian (CFR 9,37%) hingga
menimbulkan kejadian luar biasa (Kemenkes RI, 2017).
1.4 Etiologi
1.5 Patofisiologi
6
menimbulkan kebocoran cairan dan hipovolemia. Hipovolemia berakibat pada
kekurangan cairan (dehidrasi) dan perubahan permeabilitas kapiler yang
menjadi penyebab terjadinya gagal ginjal. Selain itu, akan ditandai adanya
ikterik dikarenakan rusaknya sel-sel hati, bilirubin yang terlepas dari jaringan
yang telah hemolisis intravascular, kolestatis intrahepatik dan sekresi bilirubin
mengalami penurunan. Conjungtival suffusion terutama perikorneal
disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah. Adapun komplikasi yang dapat
terjadi diantaranya uveitis, iritis, iridoksiklitis yang diikuti dengan kekeruhan
vitreus dan lenticular. Bakteri Leptospira yang menyerang aqueous humor
dapat mengakibatkan uveitis kronik yang berulang (Rusmini, 2011).
2. Fase imun, terjadi selama 4-30 hari dengan tanda dan gejala
meningkatnya titer antibody, demam 40℃, menggigil, dan lemah. Nyeri
di leher, perut, dan otot kaki. Dapat ditemukan purpura, petekie,
epistaksis dan perdarahan di gusi. Kemudian, muncul tanda
patognomonik berupa Conjuntival injection dan conjungtival suffusion.
Apabila penyakit ini semakin parah, maka dapat menimbulkan
meningitis, gangguan hati dan ginjal. Fase imun juga akan menimbulkan
leptospiuria selama 1 minggu hingga 1 bulan (Rampengan, 2016).
8
(ELISA), polymerase chain reaction (PCR) dan dipstick assays, serta
Antigen spesifik leptospira, yaitu lipoprotein rLipl32 yang dapat menjadi
gold standard diagnosis (Rampengan, 2016).
1.8 Penatalaksanaan
a. Farmakologi
b. Non Farmakologi
9
10
1.9 Pathway
Bakteri leptospira
Urine
binatang
Aliran darah
Bakteri Peningkatan
bermultiplikas suhu tubuh
i
LEPTOSPIROSIS
11
Hepar Otot
Pembuluh Ginjal
rangka
Hepatomegali
Bakteri mengendap Poliferase
sel Kupfer
Terjadi vasculitis Terbentuknya antigen
leptospira di otot
Nefritis interstitial Mendesak lambung
Kerusakan endotel dan nekrosis tubular
pembuluh darah Nekrosis
kecil sentilobuler
Permeabelitas Perubahan local
kapiler Mual, muntah
nekrotis, vakuolisasi
myofibril, kehilangan
Resiko
Gangguan striata
ketidakseim
pemecahan bilirubin
bangan
Nafsu makan
volume
menurun
cairan
Nyeri
Bilirubin dalam akut
Ginjal tidak Protein plasma darah meningkat
mampu keluar BB turun
mengkompensasi
12
Ikterus
Tekanan osmotik Nutrisi
menurun kurang dari
gagal ginjal kebutuhan
Gelisah, takut,
bingung, sering Defisiensi
edema
bertanya pengetahuan
kepada petugas
13
BAB II
1. Identitas klien
Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan
tingkat kejadiannya sama
2. Keluhan utama
Demam yang mendadak. Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala,
mialgia dan nyeri tekan (frontal) mata merah, fotofobia, keluahan
gastrointestinal. Demam disertai mual, muntah, diare, batuk, sakit dada,
hemoptosis, penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva. Demam ini
berlangsung 1-3 hari.
3. Riwayat Keperawatan
a. Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh
b. Riwayat penyakit, influenza, hapatitis, bruselosis, pneuma atipik,
DBD, penyakit susunan saraf akut, fever of unknown origin.
c. Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang resiko
tinggi seperti bepergian di hutan belantara, rawa, sungai atau petani,
dokter hewan.
4. Pemeriksaan dan observasi
a. Fisik
Keadaan umum, penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun.
Kaji klien pada :
1) Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
2) Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.
3) Sistem persyarafan
14
Penurunan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata
merah, fotofobia, injeksi konjunctiva,iridosiklitis
4) Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia, perdarahan adernal
5) Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali, hemoptosis, melenana
6) Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk makular/makulopapular/urtikaria
yang teresebar pada badan. Pretibial.
b. Laboratorium
1) Leukositosis normal, sedikit menurun,
2) Neurtrofilia dan laju endap darah (LED) yang meninggiu
3) Proteinuria, leukositoria
4) Sedimen sel torak
5) BUN , ureum dan kreatinin meningkat
6) SGOT meninggi tetapi tidak melebihi 5 x normal
7) Bilirubin meninggi samapai 40 %
8) Trombositopenia
9) Hiporptrombinemia
10) Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
11) Glukosa dalam CSS Normal atau menurun
15
klien mengatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan
perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan
16
2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan
pada pasien, menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Hasil
1. Domain 11. NOC NIC 1. Dengan hubungan yang
Keamanan atau Tujuan : 1. Bina hubungan baik dengan baik dapat meningkatkan
perlindungan. Kelas Setelah dilakukan tindakan klien dan keluarga kerjasama dengan klien
6 Termoregulasi keperawatan selama 2 x 24 2. Berikan kompres dingin dan sehingga pengobatan dan
(00007) jam diharapkan hipertermi ajarkan cara untuk memakai perawatan mudah
klien dapat teratasi es atau handuk pada tubu, dilaksanakan.
Hipertermi khususnya pada aksila atau 2. Pemberian kompres dingin
berhubungan dengan Kriteria Hasil : lipatan paha. merangsang penurunan
proses infeksi dari 1. Peningkatan suhu 3. Peningkatan kalori dan beri suhu tubuh.
perjalanan kulit dipertahankan banyak minuman (cairan) 3. Air merupakan pangatur
penyakitnya ditandai pada skala 2 (cukup 4. Anjurkan memakai baju suhu tubuh. Setiap ada
dengan suhu tubuh berat) ditingkatkan ke tipis yang menyerap kenaikan suhu melebihi
klien lebih dari 38 0
skala 4 (ringan) keringat. normal, kebutuhan
17
C 2. Sakit kepala 5. Observasi tanda-tanda vital metabolisme air juga
dipertahankan pada terutama suhu dan denyut meningkat dari kebutuhan
skala 2 (cukup berat) nadi setiap ada kenaikan suhu
ditingkatkan ke skala 6. Kolaborasi dengan tim tubuh.
4 (ringan) medis dalam pemberian 4. Baju yang tipis akan
3. Dehidrasi obat-obatan terutama anti mudah untuk menyerap
dipertahankan pada piretik., antibiotika keringat yang keluar.
skala 2 (cukup berat) (Pinicillin G ) 5. Observasi tanda-tanda vital
ditingkatkan ke skala merupakan deteksi dini
4 (ringan) untuk mengetahui
komplikasi yang terjadi
sehingga cepat mengambil
tindakan
6. Pemberian obat-obatan
terutama antibiotik akan
membunuh kuman
Salmonella typhi sehingga
mempercepat proses
penyembuhan sedangkan
antipiretik untuk
18
menurunkan suhu tubuh.
Antibotika spektrrum luas.
2. Domain 12 NOC NIC a. Memberikan informasi
Kenyamanan. Kelas Tujuan : a. Tentukan riwayat nyeri, yang diperlukan untuk
1 Kenyamanan Setelah dilakukan tindakan lokasi, durasi dan intensitas merencanakan asuhan.
Fisik (00132) keperawatan selama 2 x 24 b. Evaluasi therapi: b. Untuk mengetahui terapi
jam diharapkan nyeri klien pembedahan, radiasi, yang dilakukan sesuai atau
Nyeri akut dapat teratasi khemotherapi, biotherapi, tidak, atau malah
berhubungan dengan ajarkan klien dan keluarga menyebabkan komplikasi.
proses penyakit Kriteria Hasil : tentang cara c. Untuk meningkatkan
(kerusakan jaringan 1. Menggunakan menghadapinya kenyamanan dengan
syaraf, infiltrasi tindakan c. Berikan pengalihan seperti mengalihkan perhatian
sistem suplai saraf, pengurangan reposisi dan aktivitas klien dari rasa nyeri.
saraf, inflamasi), (nyeri) tanpa menyenangkan seperti d. Meningkatkan kontrol diri
ditandai dengan klien analgesik mendengarkan musik atau atas efek samping dengan
mengatakan nyeri, dipertahankan pada nonton TV (distraksi) menurunkan stress dan
klien sulit tidur, tidak skala 3 (kadang- d. Menganjurkan tehnik ansietas.
mampu memusatkan kadang penanganan stress (tehnik e. Untuk mengetahui
perhatian, ekspresi menunjukkan) relaksasi, visualisasi, efektifitas penanganan
nyeri, kelemahan ditingkatkan ke bimbingan), gembira, dan nyeri, tingkat nyeri dan
19
skala 4 (sering berikan sentuhan sampai sejauhmana klien
menunjukkan) therapeutik. mampu menahannya serta
2. Nyeri yang e. Evaluasi nyeri, berikan untuk mengetahui
dilaporkan pengobatan bila perlu. kebutuhan klien akan obat-
dipertahankan pada f. Diskusikan penanganan obatan anti nyeri.
skala 3 (sedang) nyeri dengan dokter dan f. Agar terapi yang diberikan
ditingkatkan ke juga dengan klien tepat sasaran.
skala 4 (ringan) g. Berikan analgetik sesuai g. Untuk mengatasi nyeri
3. Menggosok area indikasi seperti morfin,
yang terkena methadone, narkotik
dampak
dipertahankan pada
skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke
skala 4 (ringan)
3. Domain 5 Persepsi NOC NIC a. Menghindari adanya
atau kognisi. Kelas Tujuan : a. Review pengertian klien duplikasi dan pengulangan
4 Kognisi (00126) Setelah dilakukan tindakan dan keluarga tentang terhadap pengetahuan
keperawatan selama 1 x 24 diagnosa, pengobatan dan klien.
jam diharapkan b. Memungkinkan dilakukan
20
Defisien pengetahuan klien dapat akibatnya. pembenaran terhadap
pengetahuan teratasi b. Tentukan persepsi klien kesalahan persepsi dan
berhubungan dengan tentang kanker dan konsepsi serta kesalahan
kurangnya informasi, Kriteria Hasil : pengobatannya, ceritakan pengertian.
misinterpretasi, 1. Proses perjalanan pada klien tentang c. Membantu klien dalam
keterbatasan kognitif penyakit biasanya pengalaman klien lain yang memahami proses penyakit.
ditandai dengan dipertahankan pada menderita kanker. d. Membantu klien dan
sering bertanya, skala 3 (pengetahuan c. Beri informasi yang akurat keluarga dalam membuat
menyatakan sedang) ditingkatkan dan faktual. Jawab keputusan pengobatan.
masalahnya, ke skala 4 pertanyaan secara spesifik, e. Mengetahui sampai
pernyataan (pengetahuan banyak) hindarkan informasi yang sejauhmana pemahaman
miskonsepsi, tidak 2. Tanda dan gejala tidak diperlukan. klien dan keluarga
akurat dalam penyakit d. Berikan bimbingan kepada mengenai penyakit klien.
mengikiuti intruksi dipertahankan pada klien/keluarga sebelum f. Meningkatkan pengetahuan
atau pencegahan skala 3 (pengetahuan mengikuti prosedur klien dan keluarga
komplikasi sedang) ditingkatkan pengobatan, therapy yang mengenai nutrisi yang
ke skala 4 lama, komplikasi. Jujurlah adekuat.
(pengetahuan banyak) pada klien. g. Mengkaji perkembangan
3. Praktik gizi yang e. Anjurkan klien untuk proses-proses
sehat dipertahankan memberikan umpan balik penyembuhan dan tanda-
21
pada skala 3 verbal dan mengkoreksi tanda infeksi serta masalah
(pengetahuan sedang) miskonsepsi tentang dengan kesehatan mulut
ditingkatkan ke skala penyakitnya. yang dapat mempengaruhi
4 (pengetahuan f. Review klien atau keluarga intake makanan dan
banyak) tentang pentingnya status minuman.
4. Perilaku yang nutrisi yang optimal. h. Meningkatkan integritas
meningkatkan g. Anjurkan klien untuk kulit dan kepala
kesehatan mengkaji membran mukosa
dipertahankan pada mulutnya secara rutin,
skala 3 (pengetahuan perhatikan adanya eritema,
sedang) ditingkatkan ulcerasi.
ke skala 4 h. Anjurkan klien memelihara
(pengetahuan banyak) kebersihan kulit dan rambut
28
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Leptospirosis merupakan penyakit zoonis yang disebabkan oleh
spirochetes dengan genus Leptospira. Leptospirosis dikenal sebagai penyakit
menular. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala yaitu demam, malaise,
mialgia, meningisme, konjungtivitis, anoreksia, sakit perut, mual, dan muntah.
Leptospirosis yang paling serius disebut sindrom Weil, yang berakibat pada
kegagalan fungsi hati dan ginjal serta perdarahan paru masif.
4.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, R., A. Triana dan W. Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Yogyakarta : Deepublish.
Sunil, S., J. Jacob dan B. Varghese. 2016. Human Leptospirosis A Review. World
Journal of Pharmaceutical Research. 5(4) : 613-624
30