KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya makalah KDM dengan judul Menolong Pasien BAB
diatas
tempat
tidur,Huknah
Rendah
dan
Huknah
Tinggi,Kolostomi,dapat selesai tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini,penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran penyusunan makalah ini, antara lain kepada:
1. Drs. H. Soekardjo,Amd. Kep.MM,selaku direktur Stikes Banyuwangi
2. Sugeng, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan , revisi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu,kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi kemajuan penulis untuk kedepannya. Karena seperti
pepatah mengatakan Tiada gading yang tak retak. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Banyuwangi,
Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
. i
Cover
dalam
ii
Kata
pengantar
.. iii
Daftar
isi
.. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Masalah. 1
Belakang
1.2
Rumusan
Masalah.. 1
1.3
Tujuan
Penulisan. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Eliminasi
Alvi.. 2
2.1.1 Sistem yang berperan dalam eliminasi alvi.. 2
2.1.2 Proses eliminasi alvi. 3
2.1.3 Masalah eliminasi alvi. 3
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses defikasi.. 5
2.1.5 Meningkatkan kebiasaan defikasi secara rutin 7
2.1.6 Tindakan mengatasi masalah eliminasi alvi.. 8
2.2
Huknah. 11
2.2.1 Konsep dasar Enema.. 11
2.2.2 Indikasi.. 11
2.2.3 Macam dan tujuan Enema atau Huknah 12
2.2.4 Kontra indikasi.. 13
2.2.5 Dampak pemberian Huknah 13
2.2.6 Prosedur pelaksanaan.. 15
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Eliminasi Alvi ( BAB )
2.1.1 Sistem yang berperan dalam eliminasi Alvi (BAB)
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi adalah
sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
Usus halus terdiri atasduodenum,jejenum,dan ilem dengan panjang
kurang lebih 6 m dengan diameter 2,5 cm. Serta berfungsi absorbsi
elektrolit Na+,CL,K+,mg,HCO3 dan kalsium.usus besar di mulai dari
rektum,kolon hingga anus yang memiliki panjang kurang lebih 1,5m atau
50-60 incidengan diameter 6 cm.
Pada batas di antara usus besar dan ujung usus halus terdapat katup
ilcocaccal.katup ini biasanya mencegah zat yang masuk ke usus besar
sebelum waktunya.dan mencegah produk buangan untuk kembali ke usus
halus.produk buangan yang memasuki usus besar isinya berupa
cairan.setip hari saluran anus menyerap sekitar 800-1000 ml
cairan.penyerapan inilah yang menyebabkan feses mempunyai bentuk
dan setengah padat,feses ini lunak dan cair.kalau feses terlalu lama dalam
usus besar,maka terlalu banyak air yang di serap sehingga feses menjadi
kering dan keras.
Kolon sigmoid mengandung feses yang yang sudah siap di buang dan di
teruskan kedalam rektum.dalam rektum terdapat 3 lapisan jaringan
tranversal segitiga lapisan tersebut merupakan rektum menahan feses
untuk sementara dan setiap lipatan lapisan tersebut mempunyai arteri
dan vena.
Makanan yang di terima oleh usus halus dan lambung dalam bentuk
setengah padat atau dikenal dengan nama chyme,baik berupa
air,nutien,maupun elektrolit kemudian akan diabsorsi.usus mensekresi
mukus,kalium,bikarbonat dan enzim.secara umum,kolon sebagai tempat
absorbsi,proteksi,sekresi,dan eliminasi.proses perjalanan makanan dari
mulut hingga sampai rektum membutuhkan waktu selama 12 jam.proses
perjalanan makanan khusus pada daerah kolon memiki beberapa gerakan
diantaranya haustral suffing atau dikenal sebagai garakan mencampur zat
makanandalam bentuk padat untuk mengabsorpsi air kemudian
diikutidengan kontraksi haustral atau gerakan mendorong zat makanan
atau air pada daerah kolon dan terakhir terjadi gerakan peristaltik yaitu
gerakan maju ke anus.
2.1.2 Proses Buang Air Besar (DEFEKASI)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi yang
terletak dimedula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi
rangsangan parasimpatis , sfingter anus bagian dalam akan mengendor
dan usus besar menguncup. Reflek defekesi dirangsang untuk buang air
besar,kemudian sfingter anus bagian luar yang diawali oleh syaraf
parasimpatis setiap waktu menguncup atau mengendor selama defekasi
berbagai otot lain membantu proses itu seperti otot dinding
perut,diafragma dan otot-otot dasar pelvis.
Secara umum,terdapat 2 macam reflek yang membantu proses defekasi
yaitu,pertama,reflekdefekasi interinsik yang mulai dari zat sisa makanan
(feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi.kemudian flexus
mesenterikus merangsang gerakan peristaltik,dan akhirnya feses sampai
di anus.lalu pada saat sfingter interna relaksasi,maka terjadilah proses
defekasi.kedua, reflek defekasi parasimpatis.adanya feses dalam rektum
yang merangsang saraf rektum.ke spinal cord. Dan merangsang ke kolon
desenden,kemudian ke sigmoid ,lalu ke rektum dengangerakan peristaltik
2. Diare
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluaran feses dengan bentuk cair. Diare di sertai kejang
usus,mungkin ada rasa mual dan muntah.
A. Tanda klinis
a. adanya pengeluaran feses cair
b. frekuensi lebih dari 3 kali
c. nyeri/kram abdomen
d. bising usus meningkat
B. Kemungkinan penyebab
a. mengabsorbsi atau inflamansi proses infeksi
b. peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme
c. efek tindakan pembedahan usus
d. efek penggunaan obat
e. stres psikologis
3. Inkontinensia Usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari
proses defekasi normal mengalami proses pengeluaran feses tidak di
sadari;yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas melalui sfingter sehingga mengakibatkan
kerusakan pada sfingter.
A. Tanda klinis
Penguaran feses yang tidak di kehendaki
B. Kemungkinan penyebab
a. gangguan sfingter rektal akibat cedera anus,pembedahan,dll
b. disfensi rektum berlebihan
c. kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis,dll
d. kerusakan kognitif
4. Kembung
Merupakan penuh udara dalam perut karena pengumpulan secara
berlebihan dalam lambung atau usus.
5.Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai
akibat peningkatan tekanan daerah anus yang dapat di sebabkan karena
kontipasiperenggangan saat defekasi.
6.Fekal Impaction
Merupakan masa feses keras di lipatan rektum yang di akibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan.penyebab
kontipasi asupan kurang,aktivitas kurang,diet rendah serat,kelemahan
tonnus otot.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses DEFEKASI
1. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol
proses defekasi yang berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan
mengotrol secara penuh dalam buang air besar,sedangkan orang dewasa
sudah memiliki kemampuan mengotrol secara penuh,kemudian pada usia
lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
2. Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi.makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu
proses percepatan defekasi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat
mempengaruhinya.
3. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi
keras oleh karenaproses absorbsi yang kurang sehingga dapat
mempengaruhi kesulitan proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas
tonus otot,abdomen,pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran
proses defekasi,sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon
dapat bertambah baik dan memudahkan untuk kelancaran proses
defekasi.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti
penggunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu kering.
6. Gaya hidup
Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat pada
seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang
air besar di tempat yang bersih atau toilet.maka ketika seseorang
tersebut buang air besardi tempat yang terbuka atau tempat yang kotor
maka ia akan mengalami kesulilan dalam proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi.biasanya
penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan
berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid dan episiotomi.
untuk
No
1.
Keadaan
Warna
Normal
Abnormal
Penyebab
Bayi : Kuning
Putih, hitam /
tar,
atau
merah
Kurangnya kadar
empedu,
perdarahan
saluran
cerna
bagian atas, atau
perdarahan
saluran
cerna
bagian bawah.
Dewasa : coklat
Pucat
berlemak
Malabsorpsi
lemak.
Amis
dan
perubahan
bau
Cair
Diare
dan
absorpsi kurang.
2.
Bau
3.
Konsisten
si
Lunak
berbentuk.
Bentuk
Sesuai diameter
rectum
Kecil,
bentuknya
seperti pensil.
Obstruksi
peristaltik
cepat.
Konstitue
n
Makanan
yang
tidak
dicerna,
bakteri
yang
mati,
lemak,
pigmen empedu,
mukosa usus, air.
Darah,
pus,
benda asing,
mukus,
atau
cacing.
Internal bleeding,
infeksi,
tertelan
benda,
iritasi,
atau inflamasi.
4.
5.
dan
dan
yang
Untuk membantu klien berdefekasi secara normal dan tanpa rasa tidak
nyaman,sejumlah intervensi dapat menstimulasi refleks defekasi
mempengaruhi karakter feses atau meningkatkan peristaltik.
Posisi jongkok, perawat mungkin perlu membantu klien yang memiliki
kesulitan untuk mengambil posisi jongkok akibat kelemahan otot atau
masalah-masalah mobilitas. Toilet umum biasanya terlalu rendah untuk
mengambil posisi jongkok akibat menderita penyakit sendi atau penyakit
yang menyebabkan kehilangan masa otot. Klien dapat membeli tempat
duduk toilet yang dapat ditinggikan untuk digunakan di rumah. Dengan
tempat duduk seperti ini,klien tidak perlu melakukan banyak upaya untuk
berdiri atau duduk.
Mengatur posisi di atas pispot,klien yang menjalani tirah baring harus
menggunakan pispot untuk defekasi. Wanita menggunakan pispot sebagai
tempat
untuk
mengeluarkan
urine
dan
feses,sementara
pria
menggunakan pispot dapat sangat tidak nyaman. Perawat harus
membantu klien mengambil posisi yang nyaman.
Saat mengatur posisi klien penting mencegah agar otot tidak tegang
sehingga tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Klien tidak pernah boleh
dibiarkan duduk diatas pispot dan membiarkan tempat tidurnya dalam
posisi datar, kecuali jika restriksi aktivitas membuat tempat tidurnya
harus dalam posisi datar, apabila tempat tidur datar panggul akan berada
dalam posisi hiperekstensi. Saat membantu klien keatas pispot , mungkin
tempat tidur memang harus datar. Setelah klien berada diatas pispot,
perawat meninggikan kepala tempat tidur dengan sudut 30 derajat.
Meninggikan klien dengan dengan sudut 90 derajat akan membuat sulit
pengaturan posisi. Dalam posisi duduk, klien harus mengangkat tubuhnya
dengan menggunakan kekuatan lengannya sementara perawat
meletakkan pispot. Kebanyakan klien terlalu lemah untuk melakukan hal
tersebut. Klien yang baru menjalani bedah abdomen,takut kalau
jahitannya terkoyak akibat regangan yang mereka lakukan. Terlebih lagi,
perawat membuat klien beresiko mengalami cidera dengan berupaya
mengangkat klien keatas pispot.
2.1.6 Tindakan mengatasi masalah eliminasi alvi(BAB)
1. Menyiapkan fases untuk bahan pemerikasaan
8. Sabun
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Pasang sampiran
4. Gunakan sarung tangan
5. Pasang pengalas dibawah glutea
6. Tempatkan piapot tepat dibawah glutea, tanyakan pada klien
apakah sudah nyaman atau belu, kalau belum atur sesuai dengan
kebutuhan.
7. Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbat punggung
klien untuk menambah rasa nyaman.
8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah
disediakan.
9. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan
dengan tisu.
10. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
11. Cuci tangan.
Prosedur pelaksanaan
1. Bawa peralatan kedekat pasien.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur.
3. Tutup jendela dan pasang sampiran.
4. Pasang pengalas dibawah glutea
5. Pasang selimut mandi.
6. Cuci tangan
7. Pakai sarung tangan
8. Posisikan pasien dorsal rekamben
9. Tempatkan pispot yang sudah diberi air dibawah glutea, tanyakan
pada pasien apakah sudah nyaman atau belum,kalau belum atur
sesuai dengan kenyamanan pasien
10. Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbal punggung
pasien untuk menambah rasa nyaman.
11. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah
disediakan
1. 3. Indikasi
1. Konstipasi
Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur.
1. Impaksi fases
Kebiasaan buang air besar yang teratur
Konstipasi
1.
2.
3.
4.
menjelang
1. Dampak negatif
Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa
usus dan jika larutan terlalu dingin yang diberikan akan menyebabkan
kram abdomen.
Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu
menahan larutan enema (perry,peterson,potter.2005).
Beberapa perbedaan dalam tindakan cleansing enema :
N
o
Perbedaan
Huknah rendah
Huknah tinggi
1.
2.
- Tindakan
- Tujuan
3.
- Kanul enema
4.
- Posisi
5.
Jumlah
hangat
diberikan
dewasa
Tindakan
memasukkan cairan
hangat dari rectum
kedalam
kolon
desenden
Mengosongkan usus
sebagai
persiapan
tindakan
operasi,
colonoscopy
Tindakan
memasukkan cairan
hangat dari rectum
dimasukkan kedalam
kolon asenden.
Membantu
mengeluarkan fases
akibat
konstipasi
atau impaksi fekal
6.
cairan
yang
untuk
- Tinggi irigator
Kanula usus
Kanula Recti
Posisi
miring kekiri
sims
Posisi sims
miring ke kanan
500 ml
30 cm dari
tempat tidur
750-1000ml
30-45 cm
dari tempat tidur
1.
2.
Usia
Bayi
Toddler
preschool
Jumlah Larutan
atau
150 250 ml
250 350 ml
3.
Anak
sekolah
usia
4.
Remaja
500 750 ml
Deawasa
750 1000 ml
300 250 ml
PELAKSANAAN
1. 1. Pengertian
Tindakan yang digunakan untuk memasukkan suatu larutan atau cairan ke
dalam rectum dan colon sigmoid.
1. 2. Persiapan alat
1. Pemberian melalui slang rectal dengan wadah enema pada
enema rendah dan enema tinggi.
1. Wadah enema (huknah)
2. Volume larutan hangat
- Dewasa : 700-1000ml, dengan suhu 40,5-43C
- Anak anak
Bayi : 150-250ml
Usia bermain (toddler): 250-350ml
Usia sekolah : 300-500ml
Remaja : 500-700
Cat : Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adlah 37,7C,sedang
untuk dewasa dihangatkan 40,5-43C
- Slang rectal dengann ujung bulat.
Dewasa : No.22-30 G French(fr)
Anak anak : No.12-18 fr
3. Slang menghubungkan slang rectal ke wadah (slang irrigator)
4. Klem pengatur pada slang
5. Termometer air untuk mengukur suhu larutan
6. Pelumas lautan dalam air
7. Perlak pengalas
8. Selimut mandi
9. Kertas toilet
10. Pispot
11. Baskom, waslap dan handuk, serta sabun
12. Sarung tangan sekali pakai
13. Tiang intravena
14. Cucing
15. Disinfektan
1. Persiapan alat pada enema bilas harris (enema arus balik)
1. Wadah enema
2. Slang enema dan klem
3. Pelumas
4. Tutup Troli
5. Perlak
6. Tisu toilet
7. Larutan : 500ml ledeng dengan suhu 105C
8. Sarung tangan sekali pakai
(perry, Peterson,potter.2005)
1. 3. Persiapan pasien
1. Mengucapkan salam terapiutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pad aklien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
4. Membuat kontak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan)
5. Selama komunikansi digunakan bahasa yang jelas, sistematis
serta tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klasifikasi
7. Memperlihatkan kesabaran, punuh empati, sopan, dan
perhatian serat respek selama berkomunikasi dan melakukan
tindakan
8. Pasien disiapkan dlam posisi yang sesuai
9. 4. Persiapan lingkungan
1. Ruangan terutup
2. Pastikan semua jendela atau pintu dakam keadaan
tertutup agar privasi terjaga.
3. Pasang sekat atau sampiran
4. Gunakan selimut untuk melindungi daerah privasi
pasien
5. 5. Prosedur pelaksanaan
Memungkinkan insersi halus slang tanpa resiko iritasi atau trauma pada
mukosa rectal
13. Alirkan sebagian kecil cairan keluar, sepanjang slang rectal untuk
mengeluarkan udara dalam slang. Kemudian tutup kembali klem.
14. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus. Instrusikan
klien untuk rileks dengan menghembuskan nafas pada perlahan melalui
mulut.
Dengan mengembuskan napas, relaksasi sfingter anus eksternal akan
meningkat.
15. Masukkan ujung slang rectal secara perlahan dengan mengarahkanny
ke umbilicus klien. Panjang insersi beragam ; 7,4-10 cm untuk orang
dewasa, 5-7,5 cm untuk anak-anak, dan 2,5-3,25 cm untuk bayi. Tarik
slang dengan segera, jika ditemukan obstruksi.
Insersia hati-hati mencegah trauma pada mukosa rectal akibat penusukan
slang secara tidak sengaja pada dinding. Insersi yang melebihi batas
dapat menyebabkan perforasi usus.
16. Terus pegang slang sampai pengisian cairan berakhir.
Kontraksi otot dapat menyebabkan ekspultasi rectal.
17. Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan perlahan
dengan wadah pada setinngi pinggul klien.
Penginfusan cepat dapat merangsang evakuasi dini, sebelum volume
yang cukup dapat diinfuskan.
18. Naikkan wadah secara perlahan sampai pada ketinggian diatas anus
(30-45 cm untuk ketinggian enema tinggi, 30 cm untuk enema rendah,
dan 7,5 cm untuk bayi). Waktu pengaliran sesuai dengan pemberian
volume larutan (missal,1 liter dalam 10 menit).
Memungkinkan penginfusan perlahan terus-menerus, sebelum volume
yang cukup diinfuskan. Jika wadah dinaikkan terlalu tinggi, tetesan infuse
akan cepat dan memungkinkan akan nyeri akibat detensi kolon.
19. Rendahkan wadah atau klem slang selama 30 detik, kemudian alirkan
kembali secara lebih lambat jika klien mengeluh kram.
15. Bersihkan daerah perianal pada pasien yang buang air besar pada
pispot.
-
Ileostomi kontinen kock adalah tipe ostomi kontinen lain yang baru
(Rolstad dan Hoyman,1992). Pada prosedur ini reservoar atau kantung
internal dibentuk dari potongan usus halus klien. Bagian kantung ditarik
keluar andomen klien sebagai sebuah stoma internal. Tidak seperti stoma
ostomi lainnya, stoma eksternal dari ileostomi kontinenkock biasanya
terletak sangat rendah pada abdomen klien. Biasanya dibawah garis
celana dalam klien. Pada bagian ujung kantung internal terdapat tonjolan
katup satu arah yang memungkinkan pencapaian kontinensia. Katup ini
hanya memungkinkan isi fases keluar dari kantung jika kateter eksterna
ditempatkan kedalam stoma secara intermiten karena kantung fases
yang dikeluarkan dari kantung kock jika di intubasi dengan kateter, tidak
seperti individu lain yang menggunakan ostomi.
Melakukan Perawatan Stoma Rutin (Colostomy)
Alat dan Bahan :
o Kantong Colostomy
o Bak instumen, terdiri atas :
-
pinset anatomi
pinset cirugis
kom kecil
gunting
o
o
o
o
o
o
o
o
Kapas
Kasa steril
NaCl
Zink salp bila diperlukan
Sarung tangan
Bengkok
Perlak
Kantong plastic dan tempat sampah
Prosedur Pelaksanaan :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Dekatkan alat kedekat pasien.
3. Pasang tirai atau sketsel untuk menjaga privasi pasien.
4. Ganti selimut tempat tidur dengan selimut mandi.
kesamaan
dan
Perlak
Selimut mandi
Bedpan
Klem kantong
Bola kapas
Deodoran
Zat pembersih
Cincin karaya
Tisu toilet
Handuk kertas
8. Bersihkan daerah sekitar stoma dengan bola kapas serta air hangat
dan sabun atau zat pembersih (jika daerah kulit luka, tanyakan
padad perawat tentang instrusinya). Tepuk-tepuk hinnga kering
daerah tersebut
9. Angkat kasa dari stoma dan letakkan pada handuk kertas
10.
Jika kantong yang digunakan memakai cincin karaya, biarkan
cincin tersebut menjadi lengket dan tempelkan pada stoma. Jika
kantong memakai strip adesif bertutup kertas, lepaskan kertas
tersebut dan tempelkan disekeliling stoma.
11.
Klem kantong tersebut dan pasang pada cincinnya
12.
Lepas dan buang sarung tangan dengan benar
13.
Atur sabuk pengikat yang bersih disekeliling tubuh pasien dan
sambungkan dengan kantongnya
14.
Angkat selimut mandi dan bantu pasien untuk mencuci tangan
dan kembali ke tempat tidur.
15.
Bersihkan kamar mandi pasien. Cuci sabuk pengikat dan
peralatan jika dapat digunakan kembali, dan biarkan sampai kering
16.
Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur. Ingatlah
untuk mencuci tangan anda, melaporkan penyelesaian tugas, dan
mendokumentasikan tanggal, waktu perawatan ileostomi, tipe dan
jumlah drainase yang keluar, dan reaksi pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam menangani masalah eliminasi alvi,perawat harus memahami
eliminasi normal dan faktor faktor yang meningkatkan atau menghambat
eliminasi asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati dan
kebutuhan
emosional
klien.
Tindakan
yang
dirancang
untuk
meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa
ketidaknyamanan. Dampak yang dapat terjadi akibat dari gangguan
sistem
gastrointestinal
sangatlah
beragam
mulai
dari
konstipasi,diare,inkontinensia usus, dan hemoroid fecal infektion.
Enema atau huknah diberikan tujuannya adalah untuk meningkatkan
defekasi dengan menstimulasi peristaltik. Penyakit tertentu menyebabkan
kondisi kondisi yang mencegah pengeluaran fases secara normal dari