Anda di halaman 1dari 32

TUGAS KELOMPOK

PENGKAJIAN KMB LANJUTAN

PENDEKATAN TEORI CATHERINE KOLKABA


PADA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

Fasilitator : Titi Iswanti Afelya, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB

Oleh Kelompok IV:

M. Syikir
Nursanti Anwar
Nunung Iriani M.Nur

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Aplikasi Teori
Katherine Kolcaba pada Sistem Pencernaan”. Makalah ini merupakan salah satu tugas
kelompok di semester 2 untuk Mata Kuliah Pengkajian KMB Lanjutan pada Program
Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar.
Makalah ini kami buat dengan melihat berbagai sumber referensi atau literatur
yang ada. Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh bantuan serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada makalah ini, oleh
karena itu kami mengharapkan adanya saran serta kritik yang dapat membangun, demi
penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, Maret 2018

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
System pencernaan merupakan system organ dalam tubuh manusia yang
berfungsi mencerna makanan menjadi energy dan nutrien. System pencernaan sendiri
terdiri dari berbagai organ yang berperan penting didalamnya termasuk secum
(apendiks). Masalahan yang sering terjadi pada organ apendiks adalah apendisitis atau
peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada umbai cacing (apendiks) yang dapat
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan segera untuk mencegah
komplikasi yang berbahaya bagi pasien. Gejala klinis yang sering muncul pada pasien
dengan apendisitis adalah nyeri didaerah epigastrium disekitar umbilicus atau
periumbilikus, sehingga diperlukan pengembangan teori dan ilmu keperawatan untuk
mengatasi masalah tersebut (Nurarif A & Kusuma H, 2015).
Pengembangan teori keperawatan merupakan suatu komponen yang sangat
penting untuk meningkatkan pengetahuan dalam ilmu keperawatan. Suatu profesi dapat
diakui secara resmi jika dibangun berdasarkan pada kemampuannya untuk
menghasilkan dan menerapkan teori (Alligood, 2014). Asuhan keperawatan berfokus
untuk memberikan “lingkungan yang nyaman,” dan asuhan keperawatan individu
pasien mencakup “kebahagiaan, kenyamanan, dan meringankan, fisik dan mental,
selain itu istirahat dan tidur, nutrisi, kebersihan dan eliminasi (Harmer, 1926 dalam
Alligood, 2014).
Teori kenyamanan sebagai middle range theory karena mempunyai tingkat
abstraksi yang rendah dan mudah diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Konsep
teori kenyamanan adalah kebutuhan kenyamanan, intervening variabel, peningkatan
kenyamanan, health seeking behavior dan integritas institusional. Pendekatan teori
comfort yang dikembangkan oleh Kolcaba menawarkan kenyamanan sebagai bagian
terdepan dalam proses keperawatan. Kolcaba memandang bahwa kenyamanan holistik
adalah kenyamanan yang menyeluruh dan menilainya dengan membuat struktur
toksonomi yang bersumber pada tiga tipe kenyamanan yaitu relief dimana pasien
memerlukan kebutuhan kenyamanan yang spesifik, ease yaitu terbebas dari rasa
ketidaknyamanan atau meningkatkan rasa nyaman, dan transcendence yaitu mampu
mentoleransi atau dapat beradaptasi dengan ketidaknyamanan. Kolcaba juga
mengaitkan ketiga tipe kenyamanan tersebut dengan empat pengalaman kenyamanan
yaitu fisik, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan.. (Alligood, 2014).

B. Tujuan Penulisan
1. Menganalisis keterkaitan antara aplikais teori kolcaba dengan pendekatannya pada
kasus system pencernaan
2. Menjelaskan model konseptual Katharine Kolcaba pada kasus system Pencernaan
(Appendisitis) melalui pendekatan asuhan keperawatan.

C. Manfaat
1. Aplikatif
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan system pencernaan dengan menggunakan pendekatan teori kenyamanan
Kolcaba
2. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan penggunaan dalam penerapan asuhan keperawatan dengan
pendekatan teori-teori keperawatan serta memperkaya khasanah keilmuan.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Utama Teori


Kolcaba mengungkapkan bahwa kebutuhan kenyamanan klien timbul dari situasi
stimulus yang dapat menyebabkan ketegangan negatif dengan meningkatnya
kenyamanan bisa menimbulkan berkurangnya ketegangan negatif dan terjadilah
ketegangan positif. Artinya bahwa Kenyamanan dipandang sebagai hasil perawatan
yang dapat mempromosikan atau memfasilitasi perilaku pencarian kesehatan. Hal ini
mengemukakan bahwa peningkatan Kenyamanan dapat meningkatkan perilaku
pencarian kesehatan (McEwen, 2014).
Kolcaba menggunakan gagasan dari tiga ahli teori keperawatan awal untuk
mensintesis atau mendapatkan jenis kenyamanan dalam analisis konsep (Kolcaba &
Kolcaba, 1991) (Alligood, 2014) yaitu:
1. Relief (Bantuan/Dorongan) adalah disintesis dari karya Orlando (1961), yang
mengemukakan bahwa perawat lega akan kebutuhan diungkapkan oleh pasien.
2. Ease (Kemudahan) disintesis dari karya Henderson (1966), yang menggambarkan
13 fungsi dasar manusia yang harus dijaga selama perawatan.
3. Transendensi (Kelebihan) berasal dari Paterson dan Zderad (1975), yang
mengusulkan agar pasien dapat mengatasi kesulitan mereka dengan bantuan
perawat.
Empat Konteks kenyamanan, dialami oleh mereka yang menerima perawatan
berasal dari literatur keperawatan. Konteksnya adalah fisik, psychospiritual, sosial
budaya dan lingkungan. Keempat konteks yang di bandingkan dengan tiga jenis
kenyamanan, menciptkan struktur taksonomi (matriks) yang mempertimbangkan
kompleksitas kenyamanan sebagi hasil (Arifuddin & Burhanudin, 2015)
Gambar 2.1 Taxonomic structure of comfort (Alligood, 2014)
Keterangan :
Jenis kenyamanan:
1. Relief (bantuan) :Keadaan dimanapasien memiliki kebutuhan khusus.
2. Ease (Kemudahan): Keadaaan tenang/tentram atau kepuasan hati
3. Transcendece (kelebihan): Keadaan dimana permasalahan seseorang bertambah
atau sakit.
Konteks dimana kenyamanan terjadi:
1. Fisik: Berkaitan dengan sensasi tubuh
2. Psikospiritual: Berkaitan dengan kesadaran internal diri, termasuk harga diri,
konsep, seksualitas dan makna dalam kehidupan seseorang; hubungan sesorang
dengan tatanan yang lebih tinggi.
3. Lingkungan : Berkaitan dengan lingkungan eksternal, kondisi, dan pengaruh.
4. Sosial: Berkaitan dengan intrapersonal, keluarga, dan hubungan sosial (Keuangan,
pengajaran, petugas kesehatan), tradisi keluarga, ritual dan praktek keagamaan.

Struktur taksonomi menyediakan peta domain pada konten kenyamanan. Ini


mengantisipasi bahawa peneliti akan merancang intrumen dimasa depan seperti
kuesioner yang dikembangnkan dari taksonomi untuk akhir dari kehidupan instrumen.
Dalam Teori Kolcaba mereka yang menerima tindakan kenyamana di sebut sebagai
penerima (recipients), pasien, mahasiswa, tahanan, pekerja, orang dewasa yang lebih tua,
komunitas dan Institusi. Beberapa konsep utama dalam teori ini (Smith, M. & Parker,
2015) adalah:
1. Intervensi kenyamanan
Tindakan keperawatan yang di rancang untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan
yang spesifik pada penerima, termasuk fisiologis sosial, budaya, keuangan,
psikologis, agama, lingkungan dan intervensi fisik. Dalam konteks pengalaman ini,
Ada tiga jenis intervensi kenyamanan (dijelaskan kemudian): teknis, pembinaan, dan
kebutuhan kenyamanan untuk jiwa.
2. Intervensi Variabel
Terdiri dari variabel-variabel seperti itu seperti pengalaman masa lalu, usia, sikap,
pusat emosional, sistem pendukung, prognosis, keuangan, pendidikan, latar belakang
budaya, dan totalitas elemen dalam pengalaman penerima. Mereka tidak mudah
dipengaruhi oleh perawat.
3. Kenyamanan
keadaan yang dialami oleh para penerima intervensi kenyamanan
4. Perilaku mencari kesehatan
Konsep perilaku pencarian kesehatan itu dikembangkan oleh Dr. Rozella Schlotfeldt
(1975) dan mewakili kategori luas berikutnya hasil yang berkaitan dengan
pengejaran kesehatan. Schlotfeldt menyatakan bahwa Perilaku mencari kesehatan
bisa bersifat internal atau eksternal. Perilaku mencari kesehatan yang realistik
ditentukan oleh penerima perawatan bekerja sama dengan tim perawatan kesehatan
mereka.
5. Integrasi Kelembagaan
Masyarakat, sekolah, rumah sakit, regional, negara dan kota yang memiliki kualitas
yang lengkap, utuh, suara, jujur, menarik, etika dan tulus memiliki integritas
kelembagaan.
6. Praktik terbaik
Berhubungan dengan penggunaan intervensi kesehatan berdasarka bukti untuk
menghasilkan kemungkinan hasil yang terbaik pada pasien dan keluarga
(kelembagaan).
7. Kebijakan Terbaik
Berkaitan dengan institusi atau kebijakan daerah mulai dari protokol untuk prosedur
dan kondisi medis untuk mengakses dan pemberian perawatan kesehatan.

Berdasarkan konsep utama, maka dikembangkanlah kerangka konseptual dari teori


kenyamanan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Conceptual framework for the Theory of Comfort (Alligood, 2014)

Kerangka Konseptual diatas, menurut Kolcaba (2001) dapat dijelaskan sebagi


berikut:
a. Perawat mengindentifikasi kebutuhan kenyamanan pasien dan anggota keluarga.
b. Perawat menyusun intervensi untuk memenuhi kebutuhan
c. Variabel intervensi perlu di pertimbangkan ketika membuat sebuah intervensi
d. Ketika intervensi dimunculkan dalam cara merawat dan efektif dan apabila
peningkatan kenyamanan telah tercapai, intervensi itu disebut alat ukur/pengukuran
kenyamanan (comfort measure).
e. Pasien dan perawat menyepakati perilaku mempertahankan kesehatan kesehatan
yang dapat dipertimbangkan dan realistis.
f. Jika Peningkatan kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga lebih menyukai
perilaku mempertahankan kesehatan untuk peningkatan kenyamanan yang lebih
jauh
g. Ketika pasien dan anggota keluarga diberikan perawatan kenyamanan dan
mengguanakan perilaku untuk mempertakan kesehatan, mereka akan merasa lebih
puas dengan pelayanan kesehatan dan memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik.
h. Ketika pasien keluarga dan perawat merasa puas dengan pelayanan kesehatan dalam
sebuah intitusi, Masyarakat akan mengakui kontribusi institusi terhadap pelayanan
kesehatan yang akan membantu mempertahankan kelangsungan dan perkembangan
institusi (Arifuddin & Burhanudin, 2015)

B. Konsep Utama Keperawatan Menurut Kolcaba


Asumsi utama dari teori ini adalah: (Arifuddin & Burhanudin, 2015)
1. Keperawatan
Keperawatan adalah sebuah bentuk identifikasi untuk mengkaji kebutuhan rasa
nyaman, merencanakan intervensi untuk memenuhi rasa nyaman, dan mengevaluasi
tingkat kenyamanan setelah dilakukan implementasi dan membandingkan dengan
yang sebelumnya.
2. Pasien
Yang di maksud dengan pasien adalah penerima perawatan individu, keluarga,
institusi, komunitas yang membutukan pelayanan keperawatan. Perawat meungkin
juga bisa sebagai resepien yang membutukan rasa nyaman, yaitu terkait peningkatan
kenyamanan kerja ketika ada inisiatif untuk memperbaiki kondisi kerja.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah berbagai aspek dari pasien , keluarga, atau aturan institusi yang
bisa dimanipulasi oleh perawat, institusi untuk meningkatkan kenyamanan.
4. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, penyedia layanan kesehatan
atau komunitas yang diartikan sebagai pasien atau kelompok.
5. Asumsi Teori Comfort Kolcaba
a. Clarity (kejelasan)
Pasien di gambarkan sebagai Mahluk hidup holistik, yang memiliki respons
kompleks terhadap stimulus untuk meningkatkan kenyamanan dalam konteks
pengalaman fisik, psikospiritual, sosial kultural dan lingkungan
b. Simplicity (Kesederhanaan)
Rasa nyaman adalah kebutuhan dasar manusia dan komponen-komponen rasa
nyaman ini dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pemberian intervensi
keperawatan. Dimana teori ini menitiberatkan pada asuhan keperawatan yang
berfokus pada kebutuhan holitik pasien.
c. Generality (Keumuman)
Tujuan pemenuhan rasa nyaman pasien menurut tingkat Relief, Ease, dan
Transdence yang terintegrasi ke dalam empat konteks pengalaman holsitik yang
terdiri dari fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Teori
Kenyamanan mudah dipahami dan dapat di aplikasikan pada semua kelompok
usia dan diterapkan diberbagai jenis praktik keperawatan.
d. Accesibilty (Aksessibilitas)
Kolcaba telah banyak melakukan penelitian di berbagai kalangan umur dan
jenis praktik keperawatn dan telah mengembangkan berbagai tools tentang
comfort seperti general comfort questionnare, visual analog scale, radiation
therapy comfort questionaner, urinari incontinence and frequency comfort
questionaner, hospice comfort questionaner and comfort behavior checklish
yang dapat dikembangkan melalui penelitian lanjutan.
e. Derivable Cosequence
Teori comfort dapat dijadkan sebagai kerangka konsep untuk penilaian pasien,
baik mengunakan verbal rating scale (dalam klinis) dan comfort questionaner
(dalam penelitian.
BAB III

APLIKASI PENDEKATAN TEORI CATHERINE KOLKABA


PADA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

A. Aplikasi Teori Katharine Kolcaba


Skenario kasus :
1. Pengkajian Kenyamanan Pada Konteks Fisik
Tn.B, umur 39 tahun, masuk RS dengan keluhan mual muntah dan terdapat
nyeri yang hebat pada abdomen kanan bawah. Keluhan ini dirasakan sehari
sebelumnya saat klien baru pulang kerja. Klien juga mengalami kelemahan dan
keletihan. Hasil Tanda-tanda Vital ditemukan TD : 130/80, Nadi : 112x/menit,
Suhu: 38,5ºC , R: 30x/m. Klien bekerja sebagai pengawas proyek dan seorang
perokok aktif. Klien tampak pucat dan pada pemeriksaan fisik lainnya diperoleh
tanda Psoas dan Rovsing’s positif. Leukosit dan CRP meningkat.
2. Pengkajian kenyamanan pada konteks psikospiritual
Istri klien mengatakan suaminya adalah kepala keluarga yang sehari-harinya bekerja
sebagai pengawas proyek di perusahaan dan tidak memiliki sumber pendapatan
lainnya. Mereka sudah 10 tahun menikah dan memiliki 3 orang anak, yang tertua
masih SD dan 2 orang lainnya masih balita. Menurut istrinya salah satu kebiasaan
klien adalah merokok dan sudah berlangsung sejak klien lulus SMA. Karena
menurutnya merokok dapat meringankan masalah yang menjadi beban pikirannya.
3. Pengkajian kenyamanan pada konteks lingkungan
Saat ini klien di rawat di ruang Perawatan Bedah kelas I dengan fasilitas kamar
yang cukup memadai menurut klien dan keluarganya. Namun klien kelihatan
gelisah dan cemas karena masih harus menunggu hasil pemeriksaan lanjutan dan
selanjutnya akan dioperasi. Menurut istrinya, sebelum sakit klien sering mengisi
waktu luang dengan berkumpul bersama keluarga atau tetangga sekitar.
4. Pengkajian kenyamanan pada konteks sosiokultural
Klien adalah perantau sehingga kadang merasa sendirian karena tidak mempunyai
keluarga dekat selain istri dan anak-anaknya. Klien mengatakan selalu merindukan
keluarganya di kampung halaman dan berharap bisa berkumpul suatu saat nanti.
Untuk mengisi waktu luang kadang-kadang klien juga dilibatkan dalam organisasi
kepemudaan di tempat tinggalnya.

Relief Ease Trancenden

Fisik Nyeri, Mual, muntah,


lemas, letih, Suhu
38,5°C, tampak pucat,
tanda Psoas dan
Rovsing (+), Leukosit
dan CRP meningkat
Psikospiritual Klien merasa Pelarian klien
terbebani karena terhadap masalah-
sebagai kepala masalah yang
keluarga yang dihadapi adalah
menafkahi keluarga merokok
saat ini tidak bias
memenuhi
kebnutuhan keluarga
karena sakit
Lingkungan klien kelihatan Klien mendapat
gelisah dan cemas fasilitas yang cukup
karena masih harus nyaman di RS namun
menunggu hasil belum mampu
pemeriksaan lanjutan menghilangkan
dan selanjutnya akan kejenuhan selama
dioperasi. perawatan

Psikokultural - Klien adalah Untuk mengisi


perantau sehingga waktu luang kadang
kadang merasa klien juga dilibatkan
sendirian karena dalam organisasi
tidak mempunyai kepemudaan di
keluarga dekat tempat tinggalnya
- Klien mengatakan
selalu merindukan
keluarganya di
kampung halaman
dan berharap bisa
berkumpul suatu
saat nanti.
5. Diagnose Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2) Kecemasan berhubungan dengan proses penyakit dan perawatan di RS
3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi
4) Resiko Infeksi

6. Intervensi keperawatan
 Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d proses inflamasi
Tujuan : Klien mampu mengontrol nyeri, nyeri berkurang dengan manajemen
nyeri, mampu mengenali nyeri dan melaporkan nyeri berkurang, TTV Normal,
serta tidak mengalami gangguan nyeri.

Intervensi keperawatan Tindakan Keperawatan

Standar Comfort  Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan


 Mengobservasi reaksi nonverbal
 Monitor Vital Sign
 Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
 Meningkatkan istirahat
 Memberikan posisi yang nyaman sesuai
kebutuhan klien
 Penatalaksanaa analgesic sesuai advis

Coaching  Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik


untuk mengetahui pengalaman nyeri
 Mengajarkan tehnik non farmakologi; relaksasi,
distraksi, kompres hangat/dingin
 Membantu klien dan keluarga untuk manajemen
nyeri

Comfort food for the soul  Dampingi klien selama nyeri atau dibutuhkan
 Menganjurkan untuk mengurangi stress
Mengajak klien untuk berbagi tentang
perasaannya bila klien tidak keberatan
 Diagnosa 2 : Kecemasan b/d proses penyakit dan perawatan di rumah sakit.
Tujuan : Klien mampu identifikasi dan ungkapkan gejala cemas, mengontrol
cemas, TTV Normal, Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi keperawatan Tindakan Keperawatan

Standar Comfort  Menggunakan pendekatan yang tenang dan


menyakinkan
 Menyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku klien
 Memahami situasi yang dialami klien
 Memberikan informasi yang factual terkait
diagnosis, perawatan dan prognosis
 Mendorong keluarga untuk mendampingi dan
memberikan dukungan
 Membantu klien mengidentifikasi kecemasannya
 Mendukung mekanisme koping pasien secara
tepat

Coaching  Menginformasikan klien dan keluarga tentang


riset terakhir tentang modalitas pengobatan terkait
penyakit kanker payudara.
 Membimbing klien dan keluarga tentang sumber-
sumber yang tersedia untuk memfasilitasi
penyembuhan

Comfort food for the soul  Mendampingi klien selama perasaan takut dan
cemas dirasakan.\
 Memberikan motivasi dan menyampaikan kepada
klien tentang harapan kesembuhan pasti ada sama
seperti pasien lainnya yang berhasil melewati
penyakit yang sama dan dinyatakan sembuh
Healt Healt
Care Nursing Intervening Enchanced Instutional
Jalur I Intervention Variables Seeking
Needs Confort Integrity
Behaviors
I

Jalur II Intervensi Variabel Outcome 1. Daya Tahan


Pengalaman: Confort: Intervening: Confort: Tubuh Kuat 1. Kepuasan
1. Fisikal (Atraumatic 1. Keyuakinan 1. Rasa Nyaman 2. Keluarga Keluarga
2. Psikospiritual Care) 2. Usia Fisik Menjalankan Segera
3. Sosialkultural 1. Tehnikal 3. Perilaku 2. Rasa Nyaman Pola Hidup Teratasi
4. Lingkungan 2. Coaching 4. Makna Nyeri Psikospiritual Sehat 2. Tindakan
3. Comforting 5. Dukungan 3. Rasa Nyaman 3. Pulang Medis
Keluarga/ Sosial Sosiokultural Dengan Sehat Berkurang
Jalur III
6. Koping 4. Rasa Nyaman
Lingkungan

1. Nyeri 1. Memantau 1. Catat usia dan jenis 1. Nyeri 1. LOS minimal


Terkontrol/hila Nyeri,managemen kelamin pasien terkontrol/hilang 1. Percaya pada 2. Analgetik
ng nyeri 2. Pasien beradaptasi 2. Perilaku pasien tenaga kesehatan berkurang
2. Tanda Vital 2. Membantu pasien terhadap nyeri menunjukkan rasa 2. Pasien tidak 3. Keluarga puas
Dalam Batas dalam menggunakan 3. Jaminan/Asuransi nyaman menangis/takut dengan
Normal tehnik managemen Kesehatan 3. Penilaian rasa 3. Tidak terjadi pelayanan
nyeri saat nyeri 4. Libatkan keluarga nyaman disesuaikan komplikasi rumah sakit
3. pasien Dan muncul (Family Centered dengan kondisi penyakit dan
Keluarga
3. Kolaborasi pemberian Care) pasien penyebaran infeksi
Merasa
Nyaman analgetik 4. Adanya support
4. Empati dan sentuhan keluarga
5. Lingkungan yang
tenang
6. Pengaturan posisi
B. Analisis Kasus Teori Katharine Kolcaba : Teori Kenyamanan Pada Kasus Pasien
Appendisitis
1. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman fisik
Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman fisik klien dapat dilakukan dengan
cara wawancara dan pemeriksaan fisik. Secara umum perawat mengobservasi
keadaan klien, mengamati sikap tubuh klien, perilaku yang menunjukkan
ketidaknyamanan. Pemeriksaan hemodinamik juga dapat memberikan gambaran rasa
tidak nyaman klien. Pengkajian secara menyeluruh dapat dilakukan dengan
pemeriksaan head to toe. Data antropometri melengkapi data pemeriksaan head to
toe. Pemeriksaan ini mendukung masalah ketidaknyamanan fisik klien.
Klien yang dirawat di rumah sakit datang dengan keluhan utama. Keluhan ini
dapat terkait dengan riwayat kesehatan masa lalunya. Pergeseran status kesehatan
dapat terjadi karena gangguan fungsi fisiologis system maupun organ. Gangguan ini
dapat diperiksa dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium,
foto rongten, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Hasil pemeriksaan penunjang
dapat memperkuat dugaan penyebab rasa tidak nyaman klien secara fisik.
2. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman psikospiritual
Pengkajian rasa nyaman terkait psikospiritual mencakup kepercayaan diri,
motivasi dan kepercayaan terhadap Tuhan. Pengkajian psikospiritual pada klien
disesuaikan dengan keyakinan yang dianut. Pencapaian tahap perkembangan
psikospiritual akan berpengaruh terhadap kepercayaan seseorang. Pada kasus ini
seseorang akan dikaji tahap perkembangan, gambaran diri dan nilai diri. Perubahan
bentuk fisik sebaiknya dapat diterima dengan baik oleh seseorang sehingga terbentuk
rasa percaya diri dan gambaran diri yang baik.
3. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural
Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural mencakup
perkembangan social seseorang baik interpersonal maupun intrapersonal.
Lingkungan social yang banyak berinteraksi dengan seseorang adalah keluarga.
Masalah yang muncul selama perkembangan sosiokultural menimbulkan rasa tidak
nyaman secara social. Seseorang akan mengalami perubahan dalam menjalin
hubungan. Seseorang tidak hanya berhubungan dengan keluarganya, orang tua dan
anak tetapi lebih banyak terlibat hubungan dengan kelompoknya yang mempunyai
nilai-nilai tertentu.
Nilai yang dianut oleh seseorang dan kelompoknya tidak selalu sama dengan
nilai yang dapat diterima oleh masyarakat umum. Mungkin saja nilai tersebut sejalan
atau bertentangan dengan nilai kultural. Perubahan ini sebaiknya di antisipasi oleh
keluarga dan masyarakat. Sehingga tidak timbul ketegangan-ketegangan yang dapat
menimbulkan masalah ketidaknyamanan sosiokultural.
Seseorang yang dirawat di rumah sakit akan terpisah dengan kelompoknya
untuk sementara waktu. Perpisahan ini akan mengakibatkan klien menyendiri
sehingga timbullah rasa tidak nyaman. Keluarga mengalami perubahan terkait
perawatan klien dirumah sakit, yang harus meninggalkan rumah dan menemani klien
selama sakit. Sehingga semua dapat mengakibatkan adanya ketidaknyaman secara
sosiokultural.
4. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman lingkungan
Pengkajian lingkungan pada teori kenyamanan ini mencakup respon adaptasi
seseorang dan keluarga terhadap lingkungan fisik di rumah sakit. Lingkungan dan
kondisi penyakit yang berbeda dapat menjadi suatu stressor tersendiri bagi klien dan
keluarga, stressor tersebut dapat berupa pencahayaan, kebisingan dan suhu
5. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan dapat dianalisa dari struktur taksonomi kenyamanan yaitu
fisik, psikospiritual,, sosiokultural dan lingkungan klien dan keluarga. Yang
menunjukkan perubahan homoestasis dan respon fisiologis termasuk didalam
diagnosis rasa tidak nyaman fisik pada level relief karena klien merasa nyeri, mual,
muntah, pucat, lemas dan letih karena kondisi penyakit. Pengalaman psikospiritual
dapat mengalami rasa tidak nyaman pada level ease karena klien merasa sedih
berpisah dengan keluarga besarnya namun merasa terhibur dengan aktivitas social
dilingkungannya
6. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan berfokus pada peningkatan rasa nyaman klien dan
keluarga. Pengkajian keperawatan dengan menggunakan taksonomi. Mengkaji
kenyamanan tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengkaji sehingga perawat
mempunyai waktu luang untuk melakukan intervensi. Intervensi dikelompokkan
menjadi tiga jenis intervensi yaitu intervensi standard, pembinaan, dan tindakan
kenyamanan ekstra perawat. Masing-masing kenyamanan berbeda focus
intervensinya.
7. Implementasi dan evaluasi
Intervensi keperawatan di implementasikan kemudian di evaluasi. Evaluasi
mengikuti respon yang diberikan klien. Kenyamanan klien yang telah tercapai akan
dibandingkan dengan tujuan tindakan keperawatan. Kemudian perawata akan
menyusun kembali rencana keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kenyamanan yang telah sampai pada level trancedence.
8. Aspek positif aplikasi teori kenyamanan pada area keperawatan khususnya pada
gangguan system pencernaan : Appendisitis
1) Teori kenyamanan sederhana sehingga dapat langsung di aplikasikan pada tingkat
praktik
2) Intrumen pengkajian kenyamanan telah disusun untuk mengukur level
kenyamanan klien sehingga membantu perawat menyusun intervensi comfort
3) Instrument kenyamanan berpusat pada keluarga
4) Intervensi kenyamanan bertujuan meningkatkan rasa nyaman sehingga tercapai
tujuan pada pelayanan keperawatan yang holistic.
9. Aspek negatif aplikasi teori kenyamanan pada area keperawatan penyakit keganasan
1) Tingkat pemahaman dan penerimaan penyakit oleh klien berbeda-beda sehingga
tidak semua instrument pengkajian kenyamanan dapat digunakan dengan baik.
2) Diperlukan format pengkajian khusus
C. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Lainnya yang dapat menegakkan diagnose
Appendisitis
1. Pemeriksaan Fisi Head to Toe (terlampir)
2. Pemeriksaan Khusus :
 Rebound tenderness (Nyeri Tekan)
Diperiksa dengan perlahan-lahan menekan bagian atas perut dengan ujung jari,
tahan posisi jari sampai rasa sakit reda atau pasien menyesuaikan dengan
ketidaknyamanan, dan kemudian dengan cepat lepas tekanan. Nyeri tekan
meruapakan tanda peradangan peritoneum, muncul jika pasien mengalami
ketidaknyamanan yang tajam akibat peradangan.
 Rovsing’s sign (Tanda Rovsing)
Indikasi appendicitis bila ada nyeri pada kuadran kanan bawah ketika pemeriksa
menekan dalam-dalam pada kuadran kiri bawah dan kemudian dengan cepat
melepaskan tekanan.
 Heel strike
Minta pasien untuk berdiri dengan kaki lurus dan mengangkat jari-jari kaki.
Kemudian meminta pasien untuk bersantai, sehingga memungkinkan tumit untuk
menyentuh lantai sehingga menggelegar tubuh. Jika positif, indikasi usus buntu dan
gangguan peritoneal.
 Obturator sign
Nyeri ditimbulkan dalam usus buntu karena rotasi ke dalam pinggul dengan lutut
ditekuk, sehingga obturator internus otot meregang.
 Psoas sign
Letakkan tangan di paha pasien tepat di atas lutut dan minta pasien untuk
mengangkat paha melawan tangan pemeriksa. Sehingga memicu kontraksi otot
psoas dan menghasilkan rasa sakit pada pasien dengan apendiks yang meradang.
 Murphy’s sign
Nyeri hadir saat inspirasi dalam ketika kandung empedu yang meradang dipalpasi
dengan menekan di bawah tulang rusuk. Positif pada penyakit kolesistitis.
 Hepatojugular reflux
Ditimbulkan oleh pencetus, dengan memberi tekanan tangan terus menerus pada
area pertengahan epigastrium sementara pasien bernafas secara teratur. Amati leher
untuk peningkatan tekanan vena jugularis (JVP) saat tangan menekan dan
penurunan tiba-tiba dari JVP ketika tekanan tangan dilepaskan. Refluks
hepatojugular terutama terjadi pada gagal jantung kanan.
 “Scratch” test
Merupakan alternatif palpasi/perkusi untuk menentukan ukuran hepar bila
diperlukan. Tes awal dilakukan dengan menempatkan stetoskop di atas hepar,
kemudian garuk ringan abdomen di sisi kanan, menggunakan jari atau batang
depressor. Suara yang terdengar melalui stetoskop akan lebih meningkat di hepar.
 Shifting dullness
Dilakukan untuk membedakan ascites. Periksa pergeseran cairan peritoneal ke sisi,
tergantung dengan rolling sisi pasien dan lakukan perkusi. catatan: tes ini sudah
tidak spesifik dan telah digantikan oleh ultrasonografi perut
3. Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium (sesuai rujukan / indikasi)
b. Pemeriksaan diagnostik sisitem pencernaan (sesuai rujukan/indikasi)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implikasi aplikasi teori kenyamanan pada area Keperawatan Medikal Bedah
1. Teori kenyamanan mempunyai kerangka kerja yang dapat menjadi panduan
praktik keperawatan yang holistic dan harus di dokumentasikan dengan baik
2. Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk pencapaian yang lebih
baik
B. Saran
1. Teori kenyamanan Kolcaba telah dilengkapi dengan toksonomi dan kerangka
kerja yang memudahkan perawat menerapkan proses keperawatan, namun
dibutuhkan pemahaman yang baik oleh setiap perawat untuk mengaplikasikan
teori yang ada pada klien dengan berbagai macam kasus.
2. Teori Kolcaba merupakan teori kenyamanan yang butuh pendalaman dalam
menganalisa kondisi pasien khususnya pada saat pengkajian sehingga tidak
salah dalam menafsirkan sesuai dengan toksonomi yang sudah ada.
Lampiran :

Pengkajian Keperawatan (Head to toe)

Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah

Tanggal MRS : Jam : No.RM :


Tanggal Pengkajian : Jam : Ruang Rawat :

a. IDENTITAS
1. Identitas klien
Nama
2. Sumber informasi
b. ALASAN MASUK
Keluhan Utama : Nyeri
Riwayat keluhan saat ini : Nyeri dirasakan sehari sebelumnya
Klien mengeluh mual muntah dan nyeri pada perut kanan bawah.

c. RIWAYAT KESEHATAN
Tidak pernah opname Pernah
 opname Di RS :
Pernah Operasi Tidak Pasca Operasi Hari Ke:
Obat yang dibawa ke RS/sementara dikonsumsi :

d. RIWAYAT ALERGI
Tidak ada Ada, Sebutkan : 1.
2.

e. RISIKO JATUH
Pengkajian Perilaku
- Risiko jatuh : Ya Tidak
- Skor : Resiko tinggi (Skala Jatuh Morse)
Resiko Sedang
Resiko rendah
f. KEADAAN UMUM
Kesadaran : Composmentis Somnolen Apatis Soporos Koma Koma
GCS : E...4.........M..6..........V...5........
Tekanan Darah : 130/80 mmHg Frekuensi Nadi : 100 x/menit Frekuensi Napas : 30 x/menit
Suhu Badan:....38ºC
g. PEMERIKSAAN FISIK

1.Sistem Respirasi/Oksigenasi
Pengkajian Perilaku
- Jalan napas : Bersih Ada Sumbatan
- Irama : Teratur Tidak teratur
- Kedalaman : Normal Dangkal Dalam
- Pola Napas : Normal Bradipneu Takipneu Cyeyne Stokes Biots
Kussmauls
- Batuk : Ya Tidak
- Sianosis : Ya Tidak
- Sputum : Tidak ada Ada,warna: …
- Clubbing Finger : Ya Tidak
- Trakhea : Deviasi ke lateral Tidak
- Pembesaran kelenjar getah bening/massa : Ya Tidak
- JVP :...........................CmH2O
- Otot bantu napas : Ya Tidak
- Krepitasi : Ya Tidak
- Bentuk dada : Skoliosis Lordosis Kiposis Barrel Chest
- Ekspansi dada : Simetris Tidak simetris
- Penggunaan otot-otot bantu pernapasan : Ya Tidak
- Jejas / Trauma : Ya Tidak
- Massa : Ya Tidak
- Perkusi dada : Sonor Hipersonor Timpani Redup Pekak
- Auskultasi : Vesikuler Bronkovesikuler Trakheal Bronkial
Wheezing
Ronkhi : Basah/kering Krepitasi
Masalah Keperawatan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pola Napas Tidak Efektif
Gangguan Pertukaran Gas
1. Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian Perilaku
- Sianosis : Tidak ada Ada
- Pucat : Tidak ada Ada
- Irama Jantung : Teratur Tidak teratur
- Akral : Hangat Dingin
- Distensi Vena Jugularis : Kanan : Ya Tidak , Kiri: Ya Tidak
Masalah Keperawatan
intoleran aktivitas
Penurunan curah jantung
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Gastrointestinal/Nutrisi
Pengkajian Perilaku :
- Mulut : mukosa lembab mukosa kering stomatitis
perdarahan gusi
- Pembatasan makanan, sebutkan :
- Gigi palsu : gigi atas gigi bawah
- Mual : Ya Tidak
- Muntah : Ya, 1 kali sebelum di bawa ke RS Tidak
- Asites : Ada Tidak ada Lingkar Perut :...........................cm
- Sklera ikterus : Ya Tidak
- Anoreksia : Ya Tidak
- BB/TB : kg/ cm IMT : (Overweigt/baik/kurang)
Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan

Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan


Risiko ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan
3. Sensoris/pengindraan
Pengkajian Perilaku
- Pendengaran : Normal Tidak Normal, sebutkan:
- Penglihatan : Normal Tidak Normal, sebutkan :
- Pupil isokor : Ya Tidak
Nyeri : Ya Tidak
Onset : akut kronik
Pencetus :
Gambaran nyeri : nyeri hebat
Lokasi Nyeri : nyeri pada daerah perut kanan bawah
Durasi : 1-3 menit
Skala Nyeri :8

Frekuensi : terus menerus


Masalah Keperawatan :
Nyeri akut
Nyeri kronis
Gangguan persepsi
4. Eliminasi
Pengkajian Perilaku
- Defekasi : ViaAnus,frekuensi : x/hari, konsistensi :
Via Stoma, sebutkan:
Kelainan : diare konstipasi
- Urin : Spontan Kateter Urin Cytostomi
Kelainan : Tidak ada Ada,sebutkan : ( mis : retensi urin,inkontinensia)
- Palpebra edema : Ya Tidak
- Mata cekung : Ya Tidak
Masalah Keperawatan
Nyeri Akut
Inkontinensia Usus
Konstipasi
Diare
Kerusakan Eliminasi Urin
Retensi Urin (Akut/Kronis)

5. Aktivitas dan Istirahat


- Gerakan terbatas : Tidak Ya, karena :
- Nyeri otot Kaku otot Lemah Otot
- Nyeri sendi bengkak sendi Inkordinasi
- Parse/paralise : dibagian :
- Kelelahan Amputasi Deformitas
- Kelainan bentuk ekstremitas : _______________
- Tidur: Malam: 23.00_____ jam, Siang: _____ Jam,
- Dibantu obat : Ya Tidak
- Insomnia : Ya Tidak
Lain-lain : sesekali klien susah tidur___________
- Respon terhadap aktivitas yang teramati :
Kardiovaskuler : berdebar-debar nyeri dada
Respirasi : sesak
- Jenis aktivitas yang perlu dibantu : ___________________
- Pengkajian Neuromuskuler:
ROM: Kekuatan otot:

- Tremor : _______
- Lain-lain : ___________________
Masalah Keperawatan
Intoleransi Aktivitas Kerusakan Mobilitas Fisik
Gangguan pola tidur Keletihan

6. Integritas Kulit
Pengkajian Perilaku
- Warna Kulit : Elastis Tidak Elastis
- Gatal : Ya Tidak
- Risiko dekubitus : Ya Tidak Terdapat Luka : Ya Tidak
- Lokasi luka / lesi lain :

Masalah Keperawatan :
kerusakan integritas kulit
Risiko infeksi
Risiko dekubitus

7. Cairan dan Elektrolit


Pengkajian Perilaku
- Kebisaan minum : 1000-1500 CC/hari .
Jenis : air putih dan minuman bersoda
- Turgor kulit : Normal Kering Tidak elastis
- Punggung kuku : cembung/cekung, warna:……………
- Pengisian kapiler (CRT) :……..detik
- Mata cekung : Tidak Ya : Ka/Ki
- Membran mukosa : lembab/kering
- Konjungtiva : Sklera :
- Edema : Tidak Ya , di:
- Asites : Tidak Ya………….cm
- Minum per NGT : Tidak Ya :…….CC/hari.
- Terpasang infuse : Tidak Ya tts/menit
Jenis : ______________
Lain-lain : …………………………………………………….
Masalah Keperawatan :

Kelebihan volume cairan


Risiko kekurangan volume cairan
Risiko ketidakseimbangan cairan

8. Neurologis

Kesadaran : Composmentis Somnolen Apatis Soporos Koma Koma


GCS : E 4 M 6 V 5

Disorientasi : Waktu : …………, Tempat : ………. Orang :………


Psikologis : TAK gelisah takut sedih rendah diri hiperaktif acuh tak
acuh marah mudah tersinggung Lain-lain : _________________
Masalah Keperawatan :
Kerusakan/deficit memori
Gangguan pengelolaan mood
Konfusi akut

2. Pengkajian Spiritual
Keyakinan Spritual : klien beragama islam
Jenis Keagamaan yang diikuti
Komunikasi non verbal : tidak mau melihat bagian tubuh
Tidak mau menyentuh bagian tubuh
Ekpresi perasaan ; Menyalahkan diri tidak berdaya kesendirian perasaan sedih

Masalah-masalah/kesulitan seksual : ___________


Perubahan terakhir dalam frekuensi /minat. : ___________
Masalah Keperawatan :
Kerusakan Komunikasi Verbal
Koping Tidak Efektif
Harga Diri Rendah
Disfungsi seksual

3. Pengkajian Psikososial
Peran sebelum sakit : sebagai seorang pekerja aktif dan produktif
Peran saat ini : belum bisa berperan dengan baik sesuai dengan tugasnya
Peran dalam struktur keluarga: sebagai kepala rumah tangga dan ayah dari 3 orang anak
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/kondisi :
Konflik Peran : Ya Tidak
Kegagalan peran : Ya Tidak
Pengharapan keluarga /orang terdekat :
Masalah Keperawatan :
Konflik peran orang tua
Hambatan interaksi sosial
Apakah klien mengalami kecemasan : Ya Tidak
Cemas : Ringan sedang Berat
Isolasi social : : Ya Tidak
Masalah Keperawatan
Kecemasan
Kerusakan Interaksi Sosial
DAFTAR PUSTAKA

Akcley, B.J., & Ladwig, G.B. (2011). Nursing diagnosis handbook: an evidence based
guide to planning care, 9th ed. Missouri: Mosby, Inc.
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work. Elsevier Mosby.
https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a
Arifuddin, & Burhanudin, B. (2015). Teori Ilmu Keperawatan Para Ahli “Teori dan
Aplikasi.” Indonesia.

Dessen, W. (2011). Buku Ajar Onkologi Klinis : edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Pusdatin.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2010). Buku Ajar FUNDAMENTAL KEPERAWATAN
Konsep, Proses, & Praktik. (L. H. Dwi Widiarti, Eka Annsa Mardilla, Nike Budi
Subekti, Ed.) (7th ed.). Jakarta: EGC.

Kozlowski L. J., Byerly, S. K., Colantuoni, E., Thompson, C. B.,Vasquenza, K. J., &
Rothman, S.K. (2012). Pain prevalence, intensity, assessment and management in a
hospitalized pediatric population. USA: Elsevier.

McEwen, M. (2014). Theoretical basis for nursing (Edition 4). Wolters Kluwer Health |
Lippincott Williams & Wilkins.

Siegel, R., Naishadham, D., & Jemal, A. (2012). Cancer statistics, 2012. A Cancer Journal
for Clinicians; 62: 10–29. doi:10.3322/caac.20138.

Smith, M. & Parker, M. (2015). Choosing, Evaluating, and Implementing Nursing Theories
for Practice. Nursing Theories and Nursing Practice 4th Ed.
WHO. (2013). Latest World Cancer Statistics Global Cancer Burden Research To 14,1
million new casses in 2012 : Marked Increase in Breast Cancer must be adressed.
http://www.iarc.fr/2013/International Agency For Research On Cancer.

Yarbro, C.H., Wujcik, D., & Gobel, B.H. (2011). Cancer nursing principle and practice (7th
ed.). London: Jones and Bartlett Publisher, LLC
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work. Elsevier Mosby.
https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a
Arifuddin, & Burhanudin, B. (2015). TEORI ILMU KEPERAWATAN PARA AHLI “Teori
dan Aplikasi.” Indonesia.
McEwen, M. (2014). Theoretical basis for nursing (Edition 4). Wolters Kluwer Health |
Lippincott Williams & Wilkins.
Nurarif A & Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.
Smith, M. & Parker, M. (2015). Choosing, Evaluating, and Implementing Nursing Theories
for Practice. Nursing Theories and Nursing Practice 4th Ed.

Anda mungkin juga menyukai