OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
Kata Pengantar........................................................................................i
2.3 Peran Agama Islam dalam Menjaga Akhlak dan Moral Hubungan
Antara Perawat dan Pasien ...............................................................5
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “PERAN AGAMA ISLAM DALAM
MENJAGA AKHLAK DAN MORAL HUBUNGAN PERAWAT PASIEN” tepat
waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah agama di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya. Harapan kami semoga makalah ini dapat
membantu menambah wawasan bagi pembaca mengenai peran agama islam
dalam menjaga akhlak dan moral hubungan perawat pasien.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia tersusun dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani.
Jasmani adalah bentuk fisik atau lahiriah manusia yang disebut dengan raga.
1
Sedangkan rohani adalah hakekat dan substansi manusia yang sering disebut jiwa
atau roh. Kedua-duanya harus sehat, karena apabila manusia sedang sakit akan
sangat berpengaruh pada kehidupannya, selain dia merasakan sakit juga membuat
manusia tidak produktif lagi dan merasa kurang percaya diri. Orang sakit dengan
kondisi seperti itu sangat memerlukan bantuan yang tidak hanya bantuan fisik saja
tetapi juga bantuan non fisik yang berupa bantuan spiritual atau bimbingan
keagamaan.
1.2.3 Bagaimana peran agama islam dalam menjaga akhlak dan moral
hubungan antara perawat dan pasien?
1.2.4 Bagaimana cara berakhlak kepada pasien non islam dan islam?
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki
arti tingkah laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikir dan direnungkan lagi. (Azyumadi.2002.203-204)Untuk menjelaskan
pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai
pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang
selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu
misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali
(1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela
Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham
yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih,
mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
3
bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan cirri
yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan
karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
1. Ikhlas
4
Ramah dan santun dalam menghadapi pasien dengan tidak
membedakan kaya atau miskin, golongan muslim atau non-muslim.
Ramah dan santun seorang perawat yang patut kita hadirkan adalah
wajah Yang Selalu Ceria Entah kenapa wajah yang cerah ceria selalu
tampak menyenagkan, sebaliknya wajah yang cemberut, angkuh,
musam, selalu saja terlihat tidak menyenangkan.
3. Belas Kasih
Dalam keperawatan ada sebutan bahwa kasih sayang dan belas kasihan
seseorang perawat seperti seorang ibu terhadap anaknya.
5
4. Sabar dan Tak Lekas Marah.
َصاَل ِة ۚ إِ َّن هَّللا َ َم َع الصَّابِ ِرين َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ا ْستَ ِعينُوا بِال
َّ صب ِْر َوال
5. Bersikap Tenang
Gunakan selalu pakaian yang rapi, serasi dan tercium harum, kita tahu
harum-haruman yang baik akan membuat senang siapa pun yang berada
disekitar kita. Memakai pakain yang baik bukanlah tanda kesombongan.
Allah maha indah dan menyukai keindahan. Tentu saja dalam batas
syari’at yang disukai Allah. Jangan meremehkan penampilan karena hal
ini akan membuat orang lain senang atau sebaliknya.
2.3 Peran Agama Islam dalam Menjaga Akhlak dan Moral Hubungan
antara Perawat dan Pasien
Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti
tingkah laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya
6
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan
tanpa dipikir dan direnungkan lagi. (Azyumadi.2002.203-204) Untuk
menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421
H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak
terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dalam islam kita diajarkan untuk saling tolong menlong antar sesama
makhluk Allah SWT. Ahlak Seorang Perawat Menurut Pandangan Islam
Seorang perawat selalu dijadikan roll model oleh setiap pasiennya, oleh
sebab itu seorang perawat harus memiliki sikap sebagai berikut.
1. Ikhlas
2. Ramah dan Santun
3. Belas Kasih
4. Sabar dan Tak Lekas Marah.
5. Bersikap Tenang
6. Penampilan Yang Menyenangkan
7
semua daya upaya kaum muslimin, baik individu maupun masyarakat
dan negara, termasuk pula daya upaya mendirikan Rumah Sakit,
semuanya dimaksudkan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi
Agama Islam yang didasarkan pada pengabdian kepada Allah SWT.
1.1 Fungsi tenaga kesehatan muslim
Tenaga kesehatan Muslim adalah unsur utama dalam kegiatan
Rumah Sakit terutama dalam perawatan dan pertolongan pasien,
merekalah yang paling dekat kepada pasien dan pengunjung
Rumah Sakit, Tenaga kesehatan Muslim bertugas merawat dan
menolong pasien baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan, yang ringan maupun yang berat. Tenaga kesehatan
Muslim, tidak boleh melepaskan diri dari tugas dan kewajibannya
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam. Dengan kata
lain, Tenaga kesehatan Muslim tidak terlepas dari tugas dan
kewajiban melaksanakan Da’wah Islamiyah sesuai dengan
kemampuannya di dalam bidangnya masing-masing. Jadi fungsi
Tenaga kesehatan Muslim pada garis besarnya ada dua sebagai
berikut.
1.1.1 Sebagai tenaga para medis, yaitu melaksanakan tugas yang
berhubungan dengan perawatan / pertolongan pasien.
1.1.2 Sebagai Da’i (mubaligh), yaitu mengingatkan, menasehati,
dan memberi tuntunan tentang ajaran Islam kepada pasien serta
memberikan contoh mengamalkannya (Role Model) sehingga
diharapkan agar orang-orang yang sedang dan pernah dirawat
di rumah sakit akan bertambah taqwanya kepada Allah SWT.
2.1 Akhlak tenaga kesehatan muslim
Mengingat fungsi Tenaga kesehatan Muslim seperti tersebut diatas,
maka Tenaga kesehatan Muslim wajib memiliki akhlak yang meliputi
dua fungsi sebagai berikut.
2.1.1 Akhlak sebagai insan pengabdi kemanusiaan untuk mencari
keridlo’an Allah SWT.
2.1.2 Akhlak yang wajib bagi seorang da’i (mubaligh).
8
Kedua faktor tersebut akan tersimpul didalam suatu rumusan dalam
rangkaian akhlak yang wajib bagi Tenaga kesehatan Muslim
sebagai berikut.
a. Melaksanakan tugas dengan tulus ikhlas karena Allah semata
Merawat pasien hendaklah diniati untuk pengabdian (ibadah).
Benar-benar dengan niat yang ikhlas untuk beramal. Karena
amal yang diterima Allah hanyalah amal yang didasarkan
pada keikhlasan .
Tidak mengharapkan balasan atau pujian baik dari pasien
maupun orang lain.
Selalu optimis akan berhasil dalam tugasnya dengan baik.
b. Tenaga kesehatan Muslim harus bersifat penyantun
Orang yang penyantun ialah yang halus perasaanya, lekas
dapat merasakan kesukaran orang lain (empaty), dan bisa
bersikap menyesuaikan diri bila dia berhadapan dengan orang
yang ditimpa musibah, serta cepat memberikan pertolongan,
karena mengerti kebutuhan orang lain yang dihadapinya.
Tenaga kesehatan Muslim harus yakin bahwa rahmat Allah
selalu dekat kepada orang yang berbuat santun.
Tutur katanya lemah lembut kepada siapa saja terutama
kepada pasien, rela dan cepat memaafkan kesalahan orang
lain. Karena memberi maaf kepada orang lain adalah lebih
utama dari pada memberi shodaqoh atau harta benda
padanya.
Hanya orang penyantunlah yang disantuni pula oleh Allah
yang Maha Penyantun.
c. Ramah tamah berdasarkan ukhuwah (persaudaraan) dalam
pergaulan, kapan dan dimana ia berada terutama terhadap pasien
dan orang-orang yang dho’if (lemah/miskin)
Ketahuilah bahwa bermuka manis kepada orang yang sedang
menderita sakit adalah merupakan sebagian dari pada
pengobatan.
9
Dan ketahuilah bahwa yang bisa meringankan penderitaan
orang sakit, bukanlah harta benda akan tetapi wajah yang
berseri-seri dan budi pekerti yang baik.
d. Tenaga kesehatan Muslim harus sabar dan tidak cepat marah
Penyabar dan pemaaf adalah salah satu dari budi pekerti yang
luhur, yang sangat penting dipelihara.
Walaupun semua pasien membutuhkan pertolongan dan kasih
sayang, tetapi tidak semua pasien menunjukkan kasih sayang
atau menjengkelkan. Akan tetapi melayaninya dengan sabar
adalah perbuatan yang terpuji disisi Allah. 14)
Sebaik-baik senjata Tenaga kesehatan Muslim adalah sabar
dan berdo’a.
e. Tenaga kesehatan Muslim harus tenang dan tidak tergopoh-gopoh
Jiwa orang akan sangat membutuhkan ketenangan dan
ketentraman, jauh dari pada suara-suara yang keras, gerakan-
gerakan yang hiruk-pikuk dan gaduh. Karena tugas Tenaga
kesehatan Muslim membutuhkan ketenangan dan perhatian
yang sungguh-sungguh.
Orang yang melaksanakan pekerjaan dengan tenang dan
berhati-hati, Allah akan memudahkan pekerjan itu baginya
dan akan terhindar dari berbagai kesukaran dan kekeliruan.
f. Tenaga kesehatan Muslim harus cepat, cermat, teliti dan lincah
Pekerjaan Tenaga kesehatan Muslim cukup ruwet dan sulit.
Oleh karena itu Tenaga kesehatan Muslim hendaklah
senantiasa teliti dan berhati-hati dalam menunaikan tugasnya.
Apabila menghadapi sesuatu persoalan yang meragukan atau
kurang jelas maka lebih baik ditanyakan lebih dahulu kepada
orang yang lebih tahu (ahlinya). Sebab pekerjaan yang
dilakukan dengan ragu-ragu lebih besar kemungkinannya
akan menimbulkan bahaya.
10
g. Tenaga kesehatan Muslim harus tunduk, patuh dan disiplin
Tenaga kesehatan Muslim harus patuh pada petunjuk
atasannya baik lisan maupun tulisan.
Tenaga kesehatan Muslim harus disiplin dalam menunaikan
tugasnya agar bisa terlaksana dengan tertib dan teratur.
Mematuhi dan melaksanakan petunjuk atasan tanpa
membantah sekalipun kurang menyenangkan, selama tidak
menyalahi norma agama Islam, norma-norma kemanusiaan
maupun etika profesi dari tenaga kesehatan berbagai bidang
ilmu.
h. Tenaga kesehatan Muslim harus selalu bersih dan menjaga
kebersihan, rapih, baik jasmani maupun rohani
Rohani atau jiwa Tenaga kesehatan Muslim hendaknya selalu
bersih dan suci dari sifat-sifat : hasad (dengki), sentimen,
takabbur (sombong) dan lain-lain sifat yang tidak baik. Sebab
hanya dari jiwa yang bersih dan sucilah akan memancarkan
sifat-sifat yang terpuji, sikap yang baik dan ucapan yang
menyenangkan.
Tubuh dan pakaian Tenaga kesehatan Muslim harus selalu
bersih, rapih, sederhana dan tidak berlebihan dalam bermake
up atau memakai perhiasan.
i. Tenaga kesehatan Muslim harus kuat menyimpan rahasia :
Penyakit itu adalah salah satu ‘aib (noda) bagi orang yang
sakit. Ada beberapa macam penyakit yang merupakan ‘aib,
hal ini sangat dirahasiakan oleh pasien. Agama Islam tidak
membenarkan seseorang membuka ‘aib orang lain. Oleh
sebab itu seorang Tenaga kesehatan Muslim tidak boleh
membuka ‘aib pasien kepada orang lain.
Orang yang suka mebicarakan ‘aib orang lain, Allah SWT.
mengancamnya dengan siksaan yang sangat pedih, baik di
dunia maupun di akherat kelak.
11
j. Tenaga kesehatan Muslim harus bersifat jujur dan bertanggung
jawab atas segala tindakannya :
Berbahagialah orang yang dapat memelihara amanat dan
menepati janjinya.
Tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada Tenaga
kesehatan Muslim adalah amanat yang wajib dilaksanakan.
Jujur, dapat dipercaya, suka berterus terang, selalu menepati
janji, adalah sifat yang terpuji dan harus dimiliki oleh Tenaga
kesehatan Muslim.
v Pasien Non Muslim
Dalam islam kita di ajarkan cara beraklaq yang baik dengan sesama
muslim maupun non muslim, kita di anjurkan bersikap adil kepada
siapapun dalam bidang kesehatan. Hendaknya seorang perawat muslim
tidak membeda-bedakan antara pesien muslim dan non muslim hendaknya
seorang perawat mampu bersikap adil terhadap pasien selama dalam batas-
batas yang di perbolehkan agama
Dengan begitu hendaklah perawat tetap memberikan perhatian terhadap
perkembangan kesehatannya, merawatnya secara baik, bersikap lemah
lembut terhadapnya, membantu memenuhi kebutuhannya selama dibawah
perawatan kita sebagai perawat, memberikannya makanan jika memang
dirinya tidak memiliki atau membutuhkan makanan, menutupi auratnya
jika tersingkap, melunakkan suara, menunjukkan keramahan terhadapnya,
tidak ada salahnya anda mengucapkan kepadanya,”semoga lekas sembuh”,
sebagaimana disebutkan didalam shahih Muslim tentang seorang sahabat
yang meruqyah seorang kepala kampung—ada kemungkinan kampung
kafir atau kampung orang-orang bakhil, sebagaimana disebutkan Ibnul
Qoyyim didalam kitab “Madarij as Salikin—yang disengat oleh ular
berbisa.
Namun hendaklah berbagai perbuatan baik yang dilakukan seorang
perawat muslim terhadap para pasien non muslim yang tidak memerangi
kaum muslimin itu tetap dalam batas-batas yang wajar, sehingga tidak
12
tampak seperti mengagungkan mereka dan merendahkan dirinya sebagai
seorang muslim.
Itu semua juga merupakan sarana da’wah yang bisa anda gunakan untuk
bisa melunakkan kekerasan hatinya yang selama ini tertutupi oleh
kekufuran dan jauh dari kebenaran. Dengan begitu orang tadi akan
merasakan keramahan dan kelembutan anda terhadap dirinya walau
berbeda agama dan pada akhirnya dia akan merasakan kenyamanan
dengan anda. Anda pun bisa memberikan sentuhan-sentuhan da’wah
lainnya di saat-saat luang, seperti tentang keesaan Allah, obat dari segala
penyakit ada di tangan-Nya hingga menawarkan islam kepadanya,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Tsabit dari Anas
bahwa seorang remaja Yahudi yang biasa menmbantu Nabi saw—sakit
dan Nabi saw mendatanginya—untuk menjenguknya lalu beliau saw
duduk di dekat kepalanya dan mengatakan kepadanya,”Masuk islamlah
kamu.” Kemudian remaja itu memandang kearah ayahnya yang ada di
dekatnya dan ayahnya pun berkata kepadanya,”Taatilah Abal Qosim—
Muhammad—saw.” Lalu remaja itu pun masuk islam. Nabi pun
meninggalkannya dan bersabda,”Alhamdulillah yang telah
menyelamatkannya dari neraka.”
Adapun tentang mengucapkan salam kepada pasien non muslim maka
dilarang bagi anda mengawali salam kepadanya, berdasarkan sabda
Rasulullah saw,”Janganlah kalian mengawali salam kepada orang Yahudi
dan Nasrani.” (HR. Muslim).
Akan tetapi jika si pasien non muslim itu mengawali salam kepada anda
maka cukuplah anda menjawab dengan “wa alaikum”, berdasarkan sabda
Rasulullah saw,”Apabila seorang ahli kitab mengucapkan salam kepada
kalian maka jawablah,’Wa Alaikum.” (Muttafaq Alaih)
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15