LAPORAN PENDAHULUAN
oleh
Imelda Desya Hajar Anggraini
NIM 172310101017
1
LAPORAN PENDAHULUAN
oleh
Imelda Desya Hajar Anggraini
NIM 172310101017
Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil
jiplakan atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.
Penulis
Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB Ns. Mulia Hakam S, M.Kep., Sp.Kep.MB
NIP. 198401022015041002 NIP. 198103192014041001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Konsep Dasar Penyakit dan Asuhan Keperawatan Pasien Dewasa pada
Sistem Hematologi dan Imunitas : Leptospirosis” ini dengan baik. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal.
Makalah ini dapat selesai dengan baik atas bantuan banyak pihak,
untuk itu kami mengucapkan terimakasih untuk mereka yang telah
membantu kami selama proses pembuatan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai PJMK
Keperawatan Medikal
2. Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai Dosen
Pembimbing
3. Seluruh rekan kelas A angkatan 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.7 Intervensi Keperawatan 44
3.8 Catatan Perkembangan 46
BAB IV PENUTUP 49
4.1 Kesimpulan 50
4.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 52
v
BAB I
KONSEP PENYAKIT
1
dengan cara mengikat oksigen. sel darah putih/ leukosit jumlah
normalnya 5000-10.000 sel per mm3, Trombosit merupakan sel tak
berinti yang terdapat dalam sum-sum tulang, dalam keadaan normal
trombosit sekitar 150.000-300.000/ mL darah dan mempunyai masa
hidup sekitar 1-2 minggu (Tarwoto dan Wartonah, 2008).
1.2 Definisi
Sel darah merah yang berbentuk cakram biokankf dengan diameter 7.5
mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron, sel
darah ini tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga mudah terjadi
disfungsi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma (Tarwoto dan Wartonah,
2008). Sel darah merah merupakan tipe sel darah yang paling banyak yaitu
99% dari seluruh sel darah. Rata-rata sel darah merah membawa sekitar 280
juta molekul hemoglobin, eritrosit dihasilkan di sumsum merah tulang yang
berada di ujung tulang panjang, tulang pipih, dan iregular (Ross dan Wilson,
2017). Apabila kadar sel darah merah dalam tubuh kurang maka akan
menyebabkan seseorang mengalami gangguan salah satunya yaitu anemia.
Anemia adalah keadaan di mana rendahnya sel darah merah, kadar
hemoglobin, dan hematokrit menunjukkan nilai di bawah normal
(Rahmawati, 2017). Hematokrit adalah presentase jumlah volume seluruh
sel darah merah yang ada dalam darah, pengukuran hematokrit yaitu darah
2
yang ada di dalam tabung tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga
diberikan antikoagulan. Untuk nilai hematokrit yang disepakati normal 45%
pada laki-laki sehat, 41% untuk perempuan dewasa, untuk mengetahui
apakah seseorang mengalami anemia yakni dengan cara membagi nilai
hematokrit dibagi dengan jumlah Sel darah merah (juta/mL). Anemia secara
umum biasanya disebut sebagai kurang darah. ). Anemia yaitu keadaan di
mana masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi
fungsinya untuk menyediakan oksigen untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis tubuh (WHO, 2011). Anemia adalah kondisi dimana seseorang
mengalami kekurangan kadar hemoglobin (hb) dalam darah yang
disebabkan akibat kekurangan zat besi yang di perlukan untuk pembentukan
hemoglobin,kadar hb normal yaitu 13,5 gr/dl pria, 11,5 g/dl pada
wanita,11,0 g/dl pada anak-anak (Fraser dan cooper, 2011). Secara umum
gejala yang dapat muncul pada seseorang dengan anemia yaitu pucat,
kelopak mata yang terlihat pucat, mudah lelah dan terlihat lemas dan lesu.
Menurut WHO (World Health Organization), Kriteria Klien dengan anemia:
3
1.3 Epidemiologi
Pada umumnya anemia banyak dialami oleh wanita dan remaja putri
dibandingkan dengan pria, World Health Organization (2011) menyatakan
prevalensi kejadian anemia remaja putri di Asia yakni mencapai 191 juta
orang dan Indonesia menempati urutan ke-8 dari 11 negara di Asia setelah
Sri Lanka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5 juta jiwa di usia 10-19
tahun. Remaja putri rentan terkena anemia karena keadaan yang sering stres,
haid, dan terlambat makan. Berdasarkan data Depkes RI (2012) prevalensi
anemia defisiensi besi di Indonesia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil
sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun
sebesar 57,1%, dan pada Wanita Usia Subur (WUS) usia 19-45 tahun
sebesar 39,5%. Berdasarkan kelompok usia tersebut yang memiliki risiko
paling besar menderita anemia adalah remaja putri usia 10-18 tahun.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi anemia di indonesia
mencapai 21,7 % pada penderita usia 5-14 tahun, 39,5% pada usia 19-45
tahun. Dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa kejadian anemia
banyak terjadi pada remaja usia 14-24 tahun dan wanita usia produktif dan
terutama yang sering berisiko pada ibu hamil mencapai 50,5%.
1.4 Klasifikasi
1.5 Etiologi
Anemia disebabkan karena adanya infeksi akut dan kronis,
kekurangan asam folat, vitamin B 12, dan Vitamin A, infeksi parasit,
kelainan yang berkaitan dengan sintesis hemoglobin dan produksi sel darah
merah (WHO, 2011). Etiologi anemia :
1. Anemia kekurangan zat besi :
Dikarenakan tidak adekuatnya diet besi dan intake makanan
menurun , salah satu penyebab terjadinya anemia gizi besi yaitu
akibat ketidakseimbangan pola makan yang mengandung zat besi.
Gangguan absorbsi besi pada usus, dapat disebabkan karena
infeksi, peradangan, neoplasma pada gaster, duaodenum maupun
jejenum. Kehilangan darah yang disebabkan perdarahan saluran
cerna , neoplasma, gastritis, hemoroid, dll. Pada wanita dengan
kekurangan zat besi diakibatkab karena menstruasi, zat besi yang
6
diserap oleh wanita menstruasi yaitu 3-4 mg dari diet setiap
harinya.Kebutuhan sel darah yang meningkat terutama pada wanita
hamil dan menyusui sangat membutuhkan asupan zat besi yang
besar.
2. Anemia megaloblastik
Rusaknya sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya
SDM disebabkan karena defisien vitamin cobalamin dan asam
folat. Sel megaloblas dihancurkan semasa berada di dalam sumsum
tulang sehingga terjadinya eritropoesis tidak efektif dan masa hidup
eritrosit pendek yang menyebabkan leukopenia, trombositopenia,
pansitonenia dan gastrointestinal.
3. Anemia defisiensi vitamin B12 (pernicious anemia)
- Gangguan pada mukosa lambung
- Tidak adanya intrinsik faktor
- Obat-obatan yang mertusak illenium
- Kerusakan absorbsi
(neoplasma,gastrointestinal,pembedahan reseksi illium)
4. Anemia aplastik
Dikarenakan zat yang dapat merusak sumsum tulang :
Idiopatik,kemoretapi / raioterapi, toksik pestisida, obat-obatan
Autoimundan adanya agen infeksi
5. Anemia hemolitik
Hb yang abnormal,thalasemia, reaksi autoimun, toksik
6. Anemia sel sabit
Banyaknya pada area endemik malaria dan herediter.
7
Adapun beberapa faktor yang berkaitan seperti :
1. Riwayat Genetik
a. Hemoglobinopati
b. Thalasemia
c. Abnormal enzim glikolitik
d. Fanconi anemia
2. Nutrisi
a. Defisiensi besi, defisiensi asam folat
b. Defisiensi cobal/vitamin B12
c. Alkoholis, kekurangan nutrisi/ malnutrisi
3. Perdarahan
4. Immunologi
5. Infeksi
a. Hepatitis
b. Cytomegalovirus
c. Parvovirus
d. Clostridia
e. Sepsis gram negatif
f. Malaria
g. Toksoplasmosis
6. Obat – obatan dan zat kimia
a. Agen chemoterapi
b. Anticonvulsan
c. Antimetabolis
d. Kontrasepsi
e. Zat kimia toksis
7. Trombotik trombositopenia purpura dan syndrome uremik
hemolitik
8. Efek fisik
a. Trauma
b. Luka bakar
8
c. Gigitan ular
9. Penyakit kronis dan maligna
a. Penyakit ginjal, hati
b. Luka bakar
c. Gigitan ular
1.6 Patofisiologi
Anemia menyebabkan transpor oksigen mengalami gangguan.
Hemoglobin yang berkurang atau jumlah SDM yang sangat menurun
menyebabkan oksigen yang tidak adekuat dibawa ke seluruh jaringan
sehingga berkembang hingga menjadi hipoksia jaringan menyebabkan
kelemahan dan kelelahan kulit pucat mukosa mulut pucat, RR
meningkat, dispneu, mengalami pusing dan letargi. Tubuh kemudian
mengompensasi keadaan tersebut dengan meningkatkan kebutuhan
SDM, curah jantung meningkat dengan meningktakan irama jantung,
darah di distribusi dari jaringan yang kebutuhan oksigennya rendah ke
jaringan yang kebutuhan oksigennya lebih tinggi ().
Zat besi masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Pada
jaringan tubuh, zat besi berupa : hemoglobin, mioglobin dan enzim-
enzim, transferin dan ferritin serta hemosiderin. Zat besi yang
didapatkan dari makanan seperti daging, telur, sayuran hijau dan buah-
buahan yang diabsorpsi di usus halus. Rata – rata dari makanan yang di
9
masak mengandung 10 – 15 mg zat besi, tetapi yang dapat diabsorpsi
hanya 5-10%. Zat besi mengalami penyerapan yang dipengaruhi oleh
faktor protein hewani dan vitamin C. Yang dapat menghambat
penyerapan yaitu jika minum kopi, teh, garam kalsium dan magnesium
karena memiliki sifat sebagai pengikat zat besi. Jika asupan zat besi
menurun maka menyebabkan kadar/produksi hemoglobin juga akan
ikut menurun sehingga dapat mengalami anemia.
10
1.7 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada anemia keadaan umum seseorang
yaitu mengalami pucat, keletihan berat, kelemahan, nyeri kepala,
demam, jaundice dan berat badan menurun. Tanda dan gejala yang
timbul akibat penyumbatan pembuluh yang menyebabkan infark
pada berbagai organ seperti ginjal, paru-paru, dan susunan saraf
pusat. Tanda-tanda pada sistem kardiovaskuler yaitu takhikardia,
palpitasi, murmur, angina, hipotensi, kardiomegali sampai gagal
jantung sering terjadi. Pada sistem muskuloskeletas biasanya
mengalami nyeri pinggang dan nyeri sendi, pada paru-paru
mengalami dyspnea dan orthopnea, infeksi paru- paru berulang
sehingga dapat mengganggu fungsi paru-paru. Tanda yang khas pada
anemia defisiensi besi :
- Adanya kuku sendok (spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris
vertikal dan menjadi cekung mirip sendok
- Atropi papil lidah, permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap.
- Stomatitis angular, peradangan pada sudut mulut dan terlihat bercak
berwarna pucat keputihan
- Disfagia, rasa nyeri saat menelan karena rusaknya epitel hipofaring
- Atropi mukosa gaster
- Peradangan pada bagian mukosa mulut, pada lidah dan peradangan
pada bibir
11
- Hb, Ht , SDM rendah
- BB menurun, nafsu makan menurun, mual , muntah
- Distensi abdomen, diare, konstipasi
- Gangguan neurologi
- Lemah, letih
- Nyeri kepala, dyspnea
- Nadi cepat, pucat
- Mudah infeksi : hepatitis
- Perdarahan pada hidung, gusi, darah pada feses
- Nyeri tulang
- Demam
- Leukosit kurang dari 1000/mm3
- SDM dibawah 1 jt/ mm3
- Trombosit 15000-30000/ mm3
- Hipoksia
- Masa hidup SDM pendek 15-25 hr
- Hb 7-10 g/dL
- Ikterik pada sklera
- Sumsum tulang membesar
- Takhikardia, murmur dan pembesaran jantung
- Gagal jantung
- Kadar oksigen rendah
12
- Infeksi dan nekrosis otak, jantung, paru-paru, ginjal akibat
meningkatnya fibrinogen dan pembekuan plasma
A. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
13
Mono % 6,3 (%) 2-8 (%) Normal
Eo % 2,3 (%) 2-4 (%) Normal
Baso % 0,2 (%) 0-1(%) Normal
Pemeriksaan Hematologi
Gambaran Darah Tepi :
- Eritrosit : anisositosis sedang, Polikomasi (positif),
poikilositosis berat (amilosit, sel pensil, tear drop,
fragmentosit, siferosit).
- Leukosit : estimasi jumlah meningkat, bentuk besar (positif),
tidak ada clumping.
HASIL : Anemia defisiensi besi dengan tanda hemolitik
1.9 Penatalaksanaan
1. Anemia Defisiensi besi
a. Pemberian diet tinggi zat besi
b. Atasi penyebab seperti cacingan, perdarahan
c. Pemberian vitamin C (dosis : 3 x 100 mg/hr )
14
d. Transfusi darah jika diperlukan
2. Anemia megaloblastik
a. Diet nutrisi dengan tinggi vitamin B12 dan asam folat
b. Pemberian hydroxycobalamin IM 200 mg/hari atau 1000 mg
diberikan setiap minggu selama 7 minggu.
c. Berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan.
3. Anemia Defisiensi vitamin B12
a. pemberian Vit. B12 oral.
b. pemberian diet zat besi (daging, hati, kacang hijau, telur, susu)
dan asam folat.
4. Anemia Defisiensi Asam Folat
a. Berikan asam folat 0.1-5 mg setiap hari
b. Berikan Vit. C untuk membantu penyerapan dan eritropoitis
c. Berikan diet tinggi asam folat (asparagus, brokoli, nanas, melon,
sayuran hijau, ikan, stroberi, kentang, roti)
5. Anemia aplastik
a. Monitor adanya perdarahan dan pansitopenia (menurunnya sel
darah merah, leukosit dan trombosit)
b. Transfusi darah
c. Transplantasi sumsum tulang
d. Pendidikan kesehatan untuk mencegah infeksi
a. Pemberian kortikosteroid
6. Anemia sel sabit
a. Penanganan nyeri
b. Mengurangi kekentalan darah
c. Pemberian cetiedil citrat yang berfungsi menjaga membran SDM
15
1.10. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Farmakologi
16
Pathway
Perdarahan masif
Lemas dan
Hb Rendah
cepat lelah
ANEMIA
Nutrisi
Ketidakefektifan
kurang dari perfusi jaringan Intoleransi
kebutuhan aktivitas
perifer
tubuh
17
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Keluhan Utama
Pada pengkajian ini didata mengenai keluhan utama yang
dirasakan oleh pasien, misalnya : dyspnea, nyeri kepala,
tubuh merasa lelah dan lemah.
18
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian pada riwayat penyakit dahulu yaitu
pengkajian mengenai penyakit yang pernah diderita
pasien pada masa sebelumnya. Riwayat kesehatan
dahulu perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien
pernah mengalami penyakit yang serupa dengan
sekarang, atau untuk penyakit lain yang pernah
diderita.
19
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon
pasien, keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses
kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan
dasar atas pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang
mana perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Berikut
adalah diagnosa keperawatan klien Anemia defisiensi zat besi menurut
NANDA (2018)
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d tidak adekuatnya
sirkulasi darah, penurunan Hb darah, perubahan karakteristik kulit
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake makanan yang kurang d.d klien lemas dan tidak berenergi
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. keletihan d.d klien merasa pusing, dan tidak stabil
20
Intervensi Keperawatan
21
kisaran normal) kelembaban kulit dan cara penanganannya.
ditingkatkan ke 4 Ajarkan anggota keluarga mengenai
(ringan dari kisaran tanda-tanda kerusakan kulit
normal)
2. PaO2 (tekanan parsial
oksigen dalam darah
arteri) dipertahankan
pada skala 3 (sedang
dari kisaran normal)
ditingkatkan ke skala
4(ringan dari kisaran
normal)
3. wajah pucat
dipertahankan pada
skala 3(sedang)
ditingkatkan ke skala
5(normal)
22
4. perfusi jaringan
dipertahankan pada
skala 4 (sedikit
terganggu) ditingkatkan
ke skala 5 (tidak
terganggu)
5. integritas kulit
dipertahankan pada
skala 4(sedikit
terganggu) ditingkatkan
ke skala 5(tidak
terganggu)
23
kurang d.d klien lemas dan selama 2 x 24 jam mempengaruhi status nutrisi klien penyebab kurang nutrisi sehingga
tidak berenergi diharapkan nutrisi 3.Tentukan jumlah kalori dan jenis perlu dikaji penyebab kurang nutrisi
klien dapat terpenuhi nutrisi yang dibutuhkan klien untuk pada klien dan merencanakan
dengan kriteria hasil: memenuhi kebutuhan gizi pemenuhan nutrisi
1. Hasrat 4.Instruksikan klien mengenai
3. Untuk panduan menjalankan
keinginan untuk kebutuhan nutrisi (membahas
program diet yang sehat
makan pedoman diet dan piramida
dipertajamkam makanan) 4. Klien dapat melaksanakan diet
pada cukup 5.Ciptakan lingkungan yang optimal yang sehat dan direkomandisikan
terganggu pada saat mengkonsumsi makanan
ditingkatkan ke 5. Agar klien merasa nyaman saat
ringan makan
pada cukup
terganggu
ditingkatkan ke
24
ringan
3. Intake nutrisi
dipertahankan
pada cukup
terganggu
ditingkatkan ke
ringan
Intake cairan
dipertahankan pada
cukup terganggu
ditingkatkan ke ringan
a
3. Intoleran aktivitas b.d. NOC NIC
5. Untuk meningkatkan kerja otot
ketidakseimbangan antara
Tujuan: 4310-Terapi aktivitas klien agar tidak lemas dan agar
suplai dan kebutuhan
Setelah dilakukan
1. 1. Pertimbangkan kemampuan klien mampu melakukan aktivitas
oksigen
tindakan keperawatan pasien dalam berpartisipasi melalui fisik
2X24 jam, intoleransi aktivitas fisik 6. Menanyakan pada klien aktivitas
25
aktivitas dapat teratasi
2. 2. Bantu pasien mengidentifikasi apa yang dapat ia lakukan agar
dengan kriteria hasil : aktivitas yang diinginkan mudah dalam mempraktikkannya
7. Membantu keluarga dan klien jika
1. Klien dapat
3. Bantu pasien memilih aktivitas terjadi kelemahan
melakukan ambulasi
4. Bantu klien dan keluarga 8. Merencanakan program aktivitas
2. Penurunan tingkat
harian dengan terapis untuk klien
untuk identifikasi kelemahan
keletihan
agar dapat menurunkan keletihan
dalam level aktivitas tertentu
3. Peningkat
Kolaborasi :
kenyamanan
lingkungan 1. Kolaborasi dengan ahli fisik,
okupasi dan terapis rekreasional
dalam perencanaan dan pemantauan
program aktivitas
26
tindakan keperawatan yang menyebabkan kelelahan
2.Hal yang menjadi sumber kelelahan
selama 2 x 24 jam 2. Anjurkan klien
klien dapat diketahui dan untuk acuan
diharapkan intoleransi mengungkapkan perasaan
memberi intervensi yang cocok
aktivitas dapat mengenai keterbatasan yang
dikurangi dengan dialami 3.Intervensi yang diberikan pada klien
Kriteria Hasil 3. Pilih intervensi
untuk sesuai dengan kondisi klien
0001-Daya tahan mengurangi kelelahan baik
1. Melakukan aktivitas farmakologis atau non- 4.Menentukan waktu dan lama tidur
rutin dipertahankan farmakologis klien
pada 2 (banyak
5.Agar klien mengerti pentingnya
terganggu) ditingkatkan
istirahat
ke 4 (sedikit terganggu)
2. Oksigen darah ketika 6.Mengetahui status kesehatan klien
beraktivitas
dipertahankan pada 2
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke 4
27
(sedikit terganggu)
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.M
Umur : 40 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Berdagang
Alamat : blimbing
Nomor RM : 641887
Masuk RS : 24/05/2018
B. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medis
Anemia Defisien Zat Besi
2. Keluhan Utama
Ny.M mengeluh merasa lemas, tidak bertenaga,mual
Ny. M mengatakan tidak bisa BAB selama 5 hari. Pada hari ke 6 sudah
BAB tetapi sedikit dan berwarna hitam, kuku seperti sendok
29
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari IGD dengan keluhan lemas, pusing, mual,
sesak,nafsu makan menurun, tidak bisa BAB BAK 5 hari
sebelum masuk RSUD Banyumas, keluarga mengatakan pasien
tampak lebih pucat, pasien mengeluh pusing, lemah, BAB hitam,
tidak ada muntah, nafsu makan mulai menurun.. Ny M
mengatakan ketika BAB sedikit dan berwarna hitam dengan
konsistensi keras, jari kuku terlihat seperti sendok, atropi pada
lidah, pasien diberikan
5. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien mengatakan ibunya memiliki gejala penyakit
yang sama dengan pasien namun itu sudah lama
30
6. Genogram
Pengkajian Keperawatan
NO Pola Gordon Komponen Pengkajian
Ny. M mengatakan bahwa dia
mengalami sakit kurang darah, pasien
Pola persepsi
mengatakan jika ia jarang dibawa ke
dan
1 rumah sakit/puskesmas dan lebih
pemeliharaan
sering konsumsi jamu. Keluarga
kesehatan
sangat berharap pasien akan segera
membaik.
- Antropometri:
BB : 50
Pola nutrisi
TB : 154 CM
2 dan
metabolisme
- Biomedical sign : -
- Clinical sign :
31
TD : 150/70 mmHg
N : 98X/menit
RR : 25x.menit
Suhu: 370C
Mukosa bibir kering
Konjungtiva anemis
Bibir pucat
Stomatitis angular
Lidah atropi
Intepretasi : klien terlihat
lemah tak berenergi
- Diet pattern :
Sebelum MRS : Ny. M makan
3x/hari dengan nasi dan lauk
tampe, mie dan minum 6
gelas/hari
Setelah MRS : makan Ny. M
tidak teratur dan makan hanya
3 sendok, minum 3
gelas/hari.karena lemas dan
malas untuk makan
32
keluarga karena beliau merasa lemas.
Ny. M kebanyakan bed rest dan sering
5 Pola tidur dan istirahat
tidur.
Penglihatan normal tidak
berkacamata, pendengaran masih
6 Pola kognitif dan konseptual jelas, pasien masih dapat
membedakan antara manis dan pahit.
Pasien masih bisa mengingat.
Adanya perubahan-perubahan fungsi
diri pada pasien anemia kekurangan
zat besi mengakibatkan adanya
persepsi-persepsi negatif yang dapat
membuat pasien mengalami
7 Pola persepsi diri
kecemasan. Seperti takut jika sesak
terjadi henti nafas dan kehilangan
banyak darah. Pasien merasa lemah
dan tidak bisa melakukan pekerjaan
rumah.
Perawat mengkaji peran pasien dalam
keluarga, pekerjaan
dan sosial. Pasien dengan anemia
akan mengalami perubahan seperti
8 Pola peran dan hubungan
sering kelelahan sehingga dapat
menyebabkan kurangnya
sosialisai antara pasien dengan
lingkungan sosial.
Pada pasien anemia ini akan lebih
9 Pola seksualitas dan reproduksi mengharapkan kedekatan dengan
suami dan anaknya.
10 Pola manajemen koping stres Pada
33
pasien anemia tingkat stress akan
bertambah karena
memikirkan tentang kondisinya yang
lemah dan tidak berdaya.
Adanya gangguan penyakit yang
dideritanya, pasien memerlukan
11 Pola tata nilai dan kepercayaan
kepercayaan dengan apa yang sudah
menjadi takdirnya
Pemeriksaan Fisik
2. Kepala
a. Rambut : beruban, lurus, tidak berketombe dan kulit kepala
tidak ada luka.
3. Leher : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
4. Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, lapang pandang
masih cukup bagus.
5. Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
6. Telinga : bentuk simetris, tidak ada serumen
7. Mulut : mukosa kering, bibir pucat, stomatitis angular, lidah atropi
8. Leher : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
9. Thorax : tidak ada retraksi dinding dada
2) Paru-paru :
- Auskultasi : vesikuler
- Perkusi : Sonor
3) Jantung :
- Auskultasi : Lup-dup
- Jantung : Pekak
10. Abdomen : datar, supel, tympani.
1) Hepar : tidak teraba
34
2) Lien : tidak teraba
11. Punggung : Tidak ada lordosis, kifosis maupun skoliosis. Pasien
mengeluh ada nyeri punggung.
12. Genitalia : Perempuan
13. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas : terpasang infus NaCl
pada tangan kiri, pergerakan terbatas, kuku sendok rapuh
dan bergaris
2) Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema,
tidak ada varises, pergerakan terbatas
(5) (5)
(4) (4)
Keterangan :
35
5 = mampu menahan beban dan gravitasi
Kulit : Kulit Ny. M tampak keriput, turgor kulit lebih dari 2 detik, akral
dingin, capillary refill time >3 detik
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
36
Eo % 2,3 (%) 2-4 (%) Normal
Baso % 0,2 (%) 0-1(%) Normal
Pemeriksaan Hematologi
Gambaran Darah Tepi :
- Eritrosit : anisositosis sedang, Polikomasi (positif),
poikilositosis berat (amilosit, sel pensil, tear drop,
fragmentosit, siferosit).
- Leukosit : estimasi jumlah meningkat, bentuk besar (positif),
tidak ada clumping.
HASIL : Anemia defisiensi besi dengan tanda hemolitik
37
3.3 Analisa Data
Hari/Ta
No Data Etiologi Masalah Paraf
nggal
1. Kamis,
24-05-
DO :
- Pasien tampak
Anemia Ketidakefekt
ifan Perfusi
Ɛ
2019 pucat Jaringan Ns.
- Warna kulit penurunan suplai Perifer Desya
tampak putih Oksigen dalam darah
pucat
- Pasien tampak
lemah Hb 5,8 g/Dl
- Konjungtiva
anemis
- Akral pasien CRT >3detik
teraba dingin
- Capilary Refiil
Time : > 3 Konjungtiva anemis
detik
- Tanda Tanda
Vital : Kuku sendok
Tekanan darah
= 150/ 80
mmHg, Ketidakefektifan
Nadi : 82 Perifer
kali/menit,
DS :
- Pasien
mengeluh
38
lemah dan
tidak
bertenaga
- Keluarga
pasien
mengatakan
pergerakan
pasien dibantu
karena pasien
mengeluh
lemah
- Keluarga
pasien
mengatakan
saat berdiri
pasien
cenderung
sering jatuh
2. Kamis,
24-05-
DO :
- nafsu makannya
Anemia Ketidakseim
bangan
Ɛ
Mual
2019 menurun nutrisi Ns.
-BB turun nafsu makan kurang dari Desya
-Wajah pucat menurun kebutuhan
-mukosa bibir tubuh
BB turun
kering
- makan 3 sendok Lemas lesu tak
bertenaga
DS :
Ketidakseimbanga
-klien
n nutrisi kurang
mengatakan tidak
39
BAB selama 5 dari kebutuhan
hari dan setelah tubuh
BAB berwarna
hitam dan keras
-Klien
mengatakan
lemas dan tidak
bertenaga
-klien
mengatakan
makan tidak enak
3 Kamis,
24-05-
DO :
- Pasien tampak
Anemia Intoleransi
aktivitas
Ɛ
2019 lemah Ns.
- Pasien tampak Suplai oksigen Desya
kurang minat menurun
terhadap
sekitar
- Hb : 5,8 gr/dL lemah lesu
DS :
- Pasien
bed rest
mengeluh
lemah dan
tidak
aktivitas menurun
bertenaga
-Pasien mengeluh
tidak kuat jika
Intoleransi
berdiri sendiri
aktivitas
40
Diagnosa Keperawatan
41
INTERVENSI KEPERAWATAN
42
(sedang dari kisaran normal)
ditingkatkan ke skala 4(ringan
dari kisaran normal)
3. wajah pucat dipertahankan
pada skala 3(sedang)
ditingkatkan ke skala 5(normal)
4. perfusi jaringan
dipertahankan pada skala 4
(sedikit terganggu)
ditingkatkan ke skala 5 (tidak
terganggu)
5. integritas kulit dipertahankan
pada skala 4(sedikit terganggu)
ditingkatkan ke skala 5(tidak
terganggu)
43
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tujuan: 1100-Manajemen nutrisi
intake makanan yang kurang d.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status nutrisi klien
klien lemas dan tidak berenergi keperawatan selama 2 x 24 2.Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
jam diharapkan nutrisi klien status nutrisi klien
dapat terpenuhi 3.Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dengan kriteria hasil: dibutuhkan klien untuk memenuhi kebutuhan
5. Hasrat keinginan untuk gizi
makan dipertajamkam 4.Instruksikan klien mengenai kebutuhan nutrisi
pada cukup terganggu (membahas pedoman diet dan piramida
ditingkatkan ke ringan makanan)
6. Intake makanan 5.Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
dipertahankan pada mengkonsumsi makanan
cukup terganggu
ditingkatkan ke ringan
7. Intake nutrisi
dipertahankan pada
44
cukup terganggu
ditingkatkan ke ringan
Intake cairan dipertahankan
pada cukup terganggu
ditingkatkan ke ringan
a
45
teratasi dengan kriteria hasil :
3. Bantu pasien memilih aktivitas
1. Klien dapat melakukan
ambulasi 8. Bantu klien dan keluarga untuk
identifikasi kelemahan dalam level
2. Penurunan tingkat keletihan
aktivitas tertentu
3. Peningkat kenyamanan
Kolaborasi :
lingkungan
1. Kolaborasi dengan ahli fisik, okupasi dan
terapis rekreasional dalam perencanaan dan
pemantauan program aktivitas
46
IX. CATATAN PERKEMBANGAN
47
A : Masalah teratasi sebagian
P:
1. Pantau TTV Klien
2. Pantau tingkat nyeri Klien
3. Ajarkan teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
4. pantau irama nafas klien
48
memenuhi kebutuhan gizi O
4. Menginstruksikan klien mengenai -Klien menghabiskan 1 porsi makan RS
kebutuhan nutrisi (membahas -Klien makan 3 kali sehari
pedoman diet dan piramida makanan)
5. Menciptakan lingkungan yang A
optimal pada saat mengkonsumsi Masalah teratasi sebagian
makanan
6. Memonitor kalori dan asupan P
makanan -Lanjutkan diet makanan sehat terutama zat
besi
-Pantau asupan nutrisi klien
49
3. Memilih intervensi untuk mengurangi O
kelelahan baik farmakologis atau non- -Klien nampak dapat beraktivitas
farmakologis - nyeri di kepala sudah berkurang
4. Menentukan pola tidur klien
5. Menjelaskan pentingnya tidur untuk A
penderita anemia Masalah teratasi sebagian
6. Memonitor pola tidur dan catat
kondisi klien P
7. Mengatur rangsang lingkungan untuk -Lanjutkan intervensi untuk mengurangi
siklus tidur yang normal keletihan
-Pantau pola tidur dan catat kondisi klien
50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anemia merupakan kekurangan kadar hemoglobin (hb) dalam darah
yang disebabkan akibat kekurangan zat besi yang di perlukan untuk
pembentukan hemoglobin,kadar hb normal .Anemia menyebabkan transpor
oksigen mengalami gangguan. Hemoglobin yang berkurang atau jumlah
SDM yang sangat menurun menyebabkan oksigen yang tidak adekuat
dibawa ke seluruh jaringan sehingga berkembang hingga menjadi hipoksia
jaringan menyebabkan kelemahan dan kelelahan kulit pucat mukosa mulut
pucat, RR meningkat, dispneu, mengalami pusing dan letargi.
4.2 Saran
a. Untuk penderita anemia
Diharapkan penderita anemia selalu memenuhi kebutuhan zat
besi nya seperti memakan daging, sayuran dan buah secara
teratur
b. Untuk keluarga
Diharapkan keluarga mampu mengawasi dan memperhatikan
klien yang mengalami anemia, karena dukungan dari keluarga
juga hal yang penting untuk klien.
c. Untuk tenaga kesehatan
Diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
terbaik, dan bertugas sesuai dengan tupoksi masing-masing.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
53