Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

LEPTOSPIROSIS

LAPORAN PENDAHULUAN

oleh :
Eka Windra Dewi
172310101025

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
LEPTOSPIROSIS

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing :
Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB
NIP 198103192014041001

oleh:
Eka Windra Dewi
172310101025

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal dengan Judul

“KONSEP DASAR PENYAKIT LEPTOSPIROSIS”


yang disusun oleh :

Eka Windra Dewi

NIM 172310101025

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada :

Hari/Tanggal : Selasa/19 November 2019

Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan
atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.

Penulis

Eka Windra Dewi


NIM 172310101025

Mengetahui

Penanggung jawab mata kuliah Dosen Pembimbing

Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,


Sp.Kep.MB
NIP. 198401022015041002 NIP: 198103192014041001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Konsep Dasar Penyakit dan
Asuhan Keperawatan Pasien Dewasa pada Sistem Hematologi dan Imunitas :
Leptospirosis” ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan medikal.

Makalah ini dapat selesai dengan baik atas bantuan banyak pihak, untuk itu
kami mengucapkan terimakasih untuk mereka yang telah membantu kami selama
proses pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai PJMK Keperawatan
Medikal
2. Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai Dosen Pembimbing
3. Seluruh rekan kelas A angkatan 2017

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
kami mohon maaf atas segala kekurangan dan menerima kritik maupaun saran yang
membangun demi kabaikan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk para pembaca dan bermanfaat pula untuk ilmu dasar
keperawatan medikal kedepannya.

Jember, 19 November 2019

Penulis

DAFTAR ISI

iv
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I KONSEP PENYAKIT 1


1.1 Anatomi Fisiologi 1
1.2 Definisi 3
1.3 Epidemiologi 3
1.4 Etiologi 5
1.5 Patofisiologi 5
1.6 Manifestasi klinik 7
1.7 Pemeriksaan penunjang 8
1.8 Penatalaksanaan Medis 8
1.9 Pathway 10

BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 12


2.1 Pengkajian 12
2.2 Diagnosa 13
2.3 Intervensi Keperawatan 15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 27


3.1 Pengkajian 27
3.2 Riwayat Kesehatan 27
3.3 Pengkajian Keperawatan 29
3.4 Pengkajian Fisik 34
3.5 Analisis Data 38
3.6 Diagnosa Keperawatan 40
3.7 Intervensi Keperawatan 41

v
3.8 Catatan Perkembangan 52

BAB IV PENUTUP 59
4.1 Kesimpulan 59
4.2 Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60

vi
BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Review Anatomi Fisiologi

Gambar 1. Darah

Sistem hematologi terdiri dari darah dan tempat darah diproduksi,


yaitu sumsum tulang dan nodus limpa. Terdapat 2 komponen darah
diantaranya :
1. Plasma darah, bagian darah yang terdiri dari air, elektrolit, dan protein
darah
2. Butir-butir darah, yang terdiri dari
a. Eritrosit : sel darah merah
b. Leukosit : sel darah putih
c. Trombosit
Sel darah merah atau eritrosit memiliki bentuk seperti cakram, tidak
memiliki inti, dengan ukuran 0,007 mm, dan terdapat sekitar 4,5-5 juta/mm 3.
Dalam eritrosit, terdapat kandungan hemoglobin yang berperan dalam
pengikatan oksigen (O2), membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan
membawa karbon dioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru yang akan keluar

1
melalui pernapasan. Jumlah hemoglobin dalam darah sekitar 15 gram, dimana
1 gram dapat mengikat 1,39 ml oksigen (Syaifuddin, 2011).

Sel eritrosit terebentuk di sumsum tulang belakang. Pembentukan


eritrosit memerlukan zat besi, vitamin B12, asam folat dan rantai goblin dari
hemositoblas. Hemositoblas akan membentuk eritroblas basophil dan terjadi
sintesis hemoglobin yang kemudian menjadi eritroblas polikromatofilik yang
terkandung campuran zat basofilik dan hemogloblin merah. Sel retikulosit
akan masuk ke kapiler darah. Sisa retikulum endoplasma akan menghasilkan
hemoglobin selama 1-2 hari. Retikulum yang telah diabsorpsi akan
menghasilkan eritrosit matang (Syaifuddin, 2011).

Sel darah putih atau leukosit memiliki bentuk bening, tidak berwarna,
ukurannya lebih besar dibandingkan eritrosit, inti selnya bermacam-macam,
dan terdapat 6000-9000/mm3. Sel darah putih memiliki peran dalam
menghancurkan antigen (kuman, virus, dan toksin). Fagositosis akan
dilakukan oleh leukosit dan sistem makrofag jaringan atau sel retikuloendotel
dari hepar, limpa, sumsum tulang, alveoli paru, mikroglia otak dan kelenjar
getah bening pada kuman dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Kuman atau
virus yang telah masuk akan dihancurkan oleh enzim pencerna sel
(Syaifuddin, 2011).

Trombosit atau pembeku darah memiliki ciri-ciri bentuk dan ukuran


yang bermacam (ada yang bulat da nada yang lonjong) dan berwarna putih.
Trombosit terbentuk di sumsum tulang, paru, limpa dan memiliki ukuran
sekitar 2-4 mikron. Umur trombosit sekitar 10 hari. Setiap orang dewasa
memiliki jumlah normal trombosit yaitu 200.000-300.000 keping/mm3.
Trombosit memiliki memiliki fungsi dalam membantu proses pembekuan
darah dan hemostasis (menghentikan aliran darah). Trombosit memiliki 2 zat
yaitu prostaglandin dan tromboksan, dimana apabila terjadi kerusakan dinding
pembuluh darah, maka kedua zat tersebut dikeluarkan (Syaifuddin, 2011).

2
1.2 Definisi

Leptospirosis merupakan penyakit zoonis yang ditularkan melalui air,


lumpur, tanaman yang tercemar air seni rodent (tikus) dan hewan lain yang
telah terinfeksi oleh Leptospires (Kemenkes RI, 2017). Leptospirosis dikenal
sebagai “demam tikus urin” pada negara-negara tertentu. Penularan dapat
terjadi apabila manusia menyentuh hewan pengerat atau berada di lingkungan
yang mengandung Leptospires. Kontak kulit pada air dan tanah, mengonsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi air seni hewan yang terinfeksi menjadi
penyebab manusia dapat tertular dan mengidap penyakit Leptospirosis. Tikus
dan hewan pengerat lainnya merupakan inang utama bagi Leptospires, namun
mamalia seperti anjing, sapi, domba, dan babi juga dapat menjadi perantara
penyebaran penyakit Leptospirosis sebagai inang sekunder (Sunil dkk, 2016).

Penyebaran penyakit dapat diakibatkan oleh adanya air banjir yang


menggenang di wilayah tertentu dan terdapat urine tikus. Adapun faktor yang
dapat menimbulkan terjadinya penyakit Leptospirosis di masyarakat
diantaranya lingkungan yang kumuh, fasilitas pembuangan sampah yang
kurang memadai, lahan bergambut, dan habitat tikus yang tersebar luas di
wilayah pemukiman (Sunil dkk, 2016).

1.3 Epidemiologi

Tahun 2007 kasus leptospirosis mengalami kenaikan sejumah 667


kasus dan mencapai 8% kematian pada manusia. Sedangkan tahun 2010,
mengalami penurunan sejumlah 410 kasus dengan jumlah 46 kasus kematian
(CFR 11,2%). Persebaran terjadinya kasus leptospirosis terdapat di 8 provinsi
diantaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,
Bengkulu, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan (Kemenkes RI, 2017).

3
Gambar 2. Distribusi Leptospirosis di Indonesia

Kasus leptospirosis di Indonesia terus mengalami peningkatan di tahun


2009 hingga tahun 2011, tahun 2011 terjadi 857 kasus dan 82 kasus kematian
(CFR 9,56%). Tahun 2012 terjadi penurunan hingga 222 kasus dan 28 kasus
kematian, namun angka kematian mengalami peningkatan CFR 12,6%
(Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, kejadian


penularan leptospirosis di Indonesia tahun 2009 hingga 2013 mengalami
peningkatan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi salah satu provinsi
dengan penyakit leptospirosis terbanyak pada tahun 2011 di Indonesia
(Rakebsa dkk, 2018). Selain itu, tahun 2013 di Kabupaten Sampang Madura
terdapat 640 kasus leptospirosis dan 60 kasus kematian (CFR 9,37%) hingga
menimbulkan kejadian luar biasa (Kemenkes RI, 2017).

Kasus leptospirosis pernah menjadi kejadian luar biasa (KLB) di tahun


2010 hingga 2011 tepatnya di Kabupaten Bantul dan terus meningkat di tahun
2014 sejumlah 76 kasus. Namun, case fatality rate (CFR) tertinggi terjadi di
kota Yogyakarta, sejumlah 23 kasus dan 1 meninggal di tahun 2014.
Kemudian, di tahun 2015, meningkat hingga 39 kasus dan 9 meninggal
(Rakebsa dkk, 2018).

1.4 Etiologi
4
Gambar 3. Leptospira interrogans

Leptospirosis merupakan penyakit zoonis yang disebabkan oleh


spirochetes dengan genus Leptospira. Leptospirosis dikenal sebagai penyakit
menular. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala yaitu demam, malaise,
mialgia, meningisme, konjungtivitis, anoreksia, sakit perut, mual, dan muntah.
Leptospirosis yang paling serius disebut sindrom Weil, yang berakibat pada
kegagalan fungsi hati dan ginjal serta perdarahan paru masif. Apabila tidak
mendapatkan penanganan pengobatan yang cepat, maka berakibat pada
kematian (Sunil dkk, 2016).

1.5 Patofisiologi

Bakteri Leptospira akan masuk ke dalam tubuh manusia kemudian


masuk ke sistem peredaran darah, dan akan menyebar ke seluruh organ tubuh
serta berkembang di bagian organ hati, ginjal, kelenjar mamae dan selaput
otak. Apabila imunitas tubuh baik, maka bakteri Leptospira di dalam tubuh
akan menurun. Sistem kekebalan tubuh akan memusnahkan bakteri
Leptospira 1 atau 2 hari setelah terjadinya infeksi. Sebaliknya bila imunitas
tubuh dalam kondisi buruk, maka bakteri Leptospira tetap akan berkembang
di bagian organ hati, ginjal, kelenjar mamae dan selaput otak yang
menyebabkan nefritis (Rusmini, 2011).

5
Endotoksin dan hemolisin dihasilkan oleh bakteri Leptospira yang
dapat mengakibatkan dinding kapiler pembuluh darah rusak dan
menyebabkan perdarahan atau kebocoran hingga kematian. Bakteri
Leptospira yang virulen akan bermultiplikasi di dalam darah, jaringan, dan
cairan serebrospinal di hari ke-4 hingga hari ke-10 sejak terjadinya infeksi.
Kerusakan dinding pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya vaskulitis
dan ekstravasasi sel. Fosfolipase atau proses hemolisis pada bakteri
Leptospira dapat menimbulkan terjadinya pemecahan sel eritrosit dan
membran sel lain yang terkandung fosfolipid (Rusmini, 2011).

Bakteri Leptospira akan menyerang bagian ginjal dan hati. Kasus


leptospirosis yang berat akan menimbulkan vaskulitis dan sirkulasi mikro
akan terhambat serta terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang
menimbulkan kebocoran cairan dan hipovolemia. Hipovolemia berakibat pada
kekurangan cairan (dehidrasi) dan perubahan permeabilitas kapiler yang
menjadi penyebab terjadinya gagal ginjal. Selain itu, akan ditandai adanya
ikterik dikarenakan rusaknya sel-sel hati, bilirubin yang terlepas dari jaringan
yang telah hemolisis intravascular, kolestatis intrahepatik dan sekresi bilirubin
mengalami penurunan. Conjungtival suffusion terutama perikorneal
disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah. Adapun komplikasi yang dapat
terjadi diantaranya uveitis, iritis, iridoksiklitis yang diikuti dengan kekeruhan
vitreus dan lenticular. Bakteri Leptospira yang menyerang aqueous humor
dapat mengakibatkan uveitis kronik yang berulang (Rusmini, 2011).

1.6 Manifestasi Klinis

6
Masa inkubasi leptospirosis sekitar 2-26 hari. Leptospirosis memiliki 2
fase penyakit diantaranya :

1. Fase leptospiremia, yaitu kuman leptospira dapat ditemukan dalam darah.


Tanda dan gejala yang muncul seperti nyeri kepala daerah frontal, nyeri
otot betis, paha, pinggang saat ditekan. Tanda dan gejala tersebut disertai
dengan hiperestesi kulit, demam tinggi, menggigil, mual, diare, dan
kesadaran yang menurun. Apabila sakit berat, terjadi bradikardi dan
ikterus. Sebagian besar penderita mengalami gejala fotofobia, rash,
urtikaria kulit, splenomegali hepatomegali dan limfadenopati di hari ke 4-
7. Penanganan yang optimal akan perlahan-lahan memulihkan kondisi
penderita. Proliferasi organisme dalam darah akan berhenti seiring dengan
menurunnya tanda dan gejala penyakit. Pemulihan fungsi organ setelah
perawatan yaitu 3-6 minggu. Sakit yang lebih parah menandakan
penurunan demam setelah hari ke-7, lalu penderita tidak mengalami
demam selama 1-3 hari dan demam akan kambuh kembali. Keadaan ini
disebut fase kedua atau fase imun (Rampengan, 2016).

2. Fase imun, terjadi selama 4-30 hari dengan tanda dan gejala
meningkatnya titer antibody, demam 40℃, menggigil, dan lemah. Nyeri
di leher, perut, dan otot kaki. Dapat ditemukan purpura, petekie,
epistaksis dan perdarahan di gusi. Kemudian, muncul tanda
patognomonik berupa Conjuntival injection dan conjungtival suffusion.
Apabila penyakit ini semakin parah, maka dapat menimbulkan
meningitis, gangguan hati dan ginjal. Fase imun juga akan menimbulkan
leptospiuria selama 1 minggu hingga 1 bulan (Rampengan, 2016).

1.7 Pemeriksaan Penunjang

7
1. Media Fletcher’s atau EMJH. Pemeriksaan leptospirosis dengan
mengumpulkan sampel klinis berupa darah dan cairan serebrospinal di
waktu minggu pertama masa sakit serta urin, sesudah minggu pertama
hingga hari ke-40. Pemeriksaan ini menggunakan media Fletcher’s atau
EMJH yang dikombinasikan dengan neomisin atau 5-fluorouracil dengan
cara menanam spesimen yang telah ada. Pertumbuhan leptospirosis akan
berlangsung selama beberapa hari hingga 4 minggu lamanya.
Leptospirosis dapat dilihat melalui mikroskop lapangan gelap atau
menggunakan mikroskop fluoresen (fluorerescent antibody stain)
(Rampengan, 2016).

2. Uji imunoserologik. Uji imunoserologik yang dapat digunakan yaitu


Microscopic Agglutination Test, Enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA), polymerase chain reaction (PCR) dan dipstick assays, serta
Antigen spesifik leptospira, yaitu lipoprotein rLipl32 yang dapat menjadi
gold standard diagnosis (Rampengan, 2016).

1.8 Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Tanda dan gejala leptospirosis yang parah dapat diberikan jenis


penicillin IV dengan dosis tinggi yaitu benzylpenicillin IV 30 mg/kg,
maksimal pemberian 1,2 g tiap 6 jam selama 5-7 hari. Apabila tanda
dan gejala leptospirosis masih ringan, maka diberikan antibiotik oral
seperti amoksisilin, ampisilin, doksisiklin dengan dosis 2 mg/kg,
maksimal diberikan sebanyak 100 mg tiap 12 jam selama 5-7 hari.
Kemudian dapat juga menggunakan eritromisin, sefalosporin generasi
ketiga (seperti ceftriaxone, cefotaxime, dan kuinolon). Selain itu, dapat
dilakukan terapi dialysis atau peritoneal dialysis (hemodialisis) apabila

8
pasien terindikasi adanya gangguan ginjal. Pemberian doksisiklin 200
mg/minggu dapat menjadi tindakan pencegahan infeksi kuman
leptospira (Rampengan, 2016).

b. Non Farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi dapat menggunakan terapi


dalam penyembuhan leptospirosis yaitu dengan terapi suportif. Terapi
ini akan memberikan perawatan yang suportif dan pengawasan ketat
terhadap pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit agar tetap
seimbang. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak
terinfeksi kuman leptospira yaitu melakukan kontrol lingkungan
rumah dan menggunakan alat pelindung diri (Rampengan, 2016).

9
1.9 Pathway

Bakteri leptospira

Urine
binatang

Masuk lewat kulit


yang lecet, selaput
lendir

Aliran darah

Bakteri Peningkatan
bermultiplikas suhu tubuh
i
LEPTOSPIROSIS

10
Pembuluh Ginjal Hepar Otot
rangka

Pembuluh darah Tubulus renal Infiltrasi limfosit Menginvasi


kecil rusak otot skeletal

Hepatomegali
Bakteri mengendap Poliferase
sel Kupfer
Terjadi vasculitis Terbentuknya antigen
leptospira di otot

Nefritis interstitial Mendesak lambung


Kerusakan endotel dan nekrosis tubular
pembuluh darah Nekrosis
kecil Permeabelitas
kapiler sentilobuler
Perubahan local
Mual, muntah
nekrotis, vakuolisasi
myofibril, kehilangan
Resiko striata
Gangguan
ketidakseim
pemecahan bilirubin
bangan
volume Nafsu makan
cairan menurun

Nyeri
Bilirubin dalam akut
darah meningkat
Ginjal tidak Protein plasma
mampu keluar BB turun
mengkompensasi 11
Ikterus
Tekanan osmotik Nutrisi
menurun kurang dari
gagal ginjal kebutuhan

Gelisah, takut,
bingung, sering Defisiensi
edema
bertanya pengetahuan
kepada petugas

12
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Keperawatan

1. Identitas klien
Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan
tingkat kejadiannya sama
2. Keluhan utama
Demam yang mendadak. Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala,
mialgia dan nyeri tekan (frontal) mata merah, fotofobia, keluahan
gastrointestinal. Demam disertai mual, muntah, diare, batuk, sakit dada,
hemoptosis, penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva. Demam ini
berlangsung 1-3 hari.
3. Riwayat Keperawatan
a. Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh
b. Riwayat penyakit, influenza, hapatitis, bruselosis, pneuma atipik,
DBD, penyakit susunan saraf akut, fever of unknown origin.
c. Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang resiko
tinggi seperti bepergian di hutan belantara, rawa, sungai atau petani,
dokter hewan.
4. Pemeriksaan dan observasi
a. Fisik
Keadaan umum, penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun.
Kaji klien pada :
1) Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
2) Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.

13
3) Sistem persyarafan
Penurunan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata
merah, fotofobia, injeksi konjunctiva,iridosiklitis
4) Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia, perdarahan adernal
5) Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali, hemoptosis, melenana
6) Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk makular/makulopapular/urtikaria
yang teresebar pada badan. Pretibial.
b. Laboratorium
1) Leukositosis normal, sedikit menurun,
2) Neurtrofilia dan laju endap darah (LED) yang meninggiu
3) Proteinuria, leukositoria
4) Sedimen sel torak
5) BUN , ureum dan kreatinin meningkat
6) SGOT meninggi tetapi tidak melebihi 5 x normal
7) Bilirubin meninggi samapai 40 %
8) Trombositopenia
9) Hiporptrombinemia
10) Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
11) Glukosa dalam CSS Normal atau menurun

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dari perjalanan


penyakitnya ditandai dengan suhu tubuh klien lebih dari 38 0 C.

2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (kerusakan jaringan


syaraf, infiltrasi sistem suplai saraf, saraf, inflamasi), ditandai dengan

14
klien mengatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan
perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan

3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi,


misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam
mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake kurang ditandai dengan klien mengatakan hilangnya rasa
kecap, kehilangan selera, nausea dan vomitng, berat badan turun sampai
20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan

5. Defisien volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal


(vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake

6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kerja


penyakitnya defisit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

15
2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan
pada pasien, menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Hasil
1. Domain 11. NOC NIC 1. Dengan hubungan yang
Keamanan atau Tujuan : 1. Bina hubungan baik dengan baik dapat meningkatkan
perlindungan. Kelas Setelah dilakukan tindakan klien dan keluarga kerjasama dengan klien
6 Termoregulasi keperawatan selama 2 x 24 2. Berikan kompres dingin dan sehingga pengobatan dan
(00007) jam diharapkan hipertermi ajarkan cara untuk memakai perawatan mudah
klien dapat teratasi es atau handuk pada tubu, dilaksanakan.
Hipertermi khususnya pada aksila atau 2. Pemberian kompres dingin
berhubungan dengan Kriteria Hasil : lipatan paha. merangsang penurunan
proses infeksi dari 1. Peningkatan suhu 3. Peningkatan kalori dan beri suhu tubuh.
perjalanan kulit dipertahankan banyak minuman (cairan) 3. Air merupakan pangatur
penyakitnya ditandai pada skala 2 (cukup 4. Anjurkan memakai baju suhu tubuh. Setiap ada
dengan suhu tubuh berat) ditingkatkan ke tipis yang menyerap kenaikan suhu melebihi
0
klien lebih dari 38 skala 4 (ringan) keringat. normal, kebutuhan
C 2. Sakit kepala 5. Observasi tanda-tanda vital metabolisme air juga

16
dipertahankan pada terutama suhu dan denyut meningkat dari kebutuhan
skala 2 (cukup berat) nadi setiap ada kenaikan suhu
ditingkatkan ke skala 6. Kolaborasi dengan tim tubuh.
4 (ringan) medis dalam pemberian 4. Baju yang tipis akan
3. Dehidrasi obat-obatan terutama anti mudah untuk menyerap
dipertahankan pada piretik., antibiotika keringat yang keluar.
skala 2 (cukup berat) (Pinicillin G ) 5. Observasi tanda-tanda vital
ditingkatkan ke skala merupakan deteksi dini
4 (ringan) untuk mengetahui
komplikasi yang terjadi
sehingga cepat mengambil
tindakan
6. Pemberian obat-obatan
terutama antibiotik akan
membunuh kuman
Salmonella typhi sehingga
mempercepat proses
penyembuhan sedangkan
antipiretik untuk
menurunkan suhu tubuh.

17
Antibotika spektrrum luas.
2. Domain 12 NOC NIC a. Memberikan informasi
Kenyamanan. Kelas Tujuan : a. Tentukan riwayat nyeri, yang diperlukan untuk
1 Kenyamanan Setelah dilakukan tindakan lokasi, durasi dan intensitas merencanakan asuhan.
Fisik (00132) keperawatan selama 2 x 24 b. Evaluasi therapi: b. Untuk mengetahui terapi
jam diharapkan nyeri klien pembedahan, radiasi, yang dilakukan sesuai atau
Nyeri akut dapat teratasi khemotherapi, biotherapi, tidak, atau malah
berhubungan dengan ajarkan klien dan keluarga menyebabkan komplikasi.
proses penyakit Kriteria Hasil : tentang cara c. Untuk meningkatkan
(kerusakan jaringan 1. Menggunakan menghadapinya kenyamanan dengan
syaraf, infiltrasi tindakan c. Berikan pengalihan mengalihkan perhatian
sistem suplai saraf, pengurangan seperti reposisi dan aktivitas klien dari rasa nyeri.
saraf, inflamasi), (nyeri) tanpa menyenangkan seperti d. Meningkatkan kontrol diri
ditandai dengan klien analgesik mendengarkan musik atau atas efek samping dengan
mengatakan nyeri, dipertahankan pada nonton TV (distraksi) menurunkan stress dan
klien sulit tidur, tidak skala 3 (kadang- d. Menganjurkan tehnik ansietas.
mampu memusatkan kadang penanganan stress (tehnik e. Untuk mengetahui
perhatian, ekspresi menunjukkan) relaksasi, visualisasi, efektifitas penanganan
nyeri, kelemahan ditingkatkan ke bimbingan), gembira, dan nyeri, tingkat nyeri dan
skala 4 (sering berikan sentuhan sampai sejauhmana klien

18
menunjukkan) therapeutik. mampu menahannya serta
2. Nyeri yang e. Evaluasi nyeri, berikan untuk mengetahui
dilaporkan pengobatan bila perlu. kebutuhan klien akan obat-
dipertahankan pada f. Diskusikan penanganan obatan anti nyeri.
skala 3 (sedang) nyeri dengan dokter dan f. Agar terapi yang diberikan
ditingkatkan ke juga dengan klien tepat sasaran.
skala 4 (ringan) g. Berikan analgetik sesuai g. Untuk mengatasi nyeri
3. Menggosok area indikasi seperti morfin,
yang terkena methadone, narkotik
dampak
dipertahankan pada
skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke
skala 4 (ringan)
3. Domain 5 Persepsi NOC NIC a. Menghindari adanya
atau kognisi. Kelas Tujuan : a. Review pengertian klien duplikasi dan pengulangan
4 Kognisi (00126) Setelah dilakukan tindakan dan keluarga tentang terhadap pengetahuan
keperawatan selama 1 x 24 diagnosa, pengobatan dan klien.
Defisien jam diharapkan akibatnya. b. Memungkinkan dilakukan
pengetahuan pengetahuan klien dapat b. Tentukan persepsi klien pembenaran terhadap

19
berhubungan dengan teratasi tentang kanker dan kesalahan persepsi dan
kurangnya informasi, pengobatannya, ceritakan konsepsi serta kesalahan
misinterpretasi, Kriteria Hasil : pada klien tentang pengertian.
keterbatasan kognitif 1. Proses perjalanan pengalaman klien lain yang c. Membantu klien dalam
ditandai dengan penyakit biasanya menderita kanker. memahami proses penyakit.
sering bertanya, dipertahankan pada c. Beri informasi yang d. Membantu klien dan
menyatakan skala 3 (pengetahuan akurat dan faktual. Jawab keluarga dalam membuat
masalahnya, sedang) ditingkatkan pertanyaan secara spesifik, keputusan pengobatan.
pernyataan ke skala 4 hindarkan informasi yang e. Mengetahui sampai
miskonsepsi, tidak (pengetahuan banyak) tidak diperlukan. sejauhmana pemahaman
akurat dalam 2. Tanda dan gejala d. Berikan bimbingan klien dan keluarga
mengikiuti intruksi penyakit kepada klien/keluarga mengenai penyakit klien.
atau pencegahan dipertahankan pada sebelum mengikuti prosedur f. Meningkatkan pengetahuan
komplikasi skala 3 (pengetahuan pengobatan, therapy yang klien dan keluarga
sedang) ditingkatkan lama, komplikasi. Jujurlah mengenai nutrisi yang
ke skala 4 pada klien. adekuat.
(pengetahuan banyak) e. Anjurkan klien untuk g. Mengkaji perkembangan
3. Praktik gizi yang memberikan umpan balik proses-proses
sehat dipertahankan verbal dan mengkoreksi penyembuhan dan tanda-
pada skala 3 miskonsepsi tentang tanda infeksi serta masalah

20
(pengetahuan sedang) penyakitnya. dengan kesehatan mulut
ditingkatkan ke skala f. Review klien atau yang dapat mempengaruhi
4 (pengetahuan keluarga tentang pentingnya intake makanan dan
banyak) status nutrisi yang optimal. minuman.
4. Perilaku yang g. Anjurkan klien untuk h. Meningkatkan integritas
meningkatkan mengkaji membran mukosa kulit dan kepala
kesehatan mulutnya secara rutin,
dipertahankan pada perhatikan adanya eritema,
skala 3 (pengetahuan ulcerasi.
sedang) ditingkatkan h. Anjurkan klien
ke skala 4 memelihara kebersihan kulit
(pengetahuan banyak) dan rambut

4. Domain 2 Nutrisi. NOC NIC a. Memberikan informasi


Kelas 1 Makan Tujuan : a. Monitor intake makanan tentang status gizi klien.
(00002) Setelah dilakukan tindakan setiap hari, apakah klien b. Memberikan informasi
keperawatan selama 3 x 24 makan sesuai dengan tentang penambahan dan
Ketidakseimbangan jam diharapkan nutrisi kebutuhannya. penurunan berat badan
nutrisi kurang dari klien dapat teratasi b. Timbang dan ukur berat klien.
kebutuhan tubuh badan, ukuran triceps serta c. Menunjukkan keadaan gizi

21
berhubungan dengan Kriteria Hasil : amati penurunan berat klien sangat buruk.
intake kurang 1. Asupan makanan badan. d. Kalori merupakan sumber
ditandai dengan klien dipertahankan pada c. Kaji pucat, penyembuhan energi.
mengatakan skala 3 (cukup luka yang lambat dan e. Mencegah mual muntah,
hilangnya rasa kecap, menyimpang dari pembesaran kelenjar distensi berlebihan,
kehilangan selera, rentang normal) parotis. dispepsia yang
nausea dan vomitng, ditingkatkan ke skala d. Anjurkan klien untuk menyebabkan penurunan
berat badan turun 4 (sedikit mengkonsumsi makanan nafsu makan serta
sampai 20% atau menyimpang dari tinggi kalori dengan intake mengurangi stimulus
lebih dibawah ideal, rentang normal) cairan yang adekuat. berbahaya yang dapat
penurunan massa 2. Rasio berat badan Anjurkan pula makanan meningkatkan ansietas.
otot dan lemak atau tinggi badan kecil untuk klien. f. Agar klien merasa seperti
subkutan dipertahankan pada e. Kontrol faktor berada dirumah sendiri.
skala 3 (cukup lingkungan seperti bau g. Untuk menimbulkan
menyimpang dari busuk atau bising. perasaan ingin
rentang normal) Hindarkan makanan yang makan/membangkitkan
ditingkatkan ke skala terlalu manis, berlemak dan selera makan.
4 (sedikit pedas. h. Agar dapat diatasi secara
menyimpang dari f. Ciptakan suasana makan bersama-sama (dengan ahli
rentang normal) yang menyenangkan gizi, perawat dan klien).

22
3. Asupan makanan misalnya makan bersama i. Untuk
secara tube feeding teman atau keluarga. mengetahui/menegakkan
dipertahankan pada g. Anjurkan tehnik terjadinya gangguan nutrisi
skala 3 (cukup relaksasi, visualisasi, latihan sebagi akibat perjalanan
adekuat) ditingkatkan moderate sebelum makan. penyakit, pengobatan dan
ke skala 4 (sebagian h. Anjurkan komunikasi perawatan terhadap klien.
besar adekuat) terbuka tentang problem j. Membantu menghilangkan
4. Kehilangan nafsu anoreksia yang dialami gejala penyakit, efek
makan dipertahankan klien. samping dan meningkatkan
pada skala 3 (sedang) i. Amati studi laboraturium status kesehatan klien.
ditingkatkan ke skala seperti total limposit, serum k. Mempermudah intake
4 (ringan) transferin dan albumin makanan dan minuman
j. Berikan pengobatan dengan hasil yang
sesuai indikasi maksimal dan tepat sesuai
Phenotiazine, kebutuhan
antidopaminergic,
corticosteroids, vitamins
khususnya A,D,E dan B6,
antacid
k. Pasang pipa nasogastrik

23
untuk memberikan makanan
secara enteral, imbangi
dengan infus
5. Domain 2 Nutrisi NOC NIC a. Pemasukan oral yang tidak
Kelas 5 Hidrasi Tujuan : a. Monitor intake dan adekuat dapat menyebabkan
(00027) Setelah dilakukan tindakan output termasuk keluaran hipovolemia.
keperawatan selama 3 x 24 yang tidak normal seperti b. Dengan memonitor berat
Defisien volume jam diharapkan volume emesis, diare, drainase luka. badan dapat diketahui bila
cairan berhubungan cairan klien dapat teratasi Hitung keseimbangan ada ketidakseimbangan
dengan output yang selama 24 jam. cairan.
tidak normal Kriteria Hasil : b. Timbang berat badan jika c. Tanda-tanda hipovolemia
(vomiting, diare), 1. Keseimbangan intake diperlukan. segera diketahui dengan
hipermetabolik, dan output dalam 24 c. Monitor vital signs. adanya takikardi, hipotensi
kurangnya intake jam dipertahankan Evaluasi pulse peripheral, dan suhu tubuh yang
pada skala 3 (cukup capilarry refil. meningkat berhubungan
terganggu) d. Kaji turgor kulit dan dengan dehidrasi.
ditingkatkan ke skala keadaan membran mukosa. d. Dengan mengetahui tanda-
4 (sedikit terganggu) Catat keadaan kehausan tanda dehidrasi dapat
2. Berat badan stabil pada klien. mencegah terjadinya
dipertahankan pada e. Anjurkan intake cairan hipovolemia.

24
skala 3 (cukup sampai 3000 ml per hari e. Memenuhi kebutuhan cairan
terganggu) sesuai kebutuhan individu. yang kurang.
ditingkatkan ke skala f. Observasi kemungkinan f. Segera diketahui adanya
4 (sedikit terganggu) perdarahan seperti perubahan keseimbangan
3. Turgor kulit perlukaan pada membran volume cairan.
dipertahankan pada mukosa, luka bedah, adanya g. Mencegah terjadinya
skala 3 (cukup ekimosis dan pethekie. perdarahan.
terganggu) g. Hindarkan trauma dan h. Memenuhi kebutuhan cairan
ditingkatkan ke skala tekanan yang berlebihan yang kurang.
4 (sedikit terganggu) pada luka bedah. i. Mencegah atau
4. Diare dipertahankan h. Berikan cairan IV bila menghilangkan mual
pada skala 3 (sedang) diperlukan. muntah.
ditingkatkan ke skala i. Berikan therapy j. Mengetahui perubahan yang
4 (ringan) antiemetik. terjadi
j. Monitor hasil
laboratorium : Hb,
elektrolit, albumin
6. Domain 11 NOC NIC a. Memberikan informasi
Keamanan atau Tujuan : a. Monitor perkembangan untuk perencanaan asuhan
perlindungan. Kelas Setelah dilakukan tindakan kerusakan integritas kulit dan mengembangkan

25
2 Cedera fisik keperawatan selama 2 x 24 untuk melihat adanya efek identifikasi awal terhadap
(00047) jam diharapkan integritas kerusakan kulit, perubahan integritas kulit.
kulit klien dapat teratasi b. Anjurkan klien untuk b. Menghindari perlukaan
Resiko kerusakan tidak menggaruk bagian yang dapat menimbulkan
integritas kulit Kriteria Hasil : yang gatal. infeksi.
berhubungan dengan 1. Integritas kulit c. Ubah posisi klien secara c. Menghindari penekanan
efek kerja dipertahankan pada teratur. yang terus menerus pada
penyakitnya defisit skala 3 (cukup d. Berikan advise pada suatu daerah tertentu.
imunologik, terganggu) klien untuk menghindari d. Mencegah trauma berlanjut
penurunan intake ditingkatkan ke pemakaian cream kulit, pada kulit dan produk yang
nutrisi dan anemia skala 4 (sedikit minyak, bedak tanpa kontra indikatif
terganggu) rekomendasi dokter
2. Berpindah dari satu
sisi ke sisi lain
sambil berbaring
dipertahankan pada
skala 3 (cukup
terganggu)
ditingkatkan ke
skala 4 (sedikit

26
terganggu)
3. Melakukan
skrining sesuai
waktu yang
dianjurkan
dipertahankan pada
skala 3 (kadang-
kadang
menunjukkan)
ditingkatkan ke
skala 4 (sering
menunjukkan)

27
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Bp. S No. RM : 154633

Umur : 54 tahun Pekerjaan : Petani

Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam Tanggal MRS : Kamis, 24-02


2019

Pendidikan : Tidak pernah sekolah Tanggal Pengkajian : Kamis, 24-02


2019

Alamat : Kediri Sumber Informasi : Pasien, keluarga

3.2 Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medis
Leptospirosis
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh demam beberapa hari
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien rujukan dari Poliklinik IPHI PEDAN dengan diagnosa sementara
leptospirosis. Pasien telah diberikan terapi infus Dextrose 5% +Alinamin F 1
amp, injeksi Intermoxyl, 1 gram/8 jam, injeksi ranitidine 1 ampl/ 12 jam,
dengan keluhan 6 hari demam tinggi terus-menerus, nyeri otot paha, mual,

28
buang air kecil berwarna cokelat seperti teh. Skala nyeri yang dirasakan yaitu
7
4. Riwayat penyakit dahulu
a. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit serius pada masa anak-anak.
Pasien pernah kecelakaan sepeda motor sekitar 10 tahun yang lalu. Klien
mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit. Ini pertama kalinya
dirawat di rumah sakit dan pasien mengatakan tidak pernah menjalani
operasi.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dan lain-lain)
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi pada apapun.
c. Imunisasi
Klien mengatakan lupa telah pernah mendapat imunisasi apa saja.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Klien mengatakan bahwa suka makan makanan yang pedas.
e. Obat-obat yang digunakan
Klien mengatakan apabila tidak mengkonsumsi obat-obatan.
5. Status riwayat keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan Bp. S
6. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Anak kandung
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah

29
3.3 Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan


Kurang baik
Interpretasi :
Klien dan keluarga mengatakan bahwa kesehatan itu penting, namun klien
tidak tahu arti dari kesehatan. Pasien juga tidak mengetahui penyakit yang
sedang dialaminya dan penyebab penyakitnya. Saat dilakukan pengkajian,
klien terus bertanya tentang penyakitnya.
2. Pola nutrisi (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
- Antropometri
BB : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
- Biomedical sign : -
- Clinical sign :
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 98x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 38℃
Mukosa mulut kering dan pucat, ekpresi meringis menahan nyeri
Interpretasi :
Klien terlihat lemah
- Diet pattern :
Sebelum MRS :
Klien makan dengan baik yaitu 3x sehari yaitu 1-2 piring. Klien
minum sekitar 1500 cc/hari.
Saat MRS :
Klien tetap makan 3x kali sehari tetapi pasien makan dengan porsi
sedikit karena lidahnya terasa pahit. Selama di rumah sakit pasien
memiliki masalah pencernaan yaitu muntah. Klien muntah sekitar 500

30
cc. Porsi makan pasien menghabiskan sekitar ½ porsi makanan yang
disediakan. Namun, setelah di rawat di rumah sakit, pasien minum 4x
sebanyak 250 cc/hari.
Interpretasi : sebelum masuk rumah sakit, kebutuhan nutrisi pasien
masih terpenuhi. Tetapi setelah masuk rumah sakit, klien hanya makan
dengan ½ porsi dari biasanya
3. Pola eliminasi (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
- Pola eliminasi BAK
BAK Sebelum MRS Saat MRS
Frekuensi 3-5x/hari 4x/hari
Jumlah - -
Warna Kuning Cokelat seperti teh
Bau Amonia Amonia
Karakter - -
BJ - -
Alat bantu Tanpa alat bantu Kateter
Kemandirian Mandiri Dibantu keluarga
atau petugas
kesehatan
Volume 250 - 300 ml/6 jam 250 ml/6 jam

- Pola eliminasi BAB

BAB Sebelum MRS Saat MRS


Frekuensi 4x/hari 4x/hari
Jumlah - -
Warna Kuning tua Kuning tua
Bau Bau khas feses Bau khas feses
Karakter Feses padat Feses cair dan
berlendir
BJ - -
Alat bantu Tanpa alat bantu Tanpa alat bantu
Kemandirian Mandiri Dibantu keluarga
atau petugas
kesehatan
Volume - -

31
4. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum masuk rumah sakit, klien bekerja sebagai buruh petani dan
melakukan aktivitas tanpa bantuan keluarga. Setelah masuk rumah sakit,
apabila klien ingin berpindah dan aktivitas toileting klien dibantu keluarga.

c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:


dibantu alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi : Baik
Fungsi kardiovaskuler : Baik
Terapi oksigen : Klien tidak terpasang selang oksigen
Interpretasi : Klien dapat bernafas spontan tanpa bantuan
oksigen

5. Pola tidur
Durasi :
Sebelum MRS, klien dapat tidur dengan baik dengan durasi tidur 8 jam/hari.
Namun, setelah MRS, durasi tidur klien terganggu dikarenakan klien muntah
dan hanya dapat tidur sekitar 5 jam/hari
Gangguan tidur :

32
Sebelum MRS, klien tidak pernah mengalami gangguan tidur. Saat MRS,
klien terbangun di malam hari karena muntah
Keadaan bangun tidur :
Sebelum MRS klien tampak segar, langsung beraktivitas dan bekerja ,
sedangkan saat MRS klien tampak lemah, wajah tidak segar
Interpretasi
Klien tidak dapat tidur seperti biasanya yang ditandai dengan durasi tidur
yang menurun dan klien terbangun di malam hari karena muntah.
6. Pola kognitif dan perseptual
Fungsi kognitif dan memori :
Sebelum dan saat MRS, fungsi kognitif klien baik, klien masih dapat
mengingat peristiwa yang telah terjadi dan klien dapat berbicara dengan
tenang
Fungsi dan keadaan indera :
Klien tidak mengalami gangguan pada penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan pengecapan baik sebelum MRS maupun saat MRS
Interpretasi :
Klien memiliki fungsi kognitif dan fungsi perseptual yang baik dan tidak
mengalami gangguan.
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
Klien bersyukur dengan keadaannya yang sekarang meskipun klien dalam
keadaan sakit karena klien menganggap bahwa semua yang terjadi di dunia ini
adalah keputusan dan kehendak yang terbaik dari Allah SWT.
Identitas diri :
Klien dapat mengenali dirinya sendiri dan tidak mengalami gangguan
identitas diri. Klien memiliki seorang istri dan 2 orang anak laki-laki
Harga diri :
Klien tidak merasa malu dengan kondisinya saat ini dan lebih banyak
bersyukur

33
Ideal diri :
Klien terus merasa yakin apabila penyakitnya dapat disembuhkan dan klien
berharap dapat beraktivitas kembali seperti setiap harinya.
Peran diri :
Klien merupakan seorang suami dan kepala keluarga
Interpretasi :
Pola persepsi diri klien tidak mengalami gangguan
8. Pola seksulitas dan reproduksi
Pola seksualitas :
Klien dan keluarga mengatakan tidak mengalami gamgguan seksualitas
Fungsi reproduksi :
Klien juga tidak memiliki masalah terkait dengan reproduksi.
Interpretasi :
Klien tidak memiliki maslah pada pola seksualitas dan reproduksi
9. Pola peran dan hubungan
- Keluarga klien mengatakan hubungan klien dan anggota keluarga lainnya
terjalin sangat baik.
- Terlihat istri dan anak klien selalu menjaga klien setiap harinya saat sakit
Interpretasi :
Pola peran dan hubungan klien tidak memiliki masalah
10. Pola manajemen koping stres
Keluarga dan klien mengatakan bahwa sakit yang dialami ini merupakan
bentuk penghapus dosa dari Allah SWT maka dari itu keluarga dan klien
selalu tabah dan sabar dengan apa yang terjadi.
Interpretasi :
Pola manajemen koping stress klien tidak memiliki masalah ditandai dengan
keluarga dan klien selalu tabah dan sabar
11. Sistem nilai dan keyakinan
Klien mengatakan apabila penyakitnya sekarang ini adalah kasih sayang Allah
SWT kepada hamba-Nya dan klien yakin bahwa dirinya akan sembuh. Klien

34
juga sholat 5 waktu dan selalu berdoa kepada Allah SWT untuk
kesembuhannya.
Interpretasi :
Sistem nilai dan keyakinan klien dapat teratasi dengan baik karena klien yakin
akan kesembuhannya dan klien juga sholat 5 waktu serta selalu berdoa agar
diberi kesembuhan.

3.4 Pengkajian Fisik

1. Keadaan umum :
Komposmentis
GCS 4-5-6
Tanda vital :
- Tekanan darah : 150/90 mmHg
- Nadi : 98x/menit
- RR : 24x/menit
- Suhu : 38℃
2. Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aukultasi)
a. Kepala
Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut beruban, tidak ada ketombe, rambut
tidak rontok
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan di kepala
b. Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
reflek cahaya normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : bentuk kedua telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada
serumen, tidak ada perdarahan
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan

35
d. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada kemerahan, tidak ada
perdarahan, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

e. Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering dan pucat, tidak ada cyanosis, tidak ada
luka, tidak ada karang gigi, tidak ada abses, lidah tampak bersih
Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : trakea simetris, leher simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan vena
jugularis
g. Dada
Bentuk dada klien normal, tidak terdapat Barrel chest, Funnel chest,
Pigeon chest.
- Paru-paru
Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak teraba benjolan, sten fremitus kanan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Aukultasi : suara dasar vesicular
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba midklavikula slc V
Perkusi : pekak konfigurasi normal
Aukultasi : S1 dan S2 terdengar normal, tidak ada murmur, tidak ada
gallop
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar simetris
Aukultasi : bising usus 15x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan

36
Perkusi : bunyi timpani, tidak ada undulasi
i. Genetalia dan anus
a. Genetalia
Inspeksi : pertumbuhan rambut normal, tidak ada lesi di area
genetalia
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa atau benjolan
b. Anus
Inspeksi : tidak ada lesi di area anus dan prostat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
j. Ekstremitas dan Muskuloskeletal
a. Ekstremitas atas
Inspeksi : akral hangat dan merah, tidak ada jejas atau luka, tonus otot
kanan dan kiri normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan atau massa,
kekuatan otot 5/5
b. Ekstremitas bawah
Inspeksi : akral dingin, tidak ada jejas atau luka, tonus otot kanan dan
kiri normal
Palpasi : nyeri tekan pada sendi paha kiri, ada edema, kekuatan otot
3/3
k. Kulit dan kuku
a. Kulit
Inspeksi : kulit tampak pucat, tidak ada edema, tidak ada benjolan atau
massa
Palpasi : turgor kulit elastis
b. Kuku
Inspeksi : kuku tampak kotor, pendek
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, CRT < 2 detik
l. Pemeriksanaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap

37
Nilai
Pemeriksaan Hasil Interpretasi
Rujukan

11,5-15,5
HGB 14,1 g/dl Normal
g/dl

HCT 40,3+ % 34-40% Tinggi

150-450
PLT 203 103/µL Normal
103/µL

MCV 83,3 fL 80-99 fL Normal

MCH 29,1 fL 27-31 fL Normal

MCHC 35 fL 33-37 fL Normal

MPV 8,5 fL 7,2-11,1 fL Normal

3.5 Analisa Data

Hari/Ta
No Data Etiologi Masalah Paraf
nggal

1. Kamis, DS : Leptospirosis Hipertermi


24-02- - Pasien
Ɛ
Kontak dengan
2019 mengeluh Ns. Eka
kulityang luka atau
demam
selaput lendir
tinggi selama
6 hari terus- Masuk ke tubuh
menerus
Ke pembuluh darah
DO :
dan cairan
- Suhu 38℃
cerebrospinal
- TD 130/90
mmHg

38
- RR Replikasi bakteri
24x/menit
Inflamasi lokal dan
- Nadi
sistemik
98x/menit
- Mukosa Hipertermi
kering dan
pucat
2. Kamis, DS : Leptospirosis Nyeri akut
24-02- - Klien
Ɛ
Kontak dengan
2019 mengatakan Ns. Eka
kulityang luka atau
nyeri otot
selaput lendir
pada paha
Masuk ke tubuh dan
DO : pembuluh darah
- Skala nyeri
Reaksi bradikinin
klien 7
dan prostaglandin
- Klien
menunjukkan Otot rangka
ekspresi
Timbul edema
wajah
meringis Nyeri otot

Nyeri akut

3. Kamis, DS : Leptospirosis Resiko


24-02- ketidakseimb
Ɛ
- Klien Kontak dengan kulit
2019 angan Ns. Eka
mengatakan yang luka atau
volume
mual dan selaput lendir
cairan
muntah
Masuk ke tubuh dan
- Klien pembuluh darah
mengatakan

39
tidak nafsu Vaskulitis
makan
Permeabilitas kapiler
karena
terganggu
lidahnya
pahit Kebocoran cairan
plasma
DO :
Hipovolemi
- Klien
menghabiska Resiko
n ½ porsi ketidakseimbangan
makanannya volume cairan

- Klien
muntah
sekitar 500
cc

- Membran
mukosa klien
kering

- BAK 250
cc/6 jam

- HCT 40,3+%

3.6 Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dari perjalanan penyakitnya


ditandai dengan suhu tubuh klien 38℃ selama 6 hari terus-menerus

40
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses penyakit)
ditandai dengan klien mengatakan nyeri otot paha, ekspresi nyeri meringis,
skala nyeri 7

3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan output yang


tidak normal ditandai dengan mual, klien muntah 500 cc, membran mukosa
kering, BAK 250 cc/6 jam

41
3.7 Intervensi Keperawatan

Hari/
Diagnosa Tujuan dan Paraf dan
No Tanggal Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Nama

1. Kamis/24 Hipertermi NOC NIC Perawatan Demam (3740)


Februari berhubungan 1. Untuk memantau
Ɛ
Tujuan : Perawatan Demam (3740)
2019 dengan proses pemenuhan asupan Ns. Eka
1. Monitor asupan dan
infeksi dari Setelah dilakukan dan keluaran
keluaran, sadari 2. Untuk menjaga
perjalanan tindakan perawatan
perubahan cairan tetap
penyakitnya selama 3x24 jam
kehilangan cairan terpenuhi oleh tubuh
ditandai diharapkan masalah
yang tak dirasakan 3. Menjaga mukosa
dengan suhu hipertermi pada
2. Dorong konsumsi mulut tetap lembab
tubuh klien pasien dapat teratasi
cairan Pengaturan Suhu (3900)
38℃ selama 6
Kriteria Hasil : 3. Lembabkan bibir 1. Untuk menjaga suhu
hari terus-
dan mukosa hidung tubuh dalam batasan
menerus 1. Peningkatan suhu
yang kering normal
tubuh

42
dipertahankan Pengaturan Suhu (3900) 2. Untuk menjaga suhu
pada skala 3 1. Monitor suhu paling tubuh dan warna
(sedang) tidak setiap 2 jam, kulit dalam batasan
ditingkatkan ke sesuai kebutuhan normal
2. Monitor suhu dan
skala 4 (ringan) 3. Untuk memberikan
2. Memonitor warna kulit
pengetahuan kepada
3. Diskusikan
lingkungan
klien
pentingnya
terkait faktor
4. Untuk menurunkan
termoregulasi dan
yang
suhu tubuh
kemungkinan efek
meningkatkan
Kontrol Infeksi (6540)
negatif dari demam
suhu tubuh 1. Untuk menjaga
yang berlebihan,
dipertahankan kebutuhan nutrisi
sesuai kebutuhan
pada skala 3 terpenuhi
4. Gunakan matras
2. Agar kebutuhan
(kadang-kadang
pendingin, selimut
cairan yang
menunjukkan)
yang
diperlukan dapat
ditingkatkan ke
mensirkulasikan air,
sesuai dengan kadar
skala 4 (sering
mandi air hangat,
normal
menunjukkan)
kantong es atau 3. Agar tidak terjadi
3. Memodifikasi
bantalan jel dan infeksi di kandung
intake cairan
kateterisasi kemih

43
sesuai kebutuhan pendingin Manajemen Pengobatan
dipertahankan intravaskular untuk (2380)
1. Agar suhu tubuh
pada skala 3 mendinginkan suhu
dapat lebih cepat
(kadang-kadang tubuh
Kontrol Infeksi (6540) turun
menunjukkan)
1. Tingkatkan intake 2. Untuk mencegah
ditingkatkan ke
nutrisi yang tepat adanya perubahan
skala 4 (sering 2. Dorong intake cairan
yang tidak
menunjukkan) yang sesuai
diinginkan
3. Gunakan katerisasi
3. Agar dapat
intermiten untuk
mengetahui takaran
mengurangi kejadian
farmakologi yang
infeksi kandung
dapat diberikan
kemih
kepada klien
Manajemen Pengobatan
(2380)
1. Tentukan obat apa
yang diperlukan, dan
kelola menurut resep
dan/atau protokol
2. Monitor efek
samping obat

44
3. Konsultasikan
dengan profesional
perawatan kesehatan
lainnya untuk
meminimalkan
jumlah dan frekuensi
obat yang
dibutuhkan agar
didapatkan efek
terapeutik
2. Kamis/24 Nyeri akut NOC NIC Manajemen Nyeri (1400)
Februari berhubungan
Manajemen Nyeri (1400) 1. Untuk mengetahui Ɛ
Tujuan : 1. Lakukan pengkajian
nyeri yang dirasakan
2019 dengan agen Ns. Eka
nyeri komprehensif
oleh klien
cidera biologis Setelah dilakukan
yang meliputi lokasi, 2. Untuk
(proses tindakan perawatan
karakteristik, onset meminimalkan rasa
penyakit) selama 2x24 jam
atau durasi, nyeri
ditandai diharapkan nyeri 3. Agar penurunan
frekuensi, kualitas,
dengan klien klien dapat teratasi nyeri dilakukan
intensitas atau
mengatakan dengan cara non
Kriteria Hasil : beratnya nyeri, dan
nyeri otot farmakologis
faktor pencetus

45
paha, ekspresi 1. Menggunaka 2. Ajarkan prinsip- 4. Agar tindakan
nyeri meringis, n tindakan prinsip manajemen penurunan nyeri
skala nyeri 7 pengurangan nyeri dapat sesuai dengan
3. Kolaborasi klien,
(nyeri) tanpa nyeri yang dirasakan
orang terdekat, dan
analgesik klien
tim kesehatan 5. Untuk memberikan
dipertahanka
lainnya untuk pengetahuan atau
n pada skala
memilih dan informasi kepada
3 (kadang-
mengimplementasik klien
kadang
Pemberian Analgesik
an tindakan penurun
menunjukka
(2210)
nyeri
n) 1. Agar sesuai dengan
nonfarmakologi,
ditingkatkan keadaan klien
sesuai kebutuhan 2. Agar nyeri yang
ke skala 4
4. Mulai dan
dirasakan oleh klien
(sering
modifikasi tindakan
dapat berkurang
menunjukka
pengontrol nyeri 3. Agar nyeri dapat
n)
berdasarkan respon segera teratasi
2. Nyeri yang
Manajemen Lingkungan :
klien
dilaporkan
5. Berikan informasi Kenyamanan (6482)
dipertahanka 1. Sebagai pendukung
yang akurat untuk
n pada skala dalam
meningkatkan

46
3 (sedang) pengetahuan dan meminimalkan
ditingkatkan respon keluarga penurunan nyeri
2. Untuk mencegah
ke skala 4 terhadap
sumber-sumber
(ringan) pengalaman nyeri
3. Ekspresi Pemberian Analgesik ketidaknyaman
nyeri wajah (2210) muncul sehingga
1. Tentukan pilihan
dipertahanka dapat mengurangi
obat analgesik
n pada skala terjadinya nyeri
(narkotik, non 3. Untuk menurunkan
3 (sedang)
narkotik, atau rasa nyeri
ditingkatkan
NSAID) berdasarkan
ke skala 4
tipe dan keparahan
(ringan)
nyeri
2. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktivitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
3. Berikan analgesik

47
tambahan dan/atau
pengobatan jika
diperlukan untuk
meningkatkan efek
pengurangan nyeri
Manajemen Lingkungan :
Kenyamanan (6482)
1. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
mendukung
2. Pertimbangkan
sumber-sumber
ketidaknyamanan
(seperti balutan yang
lembab, posisi
selang, balutan yang
tertekan, seprei
kusut, maupun
lingkungan yang
menganggu)
3. Posisikan klien

48
untuk memfasilitasi
kenyamanan
(misalnya gunakan
prinsip-prinsip
keselarasan tubuh,
sokong dengan
bantal, sokong sendi
selama pergerakan,
belat sayatan, dan
imobilisasi bagian
tubuh yang nyeri)
3. Kamis/24 Resiko NOC NIC Manajemen Cairan (4120)
Februari ketidakseimba
Manajemen Cairan (4120) 1. Untuk mengetahui Ɛ
Tujuan : 1. Jaga intake atau
keseimbangan antara
2019 ngan volume Ns. Eka
asupan yang akurat
intake dan output
cairan Setelah dilakukan
dan catat output
asupan
berhubungan tindakan perawatan 2. Kaji lokasi dan
2. Untuk mengetahui
dengan output selama 2x24 jam luasnya edema, jika
adanya kelebihan
yang tidak diharapkan resiko ada
volume cairan
3. Monitor makanan
normal ketidakseimbangan 3. Untuk menjaga agar
atau cairan yang
ditandai volume cairan klien intake makanan atau

49
dengan mual, dapat teratasi dikonsumsi dan cairan terpenuhi
4. Untuk menjaga
klien muntah hitung asupan kalori
Kriteria Hasil : kebutuhan cairan
500 cc, harian
Manajemen Hipovolemi
4. Berikan terapi IV,
membrane 1. Keseimbang
(4180)
seperti yang
mukosa kering, an intake dan 1. Untuk menjaga
ditentukan
BAK 250 cc/6 output dalam kebutuhan cairan
Manajemen Hipovolemi
jam 24 jam melalui IV dapat
(4180)
dipertahanka 1. Jaga kepatenan akses terpenuhi di dalam
n pada skala IV tubuh
2. Tawarkan pilihan 2. Untuk memenuhi
3 (cukup
minum setiap 1 kebutuhan cairan
terganggu)
3. Memantau kondisi
sampai 2 jam saat
ditingkatkan
rongga mulut dalam
terjaga, jika tidak
ke skala 4
keadaan normal
terkontraindikasi
(sedikit
3. Monitor rongga yaitu lembab
terganggu) 4. Untuk menjaga
mulut dari
2. Kelembapan
kelembapan
kekeringan dan/atau
membran
integritas mukosa
membran mukosa
mukosa
mulut
yang pecah
dipertahanka
4. Sediakan cairan oral
n pada skala
sesering mungkin

50
3 (cukup untuk memelihara
terganggu) integritas membran
ditingkatkan mukosa mulut, jika
ke skala 4 tidak ada
(sedikit kontraindikasi
terganggu)
3. Intensitas
mual
dipertahanka
n pada skala
3 (sedang)
ditingkatkan
ke skala 4
(ringan)
4. Intensitas
muntah
dipertahanka
n pada skala
3 (sedang)
ditingkatkan

51
ke skala 4
(ringan)

3.8 Catatan Perkembangan

Hari/Tangga Diagnosa Paraf dan


No Implementasi keperawatan Evaluasi Sumatif
l/Jam Keperawatan Nama
1. Kamis/2 08.00 WIB 1. Memonitor suhu paling S :
Februari tidak setiap 2 jam, sesuai - Klien mengatakan suhu tubuh
Ɛ
2019/14.30 kebutuhan klien tidak panas lagi Ns. Eka
2. Memonitor suhu dan warna
08.10 WIB - Klien mengatakan mulutnya
kulit
tidak kering
3. Meningkatkan intake nutrisi
08.30 WIB - Klien merasa senang dengan
yang tepat
4. Mendorong intake cairan diskusi yang dilakukan bersama
08.40 WIB yang sesuai perawat
5. Memonitor asupan dan O :
08.45 WIB keluaran, sadari perubahan - Suhu klien 37,5 0C
kehilangan cairan yang tak - Tampak mukosa bibir lembab
dirasakan - TD : 150/90 mmHg, Nadi
6. Melembabkan bibir dan 98x/menit, RR 24x/menit

52
08.50 WIB mukosa hidung yang kering A : Masalah teratasi sebagian
7. Mendiskusikan pentingnya P : Lanjutkan intervensi
09.10 WIB termoregulasi dan 1. Monitor suhu dan warna kulit
kemungkinan efek negatif klien
dari demam yang 2. Gunakan matras pendingin,
berlebihan, sesuai selimut yang mensirkulasikan
kebutuhan air, mandi air hangat, kantong
8. Menggunakan matras
es atau bantalan jel dan
pendingin, selimut yang
09.15 WIB kateterisasi pendingin
mensirkulasikan air, mandi
intravaskular
air hangat, kantong es atau
3. Tentukan obat yang
bantalan jel dan kateterisasi
diperlukan
pendingin intravaskular
09.30 WIB
untuk mendinginkan suhu
tubuh
9. Menggunakan katerisasi
intermiten untuk
09.35 WIB
mengurangi kejadian infeksi
kandung kemih
10. Menentukan obat apa yang
diperlukan, dan kelola

53
menurut resep dan/atau
09.45 WIB protokol
11. Mengkaji ulang klien
dan/atau keluarga secara
berkala mengenai jenis dan
jumlah obat yang
dikonsumsi
12. Mengkonsultasikan dengan
profesional perawatan
kesehatan lainnya untuk
meminimalkan jumlah dan
frekuensi obat yang
dibutuhkan agar didapatkan
efek terapeutik
2 Kamis/12 15.00 WIB 1. Melakukan pengkajian nyeri S :
Oktober komprehensif yang meliputi - Klien mengatakan nyeri ℭ
2015/21.30 lokasi, karakteristik, onset berkurang
Ns. Dewi
atau durasi, frekuensi, - Klien mengatakan mulai
kualitas, intensitas atau nyaman dengan lingkungannya
beratnya nyeri, dan faktor O:
pencetus - Wajah klien masih tampak

54
15.15 WIB 2. Memberikan informasi yang sedikit meringis nyeri
akurat untuk meningkatkan - TD : 150/90 mmHg, Nadi
pengetahuan dan respon 98x/menit, RR 24x/menit, suhu
keluarga terhadap 37,5 0C
pengalaman nyeri A:
3. Mengajarkan prinsip-prinsip
15.30 WIB Masalah teratasi sebagian
manajemen nyeri
P : Lanjutkan intervensi
4. Memodifikasi tindakan
15.40 WIB - Monitor tingkat nyeri klien
pengontrol nyeri
- Berikan kebutuhan kenyamanan
berdasarkan respon klien
5. Menciptakan lingkungan untuk relaksasi nyeri
15.45 WIB yang tenang dan - Pemberian analgesik
mendukung
6. Mempertimbangkan
sumber-sumber
15.50 WIB
ketidaknyamanan
7. Memposisikan klien untuk
memfasilitasi kenyamanan
16.00 WIB 8. Memberikan kebutuhan
kenyamanan dan aktivitas
16.15 WIB lain yang dapat membantu
relaksasi untuk

55
memfasilitasi penurunan
nyeri
9. Menentukan pilihan obat
analgesik (narkotik, non
narkotik, atau NSAID)
16.20 WIB
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
10. Memberikan analgesik
tambahan dan/atau
pengobatan jika diperlukan
16.25 WIB
untuk meningkatkan efek
pengurangan nyeri
11. Mengkolaborasikan klien,
orang terdekat, dan tim
kesehatan lainnya untuk
16.35 WIB memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi, sesuai
kebutuhan

56
3 Jumat/25 21.30 WIB 1. Menjaga kepatenan akses S :
Februari IV - Klien mengatakan asupan ℵ
2. Menjaga intake atau asupan
2015/06.30 21.40 WIB cairannya mulai terpenuhi
Ns. Sukma
yang akurat dan catat output
- Klien mengatakan tidak lemas
3. Menawarkan pilihan minum
21.45 WIB lagi
setiap 1 sampai 2 jam saat
O:
terjaga, jika tidak
- CRT klien < 2 detik
terkontraindikasi
4. Memonitor makanan atau - Akral hangat
04.00 WIB cairan yang dikonsumsi dan - Mukosa tidak kering
hitung asupan kalori harian - TD : 150/90 mmHg, Nadi
5. Memonitor rongga mulut
98x/menit, RR 24x/menit, suhu
dari kekeringan dan/atau
06.00 WIB 37,5 0C
membrane mukosa yang
A:
pecah
Masalah teratasi sebagian
6. Menyediakan cairan oral
P : Lanjutkan intervensi
sesering mungkin untuk
06.15 WIB - Jaga intake dan asupan yang
memelihara integritas
adekuat
membrane mukosa mulut,
- Monitor makanan atau cairan
jika tidak ada kontraindikasi
7. Mengkaji lokasi dan yang dikonsumsi
luasnya edema, jika ada

57
06.25 WIB

58
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Leptospirosis merupakan penyakit zoonis yang disebabkan oleh
spirochetes dengan genus Leptospira. Leptospirosis dikenal sebagai penyakit
menular. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala yaitu demam, malaise,
mialgia, meningisme, konjungtivitis, anoreksia, sakit perut, mual, dan muntah.
Leptospirosis yang paling serius disebut sindrom Weil, yang berakibat pada
kegagalan fungsi hati dan ginjal serta perdarahan paru masif.

4.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan layanan


kesehatan yang baik dan dapat menjalankan peranannya masing-masing.

59
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, R., A. Triana dan W. Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Yogyakarta : Deepublish.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Rakebsa, D., C. Indriani dan W. S. Nugroho. 2018. Epidemiologi Leptospirosis di


Yogyakarta dan Bantul. Berita Kedokteran Masyarakat. 34(4) : 153-158

Rampengan, N. H. 2016. Leptospirosis. Jurnal Biomedik (JBM). 8(3) : 143-150

Rusmini. 2011. Bahaya Leptospirosis (Penyakit Kencing Tikus) & Cara


Pencegahannya. Yogyakarta : Penerbit Gosyen Publishing

Sunil, S., J. Jacob dan B. Varghese. 2016. Human Leptospirosis A Review. World
Journal of Pharmaceutical Research. 5(4) : 613-624

Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta : EGC

60

Anda mungkin juga menyukai