Anda di halaman 1dari 44

TEORI KOLCABA

A. Latar Belakang
Katharine Kolcaba terlahir sebagai Arnold Katharine pada 28 Desember 1944, di Cleveland,
Ohio. Beliau menikah dengan dua anak perempuan dan delapan cucu.
 Pendiri program perawat lokal paroki
 Anggota Asosiasi Perawat Amerika
 Saat ini, sebagai associate professor di University of Akron College of Nursing
 Telah mengembangkan Teori kenyamanan dan Praktik : Sebuah visi untuk Perawatan dan
Riset Kesehatan Holistik.
Riwayat Pendidikan
1. Diploma keperawatan dari St. Luke's Hospital School of Nursing pada tahun 1965
2. Lulus M.S.N dari R.N di the Frances Payne Bolton School of Nursing, Case Western
Reserve University pada tahun 1987
3. Lulus dengan gelar PhD in nursing dan menerima sertifikat sebagai authority clinical
nursing specialist pada tahun 199
 Spesialis dalam bidang Gerontology, Perawatan Paliatif dan Intervensi Jangka Panjang,
Studi Comfort, Pengembangan Instrumen, Teori Keperawatan, Penelitian Keperawatan
 Sebagai kepala unit dementia  pengembangan teori keperawatan
Riwayat Penghargaan dan Pengakuan
1. 1991-1992 : Pre-Doctoral Fellowship in Interdisciplinary Health, Case Western
Reserve University Internal Grant
2. 1997 : Honour a Researcher Award
3. 1997 : Invited Research Consultant, comfort studies & theory, MNRS
4. Januari 1997 : Marie Haug Student Award for excellence in aging studies dari Case
Western Reserve University
5. 2003 : Mary Hanna Memorial Journalism Award for American Society of
Perianesthesia Nurses, artikel yang berjudul Comfort Care for Perianesthesia
Nursing by Kolcaba and Wils
6. Maret 2003 : Advancement of Science Award from Midwest Nursing Research
Society, End of Life and Palliative Care Nursing
7. Mei 2003 : Excellence in the Utilization of Nursing Research, penghargaan dari
Sigma Theta Tau, delta Omega Chapter
8. 2006 : Researcher of the Year dengan Dr. Therese Dowd, penghargaan dari Sigma
Theta Tau, delta Omega Chapter
B. Pernyataan teoritis
1. Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan yang tidak terlihat dari pasien, desain
kenyamanan digunakan untuk mengukur kebutuhan, dan untuk mencari peningkatkan
kenyamanan pasien mereka, di mana hasil tersebut diinginkan dengan segera.
2. Peningkatan kenyamanan langsung dan secara positif dihubungkan dengan penerapan di
dalam HSBs, seperti hasil yang diinginkan sebelumnya.
3. Kapan seseorang mempunyai pendukung yang sesuai untuk dilibatkan secara penuh di
dalam HSBs, seperti pemulihan dan/atau program penyembuhan atau cara hidup,
integritas institusi juga sangat mendukung.
Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis antara lain :
1. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang diamati secara
spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan
sungguh-sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi
terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit, terminologi, dalil, dan asumsi pendukung
praktek mereka. Ketika perawat lulus sekolah, mereka mungkin diminta untuk
menjelaskan diagram prakteknya, yang mana tugas tersebut sangatlah muda
2. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan spesifik berasal
dari prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang umum ke yang spesifik.
Langkah mengurangi pengembangan teori mengakibatkan teori kenyamanan dapat
dihubungkan dengan konsep lain untuk menghasilkan suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori
keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba
lebih dulu melihat di tempat lain untuk bekerja secara bersama untuk menyatukan
kebutuhan seperti keringanan, ketentraman dan hal yang penting. Apa yang dibutuhkan,
dia merealisir suatu yang abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan
kenyamanan dan berisi dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak
3. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih
suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Pemikiran jenis ini
diterapkan di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit teori. Seperti pada kasus hasil riset,
di mana saat ini memusat pada pengumpulan database besar untuk mengukur hasil dan
berhubungan pada pengeluaran untuk jenis keperawatan, medis, institusi, atau protokol
masyarakat. Penambahan suatu kerangka teori keperawatan untuk riset hasil akan
meningkatkan area penelitian keperawatan karena praktek dasar teori memungkinkan
perawat untuk mendisain intervensi yang sama dan selaras dengan hasil yang diinginkan.
Teori Comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama beserta definisinya, antara
lain :
1. Health Care Needs
Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu kebutuhan akan
kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan kesehatan yang stressful, yang tidak
dapat dipenuhi oleh penerima support system tradisional. Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan, yang kesemuanya membutuhkan
monitoring, laporan verbal maupun non verbal, serta kebutuhan yang berhubungan
dengan parameter patofisiologis, membutuhkan edukasi dan dukungan serta kebutuhan
akan konseling financial dan intervensi.
2. Comfort
Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat dalam
keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh penerima yang
dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah
kekuatan melalui kebutuhan akan keringanan (relief), ketenangan (ease), and
(transcedence) yang dapat terpenuhi dalam empat kontex pengalaman yang meliputi
aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan.
Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:
a) Relief, suatu keadaan dimana seorang penerima (recipient) memiliki pemenuhan
kebutuhan yang spesifik
b) Ease, suatu keadaan yang tenang dan kesenang
c) Transedence, suatu keadaan dimana seorang individu mencapai diatas
masalahnya.
Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal berikut :
a. Fisik, berkenaan dengan sensasi tubuh
b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi harga diri, konsep
diri, sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan terhadap kebutuhan lebih tinggi.
c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari luar.
d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan hubungan sosial
3. Comfort Measures
Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan yang didesain
untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh penerima jasa,
seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual, lingkungan, dan intervensi fisik.
4. Enhanced Comfort
Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan, mengacu pada
teori comfort ini.
5. Intervening variables
Didefinisikan sebagai kekuatan yang berinteraksi sehingga mempengaruhi persepsi
resipien dari comfort secara keseluruhan. Variable ini meliputi pengalaman masa lalu,
usia, sikap, status emosional, support system, prognosis, financial, dan keseluruhan
elemen dalam pengalaman si resipien.
6. Health Seeking Behavior (HSBs)
Merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang berhubungan dengan
pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh resipien saat konsultasi dengan perawat.
HSBs ini dapat berasal dari eksternal (aktivitas yang terkait dengan kesehatan), internal
(penyembuhan, fungsi imun,dll.)
7. Institusional integrity
Didefinisikan sebagai nilai nilai, stabilitas financial, dan keseluruhan dari organisasi
pelayanan kesehatan pada area local, regional, dan nasional. Pada sistem rumah sakit,
definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum, agensi home care, dll.

Dalam perspektif pandangan Kolcaba Holistic comfort didefinisikan sebagai suatu


pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan pengurangan
relief, ease, and transcendence yang dapat terpenuhi dalam empat konteks pengalaman yang meliputi
aspek fisik, psikosipiritual, sosial dan lingkungan.
Asumsi-asumsi lain yang dikembangkan oleh Kolcaba bahwa Kenyamanan adalah suatu
konsep yang mempunyai suatu hubungan yang kuat dengan ilmu perawatan. Perawat Menyediakan
kenyamanan ke pasien dan keluarga-keluarga mereka melalui intervensi dengan orientasi pengukuran
kenyamanan. Tindakan penghiburan yang dilakukan oleh perawat akan memperkuat pasien dan
keluarga-keluarga mereka yang dapat dirasakan seperti mereka berada di dalam rumah mereka
sendiri. Kondisi keluarga dan pasien diperkuat dengan tindakan pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh perawat dengan melibatkan perilaku (Tomey, Alligood, 2010).
Peningkatan Kenyamanan adalah sesuatu hasil ilmu perawatan yang merupakan bagian
penting dari teori comfort. apalagi, ketika intervensi kenyamanan dikirimkan secara konsisten dan
terus-menerus, maka mereka secara teoritis dihubungkan dengan suatu kecenderungan ke arah
kenyamanan yang ditingkatkan setiap saat, dan dengan sendirinya klien akan mencapai kesehatan
yang diinginkan dalam mencari kesembuhan (HSBS).
C. Asumsi Mayor
Kolcaba menjabarkan definisinya sebagai berikut :
1. Keperawatan
Keperawatan adalah penilaian kebutuhan akan kenyamanan, perancangan kenyamanan
digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan, dan penilaian kembali digunakan untuk mengukur
kenyamanan setelah dilakukan implementasi. Pengkajian dan evaluasi dapat dinilai secara
subjektif, seperti ketika perawat menanyakan kenyamanan pasien, atau secara objektif, misalnya
observasi terhadap penyembuhan luka, perubahan nilai laboratorium, atau perubahan perilaku.
Penilaian juga dapat dilakukan melalui rangkaian penilaian skala (VAS) atau daftar pertanyaan
(kuesioner), yang mana keduanya telah dikembangkan oleh Kolcaba.
2. Pasien
Penerima perawatan seperti individu, keluarga, institusi, atau masyarakat yang membutuhkan
perawatan kesehatan.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat dimanipulasi oleh
perawat atau orang tercinta untuk meningkatkan kenyamanan.
4. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal, seperti yang digambarkan oleh pasien atau kelompok, dari
pasien, keluarga, atau masyarakat.
Asumsi
1) Manusia mempunyai tanggapan/respon holistik terhadap stimulus yang kompleks.
2) Kenyamanan adalah suatu hasil holistik yang diinginkan yang mengacu pada disiplin
keperawatan
3) Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan mereka.
4) Kenyamanan yang akan ditingkatkan pada pasien harus melibatkan health-seeking behaviors
(HSBs) pilihan mereka.
5) Pasien yang dianjurkan secara aktif untuk HSBs, merasa puas dengan pelayanan kesehatan
mereka.
6) Integritas kelembagaan berdasar pada sistem nilai yang berorientasi pada penerima
perawatan.
D. Penerimaan oleh Keperawatan
1. Praktek
Teori ini masih baru. Masih terus dikenalkan dan dipelajari oleh para siswa yang memilih
teori ini untuk kerangka studi mereka, seperti di dalam keperawatan kebidanan, katheterisasi
jantung, perawatan kritis, pekerja rumah sakit, ketidaksuburan / kemandulan, terapi radiasi,
keperawatan bedah tulang, keperawatan perioperatif, keperawatan lanjut usia, dan infeksi saluran
kemih. Area studi yang tak diterbitkan, tetapi dibahas oleh Kolcaba melalui website nya, meliputi
unit luka bakar, klinik keperawatan, perawatan rumah, nyeri kronis, terapi pijatan, pediatrik,
oncology, dan perioperative.
Kolcaba menyatakan bahwa perawatan untuk kenyamanan memerlukan sekurangnya tiga tipe
intervensi comfort yaitu :
a. Teknis pengukuran kenyamanan, merupakan intervensi yang dibuat untuk mempertahankan
homeostasis dan mengontrol nyeri yang ada, seperti memantau tanda-tanda vital, hasil kimia
darah, juga termasuk pengobatan nyeri. Tehnis tindakan ini didesain untuk membantu
mempertahankan atau mengembalikan fungsi fisik dan kenyamanan, serta mencegah
komplikasi.
b. Coaching (mengajarkan) meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan kecemasan,
memberikan informasi, harapan, mendengarkan dan membantu perencanaan pemulihan
(recovery) dan integrasi secara realistis atau dalam menghadapi kematian dengan cara yang
sesuai dengan budayanya. Agar Coaching ini efektif, perlu dijadwalkan untuk kesiapan
pasien dalam menerima pengajaran baru.
c. Comfort food untuk jiwa, meliputi intervensi yang menjadikan penguatan dalam sesuatu hal
yang tidak dapat dirasakan. Terapi untuk kenyamanan psikologis meliputi pemijatan, adaptasi
lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan ketenangan, guided imagery, terapi musik,
mengenang, dan lain lain. Saat ini perawat umumnya tidak memiliki waktu untuk
memberikan comfort food untuk jiwa (kenyamanan jiwa/psikologis), akan tetapi tipe
intervensi comfort tersebut difasilitasi oleh sebuah komitmen oleh institusi terhadap
perawatan kenyamanan.
2. Pendidikan
Sesuai petunjuk dalam pengajaran kenyamanan pada program sarjana
keperawatan, teori kenyamanan telah diterapkan pada keperawatan terhadap pasien yang
mendapatkan terapi radiasi yang dilaporkan oleh Cox pada tahun 1998. Teori ini sangat
mudah untuk dipahami dan diterapkan pada mahasiswa perawat yang menyajikan suatu
metode efektif untuk menilai kebutuhan kenyamanan holistik pada orang tua yang
membutuhkan perawatan akut. Teori ini tidak terbatas pada gerontologikal atau
pendidikan praktik lanjutan.
3. Riset
The Encyclopedia of Nursing Research menyebutkan pentingnya mengukur kenyamanan
sebagai tujuan keperawatan. Perawat dapat memberikan bukti untuk mempengaruhi
keputusan institusi, masyarakat, dan tingkatan legislatif yang hanya sampai pada studi
kenyamanan yang menunjukkan efektivitas keperawatan yang holistik/menyeluruh. Baru-baru
ini, pengukuran kenyamanan di rumah sakit besar dan perawatan rumah datanya telah
ditetapkan untuk menambah literatur untuk tujuan riset.
Penggunaan struktur taxonomi dari kenyamanan (gambar) sebagai panduan yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kuesioner kenyamanan secara umum untuk mengukur kenyamanan
secara holistic dalam sampel rumah sakit dan partisipan komunitas. Untuk dapat melakukan hal ini
item positif dan negatif harus dikembangkan secara berimbang pada tiap sel dalam kotak yang
tersedia. 24 hal positif dan 24 hal negatif sudah lengkap dengan suatu format skala Likert yang
berkisar dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Skor yang tinggi menandakan tingginya
kenyamanan. Pada studi akhir instrumentasi dengan 206 orang pada suatu waktu peserta dari semua
jenis unit di dua rumah sakit dan 50 orang dari masyarakat, dengan menggunakan kuesioner
kenyamanan umum menunjukkan hasil suatu Cronbach alfa 0,88.

Tipe dari Kenyamanan


1. Relief : Keadaan seorang pasien yang menemukan kebutuhan spesifiknya
2. Ease : Keadaan tenang atau senang
3. Transcendence : Keadaan dimana satu kenaikan di atas satu masalah atau nyeri

Konteks di mana terjadinya kenyamanan :


1. Fisik : menyangkut sensasi dari tubuh
2. Psikospritual : menyangkut kesadaran diri internal, termasuk harga diri, identitas, seksualitas
dan kehidupan yang utama; yang menyangkut suatu hubungan yang sangat dekat dan lebih
tinggi
3. Lingkungan : menyangkut latar belakang eksternal, kondisi dan pengaruhnya kepada manusia
(temperatur suhu, bau, pencahayaan, warna, suara, dll)
4. Sosial kultural : menyangkut hubungan interpersonal, keluarga dan sosial/masyarakat
(keuangan, perawatan kesehatan individu, serta tradisi keluarga, kegiatan religius)

Adapun struktur dari taxonomi tersebut berikut ini :

Comfort Care Plan

Nama Pasien : ………….…. Diagnosis Medis :…………..…… Mahasiswa :……..………..….


Alpha Press Beta Press Unitary Trend
Intervening Perception of Health Seeking
Comfort Needs Interventions What Next?
Variables Comfort Behaviors
Physical The nurse... Objective The patient
will...
Psychospiritial Subjective

Environmental Supporting

Socialcultural
Struktur kenyamanan yang terklasifikasi menyediakan suatu peta daerah kenyamanan yang
pada masa depan peneliti dapat menggunakannya untuk mendisain instrumen kenyamanan dari
mereka sendiri. Kolcaba telah mendaftar untuk mengadaptasikan daftar pertanyaan kenyamanan yang
umum untuk permasalahan riset yang baru pada halaman webnya. Oleh karena itu sangatlah
mudah bagi peneliti untuk menyediakan daftar pertanyaan kenyamanan yang dikhususkan
untuk riset. Skala analog visual dan format daftar pertanyaan dapat di download dari websitenya
Kolcaba (terlampir).
E. Kelemahan Teori
Teori kenyamanan yang dikembangkan dalam artikel oleh Kolcaba mudah dimengerti dan
dipahami, selain itu teori ini kembali kepada keperawatan dasar dan misi/tujuan keperawatan
tradisional yaitu kenyamanan.
Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual, lingkungan dan
sosial kultural. Namun untuk menilai semua aspek tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan
kemampuan perawat yang trampil dalam hal melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan
(pengkajian hingga evaluasi), yang di dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat.

TEORI BARKER

A. Latar belakang teori Phil Barker


Phil Barker lahir di Skotlandia dan daerah pantai, dan mulai berpengaruh dan tertarik dengan
air, kiasan hidup yang terakhir. Ia berhutang kepada ayah dan kakeknya dengan “Memelihara dan
disiplin” yang menolong dirinya untuk menghargai bahwa“ hidup adalah suatu jawaban yang
menantikan pertanyaan yang benar”. Ia seperti mereka menjadi filosofer ( Barker,1999). Hidup
pada konteks ini juga mendukung kecurigaan dan filosofinya setiap hari dengan berespon melalui
model Pasang surut (Alligood, 2010).
Barker mengikuti pelatihan pelukis dan menjadi ahli pahat pertengahan tahun 1960 dan
menang serta mendapatkan Pernod Award untuk pelukis muda tahun 1974, yang mana waktu itu
ia sudah siap menjadi perawat Jiwa. Ia terus melukis catatan metaphor, Barker masuk sekolah seni
dengan memperkenalkan dirinya “ Belajar dari kenyataan “, pengalaman yang nyata, dengan
focus pada temuan filosofinya. Daya tariknya dengan filosofi timur, yang mulai pada sekolah
seni, meluncurkan teori Pasang Surut dengan gema yang kacau balau, ketidaktentuan, perubahan,
dan gagan cina pada saat krisis. Awal keterlibatan pada seni juga membantu untuk menjelaskan
pandangan Barker’s tentang keperawatan yaitu “ Keahlian dalam CARING” ( Barker, 2000).
Setelah sekolah seni, Barker bekerja sebagai pelukis komersial dan pelukis lukisan dinding, ia
menyumbang pendapatannya dengan bekerja pada pabrik dan perusahaan kereta api.
“Pengalaman Samudra” gelombang pada era baru pada tahun 1970 ketika ia berada pada posisi
penjaga peristirahatan local”. Daya Tariknya dengan dimensi manusia, pengalaman hidup, dan
riwayat orang-orang yang mengalami perubahan mental yang distress membisikan dirinya untuk
mentransfer ketertarikannya pada seni dan kemanusiaan dalam keperawatan (Alligood, 2010).
Pada awalnya Barker”s maju melalui keperawatan, walaupun tidak biasa, dengan waktu dan
terapi konteksnya. Keperawatan dan dirinya mulai menyatu ketika ia mulai belajar dan praktek
macam-macam Psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif dan terapi grup keluarga. Penelitian
Doktoral Barker tentang terapi perilaku kognitif dengan kerja dengan grup wanita yang
mengalami depresi.Bagaimanapun, Barker menjadi tidak nyaman dengan aplikasi dari terapi
untuk orang yang mengalami masalah dalam hidup dan “Asas ketidakpastian “ yang ditekankan
lagi pada dirinya. Kecurigaannya tentang hidup dan pertanyaan provokasi pribadi tentang
pekerjaan, kegembiraan dan integritas mereka. Ia belajar dari mereka apa arti pengalaman distress
(Alligood, 2010).
B. Konsep mayor dan definisi
a. Tidal Model
Tidal model adalah pendekatan filosofis pada penemuan kesehatan mental ini menekankan
membantu orang kembali kisah pribadi tekanan mental, dengan memulihkan suara mereka.
Dengan menggunakan bahasa mereka sendiri, metafora dan cerita pribadi orang mulai untuk
mengekspresikan sesuatu dari makna hidup mereka ini adalah langkah pertama menuju
membantu kembali kontrol atas kehidupan mereka – Barker.Tidal model adalah sebuah model
pemulihan untuk promosi kesehatan mental yang dikembangkan oleh Profesor Phil Barker,
Poppy Buchanan-Barker dan rekan-rekan mereka. Tidal model berfokus pada proses
perubahan yang ada pada semua orang. Model ini berusaha untuk mengungkapkan arti dari
pengalaman seseorang, menekankan pentingnya suara mereka sendiri dan kebijaksanaan
melalui kekuatan metafora. Ini bertujuan untuk memberdayakan seseorang untuk memimpin
pemulihannya sendiri bukannya diarahkan oleh para profesional.
Filosofi yang mendasari model ini awalnya terinspirasi oleh penelitian selama lima
tahun tentang apa yang dibutuhkan untuk perawatan kesehatan jiwa yang dilakukan oleh Prof.
Dr. Chris Barker dan Stevenson di Universitas Newcastle , Inggris. Sejak tahun 2000, model
ini telah dipraktekkan di Inggris dan luar negeri.Karena karyanya di bidang ini, Phil Barker
sering disebut sebagai teoris kontemporer yang menonjol dalam keperawatan kesehatan jiwa.
b. Sumber Teoritis Phill barker
Model pasang surut menarik metafora filosofis inti dari teori chaos, seperti yang tak terduga –
namun dibatasi – sifat perilaku manusia dan pengalaman dibandingkan dengan aliran dinamis
dan kekuatan air dan gelombang pasang laut. (Barker P, 2001)
Tidal model diaplikasikan melalui enam kunci asumsi filosofis yaitu:
a) keyakinan tentang keingintahuan dalam arti positif
b) pengakuan atas kekuatan sumberdaya, daripada berfokus pada masalah, kekurangan
atau kelemahan
c) menghormati keinginan seseorang, bukannya paternalistik
d) penerimaan paradoks krisis sebagai peluang
e) mengakui bahwa semua tujuan berfokus pada seseorang
f) keutamaan mengejar elegan dengan cara sederhana yang mungkin harus dicari
c. Proses keterlibatan (engagement process)
Agar praktisi dapat memulai proses keterlibatan menggunakan Tidal model, hal-hal yang
perlu diperhatikan:
a) bahwa pemulihan mungkin terjadi
b) bahwa perubahan tidak bisa dihindari, tidak ada yang tetap
c) bahwa pada akhirnya, orang tahu apa yang terbaik untuk mereka
d) bahwa orang memiliki semua sumber daya yang mereka butuhkan untuk memulai
e) perjalanan pemulihan
f) bahwa orang tersebut adalah guru dan tenaga penolong/praktisi adalah muridnya
g) bahwa tenaga penolong/praktisi harus kreatif dan mempunyai rasa ingin tahu dalam
mempelajari apa yang perlu dilakukan untuk membantu seseorang .

Proses keterlibatan dengan orang yang dalam masalah dan kesusahan terjadi dalam tiga
domain atau dimensi. Dengan Tidal model, praktisi mengeksplorasi dimensi-dimensi
tersebut untuk sadar akan situasi di saat ini dan menentukan apa yang harusnya terjadi
sekarang.

a) Domain diri (self domain) adalah di mana orang merasakan pengalaman mereka.
Ada penekanan untuk membuat orang merasa lebih aman dan praktisi membantu
mengembangkan “rencana keamanan” atau security plan untuk mengurangi
ancaman terhadapnya atau orang lain di sekitarnya.
b) Domain dunia (world domain) di mana orang berpegang pada kisah mereka.
Praktisi Tidal model menggunakan cara khusus untuk mengeksplorasi cerita ini
bersama-sama, mengungkapkan makna yang tersembunyi, menggali sumber daya
yang ada, dan untuk mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan untuk membantu
pemulihan.
c) Domain lainnya (others domain) menggambarkan berbagai hubungan yang
dimiliki seseorang di masa lalu, masa sekarang dan masa depan, tidak hanya
praktisi Tidal model tetapi juga anggota lain dari tim perawatan kesehatan dan
sosial, teman, keluarga dan pendukung lainnya.
d. Kekuatan metafora
Tidal model menggunakan metafora atau filosofi air dan menjelaskan bagaimana
orang-orang dalam kesusahanatau distress bisa menjadi rapuh secara emosional , fisik dan
spiritual. Filosofi ini memandang pengalaman sehat dan sakit seperti zat cair, bukan sebuah
fenomena yang stabil, dan kehidupan sebagai sebuah perjalanan yang dilakukan di lautan
pengalaman. Filosofi ini menyatakan bahwa kesehatan jiwa, faktor yang terkait dengan krisis
kejiwaan, bisa beragam serta kumulatif. Dengan berprinsip pada filosofi ini, perawat atau
tenaga penolong lainnya akan mendapatkan pemahaman yang lebih tentang situasi yang saat
itu sedang dihadapi seseorang dan perlunya suatu perubahan. Dengan ini, praktisi atau tenaga
penolong, seiring berjalannya waktu, akan dibimbing untuk merawat atau mengasuh
seseorang mulai dari awal perjalanan mereka hingga terdampar, tenggelam atau sebaliknya
dicampakkan oleh permasalahan hidup mereka. Eksplorasi kemudian dapat dilakukan untuk
mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan badai dan apa yang perlu dilakukan segera
untuk dapat berlayar lagi.
Nilai Tidal model dapat diringkas menjadi sepuluh komitmen yang perlu
diperhatikan:
1. Value the voice (menghargai suara)
Mendengarkan cerita seseorang adalah yang hal yang terpenting.
2. Respect the language (hormati bahasa)
Memungkinkan orang untuk mengekspresikan, menggambarkan, dan mendeskripsikan
pengalaman hidup mereka menggunakan cara dan bahasa mereka sendiri.
3. Develop genuine curiosity (mengembangkan rasa ingin tahu)
Menunjukkan ketertarikan dan rasa ingin tahu tentang cerita orang tersebut.
4. Become the apprentice (menjadi apprentice)
Menempatkan diri dalam cerita tersebut dan belajar serta mengambil hikmah dari cerita
orang yang anda bantu (klien).
5. Reveal personal wisdom (mengungkapkan kebijaksanaan)
Pada dasarnya setiap orang memiliki sikap bijaksana dalam menghadapi setiap
pengalaman hidupnya. Praktisi atau tenaga penolong mempunyai tugas untuk
membantunya mengungkapkan kebijaksanaan tersebut yang akan membantu dalam proses
pemulihannya.
6. Be transparent (jadilah transparan atau terbuka)
Baik klien maupun praktisi atau tenaga penolong profesional berada dalam posisi
istimewa dan harus menjadi model yang percaya diri, dengan cara setiap saat menjadi
transparan atau terbuka dan membantu untuk memastikan klien tersebut memahami apa
yang sebenarnya sedang dilakukannya.
7. Use the available toolkit (gunakan sumberdaya yang ada)
Cerita seseorang berisi informasi yang berharga untuk mengetahui sumberdaya mana
yang dapat digunakan untuk membantu proses pemulihan dan mana yang tidak dapat
digunakan.
8. Craft the step beyond (menentukan langkah)
Praktisi atau tenaga penolong bersama-sama dengan klien membangun sebuah apresiasi
dan menentukan langkah apa yang harus dilakukan “sekarang” karena langkah awal
merupakan langkah yang penting.
9. Give the gift of time (berikan waktu)
Tidak ada yang lebih berharga daripada waktu yang dihabiskan praktisi dan klien
bersama-sama. Pertanyaan yang harus ditanyakan bukan “Berapa banyak waktu yang
masih kita punya?” melainkan “Bagaimana kita menggunakan waktu yang ada saat ini?”.
10. Know that change is constant (ketahuilah bahwa perubahan adalah konstan)

 Dua Puluh Kompetensi yang disampaikan Phil Barker:


1. Kompetensi 1 : Praktisi menunjukkan kapasitas untuk mendengarkan secara aktif
cerita orang
2. Kompetensi 2 : Praktisi menunjukkan komitmen untuk membantu orang dengan
mengetahui permasalahannya karena sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
proses perawatan .
3. Kompetensi 3 : Praktisi membantu orang mengekspresikan perasaan pasien
4. Kompetensi 4 : Praktisi membantu orang mengekspresikan dirinya /
pemahamannya tentang pengalaman tertentu melalui penggunaan cerita pribadi ,
anekdot , perumpamaan atau metafora .
5. Kompetensi 5 : Praktisi menunjukkan minat dalam cerita seseorang dengan
meminta klarifikasi dari titik-titik tertentu , dan meminta contoh-contoh lebih
lanjut atau rincian .
6. Kompetensi 6 : Praktisi menunjukkan kesediaan untuk membantu orang
7. Kompetensi 7 : Praktisi mengembangkan rencana perawatan berbasis
permasalahan pasien.
8. Kompetensi 8 : Praktisi membantu orang mengidentifikasi masalah spesifik hidup
, dan apa yang mungkin perlu dilakukan untuk mengatasinya .
9. Kompetensi 9 : Praktisi membantu orang mengembangkan kesadaran dari apa
yang bekerja untuk atau terhadap mereka , dalam kaitannya dengan masalah-
masalah khusus hidup .
10. Kompetensi 10 : Praktisi menunjukkan minat dalam mengidentifikasi apa yang
orang berpikir orang-orang tertentu yang dapat atau mungkin bisa lakukan untuk
membantu mereka lebih lanjut dalam menangani masalah spesifik hidup
11. Kompetensi 11 : Praktisi membantu orang mengidentifikasi jenis perubahan akan
merupakan langkah ke arah penyelesaian atau bergerak menjauh dari suatu
masalah tertentu hidup .
12. Kompetensi 12 : Praktisi membantu orang mengidentifikasi apa yang harus
dilakukan dalam waktu dekat.
13. Kompetensi 13 : Praktisi membantu orang mengembangkan kesadaran mereka
bahwa waktu khusus sedang diberikan untuk mengatasi kebutuhan spesifik
mereka .
14. Kompetensi 14 : Praktisi mengakui nilai waktu orang tersebut memberikan
kepada proses penilaian dan perawatan pengiriman.
15. Kompetensi 15 : Praktisi membantu orang mengidentifikasi dan mengembangkan
kesadaran kekuatan dan kelemahan pribadi.
16. Kompetensi 16 : Praktisi membantu orang mengembangkan keyakinan diri ,
karena itu mempromosikan kemampuan mereka untuk membantu diri mereka
sendiri .
17. Kompetensi 17 : Praktisi membantu orang mengembangkan kesadaran subtlest
perubahan – dalam pikiran , perasaan atau tindakan .
18. Kompetensi 18 : Praktisi membantu orang mengembangkan kesadaran tentang
bagaimana mereka , orang lain atau peristiwa telah mempengaruhi perubahan ini
19. Kompetensi 19 : Praktisi bertujuan untuk memastikan bahwa orang tersebut sadar
, setiap saat , tujuan dari semua proses perawatan .
20. Kompetensi 20 : Praktisi memastikan bahwa orang tersebut dilengkapi dengan
salinan dari semua dokumen penilaian dan perencanaan perawatan untuk
referensi mereka sendiri .

Hal ini merupakan pengalaman umum bagi semua orang,Tidal model berawal dari empat poin
penting, yaitu:

1. Fokus terapeutik yang utama dalam kesehatan jiwa ialah dalam komunitas.

Manusia hidup di “lautan pengalaman” dan krisis kejiwaan hanyalah satu dari sekian banyak
hal yang dapat “menenggalamkan” mereka. Tujuan keperawatan atau asuhan kesehatan jiwa
ialah untuk mengembalikan mereka ke “lautan pengalaman” tersebut sehingga mereka dapat
melanjutkan perjalanan hidup mereka.

2. Perubahan merupakan proses yang terus berjalan dan konstan

Manusia akan terus berubah, namun kadang mereka tidak menyadarinya. Salah satu tujuan
utama intervensi yang dilakukan ialah untuk membantu klien membangun kesadaran bahwa
sekecil apapun perubahan itu akan membawa dampak yang besar bagi hidupnya.
3. Kekuatan terletak pada proses asuhan

Perawat membantu klien untuk mengidentifikasi bagaimana ia dapat lebih berperan dalam
hidupnya dan mengontrol hidupnya serta pengalaman yang didapatnya.

4. Perawat dan klien adalah satu, tidak dapat dipisahkan seperti penari dalam sebuah tarian

TEORI BECK

Aaron Temkin Beck dilahirkan pada tanggal 18 Juli 1921 di Providence, Rhode Island. Beck
merupakan anak bungsu dari empat saudara kandung yang terlahir dari imigran Yahudi Rusia. Pada
tahun 1950, Beck menikah dengan Phyllis W. Beck dan dikaruniai 4 anak. Beck merupakan lulusan
dari bidang medis sekolah kedokteran di Yale Medical School pada tahun 1946. Ia menghabiskan 2
tahun sebagai penerima beasiswa di Austen Riggs, dimana ia memperoleh pengalaman substansial
dalam melakukan psikoterapi jangka panjang dan juga bekerja sebagai asisten kepala neuropsikiatri di
rumah sakit tentara Valley Forge. Selanjutnya, Beck bergabung dengan Departemen Psikiatri
Universitas Pennsylvania pada tahun 1954 dan menjadi anggota dari National Institute of Mental
Health, menjadi dewan redaksi untuk berbagai jurnal dan memberikan kuliah di beberapa Negara.
Sejak tahun 1959, Beck telah menjadi direktur utama beragam penelitian yang didanai untuk
investigasi terapi kognitif dan psikopatologi bagi penderita depresi, kasus bunuh diri, kecemasan,
gangguan merasa panik, pecandu alcohol, penyalahgunaan narkotika, gangguan makan, gangguan
kepribadian, dan skizofrenia. Aaron Temkin Beck adalah presiden dari Institute Beck untuk terapi
kognitif dan Direktur dari Unit Penelitian Psikopatologi di Universitas.

A. Teori Kognitif Beck

Aaron Beck dikenal sebagai ‘Bapak dari Terapi Kognitif’. Beck mengembangkan terapi
kognitif dengan suatu pemikiran bahwa pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seorang individu
menghasilkan sebuah kognisi atau pemikiran-pemikiran. Kognisi-kognisi tersebut berkaitan dengan
skema, yaitu keyakinan-keyakinan dasar yang terus berkembang dari awal kehidupan, guna
menciptakan penilaian kita terhadap dunia dan menentukan keadaan emosional dan perilaku kita.
Beck mempercayai bahwa gangguan-gangguan emosi tercipta dari sikap negatif dan juga pemikiran
yang menyimpang.

Sebenarnya teori kognitif dari Aaron Beck banyak dipengaruhi oleh tulisan dari George Kelly
dan Albert Ellis. Pada akhirnya Beck memfokuskan pada depresi, walaupun begitu, ia tetap mencari
tahu pendekatan untuk mengklarifikasi gangguan-gangguan lainnya. Dalam setiap penelitiannya,
Beck berusaha untuk mengidentifikasi unsur kognitif mana yang dapat membuat seorang individu
mengalami suatu gangguan, setelahnya hal itu dikembangkan dan diuji langkah-langkah yang
sistematis untuk memformulasikan petunjuk arahan dalam terapi.

Pada teori kognitif dari Beck ada yang namanya ‘Triad Kognitif Depresi’. Ketiga pandangan
negatif tersebut melibatkan hal-hal seperti dibawah ini:

a. Pandangan negatif tentang diri sendiri – seperti “Saya tidak mampu, tidak diinginkan, tidak
berharga”
b. Pandangan negatif tentang dunia – seperti “Dunia terlalu banyak menuntut dan hidup ini
seperti pertarungan tak berkesudahan”
c. Pandangan negatif tentang masa depan – seperti “Dalam hidup selalu ada penderitaan dan itu
terjadi kepada saya saat ini dan di masa depan saya”

Dari ketiga pemikiran diatas dapat membuat seseorang menjadi depresi. Seseorang yang
depresi cenderung mengalami kegagalan pemrosesan informasi, seperti membesar-besarkan
permasalahan kecil dan mengovergeneralisasi suatu penolakan ke keyakinan. Masalah-masalah
pikiran, skema negatif dan kesalahan kognitif inilah yang menyebabkan depresi.

Terapi kognitif dari Beck, berawal dari keyakinan bahwa apa yang kita pikirkan
mempengaruhi apa yang kita rasakan, cara kita berperilaku, dan sikap kita terhadap lingkungan
disekitar. Faktanya, studi menunjukan bahwa kekacauan emosi kita dapat ditelusuri dari penilaian kita
terhadap kejadian-kejadian di masa lampau. Para terapis kognitif pun meyakini bahwa pemikiran yang
menyimpang dari klien tentang dirinya, dunianya dan masa depan merupakan faktor utama yang
membuat mereka depresi.

Berikut adalah beberapa penyimpangan kognitif yang dirumuskan oleh Beck:

1. All-or-Nothing Thinking: Yaitu suatu keadaan dimana kita melihat semua hal dalam kategori
hitam-dan-putih. Disaat penampilan anda jauh dari kata sempurna, anda melihat diri anda
sebagai kesalahan yang mutlak.
2. Overgeneralization: Dimana saat anda mengalami suatu peristiwa yang kurang baik, maka
anda meanggap hal tersebut sebagai sebuah pola kesalahan yang tidak ada ujungnya.
3. Disqualifying The Positive: Suatu keadaan dimana anda menolak suatu peristiwa positif,
dengan bersikeras bahwa hal tersebut tidak berkesinambungan untuk beberapa alasan.
4. Emotional Reasoning: Suatu keadaan dimana anda menganggap kalau emosi negatif anda
merefleksikan bagaimana segala sesuatu hal akan terjadi – seperti “I feel it, therefore it must
be true”
B. Teknik-Teknik Konseling
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam konseling kognitif Beck digunakan untuk
mengubah kognisi konseling yang tidak realistik menjadi lebih realistik. Beberapa teknik tersebut
menurut Seligman (2006) antara lain:

a) Penjadwalan kegiatan. Teknik yang memberi kesempatan pada konseli untuk mencoba
perilaku dan cara-cara berpikir baru dan mendorong mereka untuk tetap aktif meskipun
merasa tidak nyaman teknik ini sangat efektif jika digunakan untuk konseli yang mengalami
depresi dan kecemasan.
b) Imajeri mental dan emosional. Teknik ini dapat digunakan untuk membantu konseli
memimpikan dan mencoba cara-cara baru dalam merasa dan berpikir.
c) Modeling tertutup dan modeling terbuka. Suatu teknik yang digunakan untuk melatih konseli
secara mental bentuk-bentuk perilaku baru yang lebih efektif dan menciptakan suatu model
kognitif bagi dirinya sendiri untuk membentuk perilaku tersebut dengan baik.
d) Penghentian pikiran. Teknik ini efektif untuk membantu konseli yang terus-menerus memiliki
pikiran negatif tentang dirinya dan menyalahkan dirinya bagi kegagalan-kegagalan yang
dialaminya.
e) Diversions atau distraction. Teknik ini dapat membantu individu mengurangi pikiran negatif
yang mereka alami.
f) Self talk. Teknik di mana konseli mengulang-ulang perkataan positif dan menyenangkan
dalam pikirannya. Contohnya, “aku dapat melakukannya”, “aku pasti berhasil”.
g) Afirmasi. Afirmasi memiliki hubungan dengan self talk. Afirmasi adalah slogan pendek yang
positif dan menguatkan.
h) Diari kejadian. Realistik dan mengubah kognitif, emosi, serta berupaya membuat perubahan
yang positif dapat meningkatkan kesadaran seseorang terhadap pengalaman mereka. Tulisan
dalam diari kejadian dapat dijadikan bahan penting untuk didiskusikan dalam sesi konseling
dan dapat dijadikan sebuah jalan untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih positif.
i) Menulis surat. Menulis surat dapat menyediakan jalan untuk mengeksplorasi pikiran dan
perasaan. Hasil eksplorasi pikiran dan perasaan dalam menulis surat tersebut dapat dijadikan
bahan penting dalam konseling dalam rangka mencari jalan perubahan ke arah yang lebih
baik.
j) Systematic assessment of alternatives. Ini adalah sebuah strategi untuk membantu seseorang
dalam membuat keputusan atau memilih suatu hal.
k) Reframing dan relabeling. Teknik yang digunakan untuk membantu konseli membentuk atau
mengembangkan pikiran lain yang berbeda tentang dirinya.
l) Bermain peran. Bermain peran dapat menyediakan seseorang untuk mengaktualisasikan
beberapa pikiran baru mereka.
m) Biblioterapi. Teknik yang efektif jika digunakan untuk membantu konseli memodifikasi
pikiran-pikiran mereka dengan cara memberikan bacaan yang berisikan cerita tentang orang-
orang yang berhasil dalam menangani masalah mereka.

C. Tokoh Serta Turunan Teori Kognitif Beck


Meskipun banyak teori kognitif Beck didasarkan pada pengamatan dari kerja klinis, ia dan
rekan-rekannya juga telah dipengaruhi oleh teori-teori psikoterapi lain, psikologi kognitif, dan
ilmu kognitif. Karena pelatihan sebagai psikoanalis, Beck menarik beberapa konsep dari
psikoanalisis ke dalam karyanya sendiri. Selain itu, ada kesamaan antara terapi kognitif dan karya
Albert Ellis dan Alfred Adler, terutama penekanan mereka pada pentingnya keyakinan. Juga, teori
George Kelly tentang theory of personal constructs dan karya Jean Piaget tentang perkembangan
kognisi berperan dalam memahami kognisi dalam kepribadian. Selain itu, aspek ilmu kognitif
juga memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan psikoterapi kognitif.
Psikoanalisis dan berbagi terapi kognitif berpandangan bahwa perilaku dapat dipengaruhi oleh
keyakinan bahwa individu memiliki sedikit atau tidak ada kesadaran. Jika Freud berhipotesis
tentang pikiran bawah sadar, Beck telah difokuskan pada pikiran otomatis yang dapat
menyebabkan kesulitan. Dengan demikian, teori-teori Freud tentang gangguan psikologis menjadi
titik awal dari mana terapi kognitif dikembangkan.

Lebih mirip dalam teori dan praktek adalah ide-ide dari Adler, yang menekankan sifat
kognitif individu dan keyakinan mereka. Meskipun Adlerian telah berfokus pada pengembangan
keyakinan, mereka juga menciptakan sejumlah strategi untuk membawa perubahan dalam
persepsi. Adler dan Beck berbagi pendekatan aktif terhadap terapi, menggunakan dialog spesifik
dan langsung dengan pasien untuk membawa perubahan.

Demikian pula, Albert Ellis (1962) telah menggunakan pendekatan aktif dan menantang
untuk menghadapi keyakinan irasional. Beck dan Ellis menantang sistem kepercayaan pasien
mereka melalui interaksi langsung. Mereka percaya bahwa dengan mengubah asumsi akurat, klien
dapat membuat perubahan penting untuk mengatasi gangguan psikologis. Meskipun ada
perbedaan yang jelas, yang akan dibahas kemudian, kesamaan antara Beck dan sistem Ellis ini
telah melayani untuk memperkuat dampak dari terapi kognitif pada bidang psikoterapi, baik
melalui tulisan-tulisan dari kedua teori dan penelitian yang luas mengenai efektivitas kedua
pendekatan.

Meskipun tidak secara langsung berhubungan dengan terapi kognitif sebagai karya
psikoterapis, teori Kelly tentang theory of personal constructs mengeksplorasi peran kognisi
dalam pengembangan kepribadian. Ada kemiripan antara theory of personal constructs Kelly dan
skema Beck, keduanya menggambarkan karakteristik sistem keyakinan individu. Juga, kedua
teori berbagi penekanan pada peran keyakinan dalam mengubah perilaku.
Sebuah pendekatan yang sangat berbeda untuk mempelajari kognisi diambil oleh Piaget, yang
tertarik pada cara individu belajar. Dalam studinya keterampilan intelektual anak-anak, Piaget
menggambarkan empat periode utama perkembangan kognitif: sensorimotor, preoperations,
operasional konkrit, dan operasional formal. Dalam membahas implikasi dari teori Piaget untuk
psikoterapi, Ronen (1997, 2003) telah menggambarkan bagaimana hal itu dapat membantu untuk
mencocokkan teknik psikoterapi terapi kognitif dengan tahap individu perkembangan kognitif.

TEORI SWANSON

Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari 1953 di Provinsi
Rhode Island. Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum laude) dari University of Rhode Island
College of Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada
University of Massachusetts Medical Center di Worcester. Setelah menerima gelar Magister
Keperawatan pada tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai instruktur klinik
keperawatan medikal bedah di University of Pennsylvania School of Nursing dan terdaftar pada
program Ph.D keperawatan di University of Colorado in Denver, Colorado. Ia mempelajari
psikososial keperawatan yang menekankan pada konsep kehilangan, stress, coping, hubungan
interpersonal, individu dan kepribadian, lingkungan dan kepedulian (caring).
A. Konsep Teori Caring Kristen Swanson
Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya pada wanita
yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang
secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan
kesehatan (Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan
pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk
merawat pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan
dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang
terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan
yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal
yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran
perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat
tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu
pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan
dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring yang
terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara
emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri,
memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta
menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya.
Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring. Caring didefinisikan sebagai ´a
nurturing way of relating to a valued other toward whom one feels a personal sense of commitment
and responsibility`. Kata kunci dari definisi tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang
bernilai kepada klien dengan penuh rasa komitment dan tanggung jawab.

B. Struktur Caring Swanson

Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan Swanson.
Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika hubungan pasien-
perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear, namun juga harus dianggap
sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk
membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien
mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan membantu untuk
memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini sangat penting terutama dalam
kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa
yang sangat traumatis seperti keguguran (Swanson & Wojnar, 2004).
Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk mempertahankan keyakinan,
adalah "knowing". Dalam proses “knowing”, perawat berusaha untuk memahami apa arti situasi yang
terjadi saat ini bagi pasien, hal ini muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang
menciptakan seseorang dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat
mempengaruhi seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien, perawat
kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikan tindakan terapi dan intervensi
bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses "enabling" yang memungkinkan pasien untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraannya.

C. Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson


Menurut Swanson ada lima dimensi yang mendasari konsep Caring

1. Maintaining Belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa
transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini
kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil
hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah
untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu
menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan
mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek
keperawatan.
Subdimensi:
a. Believing in
Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut
bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.
b. Offering a hope-filled attitude
Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami
dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.
c. Maintaining realistic optimism
Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien
secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang
sama.
d. Helping to find meaning
Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan
menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien.
e. Going the distance (menjaga jarak)
Semakin jauh menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-
klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat
dan responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien.
2. Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam
kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing
adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui
kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk
verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi
asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing
adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan.
Subdimensi:
a. Avoiding assumptions
Menghindari asumsi-asumsi
b. Assessing thoroughly
Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural
c. Seeking clues
Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam
d. Centering on the one cared for
Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan
e. Engaging the self of both
Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan
asuhan keperawatan yang efektif

3. Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi
perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud menawarkan
kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak
diinginkan.
Subdimensi:
a. Non-burdening
Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan
tindakan keperawatan
b. Convering availability
Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk
mencapai tahap kesejahteraan / well being.
c. Enduring with
Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien
d. Sharing feelings
Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien.
Dengan “Being with” perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh,
nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan
membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.

4. Doing For
Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan,
mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
Subdimensi:
a. Comforting ( memberikan kenyamanan)
Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada
klien dan menjaga privasi klien.
b. Performing competently ( menunjukkan ketrampilan)
Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga
menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional
c. Preserving dignity (menjaga martabat klien)
Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.
d. Anticipating ( mengatisipasi )
Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga
e. Protecting (melindungi)
Melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis

5. Enablings
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati
masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah
dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan,
berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan
penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara
memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback.
Subdimensi:
a. Validating (memvalidasi)
Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
b. Informing( memberikan informasi)
Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka
memberdayakan klien dan keluarga klien.
c. Supporting (mendukung)
Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being sesuai
kapasitas sebagai perawat
d. Feedback (memberikan umpan balik)
Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai
kesembuhan / well being
e. Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan membuat
alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya
baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis. (Potter & Perry, 2009)
D. Asumsi Teori Caring Terhadap Konsep Sentral Disiplin Ilmu Keperawatan
1. Manusia
Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson (1985)
bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki pemikiran, perasaan dan
tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap orang dipengaruhi oleh warisan genetik, anugerah
spiritual, dan kebebasan memilihnya.
2. Kesehatan
Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi perawat
membantu klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau mendapatkan kembali tingkat kesehatan
atau kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat perawat berfokus pada kesehatan sebagai
suatu kesejahteraan hidup, perawatan yang diberikan haruslah meliputi manusia sebagai manusia
yang utuh yaitu menjadi seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri dan selalu berusaha untuk
dapat berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993).
Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif, memiliki arti,
berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya pengertian integrasi dan
menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi seseorang bebas untuk diekspresikan. Aspek yang
di maksud adalah : spiritualitas, pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas, hubungan, feminine,
maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993).
3. Lingkungan
Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam keperawatan sendiri,
lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau yang terpengaruh oleh klien. Pengaruh
itu sendiri ada beberapa termasuk budaya, politik, ekonomi, sosial, biofisik, psikologi dan
spiritual. Pada saat kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap seseorang, ada
baiknya untuk mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber – sumber yang membawa
kepada situasi tersebut dan lingkungan di sekitarnya (Klausner, 1971).
4. Perawat
Swanson (1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan keperawatan
untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa ilmu keperawatan dibentuk
dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan lain seperti etika, kepribadian, estetika
yang dijadikan nilai-nilai dan harapan individu dan social secara manusiawi dan berdasarkan
pengalaman.
E. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Pandangan Swanson (1993) tentang keperawatan adalah siapa yang kita layani, bagaimana kita
memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani merupakan keharusan bagi perawat
untuk dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan, diri sendiri, fokus pada kemanusian dan caring.
Yang kemudian disempurnakan dengan adanya transaksi antara keperawatan, setiap perawat dan klien
bahwa perawat adalah profesi yang memiliki komitmen caring, pemeliharan akan martabat manusia
dan meningkatkan kesehatan.
Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam usahanya untuk
membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan yang bermanfaat dalam memberikan
petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang berguna dan efektif. Teori caring Swanson ini
juga menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan
yang berisi lima kategori atau proses.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan
yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam
keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan (Nanda
Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri
individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang
dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson (1991) menjelaskan tentang
proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup
seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan
terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi
kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup. (Potter & Perry, 2009 : 112).

TEORI RULAND

Cornelia M Ruland telah menerima gelar Ph.D-nya dalam keperawatan dari Case Western
Reserve University, Cleveland, Ohio sejak 1998. Dia sekarang menjabat sebagai Direktur Pusat
‘Shared Decicion Making and Nursing Research’ pada Universitas Rumah Sakit Rikshospitalet di
Oslo, Norwat. Di juga menjabat sebagai ‘adjunt faculty’ pada Departemen Informasi Biomedical di
Universitas Colombia, New York. Ruland telah melakukan penelitian yang mendalam terhadap
sebuah program untuk meningkatkan pembuatan keputusan secara bersama/’shared decicions making’
dan penyediaan layanan kesehatan berdasar kerjasama pasien-petugas, dan juga pengembangan,
implementasi dan evaluasi dari sistem informasi yang menyokongnya. Fokusnya adalah kepada aspek
dan alat untuk pengambilan keputusan bersama dalam situasi klinik dimana :
1. Ketika pasien dihadapkan dengan pengobatan yang sulit atau pilihan keputusan
dimana mereka memerlukan bantuan untuk mengerti potensi dari keuntuangan dan
bahaya intervensi tersebut serta opsi lainnya dan juga untuk memperoleh aspek nilai
dan keinginan pasien.
2. Managemen yang lebih disukai pasien dalam penanganan penyakit kroniknya atau
penyakit serius yang lama.
Ruland menjadi yang pertama dalam meneliti aspek-aspek yang terkait dalam beberapa proyeknya
dan telah menerima berbagai penghargaan.
A. Sejarah Teori Peaceful End of Life
Teori Peaceful End of Life dikemukakan oleh dua orang wanita yaitu :
1. Cornelia M Ruland
Cornelia M Ruland adalah seorang direktur di pusat penelitian keperawatan dankonsultasi
dalam pengambilan keputusan dalam bidang keperawatan diRikshospitales University Hospital
Oslo Norwegia. Cornelia M.Rulandmemperoleh gelar Ph.D dibidang keperawatan pada tahun
1998 di Case WesternUniversity, Cleveland, Ohio Amerika Serikat. Dia mendirikan suatu
program yaituextensive research program yang menangani pengembangan dalam
pengambilankeputusan dan kerjasama dengan pasien dalam pelayanan kesehatan,
sertapengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi dari sistem informasi dalam mendukungprogram
yang dibuatnya.Fokus kegiatan yang dilaksanakan oleh Cornelia M.Ruland adalah:
a) memberikan penjelasan ketika klien mendapatkan suatu tindakan yang sulit yangmana klien
membutuhkan bantuan untuk memahami hal tersebut serta memahamikeuntungan dan
kerugian dari alternatif tindakan yang diberikan,
b) penangananterhadap kondisi knonis atau sakit yang lama.
2. Sherly M. MooreSherly M. More adalah ketua perkumpulan penelitian dan profesor
bidangkeperawatan di School of Nursing, Case Western Reserve University. Degree
diPsychiatri and Mental Health Nursing (1990) serta gelar Ph.D bidang keperawatan4 pada
tahun 1993. Setelah studi doktoralnya selesai, dia mulai bekerja sama denganahli-ahli
keperawatan seperti Joyce J Fitzpatrick, Jean Johson, dan Elizabeth Lenzuntuk menggunakan
dan mengembangkan teori keperawatan
B. Sumber Teori peaceful end of life
Teori peaceful end life teori bersumber dari beberapa kerangka teori, yaitu sebagai berikut:
1. Struktur, proses dan outcome model
Struktur, proses dan outcome model merupakan model klasik yangdikemukakan oleh
Donabedian (Ruland and More 1998, dalam Tomey andAligood, 2006), model ini menjadi
kerangka utama dari teori End of Life (EOL). Pada teori EOF, struktur adalah system
keluarga yang menerima perawatandari tenaga professional di unit perawatan klinik/rumah
sakit. Sedangkan prosesmerupakan tindakan yang diberikan, dalam hal ini tindakan
keperawatan yangbertujuan memberikan sesuatu yang positif dan penyembuhan bagi pasien
seperti :
a) bebas dari rasa sakit,
b) mengalami kenyamanan
c) merasa dihargai dandihormati
d) berada dalam kedamaian dan ketenangan, dan
e) merasakankedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang yang merawatnya.
2. Preference Teori
Preference teori dikemukakan oleh Brandt, 1997 dengan konsep utamaadalah kualitas hidup
(quality of life), memberikan signinifikan terhadap teori EOL.Pada teori preference ini, hidup
yang baik diartikan seseorang mendapatkan sesuatusesuai dengan keinginan. Pendekatan ini
sangat cocok dengan perawatan dengan teori EOF yang bisa diterapkan pada orang yang
mengalami sakit.
C. Konsep Utama
Teori Peaceful End of Life merupakan teori yang menjelaskan upaya tenagakeperawatan dalam
memberikan pelayanan pada klien dengan tujuan memberikansesuatu yang positif terhadap klien yang
meliputi :
1. Bebas dari rasa sakit
Bebas dari penderitaan dan gejala distres merupakan bagian dari pengalamanklien EOL.
Nyeri diartikan sebagai sensori yang tidak menyenangkan ataupengalaman emosional yang
dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang potensialatau aktual. (Lenz, Suppe, Gift, Pugh,
& Milligan, 1995 dalam Tomey & Alligood,2006).
2. Merasa nyaman
Merasa nyaman (Comfort) menurut Colcaba (1991) merupakan bebas dariketidaknyamanan,
pernyataan terhadap sesuatu kesenangan, kepuasan, dan apapunyang membuat hidup mudah
atau menyenangkan (Ruland & Moore, 1998 dalamTomey & Alligood, 2006).
3. Merasa dihargai dan dihormati
Setiap klien dengan penyakit terminal dihormati dan dinilai sebagai manusia(Ruland &
Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006). Konsep inimenggabungkan pemikiran dari
penghargaan personal yang diungkapkan denganprinsip etik autonomi atau respect for
persons, yang menyatakan bahwa seseorangseharusnya diperlakukan sebagai autonomous
agents dan seseorang denganautonomi diberi hak perlindungan (United States, 1978 dalam
Tomey & Alligood,2006).
4. Berada dalam kedamaian dan ketenangan
Damai merupakan perasaan yang tenang, harmonis, dan memuaskan, bebasdari kecemasan,
kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan (Ruland & Moore, 1998dalam Tomey & Alligood,
2006). Suatu pernyataan kedamaian termasuk dalamfisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
5. Merasakan kedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang yang merawatnya
Kedekatan merupakan perasaan yang menghubungkan dengan orang lain yang merawat
(Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006). Hal itu melibatkan kedekatan fisik
dan emosional yang diungkapkan melalui ketenangan dan hubungan yang dekat.
Ruland dan Moore juga memaparkan enam (6) konsep utama yang merupakanperyataan-
peryataan yang saling berkaitan. Pernyataan-peryataan itu sebagai berikut(Ruland & Moore, 1998
dalam Tomey & Alligood, 2006) :
a) Pemantauan, penanganan menghilangkan rasa sakit, dan pemberian farmakologidan
nonfarmakologi membantu pasien dalam mengurangi rasa sakit.
b) Pencegahan, pemantauan dan menghilalangkan rasa tidak nyaman , memberikanistirahat,
memberikan relaksasi, memberikan kepuasan, dan mencegahkomplikasi membantu
kenyamanan pasien
c) Pengambilan keputusan tentang perawatan termasuk klien dan yang lainnya,memperlakukan
pasien dengan memerhatikan kewibaaan pasien, bersikapempati dan menghargai, perhatian
terhadap kebutuhan pasien, membantu pasienmerasakan diperhatikan dan dihormati.
d) Pemberian dukungan emosi, pemantau pernyataan pasien atas kecemasanterhadap tindakan
pengobatan, menumbuhkan kepercayaan, penyediaan panduanbagi pasien dan orang lain bila
menghadapi masalah praktek, dan penyediaanpresensi fisik bagi pemberi perawatanjika
diburuhkan untuk membantu pasienberada dalam kondisi damai/tenang.
e) Menghadirkan partisipasi orang lain dalam pemberian perawatan, merasakankesedihan,
kecemasan, permasalahan orang lain, dan menghadirkan kelaurgadapat membantu klien untuk
lebih dekat dengan orang lain dan orang yang merawatnya.
f) Pengalaman pasien atas bebas dari rasa sakit, merasa nyaman, merasa dihormati dan dihargai,
merasa damai/tenang dan merasa dekat dengan orang lain dan orang yang merawatnya dapat
membantu pasien menghadapi kedamaian diakhir hidupnya.
g) Teori Peaceful End of Life merupakan teori yang menjelaskan upaya tenagakeperawatan
dalam memberikan pelayanan pada klien dengan tujuan memberikan sesuatuyang positif
terhadap klien seperti bebas dari rasa sakit, merasa nyaman, merasa dihargaidan dihormati,
berada dalam kedamaian dan ketenangan, merasakan kedekatan denganorang lain yang
signifikan dan orang yang merawatnya dan juga merasakan kedekatandengan orang lain yang
signifikan dan orang yang merawatnya.
Dalam keperawatan komunitas penerapan teori Peaceful end of life sangat tepat
biladiimplementasikan pada asuhan keperawatan pada lansia, baik lansia yang berada
dalamkeluarga maupun lansia yang berada di institusi seperti panti jompo. Lansia
menganggapbahwa perasaan kasihan yang di tunjukkan kepada mereka (lansia) merupakan
suatukesalahan karena mengisyaratkan bahwa mereka (lansia) sudah tidak mampu lagimelakukan
aktifitasnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan maupun ketidaknyamanan dalam
hidupnya diluar kecemasannya terhadap penurunan aktivitas yang dialaminya.sehingga dalam hal
ini sangat tepat diterapkan teori peaceful end of life.
D. Hubungan antara beberapa konsep dari teori peaceful end of life
Teori peaceful end of life terdiri dari lima konsep yang saling berkaitan, yaitu not being in ain,
experience of comfort, experience of dignity, being at peace dan closeness to significant
others/persons who care. Kriteria proses dari setiap konsepdapat digabungkan, contohnya pain,
comfort, peace dapat dijadikan satu konsep yangsederhana, manajemen gejala fisik-psikologis.
Penggabungan kriteria proses iniberdasarkan suatu analisis konsep dan pemetaan untuk menentukan
apakah kriteriakonsep tersebut dapat digabungkan atau tidak. Konsep pain dengan dua (2)
kriteriaproses (memantau dan menghilangkan rasa sakit, memberikan tindakan farmakologi dannon
farmakologi) memiliki kedekatan hubungan dengan kriteria proses dari comfort(mencegahan,
memantauan, dan mengurangi rasa tdk nyaman pd fisik) dan criteriaproses dari peace (memonitor dan
memenuhi kebutuhan klien selama medikasi antianxiety). Intervensi non farmakologis tersebut
contohnya terapi musik, humor danrelaksasi diberikan sebagai distraksi kepada pasien yang
menjelang ajal, sangatbermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri, cemas dan ketidaknyamanan fisik
secaraumum. Penggabungan criteria proses dari setiap konsep tersebut memudahkan dan
menyederhanakan jumlah intervensi yang diberikan kepada pasien.
E. Asumsi-asumsi perlunya teori peaceful end of life
Perawatan yang kompleks dan holistik dibutuhkan untuk mendukung peacefulEOL. Asumsi
menurut teori Ruland and Moore (1998) meliputi:
1. Kejadian dan perasaan yang dialami pada klien EOL adalah personal danindividualistik
2. Pelayanan keperawatan adalah penting untuk menciptakan peaceful EOL pada klien.Perawat
mengkaji dan menginterpretasikan isyarat yang merefleksikan pengalamanEOL seseorang
serta melakukan intervensi untuk mempertahankan kedamaian atauketenangan, bahkan saat
klien tidak dapat berbicara secara verbal di akhir hidupnya.
3. Keluarga termasuk significant others dan merupakan bagian penting dalam perawatan EOL
4. Tujuan dari perawatan EOL adalah untuk memaksimalkan pengobatan sertamemberikan
perawatan yang terbaik yang disediakan dengan ukuran kenyamanan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencapai kematian yang damai atau tenang.

TEORI HUSTED
Gladys Husted lahir di Pittsbrugh, hampir selama hidupnya dia di Pittsbrugh. Dia
mendapat gelar bachelor tentang ilmu keperawatan di Universitas Pittsbrugh pada tahun 1962
dan memulai praktik dipelayanan kesehatan dan merawat pasien pasca bedah. Pada tahun
1968 dia mendapat gelar master keperawatan sambil mengajar di Louise Suyden School Of
Nursing at St. Margaret’s Memorial Hospital di Pittsbrugh.
James Husted lahir di Kingston, Pennsylvania ketika dia berada di ketentaraan
Jerman. Dia lebih tertarik pada permasalahan etik akhirnya, dia melepas karirnya sebagai
tentara dan berfokus pada perusahaan asuransi kesehatan dan pada tahun 1974 dia menikah
dengan Gladys yang akhirnya pertemuan atau pernikahan mereka menjadi awal dari teori
Symphonologi karena teori tersebut hasil dari diskusi mereka.
A. Sumber Teori
Menurut Husted pengertian dari Symphonologi adalah pembelajaran tentang
kesepakatan dan bagian – bagian yang penting untuk terjadinya kesepakatan. Dalam
pelayanan kesehatan Symphonologi dapat berarti kesepakatan antara tenaga medis dengan
pasien. Pengembangan teori ini berawal untuk membangun praktek berdasarkan kesepakatan
dengan membuat model yang menjelaskan langkah yang benar untuk tenaga medis dan
pasien. Nama teori ini berasal dari Yunani yaitu Symphoni yang berarti kesepakatan
Etik adalah sistem standar untuk memajukan, menentukan dan membenarkan perilaku
untuk mendapatkan tujuan utama dan dasar. Etik juga dapat diartikan sebagai pengetahuan
untuk menjadikan kehidupan lebih baik dan teratur.
B. Konsep Utama dan Definisi
1. Kesepakatan bersama
Kesepakatan bersama dalam hubungan tenaga medis dengan pasien terbentuk dari
bertemunya profesinalisme dan kebutuhan pasien. Keputusan bersama ini bagi pasien
merupakan keinginan atau kebutuhan pasien, sedangkan bagi tenaga medis keputusan
bersama berdasarkan kebutuhan pasien tanpa terjadinya interaksi antara dua
kepentingan tersebut yang berkesuaian maka tidak akan terjadi keputusan bersama
2. Kesehatan
Kesehatan adalah konsep yang berlaku pada tiap potensi dari seseorang untuk
menunjang kehidupannya. Kesehatan bukan hanya fisik tapi juga psikis.
3. Keperawatan
Keperawatan dapat mendorong dan meningkatkan kualitas dari pasien untuk
menunjang hidup, kesehatan, dan interaksi yang baik.
4. Pasien
Pasien adalah individu dengan karakter unik, memilik hak untuk mendapatkan
tujuannya berdasarkan pilihannya sendiri. Tujuan tersebut dapat berhubungan untuk
bertahan dan meningkatkan hidupnya.
C. Inti Teori
Symphonologi dapat dikalsifikasikan dalam Grand Theory karena lingkupnya yang
luas. Husted membuat Teori Symphonologi tidak hanya dari perkembangan yang alami
dalam pekerjaan tetapi juga karena kebutuhan dalam pedoman utama yang berhubungan
dengan permasalahan etik dalam perawatan kesehatan.
 Hak
Menurut Husted hak adalah elemen penting dalam etik. Symphonologi menjadikan hak
sebagai konsep utama. Hak adalah hasil dari kesepakatan implisit antara makhluk -
makhluk rasional, dibuat dan diselenggarakan berdasarkan rasionalitas mereka, tidak
mendapatkan tindakan dari satu sama lain, atau untuk menempatkan satu sama lain dalam
keadaan apapun kecuali melalui persetujuan sukarela.
 Standar Bioethical
Kebaikan adalah standar etik dari sebuah praktik kesehatan. Kesepakatan antara
hubungan pelayanan kesehatan perawat dengan pasien berlandaskan kebaikan.
Berdasarkan asas kebaikan tersebut maka standar biethical mempunyai cabang yaitu
otonomy, freedom, objectivity, beneficence, self-assertion, dan fidelity.
1. Otonomy
Otonomy adalah keunikan individu, merupakan karakter utama yang mambangun
individu tersebut. Individu mempunyai hak untuk bertindak karena keinginan atau
kepentingan pribadinya. Jika seorang tenaga medis mengambil kesepakatan tindakan
berdasarkan otonomy pasien maka tenaga medis tersebut membantu pasien membuat
tujuan dan tindakan terhadap pasien sendiri.
2. Freedom
Freedom adalah kekuatan (hak) untuk mengambil keputusan jangka panjang
berdasarkan pada evaluasi diri sendiri terhadap situasi dan kondisi. Jika seorang
tenaga medis mengambil kesepakatan tindakan berdasarkan freedom maka tenaga
medis membantu pasien untuk memiliki visi dan motivasi yang jelas dalam jangka
panjang berdasarkan keinginan pasien dengan mengikuti perubahan situasi dan
kondisi
3. Objectivity
Objectivity adalah kemampuan untuk mengetahui dan bertindak terhadap sesuatu
berdasarkan penilaian diri sendiri. Jika seorang tenaga medis mengambil kesepakatan
tindakan berdasarkan objectivity maka tenaga medis membantu pasien untuk
memungkinkan bertindak tepat berdasarkan otonomi dan kesadaran pasien sesuai
dengan penilaian pasien sendiri
4. Beneficence
Beneficence adalah kemampuan dalam mengambil keputusan dan bertindak untuk
memperoleh manfaat yang sesuai dengan manfaat dan tujuan seseorang. Jika seorang
tenaga medis mengambil kesepakatan tindakan berdasarkan beneficence maka tenaga
medis tersebut membantu pasien mengambil keputusan untuk kebaikan dan manfaat
yang tertinggi untuk diri pasien sendiri dengan meminimalkan bahaya atau efek
samping terhadap pasien tersebut
5. Self-assertion
Self-assertion adalah hak dan kemampuan pasien untuk menganmbil keputusan. Jika
seorang tenaga medis mengambil kesepakatan tindakan berdasarkan self-assertion
maka tenaga medis tersebut membantu pasien mengambil keputusan seseuai dengan
keinginan pasien sendiri walaupun itu dinilai negatif bagi lingkungan pasien.
6. Fidelity
Fidelity adalah hak dari pasien untuk mempercayai sepenuhnya tindakan tenaga medis
terhadap dirinya tanpa mengetahui baik dan buruknya. Jika seorang tenaga medis
mengambil kesepakatan tindakan berdasarkan fidelity maka tenaga medis tersebut
dituntut untuk bertindak profesional.
 Keyakinan
Menurut Gladys sebuah tindakan medis disepakati berdasarkan keyakinan dari tingkat
keilmuan, kesadaran dan atau situasi.
TEORI ANNE BOYKINS SAVINA O SCHOENHOFER

A. Sejarah
1. Anne Boykin
Anne Boykin dibesarkan di Kaukauna, Wisconsin, sulung dari enam bersaudara. Dia
memulai karirnya di keperawatan tahun 1966, lulus dari Alverno College di
Milwaukee, Wisconsin. Dia menerima gelar Master-nya dari Emory University di
Atlanta, Georgia, dan Doktor nya dari Vanderbilt University di Nashville, Tennessee.
Karya ilmiah Boykin yang berpusat pada kepedulian sebagai landasan untuk
keperawatan. Hal ini dibuktikan dalam bukunya (ditulis bersama dengan
Schoenhofer), Keperawatan sebagai Caring: Sebuah Model untuk Transformasi
Praktek (1993-2001) dan bukunya, Hidup Program Caring Berbasis (1994). Dia telah
menulis banyak buku dan artikel dan berfungsi sebagai konsultan local, regional,
nasional, dan internasional pada topik caring.
2. Savina O Schoenhofer
Savina O. Schoenhofer lahir anak kedua dan putri tertua di keluarga dari sembilan
bersaudara. Studi keperawatan awalnya selesai di Wichita State University, di mana ia
memperoleh gelar sarjana dan pascasarjana di bidang keperawatan, psikologi
konseling, dan. Dia menyelesaikan PhD di pendidikan dasar dan administrasi di
Kansas State University pada tahun 1993.
Karirnya di keperawatan telah dipengaruhi secara signifikan oleh tiga rekan: Letnan
Kolonel Ann Ashjian (Pur), yang masyarakatnya praktik keperawatan di Brazil
disajikan model inspirasi keperawatan, Marilyn E. Parker., PhD seorang rekan
fakultas yang dibimbing dia di Ilmu keperawatan sebagai suatu disiplin, peran
akademik pendidikan tinggi, dan dunia teori keperawatan, dan Anne Boykin., PhD,
yang memperkenalkannya kepada kepedulian sebagai bidang substantif studi
keperawatan. Schoenhofer menciptakan Teori Keperawatan sebagai Caring.

B. Analisis Teori/ Model Konseptual Anne Boykin dan Savina O Schoenhofer Dalam
Nursing As Caring
1. Major concepts dan definitions
a. FOCUS AND INTENTION OF NURSING
Dalam konsepnya Anne Boykin dan Savina O Schoenhofer menjelaskan bahwa
Nursing as caring mempunyai dasar fokus yaitu merawat sesorang dalam
kehidupannya dengan caring dan menumbuhkan sikap atau perilaku caring /
kepedulian. Dari fokus tersebut Anne Boykin dan Savina O Schoenhofer memiliki
tujuan utama dari nursing as caring yaitu merawat klien sehingga klien seperti
dirumah sendiri. Dalam aplikasi keperawatan konsep ini lebih cenderung
meningkatkan kenyamanan pasien sehingga pasien merasa seperti dirumahnya
sendiri. Untuk memenuhi konsep tersebut tugas perawat yaitu mengenalkan diri
agar pasien tidak merasa asing dengan perawat dan tugas selanjutnya
mengorentasikan lingkungan rumah sakit lebih sepesifiknya lingkungan ruangan
klien dirawat.
b. PERSPECTIVE OF PERSONS AS CARING
etelah Anne Boykin dan Savina O Schoenhofer menyampaikan fokus dan tujuan
utama dari teorinya nursing as caring beliau juga mengemukakan konsep
pandangan orang terhadap caring. Disini mempunyai makna bahwa caring adalah
sebuah proses dalam kehidupan, setiap orang tumbuh dalam kapasitasnya masing
– masing dalam caring. Dari persepektif boykin, sebenarnya setiap orang
mempunyai sifat caring / peduli sesama manusia meskipun kelihatannya tindakan
seseorang tidak menunjukan caring. Dalam aplikasi di dunia keperawatan caring
antara klien dan perawat ini secara tidak langsung terbentuk dalam praktiknya
perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang obat yang akan diberikan
maka disini ada sifat caring dari klien yaitu menerima pengetahuan yang diberikan
dari perawat.
c. NURSING SITUATION
Caring adalah jasa yang diberikan oleh perawat dalam konteks situasi
keperawatan . menurut boykin dan savina nursing situation adalah semua keadaan
, proses, dan tempat kegiatan yang berhubungan dengan keperawatan yang
melibatkan ekspresi terhadap nilai-nilai, tujuan, dan tindakan dari dua orang atau
lebih yang memilih untuk saling berhubungan . Dalam praktiknya perawat harus
mengetahui kondisi klien, apa yang akan dilakukan untuk klien, guna mewujdkan
tujuan dari keperawatan, dalam hal ini perawat tidak hanya bekerja sendirian
tetapi lebih dalam kolaborasi antar tenaga medis.
d. PERSONHOOD
Konsep dari personhood ini adalah proses kehidupan yang dipengaruhi oleh
kepedulian/ caring . personhood mengiplikasikan siapa kita dan bagaimana kita
mau peduli dengan orang lain dan bagaimana kita menerima kepedulian orang
lain. Dalam keperawatan yang caring menghormati diri sebagai pribadi dan
menghormati lainnya adalah nilai-nilai yang menegaskan kepribadian yang
dimiliki perawat. Dalam aplikasinya perawat seharusnya menghormati hak-hak
pasien, jika ada pasien perempuan tidak mau dirawat oleh perawat laki-laki karena
menurut klien dipandang dari segi spiritual klien itu hal yang kurang baik maka
kita harus menghormati dan menghargai klien dengan menempatkan perawat
perempuan untuk merawatnya.
e. DIRECT INVITATION
Dalam situasi keperawatan direct invitation membuka hubungan caring antara
perawat dan yang dirawat. Dengan intensitas yang baik kedatangan perawat
langsung kepada klien untuk sekedar apa yang dirasakan klien kemudian apa yang
dibutuhkan klien, hal ini akan membuka sikap caring antar perawat dan klien.
Dalam prakteknya konsep ini sudah banyak di lakukan oleh perawat kita, bahwa
tindakan perawat yang sering melihat kondisi klien secara langsung dan
menanyakan apa yang dirasakan oleh klien, apa yang dibutuhkan klien hal
semacam ini dapat menumbuhkan caring antara perawat dan pasien.
f. CALL FOR NURSING
Dalam konsep ini boykin menjelaskan bahwa perawat tanpa diminta oleh klien ,
perawat bisa mengetahui apa yang dibutuhkan klien. Hal semacam ini tidak bisa
diprediksi dari keinginan klien tapi perawat tahu apa yang dibutuhkan klien, inilah
situasi yang unik dalam keperawatan. Dalam aplikasinya perawat seharusnya
cepat tanggap apa yang terjadi pada pasien contohnya saat klien merasa kesakitan
karena luka opersinya maka perawat harus melakukan intervensi keperawatan
tanpa harus menunggu panggilan dari keluarga maupun instruksi tenaga medis
lain, perawat harus melakukan implementasi untuk mengurangi rasa nyeri dalam
konteks keperawatan antara lain dengan tehnik nonfamakologi ataupun distraksi
lingkungan.
g. CARING BETWEEN
Dalam pengertian kepedulian sesama ini dapat digambarkan yaitu Ketika perawat
masuk dalam kehidupannya klien dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan
perawatan klien , pertemuan antara perawat dan yang dirawat memberikan reaksi
saling peduli. Sehingga antara perawat dan klien masing-masing mengekspresikan
diri dan menerima orang lain menjadi orang yang peduli terhadap dirinya. Alikasi
keperawatnnya yaitu dari intensitas bertemunya perawat dan pasien dengan
adanya saling menerima maka caring akan semakin kuat sehingga klien mau
menerima orang lain dalam hal ini perawat yang peduli terhadap dirinya.
h. NURSING RESPON
Dalam menanggapi permintaan klien akan kebutuhan klien , perawat masuk pada
situasi keperawatan dengan tujuan untuk mengetahui orang yang sedang di rawat.
Setelah masuk dalam nursing situasion maka perawat mengetahui akan kebutuhan
klien dan selanjutnya perawat memberikan respon, respon ini bisa membawa
dalam keadaan yang khusus dan unik.
i. STORY AS METHOD FOR KNOWING NURSING
Bercerita adalah metode yang unik dalam hal keperawatan dengan saling bercerita
/ mengobrol, perawat dapat mengidentifikasi apa yang terjadi dari klien mulai dari
awal mula terkena suatu masalah kesehatan sampai dalam penatalaksanaan
keperawatan. Sehingga boykin dan savina memasukan bercerita merupakan hal
yang dapat dimasukan sebagai nursing as caring. Dalam prakteknya pendekatan
dengan bercerita ini lebih dapat diterima dan dapat secara cepat menumbuhkan
caring antara perawat dan yang dirawat, perawat dapat mengidentifikasi masalah
yang terjadi pada klien dengan perawat memulai agar klien bercerita tentang apa
yang terjadi pada klien sebelum masuk kerumah sakit. Dan perawat juga dapat
menggunakan tehnik bercerita untuk implementasinya contohnya perawat
bercerita tentang kliennya yang dulu dengan penyakit yang sama dengan klien
sekarang bahwa klien yang dirawatnya dulu cepat sembuh karena beliau
mamatuhi aturan-aturan yang dintruksikan dan selalu rutin minum obat, hal ini
dapat memotivasi klien untuk meniru klien yang dahulu guna untuk tujuan
keperawatan mewujudkan manusia yang sehat.
2. Boykin dan Schoenhofer menambahkan 6 asumsi utama yang mencerminkan
nilai-nilai pemahaman dan penjelasan arti dari keperawatan.

a. Orang – orang yang memiliki sikap caring didasarkan atas otology dan etika
lingkungan, dimana orang yang hidup di lingkungan yang penuh dengan caring
memberikan kemungkinan bahwa orang tersebut mempunyai jiwa caring /
kepedulian juga.
b. Manusia sebagai makhluk yang utuh , menghormati manusia yang utuh berarti
menghargai manusia sebagai manusia yang mulia.
c. Kepedulian atau caring adalah proses kehidupan yang selalu ada dan tetap
berlangsung dalam lika – liku kehidupan kita secara terus menerus
mengekpresikan diri kita sebagai orang yang peduli. Boykin berkata bagaimana
cara kita mengekpesikan kepedulian.
d. Personhood adalah hubungan antar manusia dalam proses kehidupan dalam
menumbuhkan kepedulian dalam berkehidupan social.
e. Persoonhood bisa muncul melalui kontak/ komunikasi antara perawat dan yang di
rawat.
f. Keperawatan adalah ilmu dalam profesi. Ilmu keperawatan adalah cara
mengetahui , memanusiakan, dan menghargai manusia yang hidup bersama
dengan manusia lainnya. Sedangkan profesi menurut boykin yaitu
mengaplikasikan ilmu keperawatan yang sudah diketahui untuk merespon
manusia.

C. Kesimpulan

Boykin dan schoenhofer telah mengembangkan teori umum tentang nursing as caring.
Dua perspektif utama pada teori ini adalah bahwa semua orang memiliki caring dan
keperawatan merupakan bagian dari disiplin ilmu dan profesi. Dalam perspektif
semua orang memiliki caring Boykin dan schoenhofer menjelaskan 6 asumsi yang
mencerminkan nilai – nilai pemahaman dan penjelasan arti dari keperawatan antara
lain : Orang – orang yang memiliki sikap caring didasarkan atas otology dan etika
lingkungan, dimana orang yang hidup di lingkungan yang penuh dengan caring,
Manusia sebagai makhluk yang utuh, Kepedulian atau caring adalah proses kehidupan
yang selalu ada dan tetap berlangsung dalam lika – liku kehidupan kita secara terus
menerus, Personhood adalah hubungan antar manusia dalam proses kehidupan dalam
menumbuhkan kepedulian dalam berkehidupan social, Persoonhood bisa muncul
melalui kontak/ komunikasi antara perawat dan yang di rawat, Keperawatan adalah
ilmu dalam profesi.
Teori umum nursing as caring ini memiliki focus dan ruang . focus teori ini adalah
merawat manusia untuk tetap hidup sehat dan menumbuhkan caring. Sedangkan
ruang dari teori ini adalah situasi keperawatan dimana terdapat berbagai hubungan
yang saling peduli antara perawat dengan pasien, keluarga, dan tenaga medis lain
yang saling menghormati dan menghargai yang diilustarsikan oleh Boykin dan
schoenhofer dengan konsep dance of caring persons.
TEORI D. JOHNSON
A. Biografi
Dorothy Johnson dilahirkan di Savannah, Georgia pada tahun 1919. Dia
seorang Sarjana Muda Dalam Ilmu Pengetahuan Keperawatan dari Universitas
Vanderbilt, Nashville, Tennesse dan tentang ilmu kesehatandari Harvard. Dia memulai
penerbitan idenya tentang keperawatan segera setelah wisuda dari Vanderbilt.
Kebanyakan waktunya untuk berkarier sebagai guru di universitas dari California,
Los Angles. Dia mengerjakan tugasnya seperti Guru Besar dan pension pada tanggal 1
Januari 1978, dan setelah itu berada diFlorida.
Dorothy Johnson mempengaruhi profesinya melalui penerbitan karyanya sejak
tahun 1950. Sepanjang kariernya, Johnson telah menekan kepentingan dari penelitian
yang mendasari ilmu perawatan oleh perawat kepada klien. Johnson merupakan pencetus
awal dari keperawatan sebagai satu pengetahuan seperti halnya suatu seni. Johnson adalah
seorang perawat yang mempunyai satu pengetahuan yang mencerminkan keduanya, yaitu
pengetahuan dan seni. Johnson mengajukan bahwa ilmu pengetahuan dari keperawatan
penting bagi perawatan yang dilaksanakan oleh perawat secara efektif yang meliputi satu
konsep kunci yang diambil dari dasar dan ilmu terapan.
Pada tahun 1968, Johnson mengusulkan model keperawatannya sebagai wujud
perkembangan dari "Efisien dan Fungsi Tingkah Laku yang Efektif pada Pasien untuk
Mencegah Penyakit”. Dalam posisi ini Johnson mulai mengintegrasikan konsep
berhubungan ke model sistem pekerjaannya, selanjutnya digambarkan oleh pernyataan
dari kepercayaan bahwa keperawatan dikaitkan dengan satu orang sebagai satu keutuhan
yang terintegrasi dan pada pengetahuan spesifik dari objek yang kita perlukan. Tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan dan mempedulikan keutamaan klien.
Teori sistem perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale, yaitu tujuan
perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati dari
penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagi individu
dan bukan pada entitas yang spesifik. Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku
dalam psikologi, sosiologi dan etnologi untuk membangun teorinya .

B. Konsep dan Teori Keperawatan Menurut Dorothy Johnson


Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan pendekatan
sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin
mencapai keseimbangan dan stabilitas baik di lingkungan internal maupun eksternal.
Selain itu, individu juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari
pengaruh yang ditimbulkanya. Teori keperawatan Dorothy Johnson diukur
denganbehavioral system theory (teori sistem perilaku). Johnson memfokuskan pada
perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran aktual dan tak langsung makhluk sosial lain
yang telah ditunjukkan mempunyai signifikansi adaptif utama.
1. Konsep Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting dan perlu
dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat di dalam setiap
aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau
mental dan tingkah laku (attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat
pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan
atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia
sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat
bersifat positif dapat pula negatif. Individu dalam merespon atau menanggapi suatu
peristiwa atau keadaan, selain dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi juga dipengaruhi
lingkungan ataupun kondisi pada saat itu. Selain pengertian tersebut, pengertian perilaku
dapat pula ditinjau dari aspek biologis. Pengertian perilaku dari segi biologis dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas individu yang bersangkutan. Adapun
perilaku manusia dapat diartikan sebagai aktivitas manusia yang sangat kompleks
sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara, berpakaian, berjalan dan sebagainya.
Perilaku ini umumnya dapat diamati oleh orang lain. Namun ada pula perilaku yang
tidak dapat diamati oleh orang lain atau biasa disebut sebagai internal activities seperti
persepsi, emosi, pikiran, dan motivasi.
Dalam dunia kesehatan, ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
Kedua faktor tersebut adalah faktor keturunan atau genetik dan faktor lingkungan
(enviromental). Faktor keturunan atau genetik memandang bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh warisan biologis dari kedua orang tua. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi perubahan perilaku, pada hakikatnya identik dengan faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu. Faktor yang dimaksud dapat berupa faktor
pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah, faktor lingkungan yang merupakan kondisi
yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan, dan faktor waktu yaitu saat
tibanya masa peka atau kematangan.
Pandangan Johnson tentang manusia seperti mempunyai dua sistem utama,
sistem biologi dan sistem tingkah laku. Klien dalam hal ini adalah manusia yang
mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan
atau ketidakseimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin
dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau
stabilitas dengan lingkungan.
Dorothy Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk
membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah
timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari dua sistem yaitu
sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem
eksternal yag berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika
mampu berespons adaktif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap lingkungan
internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan
keperawatan dilakukan untuk membantu keseimbangan individu terutama koping atau
cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut Johnson, ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu
agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain
atau produktif seta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
Johnson mengidentifikasi tujuh subsistem pada sistem tingkah laku. Model dari
Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung. Gangguan yang terjadi
pada subsistem dapat mengganggu subsistem lainya. Masing-masing subsistem
mempunyai fungsi yang unik atau tugas khusus yang penting untuk suatu performa
terintegrasi dari keseluruhan subsistem dan masing-masing mempunyai struktur dan
fungsi. Adapun tujuh komponen subsistem menurut Dorothy Johnson, yaitu sebagai
berikut:
1. Ketergantungan
Ketergantungan merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam
mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan. Johnson mencirikan
subsistim ketergantungan dari lampiran atau subsistem affiliative. Hasil dari perilaku
ketergantungan adalah persetujuan, perhatian atau bantuan pengenalan dan fisik. Sulit
untuk memisahkan subsistem ketergantungan dari affiliative atau subsistem lampiran
karena tanpa seseorang diinvestasikan atau terlampir ke perorangan untuk menjawab ke
individu itu merupakan perilaku ketergantungan, subsistem ketergantungan harus
menghidupkan lingkungan yang berfungsi atau berguna.
2. Ingestif
Ingestif yaitu berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan banyaknya makan
dan minum sebagai suatu subsistem tingkah laku. Sumber dalam memelihara integritas
serta mencapai kesenangan dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan. Subsistem
ingestif berhubungan ke perilaku mengepung masukan dari makanan. Ini berhubungan
ke sistem biologi. Bagaimanapun penekanan untuk keperawatan dari perspektifnya
Johnson adalah berarti dan struktur dari peristiwa sosial untuk memperoses
makanan ketika makanan dimakan. Perilaku berhubungan ke proses pencernaan dari
makanan mungkin berhubungan lebih untuk menginginkan secara sosial bisa diterima
pada satu budaya tertentu dibandingkan ke kebutuhan biologi dari perorangan. Ingestif
mengambil dari lingkungan sumber-sumber yang diperlukan untuk mempertahankan
integritas, mencapai kepuasan, dan menginternalisasi lingkungan eksternal (Gruubs,
1980).
3. Eliminasi (eliminative)
Eliminasi merupakan bentuk pengeluaran segala sesuatu dari sampah atau barang
yang tidak berguna secara biologis atau dapat dikatakan bahwa eliminasi mengeluarkan
produk-produk sisa biologis dari sistem.Subsistem eliminasi berhubungan ke perilaku
mengepung eksresi dari sisa buangan dari tubuh. Johnson mengakui ini mungkin sulit
terpisah dari satu perspektif sistem biologi. Bagaimanapun, seperti dengan proses
pencernaan sekitar perilaku dari makanan, ada secara sosial perilaku bisa diterima untuk
waktu dan tempat untuk manusia ke eksresi dari limbah, telah mendefinisikan berbeda
secara sosial perilaku yang dapat diterima untuk eksresi dari limbah, tetapi keberadaan
dari hal itu pola yang tersisa dari budaya ke budaya.
4. Seksual
Seksual digunakan dalam pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai. Maka
hilang dan terpenuhinya kebutuhan ini juga akan memberikan pengaruh yang cukup
besar dalam proses keperawatan. Seksual menciptakan dan memuaskan perasaan tertarik
dan mengasihi orang lain. Subsistem seksual mencerminkantingkah laku berhubungan ke
prokreasi. Biologi berdua dan pengaruh faktor kemasyarakatan perilaku pada subsistim
seksual. Perilaku juga akan bervariasi sesuai dengan genus dari perorangan. Kunci
adalah itumerupakan suatu masukan pada semua masyarakat yang mempunyai hasil
yang sama perilaku bisa diterimaoleh masyarakat luas.
5. Agresif
Agresif merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dari
berbagai ancaman yang ada di lingkungan sekitar. Agresif melindungi diri dan orang lain
dari benda-benda, orang, ide-ide yang memiliki potensi mengancam serta berfungsi
sebagai mekanisme perlingdungan diri.
Subsistem agresif berhubungan ke perilaku mengaitkan dengan perlindungan dan
penyelamatan. Johnson melihat subsistim agresif seperti sesuatu bahwa menghasilkan
tanggapan bertahan dari perorangan ketika hidup atau wilayah diancam. Subsistim
agresif tidak meliputi perilaku itu dengan satu penggunaan primer untuk melukai
individu lain.
6. Gabungan atau Tambahan
Gabungan atau tambahan merupakan pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan
sosial, keamanan, dan kelangsungan hidup.Tujuannya adalah mencapai inklusi sosial,
keakraban, dan ikatan sosial yang kuat untuk amanah dan akhirnya untuk bertahan.
Akhirnya, subsistem perampungan menimbulkan perilaku coba itu untuk
mengontrol lingkungan. Intelektual, fisik, kreatif, mekanik, dan perampungan
keterampilan sosial adalah beberapa area yang Johnson kenali. Area lain dari pemenuhan
pribadi atau sukses juga boleh diliputi di subsistem ini.
7. Pencapaian (Achievement)
Achievement merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui keterampilan yang
kreatif dalam perilaku kehidupan seseorang. Pencapaian menguasai atau mengendalikan
diri atau lingkungan melalui pencarian beberapa standar kesempurnaan, seperti
keterampilan fisik, sosial, atau kreatif.
Masing-masing subsistem mengharuskan bahwa kebutuhan-kebutuhan fungsi
harus dipenuhi dan mekanisme pengaturan tetap utuh untuk mempetahankan kestabilan
dan keseimbangan. Kebutuhan fungsi dipenuhi melalui upaya individual sendiri atau
melalui bantuan dari lingkungan. Kebutuhan ini mencangkup perlindungan,
pemeliharaan, dan stimulasi.
Masing-masing sistem dan subsistem mengembangkan respon respon yang
berpola, berulang dan bertujuan untuk membentuk suatu unit fungsional yang
terorganisasi dan terintegrasi. Respon-respon yang berpola ini menentukan interaksi dari
subsistem, system, dan lingkungan. Pola perilaku menetapkan hubungan system atau
orang dengan benda- benda, peristiwa, dan situasi dalam lingkungan. Pola-pola ini
teratur, bertujuan dan dapat diprediksi yang mempertahankan efesiensi sistem.
Dalam pandangan Johnson, tujuan keperawatan adalah mempertahankan,
memulihkan, atau mencapai keseimbangan stabilitas dalam sistem perilaku klien. Jika
sistem seseorang tidak dapat beradaptasi atau menyesuaikan dengan tekanan lingkungan
eksternal, maka perawat bertindak sebagai kekuatan pengatur eksternal untuk
memodifikasi atau mengubah struktur atau memandu kebutuhan fungsi guna
memulihkan kestabilan.

C. Asumsi-Asumsi dalam Teori Tingkah Laku


1). Perawatan (nursing)
Perawatan seperti yang dipandang Johnson adalah tindakan eksternal untuk memberikan
organisasi perilaku pasien ketika pasien dalam kondisi stres dengan memakai mekanisasi
pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu memberikan
eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan sistem dan karenanya
membutuhkan pengetahuan tentang order, disorder dan kontrol. Aktivitas perawatan tidak
bergantung pada wewenang medis tetapi bersifat pelengkap (komplementer) bagi medis atau
pengobatan.

2). Orang (person)


Johnson memandang manusia sebagai sistem perilaku dengan pola, pengulangan dan
cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan dirinya dengan lingkungannya.
Pola-pola respon spesifik manusia membentuk keseluruhan yang terorganisasi dan
terintegrasi. Manusia adalah sistem dari bagian-bagian yang membutuhkan beberapa aturan
dan pengaturan untuk menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting untuk manusia
dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah mengganggu keseimbangan
sistemt perilaku , integritas manusia terancam. Usaha-usaha mausia untuk menbangun
kembali keseimbangan membutuhkan pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan
sedikit energi untuk membantu proses-proses biologis dan penyembuhan.
3). Kesehatan (health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami dan dinamis
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial. Kesehatan menjadi suatu
nilai yang diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan memfokuskan pada manusia bukan
pada penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungan subsistem–
subsistem dari sistem perilaku. Manusia berusaha mencapai keseimbangan dalam sistem ini
yang akan mengarah ke perilaku fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam
persyaratan struktural atau fungsional cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan.
Ketika sistem membutuhkan sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan, suplai energi
yang lebih besar yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
4). Lingkungan
Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh faktor yang bukan bagian sistem
perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi sistem dan dapat dimanipulasi oleh perawat
untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien. Individu menghubungkan dirinya
untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Sistem perilaku berusaha menjaga equilibrium
dalam respon terhadap faktor lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan
yang menyertainya. Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu
keseimbangan sistem perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak
tentu dibutuhkan supaya sistem membangun kembali eqilibrium dalam menghadapi tekanan-
tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan dengan perilaku-
perilaku yang baik.
Ilmu keperawatan memadukan sintesis dan penerapan pengetahuan ilmu biofisik,
perilaku dan humanistik di sertai dengan studi tentang hubungan perawat dengan klien dan
lingkungan dalam konteks kesehatan. Dasar pengetahuan ini dengan cepat berubah dan
meluas karena di tunjang oleh penelitian dan teori baru yang menyediakan informasi
tambahan. Perawat menerapkan dasar pengetahuan yang luas ini melalui berpikir kritis,
keterampilan psikomotor dan tindakan interpersonal untuk membantu klien mencapai potensi
kesehatannya yang optimum.
Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik
keperawatan yang dilakukan dengan cara sistematik. Selama proses keperawatan, perawat
menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
membuat penilain yang bijaksana dan diagnosis, mengidetifikasi hasil akhir kesehatan yang
diinginkan klien dan merencanakan menerapkan serta mengefaluasi tindakan keperawatan
yang tepat guna mencapai hasil akhir tersebut.

D. Proses Keperawatan Menurut Johnson


Grubbs mengembangkan satu alat penilaian berlandaskan tujuh subsistem Johnson.
Satu subsistem dia tambahkan "penyembuhan", yang difokuskan pada aktivitas sehari-hari.
Aktivitas sehari-hari meliputi area seperti pola dari sisa, kebersihan, dan rekreasi. Satu
diagnosa dapat dibuat berhubungan dengan ketidakcukupan atau pertentangan pada satu
subsistem atau di antara subsistem. Perencanaan untuk implementasi dari kekhawatiran
keperawatan harus mulai pada taraf subsistem dengan hasil terakhir dari fungsi secara
cenderung tingkah laku dari keseluruhan sistem. Implementasi oleh perawat kepada klien
merupakan satu kekuatan eksternal untuk memanipulasi dari subsistem kembali status dari
equalibrium. Evaluasi hasil dari implementasi ini kemungkinan siap jika posisi seimbang
yang telah didefinisikan selama tahap perencanaan yang terjadi sebelum implementasi.

E. Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan Proses keperawatan


1. Penilaian
Pada tahap penilaian dari proses keperawatan, terkait ke area subsistem spesifik yang
dikembangkan. Holaday, Little, dan Damus mengajukan bahwa fokus penilaian pada
subsistem berhubungan dengan penulisan masalah kesehatan. Satu penilaian berlandaskan
subsistem tingkah laku tidak mudah bagi perawat untuk mengumpulkan keterangan terperinci
tentang sistem biologi. Penilaian terkait ke subsistem affiliative yang difokuskan pada satu
pebuatan nyata yang berpengaruh pada pada sistem sosial lain dimana perorangan
merupakan satu anggota.
Pada penilaian dari subsistem ketergantungan, perhatian adalah bagaimana memahami
perbuatan seseorang perlu mengenal secara signifikan terhadap hal lain, sehingga nyata
berpengaruh pada lingkungan sekitarnya sehingga dapat membantu individu dalam menemui
kebutuhan itu. Penilaian dari subsistem ingestive akan membahas masalah masukan makanan
dan cairan, yang meliputi lingkungan sosial dimana makanan dan cairan dicernakan.
Subsistem eliminasi menghasilkan pertanyaan yang berhubungan ke pola pembuangan air
besar dan urinaria serta dimana proses tersebut terjadi.
Ada banyak celah tentang keterangan seluruh individu jika model sistem tingkah laku
Johnson hanya memandukan penilaian. Pola hubungan keluarga hanya disinggung pada
affiliative dan subsistem ketergantungan. Keterangan dasar yang berhubungan dengan status
pendidikan, status ekonomi, dan jenis tempat tingal juga berhubungan cukup besar dengan
komponen-komponen subsistem. Faktor ini dengan jelas diidentifikasi sebagai satu aspek
penting dari semua subsistem.
2. Diagnosa
Berdasarkan teori sistem perilaku menurut Johnson yang menngambarkan diagnosa
cukup rumit. Diagnosa cenderung umum ke satu subsistem sedikit spesifik terhadap satu
masalah. Grubbs telah mengajukan empat katagori dari sistem tingkah laku Johnson, yaitu:
1) Ketidakcukupan satu status yang mana berada ketika satu subsistem tertentu bukan berfungsi
atau mengembangkan ke kapasitas paling penuh ini sehubungan dengan kekurangan dengan
kebutuhan fungsional.
2) Pertentangan satu perilaku itu tidak menjumpai gol dimaksud. incongruency biasanya
membohongi di antara aksi dan gol dari subsistem, walau cocok dan pilihan betul-betul
mempengaruhi aksi tidak efektif.
3) Ketidakcocokan gol atau perilaku dari dua subsistem pada keadaan yang sama menilai
dengan satu sama lain ke kerusakan dari perorangan.
4) Kekuasaan perilaku di subsistem sesuatu dipergunakan lebih dari lain subsistem dengan
tanpa melihat keadaan kerusakan dari subsistem yang lain.
3. Perencanaan
Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan model konseptual
keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola intervensi dari model
konseptualyang digunakan.
4. Implementasi
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang bukan
merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan menunjukkan apa yang harus
dilakukan oleh perawat yang langsung mempengaruhi intervensi keperawatan yang
direncanakan, tetapi tidak menunjukkan pada perawat bagaimana menerapkan rencana itu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut. Evaluasi berhubungan dengan
bagaimana cara klien beradaptasi dan bereaksi, kebutuhan klien serta tujuan klien. Jika
perawat sudah dapat menjawabnya, akan membantu perawat menilai keefektifan dari proses
perawat secara keseluruhan dan model keperawatan.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis bahwa
perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum,
selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti sosialisasi,
motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku untuk mengembangkan
teorinya.

F. Kesimpulan
Dorothy Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya
penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari dua sistem yaitu sistem biologi
dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespon
adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan
harapan dapat memelihara kesehantanya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika
ia sakit.
Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu agar
tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi
terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif
serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai