Anda di halaman 1dari 35

MK.

KMB Lanjutan I

Fasilitator:
Abdul Majid, S.Kep.Ns. M.Kep.Sp.Kep.MB

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


PNEUMONIA

Disusun oleh:
Kelompok IV

Fitria Masriani
Dwi Esti Handayani Andi Wahyuni
Rosita Ferry Adref
Nunung Iriani M Nur Doa Siti Yartin
Nursyamsi

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai “Asuhan Keperawatan pada pesien dengan gangguan system
Pernapasan Pneumomnia“. Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok
di semester 2 untuk Mata Kuliah KMB Lanjutan I pada Program Magister
Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar.
Makalah ini kami buat dengan melihat berbagai sumber referensi atau
literatur yang ada. Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh bantuan
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada
makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran serta kritik yang
dapat membangun, untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Makassar, Maret 2018

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………… i


DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………... 1
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT……………………………….. 3
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN……………………… 10
BAB IV PEMBAHASAN...…………………………………………….. 27
BAB PENUTUP………………………………………………………… 30
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi yang menginfeksi


kira-kira 450 juta orang pertahun dan terjadi di seluruh penjuru dunia. Sekitar
200 juta kasus pneumonia yang didapat komunitas virus terjadi setiap tahun-
100 juta pada anak-anak dan 100 juta pada orang dewasa. Penyakit ini
merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok yang
menyebabkan jutaan kematian (7% dari kematian total dunia) setiap tahun.
Angka ini paling besar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari lima
tahun, dan dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun (O Ruawaren, et al, 2011).
Pneumonia adalah radang kantung udara di paru-paru dan kadang
disertai dengan luka, pneumonia bisa menyerang pada satu daerah paru atau
berada dibeberapa bagian. Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus, bakteri
dan jamur yang terpapar di lingkungan. Virus dan bakteri penyebab
pneumonia dapat dengan mudah keluar melalui hidung atau mulut saat bersin
dan kemudian menginfeksi tubuh yang lain. Pasalnya bakteri dan virus dapat
dikeluarkan dengan mudah saat bernafas (Langke et al, 2015) .
Pneumonia merupakan penyumbang 16% dari semua kematian anak di
bawah 5 tahun, menewaskan 920 anak-anak pada tahun 2015. Menurut
laporan dari International Vacine Access Center At The Johns Hopkins
University Bloomberg School Of Public Health pada bulan November tahun
2010, penyakit pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 1di India,
nomor 2 di Nigeria dan di Indonesia pada urutan ke 8.
Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
penyakit kardiovaskular (CVD) dan tuberculosis (TBC), dengan jumlah
penemuan penderita pneumonia pada anak 503.738 kasus. Faktor soisal
ekonomi yang rendah di Indonesia turut pertinggi angka kematian akibat
pneumonia(Kementrian Kesehatan RI, 2016).

1
B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa


dapat mengetahui dan mampu menganalisi asuhan keperawatan klien dengan
pneumonia berdasarkan kasus, konsep dan evidence based practice.

2
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Pneumonia merupakan suatu penyakit peradangan akut pada parenkim
paru yang berawal dari infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
(Nurarif & Kusuma, 2015). Pneumonia adalah peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bermacam-macam agen infeksius, termasuk virus,
bakteri, dan mukoplasma(Smeltzer & Bare, 2008); (Kurniati, Trisyani, &
Theresia, 2018).Pneumonia merupakan proses inflamasi pada parenkim paru
yang berhubungan dengan peningkatan cairan alveolar dan interstisial (Black
& Hawks, 2014).

Gambar 1. Gambaran alveoli pada Pneumonia

3
VIRUS BAKTERIAL MYCOPLASMAL
Respiratory syncytial Streptococcus Mycoplasma
Agen virus, parainfluenxa, pneumonia, pneumoniae
penyebeb influenza, adenovirus, Staphylococcus
rhinovirus aureus, Haemophilus
influenza
Usia Seluruh usia, paling Seluruh usia Paling sering terjadi
sering terjadi pada anak pada anak usia < 5
usia < 5 tahun tahun
Awal serangan Bertahap Cepat Bertahap
Demam Sedang Tinggi, sering dengan Rendah
menggigil
Batuk Kering Produktif Kering, melengking,
khususnya malam
hari
Suara napas Sedikit crackles, sedikit Menurun, crackles, Ditemukan crackles,
wheezing ronchi wheezing jarang
Tanda dan Beratnya bervariasi; Nyeri pleuritis, Sakit kepala,
gejala lain mialgia anoreksia pharyngitis,malaise,
Foto thoraks; menyebar Foto thoraks: menyebar anoreksia
atau tambahan infiltrat atau tambahan infiltrate Foto thoraks:
Darah putih normal Sel darah putih mungkin
meningkat, sering menunjukkan area
dengan peningkatan sel konsolidasi
Sel darah putih
normal
Penanganan Perawatan suportif Perawatan suportif Perawtan suportif
spesifik Rentan terhadap infeksi Antibiotik Antibiotik
instalasi gawat sekunder
darurat
Table 1. Jenis-jenis Pneumonia dengan sifat karakteristik (Kurniati et al., 2018).

B. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma, agen
jamur, dan protozoa. Aspirasi makanan, cairan, atau muntahan atau asap
beracun atau bahan kimia berbahaya, debu, atau gas dapat menyebabkan
terjadinya pneumonia. Pneumonia bisa menyebabkan komplikasi pada orang
dengan imobilitas atau penyakit kronis, influenza, dan dapat menjadi
penyebab kematian (Black & Hawks, 2014).

4
Penyebaran infeksi lebih sering terjadi melalui droplet yang disebabkan
oleh streptoccus pneumonia. Melalui selang infus biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus(Nurarif & Kusuma, 2015).

C. Faktor Risiko dan Tindakan Preventif


Dengan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor dan situasi yang
menjadi predisposisi terhadap pneumonia, akan membantu mengidentifikasi
pasien yang berisiko terhadap pneumonia, diantaranya (Smeltzer & Bare,
2008).
Kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan
mengganggu drainase normal paru, misalnya kanker, PPOM. Tindakan
preventif : meningkatkan batuk dan pengeluaran sekresi.
1. Pasien imunosupresif dan neutropenia (pasien dengan jumlah netrofil yang
rendah). Tindakan preventif : pengawasan terhadap infeksi.
2. Perokok, karena asap rokok mengganggu aktivitas mukosiliari dan
makrofag. Tindakan preventif : anjurkan untuk berhenti merokok.
3. Pasien tirah baring lama dengan immobilisasi dan bernafas dangkal,
berisiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif : sering mengubah
posisi.
4. Pasien dengan depresi reflex batuk, cedera kepala, anesthesia, atau
mempunyai mekanisme menelan abnormal. Tindakan preventif :
penghisapan trakeobronkial, sering mengubah posisi, pengawasan dalam
pemberian obat yang meningkatkan risiko aspirasi, dan terapi fisik dada.
5. Pasien dengan regimen NPO (dipuasakan) atau yang mendapatkan
antibiotik dan mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan
berisiko. Tindakan preventif : oral hygiene yang teratur.
6. Pasien intoksikasi, karena alkohol akan menekan refleks-refleks tubuh,
mobilisasi sel darah putih, dan gerakan siliaris trakeobronkial. Tindakan
preventif : anjurkan untuk mengurangi asupan alkohol.
7. Pasien tersedasi atau mendapatkan pengobatan opioid, dapat mengalami
depresi pernapasan dan akumulasi sekret pada bronkhial. Tindakan
preventif : pantau ketat frekuensi dan kedalaman pernapasan sebelum

5
memberikan obat-obatan. Jika terdapat depresi pernafasan, tunda
pemberian obat dan laporkan ke tim medis.
8. Pasien tidak sadar atau mempunyai refleks batuk dan menelan yang buruk
akan mengalami penumpukan sekresi atau aspirasi. Tindakan preventif :
lakukan suction lendir sesuai indikasi.
9. Lansia yang post operasi dan mengalami depresi refleks batuk dan glotis.
Tindakan preventif : sering mobilisasi, batuk efektif, dan latihan
pernafasan.
10. Pasien yang mendapatkan terapi pernafasan dengan menggunakan alat
bantu. Tindakan preventif : Pastikan kebersihan alat bantu pernafasan yang
digunakan.
11. Lansia. Menurut hasil penelitian (Langke, Ali, & Simanjuntak, 2015)
dengan melihat hasil foto toraks penderita pneumonia lebih banyak
ditemukan pada kelompok lansia, terutama laki-laki.

D. Manifestasi Klinis
Pneumonia dapat menimbulkan gejala diantaranya (Nurarif & Kusuma,
2015) :
1) Demam. Paling sering pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu 39,5 –
40,5 derajat Celsius dan disertai infeksi ringan. Seperti hasil penelitian
(Subanada, Putu, & Purniti, 2010), Suhu dan jumlah leukosit berhubungan
dengan pneumonia bakteri pada anak.
2) Meningismus merupakan tanda-tanda meningeal tanpa disertai infeksi
meninges.
3) Anoreksia, muntah, nyeri abdomen, dan muntah.
4) Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
5) Keluaran nasal, dapat berupa cairan encer dan rinorea atau kental dan
purulen.
6) Terdapat bunyi abnormal pada pernafasan (mengi, stridor, krekels)
7) Batuk, kesulitan bernafas, dan disfagia

6
8) Kondisi berat pada bayi berupa muntah, kejang, letargis, sianosis, dan
distress pernafasan berat.
9) Takipnue ( 2-11 bulan : ≥ 50 kpm dan 1-5 tahun : ≥ 40 kpm ).

E. Patofisiologi

Normal (sistem
Organisme
pertahanan) terganggu

Virus Saluran napas bagian Stapilokokus


bawah pneumokokus

Trombus
Kuman patogen
Eksudat masuk ke
mencapai bronkioli
alveoli
terminalis merusak sel Toksin, coagulase
epitel bersilia, sel goblet
Alveoli
Permukaan lapisan
Cairan edema + leukosit pleura tertutup ebal
Sel darah merah,
ke alveoli eksudat trombus vena
leukosit, pneumokokus
pulmonalis
mengisi alveoli
Konsolidasi paru

Leukosit + fibrin Nekrosis hemoragik


Kapasitas vital, mengalami konsolidasi
compliance menurun,
hemoragik
Leukositosis

Intoleransi aktivitas Suhu tubuh meningkat


Defisiensi pengetahuan
Resiko kekurangan
volume cairan
Hipertermi

Produksi sputum Abses pneumatocele


meningkat (kerusakan jaringan
parut)

Ketidakefektifan
bersihan jalan napas Ketidakefektifan pola
napas
7
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural ( lobar, bronchial ) ; abses.
2) Biopsi paru : menetapkan diagnosis.
3) Pemeriksaan kultur, sputum dan darah : mengidentifikasi organisme
4) Pemeriksaan serologi : membantu membedakan diagnosis organisme
khusus.
5) Pemeriksaan fungsi paru : mengetahui kondisi paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6) Spirometrik statistic : mengidentifikasi jumlah udara yang teraspirasi
7) Bronkostopi : menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

Gambar 2. Hasil sinar X (Foto Toraks)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia secara umum diberikan berupa (Nurarif &
Kusuma, 2015):
1) Kaji pernapasan (Kurniati et al., 2018)
2) Oksigen 1-2 L/menit
3) IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3:1 + KCl 10 mEq/500 ml cairan. (
Tetap memperhatikan jumlah asupan cairan sesuai berat badan, kenaikan
suhu, dan status hidrasi ).
4) Pemberian makanan enteral secara bertahap dapat diberikan jika napas
tidak terlalu sesak, melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

8
5) Berikan inhalasi dengan normal salin dan beta agonis jika terdapat sekrsi
lendir berlebih, untuk meningkatkan transport mukolisier.
6) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
7) Berikan antipiretik, jika dibutuhkan (Kurniati et al., 2018).
8) Penatalaksanaan pemberian antibiotik disesuaikan hasil kultur,
berdasarkan penyebabnya :
a. Pneumonia community based : Ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dan
Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.
b. Pneumonia hospital based : Sefatoksim 100 mg/kgBB/hari, dan
Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.
9). Penelitian yang dilakukan oleh (Quartin, Scerpella, Puttagunta, & Kett,
2013) menemukan adanya kejadian Multi-Drug Resistant (MDR) patogen
gram negatif yang sama terhadap pasien pneumonia dengan Healthcare-
Associated Pneumonia (HCAP), Hospital-Acquired Pneumonia (HAP),
maupun Ventilator-Associated Pneumonia (VAP).

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DAN
NURSING CARE PLAN (NCP) PNEUMONIA
(Doenges E Mailynn, Moorhouse Mary Frances, 2014)

A. Initial Assesment
1. Aktivitas dan Istirahat
a) Keletihan
b) Kelemahan
c) Insomnia
d) Imobilisasi dan dan tirah baring dalam jangka waktu panjang
e) Berkurangnya tolerandi terhadap aktivitas
f) Kelesuan
2. Sirkulasi
a) Riwayat gagagl jantung kronis dalam jangka waktu dekat ini
b) Takikardi
c) Tampak pucat
d) Tampak lemas
3. Makanan dan cairan
a) Kehilangan selera makan
b) Mual dan muntah
c) Dystensi abdomen
d) Suara / bising usus yang hiperaktif
e) Kulit kering dengan turgor yang jelek
f) Penampilan kurus (malnutrisi)
4. Neurosensory
a) Sakit kepala frontal (influenza)
b) Perubahan dalam mental, seperti kebingungan, mengantuk
c) Perubahan perilaku, seperti mudah tersinggung, gelisah, lesu
5. Nyeri / Ketidaknyamanan
a) Sakit kepala
b) Nyeri dada (pleuritic) diperparah oleh batuk

10
c) Sakit dada substernal (influenza)
d) Mialgia, artralgia
e) Sakit perut
f) Memegang / menjaga daerah yang terkena nyeri
g) Posisi-biasanya terletak pada sisi yang terkena dampak untuk
membatasi pergerakan
6. Pernapasan
a) Riwayat infeksi saluran pernapasan atas yang berulang atau
kronis(URI), tuberkulosis, PPOK
b) Riwayat merokok
c) Napas pendek progresif
d) Adanya trakeostomi, tabung endotrakea
e) Perawatan saat ini dengan ventilator mekanis
f) Batuk kering (awalnya), maju menjadi batuk produktif
g) Respirations: Takipnea, respirasi mendengkur dangkal
h) Penggunaan otot aksesori, cuping hidung
i) Suara nafas berkurang atau tidak ada di area yang terlibat
j) Suara nafas bronkial di atas area konsolidasi
k) Bunyi napas cracels saat inspiratif
l) Warna kulit : Pucat atau sianosis bibir atau kuku
m) Sputum: Sedikit atau berlebihan; pink, berkarat, atau purulen
(hijau,kuning, atau putih)
n) Perkusi: Dull over pada area terkonsolidasi
o) Fremitus: Taktil dan vokal, secara bertahap meningkat dengan
konsolidasi terdengar friction rub
p) Tanda-tanda gangguan pernafasan (Bradley dkk, 2011)
1) Takipnea - laju pernafasan, napas / menit
2) Usia 0-2 bulan:> 60
3) Usia 2-12 bulan:> 50
4) Usia 1-5 tahun:> 40
5) Usia 5 tahun:> 20

11
q) Dispnea
r) Retraksi (suprasternal, intercostals, atau subcostal); menyemburkan
hidung
s) Terdengar suara Menggerogoti
t) Apnea
u) perubahan status mental
v) Pulse oksimetri berukuran 90% ruang udara
7. Kenyamanan
a) Menggigil berulang
b) Riwayat gannguan sistem kekebalan tubuh yang berubah, seperti
sistemik lupuserythematosus (SLE), AIDS, keganasan aktif,
neurologispenyakit, HF, diabetes, penggunaan steroid atau kemoterapi;
institusionalisasi,debilitasi umum
c) Diaphoresis
d) Gemetar
e) Ruam, dalam kasus rubeola atau varicella
f) Demam 102 ° F sampai 104 ° F (39 ° C sampai 40 ° C)
8. Edukasi
a) Riwayat Operasi, penggunaan alkohol kronis atau riwayat alkoholisme
yang panjang,terapi obat intravena (IV), kemoterapiatau terapi
imunosupresif lainnya
b) Penggunaan suplemen herbal, seperti bawang putih, ginkgo,
licorice,bawang merah, kunyit, horehound, marshmallow, mullein, ceri
liarkulit kayu, astragalus, echinacea, elderberry, goldenseal, Oregon,
akar anggur
9. Pertimbangan rencana belajar
a) Bantuan dengan perawatan mandiri, tugas ibu rumah tangga
b) Oksigen tambahan, terutama jika pemulihan berkepanjangan
atauKondisi predisposisi lainnya ada
10. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan radiologi

12
1) Rontgen dada: Mengevaluasi organ dan struktur di dalam
dada.Mengkonfirmasi diagnosis pneumonia.Sinar-X dada tidak
dilakukan secara rutin untuk anak-anak, tapiharus diperoleh pada
anak dengan dugaan atau terdokumentasihipoksemia atau distres
pernafasan yang signifikan (Black and Hawks, 2014)
Konfirmasikan diagnosis pneumonia. Mengidentifikasi distribusi
structural pneumonia, seperti lobar atau bronkial. Mungkin
tunjukkaninfiltrasi yang tersebar atau terlokalisasi (bakteri) atau
menyebar daninfiltrat nodular luas (lebih sering virus). Dalam
MycoplasmaPneumonia, rontgen dada bisa jadi jelas
2) Ultrasongraphy: Menggunakan gelombang ultrasonik untuk
memvisualisasikan internalorgan untuk patologi yang mungkin.
Penelitian terbaru menemukan bahwa pencitraan ultrasound point-
of-caredapat mendiagnosis pneumonia pada anak-anak dan dewasa
mudadengan spesifisitas yang lebih tinggi daripada x-ray (Shah,
2013).
b) Pemeriksaan darah
3) Hitung darah lengkap (CBC): Baterai tes skrining itubiasanya
meliputi hemoglobin (Hgb); hematokrit (Hct); merahjumlah sel
darah merah (RBC), morfologi, indeks, dan distribusiindeks lebar;
jumlah trombosit dan ukuran; sel darah putih (WBC)hitungan dan
diferensial Menyediakan data dasar tentang hematologisistem dan
menghasilkan informasi yang berkaitan dengan pengangkutan
oksigenkapasitas dan infeksi.
4) Pemeriksaan sputum: Koleksi sering diperlukan untuk
menentukanetiologi penyakit, jenis organisme, dan kepekaan
terhadap antibiotik. Pemeriksaan sputum serial mungkin
diperlukan untuk menentukanrespon terhadap pengobatan
5) RSV Washing : Mendeteksi virus yang sedang ditumpahkan
disekret pernapasan / hidung anak yang terinfeksi biasanyaantara
usia 6 bulan sampai 2 tahun.
6) Kultur darah: Menentukan adanya infeksi.

13
c) Pemeriksaan lainya
1) Uji serologis (titer virus atau Legionella, agglutinin
dingin):Membantu diagnosis banding organisme spesifik.
2) Gas darah arterial (ABG): Mengukur oksigen dan karbondioksida
untuk menyingkirkan hipoksemia atau hiperkkapnia.
3) Bronkoskopi: Penyisipan ruang lingkup yang fleksibel ke
dalamSaluran udara memungkinkan visualisasi langsung cabang
trakeobronkialuntuk kelainan dan untuk mendapatkan dahak untuk
pemeriksaan sitologi
4) Oksimetri pulsa: Pengukuran darah oksigen arteri noninvasive
difusi dan saturasi.
11. Prioritas keperawatan
a) Menjaga atau memperbaiki fungsi pernafasan.
b) Mencegah komplikasi.
c) Dukung proses recuperative.
d) Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis,
danpengobatan.
12. Tujan pemulangan
a) Ventilasi dan oksigenasi cukup untuk kebutuhan individu.
b) Komplikasi dicegah atau diminimalkan.
c) Proses penyakit, prognosis, dan rejimen terapeutikdipahami.
d) Perubahan gaya hidup diidentifikasi dan diawali untuk
mencegahnyakambuh.
e) Rencanakan di tempat untuk memenuhi kebutuhan setelah keluar.

B. Diagnosa Keperawatan
Dignosa keperawatn yang kemungkinan muncul pada pasien dengan
Pneumonia adalah sebagai berikut (Doenges E Mailynn, Moorhouse Mary
Frances, 2014), (International NANDA, 2014)(Black Joyce M and Hawks
Jane Hokanson, 2014):

14
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d infeksi ([peradangan bronkial
trakea, pembentukan edema]; penyakit paru obstruktif kronik, serta
Eksudat di alveoli
2. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar-kapiler dan
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Resiko infeksi
a. Faktor resiko : Pertahanan primer yang tidak memadai - tindakan
siliaris menurun, stasis cairan tubuh [sekret pernapasan], Defek
sekunder yang tidak memadai - [adanya infeksi yang ada],
imunosupresi; penyakit kronis, malnutrisi
4. Intoleransi aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan
oksigen Kelemahan umum
5. Nyeri akut b/d Agen penyebab cedera (mis., Pembengkakan biologis
parenkim paru, reaksi seluler terhadap racun yang beredar; persisten
fisikbatuk)
6. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Faktor resiko : Ouput yang berlebihan melalui rute normal- [misalnya,
demam, diafonis besar, pernafasan mulut,
hiperventilasi]Penyimpangan mempengaruhi asupan cairan
7. Resiko kekurangan volume cairan
a. Faktor resiko : Faktor biologis - kebutuhan metabolik meningkat
[demam, proses menular][Distensi abdomen dan gas (menelan udara
selama episode dyspneic)]
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, perawatan,
perawatan diri, dan kebutuhan pemulangan. b/d Kurangnya terpapar
informasi, kesalahan penafsiran informasi dan kurang daya ingat

15
C. Intervensi Keperawatan

Nursing Outcome Nursing Intervention


Diagnose Keperawatan Classsification Classification (Bulechek,
No
(Moorhead, Marion, Butcher, Dochterman, &
Maas, & Elizabeth, 2013) Wagner, 2013)

1 Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan 1) Kaji tingkat dan


jalan napas b/d infeksi perawatan 1 kali 24 jam kedalaman respirasi dan
([peradangan bronkial klien mampu menunjukan gerakan dada. Pantau
trakea, pembentukan status pernapasan: tanda-tanda kegagalan
edema]; penyakit paru kepatenan jalan napas di pernafasan; sebagai
obstruktif kronik, serta tandai denngan batasan contoh, sianosis dan
Eksudat di alveoli karakteristik: takipnea berat.
1. Tingkat Agitasi 2) Askultasi lapang paru-
2. Tingkat Kecamasan paru, mencatat daerah
3. Pencegahan Aspirasi menurun atau tidak ada
4. Respon Ventilasi aliran udara dan suara
Mekanik: Dewasa nafas adventif, seperti
5. Status Pernapasan crackles dan desis
6. Status Pernapasan: 3) Tinggikan kepala
Pertukaran Gas tempat tidur; ubah
7. Status Pernapasan: posisi sering
Ventilasi 4) Bantu klien dengan
8. Kontrol Gejala latihan pernafasan yang
9. Tanda-Tanda Vital sering. Tunjukkan dan
bantu klien, sesuai
kebutuhan; belajar
untuk melakukan
aktivitas, seperti batuk
efektif
5) Lakukan suction bila
ada indikasi
6) Berikan cairan kurang
lebih 2500 cc perhari
sesuai indikasi dan
cairan yang diberikan
adalah cairan hangat
7) Membantu dan
memantau efek
perawatan nebulizer dan
fisioterapi pernafasan
lainnya, seperti
spirometer insentif,

16
pernafasan tekanan
positif intermiten
(IPPB), perkusi, dan
drainase postural.
Lakukan perawatan
antara makan dan batas
cairan bila sesuai.
8) Berikan obat, seperti
yang ditunjukkan,
misalnya mukolitik,
ekspektoran,
bronkodilator, dan
analgesik.
9) Berikan cairan
tambahan seperti IV,
oksigen yang
dilembabkan/
10) Pantau rontgen dada
serial, ABG, dan
oksimetri nadi
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan 1) Kaji tingkat pernafasan,
b/d Perubahan membran perawatan 1 kali 24 jam kedalaman, dan
alveolar-kapiler dan klien mampu menunjukan kesulitan bernapas
Ketidakseimbangan pertukaran gas dengan 2) Amati warna kulit,
ventilasi-perfusi batasan karakteristik: selaput lendir, dan
1. Kognisi warna kuku mencatat
2. Orientasi Kognitif adanya sianosis perifer
3. Tingkat Delirium atau sentral sianosis
4. Keseimbangan 3) Menilai status mental.
Elektrolit & Asam/ 4) Pantau denyut jantung
Basa dan ritme.
5. Konservasi Energi 5) Pantau suhu tubuh,
6. Fungsi Sensori: seperti yang
Pandangan ditunjukkan. Bantu
7. Keparahan Gejala dengan langkah-langkah
8. Perfusi Jaringan kenyamanan untuk
9. Perfusi Jaringan: mengurangi demam dan
Organ Abdominal menggigil, seperti
10. Perfusi Jaringan: penambahan atau
Kardiak pengangkatan bedcover,
11. Perfusi Jaringan: suhu kamar yang
Selurel nyaman, dan mandi
12. Perfusi Jaringan: spons air hangat atau
Pulmonari dingin.
13. Tanda-Tanda Vital 6) Pertahankan bedrest.

17
Dorong penggunaan
teknik relaksasi dan
kegiatan diversifikasi
7) Tinggikan kepala dan
dorong perubahan posisi
yang sering, dalam
bernapas, dan batuk
efektif.
8) Monitor hasil ABG dan
pulse oximetri
9) Berikan terapi oksigen
dengan cara yang tepat,
misalnya,kanule nasal,
NRM,NRM
10) Siapkan dan transfer ke
unit perawatan kritis
jika ditunjukkan
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1) Pantau tanda vital
perawatn 1 kali 24 jam secara dekat, terutama
klien tidak menunjukan saat inisiasi terapi.
tanda- tanda infeksi 2) Anjurkan klien
dengan batasan mengenai disposisi
karakteristik: sekresi (misalnya,
1. Control Resiko meningkatkan dan
Komunitas: Penyakit mengeksitasi versus
Menular menelan) dan pelaporan
2. Konsekuensi perubahan warna,
Imobilitas: Fisiologi jumlah, dan bau sekresi.
3. Status Imunitas 3) Tunjukkan dan dorong
4. Pengetahuan: teknik mencuci tangan
Manajeman Penyakit dengan baik.
Akut 4) Ubah posisi sering dan
5. Manajeman Penyakit: berikan pulmonary yang
Kronik baik toilet.
6. Respon Pengobatan 5) Lakukan teknik suction
7. Status Nutrisi: Asupan yang tepat untuk klien
Nutrisi 6) Batasi pengunjung
8. Kontrol Resiko: Proses seperti yang
Infeksi manajemen ditunjukkan.
Diri: Penyakit Kronik 7) Tindakan pencegahan
9. Perilaku berhenti isolasi secara individual
Merokok 8) Dorong istirahat
secukupnya seimbang
dengan aktivitas sedang.
9) Berikan asupan nutrisi

18
yang memadai.
10) Pantau efektivitas terapi
antimikroba.
11) Selidiki perubahan
mendadak atau
memburuknya
kondisinya Seperti
meningkatnya nyeri
dada, suara jantung
ekstra, berubah
sensorium, demam
berulang, dan
perubahan Karakteristik
dahak
12) Berikan antimikroba,
seperti yang
ditunjukkan, oleh hasil
dahak dan kultur darah:
misalnya, makrolida
seperti azitromisin
(Zithromax),
klaritromisin (Biaxin),
eritromisin (E-Mycin);
Kombinasi penisilin,
misalnya, amoksisilin
dan klavulanat
(Augmentin);
tetracyclines, untuk
Contohnya, doksisiklin
(Doryx, Bio-Tab);
fluoroquinolones,
misalnya,
moksifloksasin
(Avelox), levofloxacin
(Levaquin), ciprofloxin
(sipro), gemifloxin
(Factive); sefalosporin,
untuk Misalnya,
cefuroxime (Kefurox,
Zinacef), cefaclor
(Ceclor), ceftazidime
(Ceptax, Fortaz);
ketolides, misalnya,
telithromycin
4 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan 1) Evaluasi respons klien

19
Ketidakseimbangan antara perawatan 1 kali 24 jam terhadap aktivitas.
suplai dan permintaan klien mampu menunjukan Perhatikan laporan
oksigen Kelemahan umum toleransi aktifitas di tandai tentang dispnea,
denngan batasan peningkatan kelemahan
karakteristik: dan kelelahan, dan
1. Toleransi Terhadap perubahan tanda vital
Aktivitas selama dan setelah
2. Daya Tahan aktivitas.
3. Energi Psikomotor 2) Sediakan lingkungan
yang sepi dan batasi
pengunjung selama fase
acut seperti yang
ditunjukkan
3) Doronglah penggunaan
manajemen stress dan
kegiatan diversifikasi
yang sesuai.
4) Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
perawatan dan
kebutuhan
menyeimbangkan
aktivitas dengan
istirahat.
5) Bantu klien untuk
mengasumsikan posisi
nyaman untuk istirahat
dan tidur.
6) Bantu dengan kegiatan
perawatan diri
seperlunya.
Menyediakan
7) peningkatan aktivitas
yang progresif selama
fase pemulihan
5 Nyeri akut b/d Agen Setelah dilakukan 1) Tentukan karakteristik
penyebab cedera (mis., perawatan 1 kali 24 jam nyeri,. Selidiki
Pembengkakan biologis klien mampu mengontol perubahan karakter,
parenkim paru, reaksi nyeri di tandai dengan lokasi, dan intensitas
seluler terhadap racun batasan karakteristik: sakit
yang beredar; persisten 1. Tingkat kecemasan 2) Pantau tanda vital.
fisik batuk) 2. Napsu makan 3) Sediakan tindakan
3. Kepuasan Klien: pengamanan, seperti
Manajemen Nyeri back rubs, perubahan
4. Kepuasan Klien: posisi, dan musik yang

20
Konrol Gejala tenang atau percakapan.
5. Status Kenyamanan 4) Dorong penggunaan
6. Status Kenyamanan: relaksasi dan latihan
Fisik pernapasan.
7. Tingkat 5) Tawarkan kebersihan
Ketidaknyamanan mulut (oral Hygiene)
8. Pergerakan yang sering.
9. Keparahan Mual 6) Berikan analgesic dan
&Muntah antitusif sesuai indikasi
10. Nyeri: Respon
Psikologis Tambahan
11. Nyeri: Efek yang
Mengganggu
12. Tidur
13. Kontrol Gejala
14. Keparahan Gejala
15. Tanda-Tanda Vital
6 Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1) Identifikasi faktor-faktor
nutrisi kurang dari perawatan 1 kali 24 jam yang berkontribusi
kebutuhan tubuh klien mampu menunjukan terhadap
status nutrisi yang adekuat ketidakmampuan untuk
di tandai dengan batasan makan, seperti dyspnea
karakteristik: berat, nyeri, mual dan
1. Napsu makan muntah, dahak
meningkat berlebihan, atau
2. Mempertahankan atau perawatan pernafasan.
mengembalikan BB 2) Sediakan wadah tertutup
yang diinginkan untuk sputum dan ganti
sesering mungkin engan
interval waktu.
3) Membantu dan
mendorong kebersihan
mulut setelah muntah,
setelah perawatan
drainase aerosol dan
postural, dan sebelum
makan.
4) Jadwalkan perawatan
pernapasan minimal 1
jam sebelum makan.
5) Auskultasi prestaltik
usus. Amati dan raba
distensi abdomen
6) Sediakan makanan kecil
dan sering, termasuk

21
makanan kering, seperti
roti panggang atau
biskuit, dan makanan
yang menarik bagi klien.
7) Evaluasi keadaan gizi
umum. Dapatkan berat
badan awal Timbang
secara teratur dan catat
hasil dalam grafik.
8) Konsultasikan tim ahli
gizi dan gizi.
7 Resiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Manajemen cairan
volume cairan perawatn 3 kali 24 jam 2. Menilai perubahan tanda-
klien mampu menunjukan tanda vital: seperti
keseimbangan volume peningkatan suhu, demam
cairan di tandai denngan yang berkepanjangan,
batasan karakteristik: takikardia dan hipotensi
1. Keseimbangan Cairan ortostatik
2. Hidrasi 3. Kaji turgor kulit,
kelembaban selaput lendir,
bibir dan lidah
4. Perhatikan mual dan
muntah
5. Pantau asupan dan
pengeluaran cairan:
perhatikan warna dan
karakteeristik urine
6. Pantau adanya takikardia
7. Pantau asupan cairan
memalui rute perenteral
8 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan pasien
(kebutuhan belajar) perawatan 3 kali 24 jam tentang penyakitnyadan
tentang kondisi, klien mampu menunjukan proses harapan pemulihan.
perawatan, perawatan diri, pengetahuan tentang 2. Berikan informasi yang
dan kebutuhan pengetahuan penyakit dibutuhkan klien tentang
pemulangan. b/d yang adekuat di tandai penyakitnya
Kurangnya terpapar dengan batasan 3. Berikan informasi
informasi, kesalahan karakteristik: pentingnya batuk efektif
penafsiran informasi dan 1. Ungkapan verbal 4. Tekankan kebutuhan dan
kurang daya ingat tentang pemahaman pentingnya kelanjutan
kondisi penyakit, terapi antibiotik sesuai
proses penyakit dan waktu yang ditentukan
prognosis 5. Berikan informasi
2. Komunikasi verbal pentingnya penghentian
tengtang pemanhaman merokok

22
regimen tepeutik 6. Berikan informasi
3. Memulai prubahan pentingnya keseimbangan
gaya hidup yang istirahat dan aktifitas
diperlukan 7. Berikan informasi tanda
4. Berpartisipasi dalam dan gejala yang
program pengobatan memerlukan tindakan
perawatan:
 Adanya peningkatan
dyspnea
 Nyeri dada
 Kelelahan yang
berkepanjangan
 Penurunan BB
 Demam atau
kedinginan

D. Evaluasi
Hasil yang dievaluasi adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan napas kembali efektif
2. Tidak ditemukan gangguan pertukaran gas
3. Tidak terjadi infeksi
4. Tercapainya toleransi terhadap aktivitas klien
5. Nyeri dapat dikontrol
6. Tidak terjadi gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Tidak terjadi gannguan keseimbangan cairan dan elektrolit
8. Pengetahuan tentang proses penyakit, kondisi dan regimen teraupetik
adekuat

E. Evidence Based Practice

Nursing Intervention Classification


NO EBP
(Bulechek et al., 2013)

1 11) Tinggikan kepala tempat tidur; Airway hygiene in the intensive care unit :
ubah posisi sering a. Kebersihan jalan napas adalah pencegahan
12) Bantu klien dengan latihan pneumonia dan gagal napas, dekontaminasi
pernafasan yang sering. Tunjukkan orofaring dengan bilidida biocide
dan bantu klien, sesuai kebutuhan; mengurangi kejadian pneumonia

23
belajar untuk melakukan aktivitas, b. pengisapan trakea harus dilakukan hanya
seperti batuk efektif pada basis 'sesuai kebutuhan'. Perangkat
13) Berikan cairan kurang lebih 2500 kateter hisap tertutup (in-line) harus
cc perhari sesuai indikasi dan digunakan dan perubahan rutinperangkat ini
cairan yang diberikan adalah cairan tidak diperlukan
hangat c. fisioterapi dada harus dibatasi untuk
14) Membantu dan memantau efek pasien dengan atelektasis akut dan / atau
perawatan nebulizer dan fisioterapi produksi sputum berlebihan yang tidak
pernafasan lainnya, seperti mampu melakukan kebersihan jalan napas
spirometer insentif, pernafasan independen
tekanan positif intermiten (IPPB),
perkusi, dan drainase postural.
Lakukan perawatan antara makan Management pain
dan batas cairan bila sesuai.
15) Berikan obat, seperti yang Diet Elemental untuk mengurangi resiko
ditunjukkan, misalnya mukolitik, pneumonia aspirasi pada pasien tirah baring
ekspektoran, bronkodilator, dan
analgesik. Rehabilitasi ADL menunjukkan Glittre
16) Berikan cairan tambahan seperti Activities of Daily Living test (Latihan
IV, oksigen yang dilembabkan pernapasan dan berjalan bebas, latihan
peregangan otot, latihan otot perifer) dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kualitas
fungsional dibandingkan dengan yang latihan
fisioterapy pernapasan standar
11) Pertahankan bedrest. Dorong
penggunaan teknik relaksasi dan
kegiatan diversifikasi
12) Berikan terapi oksigen dengan cara
yang tepat, misalnya,kanule nasal,
NRM,NRM

13) Anjurkan klien mengenai disposisi


sekresi (misalnya, meningkatkan
dan mengeksitasi versus menelan)
dan pelaporan perubahan warna,
jumlah, dan bau sekresi.
14) Tunjukkan dan dorong teknik
mencuci tangan dengan baik.
15) Lakukan teknik suction yang tepat
untuk klien
16) Dorong istirahat secukupnya
seimbang dengan aktivitas sedang.
17) Berikan asupan nutrisi yang
memadai.
18) Selidiki perubahan mendadak atau

24
memburuknya kondisinya Seperti
meningkatnya nyeri dada, suara
jantung ekstra, berubah sensorium,
demam berulang, dan perubahan
Karakteristik dahak
19) Berikan antimikroba, seperti yang
ditunjukkan, oleh hasil dahak dan
kultur darah: misalnya, makrolida
seperti azitromisin (Zithromax),
klaritromisin (Biaxin), eritromisin
(E-Mycin); Kombinasi penisilin,
misalnya, amoksisilin dan
klavulanat (Augmentin);
tetracyclines, untuk Contohnya,
doksisiklin (Doryx, Bio-Tab);
fluoroquinolones, misalnya,
moksifloksasin (Avelox),
levofloxacin (Levaquin),
ciprofloxin (sipro), gemifloxin
(Factive); sefalosporin, untuk
Misalnya, cefuroxime (Kefurox,
Zinacef), cefaclor (Ceclor),
ceftazidime (Ceptax, Fortaz);
ketolides, misalnya, telithromycin
8) Evaluasi respons klien terhadap
aktivitas. Perhatikan laporan
tentang dispnea, peningkatan
kelemahan dan kelelahan, dan
perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas.
9) Doronglah penggunaan manajemen
stress dan kegiatan diversifikasi
yang sesuai.
10) peningkatan aktivitas yang
progresif selama fase pemulihan
7) Sediakan tindakan pengamanan,
seperti back rubs, perubahan
posisi, dan musik yang tenang atau
percakapan.
8) Dorong penggunaan relaksasi dan
latihan pernapasan.
9) Tawarkan kebersihan mulut (oral
Hygiene) yang sering.
9) Sediakan wadah tertutup untuk
sputum dan ganti sesering mungkin

25
engan interval waktu.
10) Membantu dan mendorong
kebersihan mulut setelah muntah,
setelah perawatan drainase aerosol
dan postural, dan sebelum makan.
8. Diskusikan dengan pasien tentang
penyakitnyadan proses harapan
pemulihan.
9. Berikan informasi yang dibutuhkan
klien tentang penyakitnya
10. Berikan informasi pentingnya
batuk efektif
11. Tekankan kebutuhan dan
pentingnya kelanjutan terapi
antibiotik sesuai waktu yang
ditentukan
12. Berikan informasi pentingnya
penghentian merokok
13. Berikan informasi pentingnya
keseimbangan istirahat dan
aktifitas
14. Berikan informasi tanda dan gejala
yang memerlukan tindakan
perawatan:
 Adanya peningkatan dyspnea
 Nyeri dada
 Kelelahan yang berkepanjangan
 Penurunan BB
 Demam atau kedinginan

26
BAB IV
PEMBAHASAN

Pneumonia adalah infeksi yang umum ditemukan di komunitas dan


rumah sakit. Infeksi tersebut memperparah kondisi penyakit atau
menyebabkan gagal napas. Pengelolaan pneumoniatergantung pada tujuan
utama pengobatan. Analisa tindakan keperawatan untuk mengatasi respon
pasien gangguan pernafasan meliputi manajemen asam basa: alkalosis
respiratorik, pengaturan hemodinamik invasive, dan terapi oksigen. Hal ini
menjadi perhatian utama perawat dalam memberikan pelayan keperawatan.
Pengkajian awal, analisis gejala dan pengumpulan data – data yang akurat
sangat diperlukan dalam proses keperawatan berdasarkan teori keperawatan
dan evidence based.
Berdasarkan teori keperawatan ditemukan 8 masalah keperawatan, dan
dari hasil pengkajian keperawatan yang dilakukan juga ditemukan 8 masalah
keperawatan seperti gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar kapiler, ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hiperventilasi, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi : infeksi,
iskemia, hipertermi berhubungan dengan sepsis, dan intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
permintaan oksigen Kelemahan umum. Diagnosa keperawatandan Intervensi
keperawatan untuk masing-masing kasus merujuk pada nursing Outcome
Classsification (NOC), dan Nursing Intervention Classification (NIC), disertai
Evidence Based Practice
Dalam proses keperawatan pada kasus pneumonia, perawat focus
terhadap pemberiankebutuhan sehari -hari, kenyaman dan meningkatkan
adaptasi pasien selama berada di lingkungan perawatan, berupa kebutuhan
bernafas normal, kenyaman fisik dan emosional serta adaptasi terhadap
perubahan status dan peran pasien selama dalam perawatan. Ketenangan
lingkungan dan emosional pada pasien pneumonia diperlukan untuk mencapai
stabilisasi kondisi psikis pasien, sedangkan pengobatan dan perawatan fisik

27
akan meningkatkan kenyaman fisik pasien sehingga gejala dari gangguan
penyakit pneumonia dapat terkontrol dengan baik.
Adapun kebutuhan sehari-hari pada pasien ,kenyamanan dan adaptasi
yang diterapkan dalam proses keperawatan kasus pneumonia, sejalan dengan
teori keperawatan Virginia Handerson ,Katharine kolcaba dan Calista Roy,
sehingga kelompok merekomendasikan tiga teori keperawatan ini untuk
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan pneumonia dengan penjabaran
sebagai berikut
1. Teori Virginia Handerson
Karena dalam melakukan pengkajian, perawat akan
mengidentifikasi jenis kegiatan yang dapat dan tidak dapat pasien lakukan
secara mandiri dalam kegiatan sehari-hari, ada 14 komponen penanganan
perawatan, dimana kebutuhan dasar manusia itu diklasifikasikan menjadi 4
kategori yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan
spiritual. Untuk kebutuhan biologis pasien dapat bernafas secara normal,
personal hygiene di bantu oleh keluarga pasien.sedangkan secara
psikologis berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan
emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat (Alligood.M.R, 2017).
2. Teori Comfort Kolcaba
Teori Comfort Kolcaba diaplikasikanpada kasus pneumonia
bertujuan untuk meningkatkan kenyaman pasien terhadap rasa nyeri dan
pemenuhan kebutuhan oksigen yang dirasakan oleh pasien, terutama pada
pasien yang baru mengalami gejala tersebut. Untuk memenuhi kenyaman
pasien secara holistik diperlukan kerjasama antara pasien, keluarga pasien
dan petugas kesehatan khususnya perawat. Perawat berusaha
menempatkan pasien dalam suasana yang tenang, menurunkan tekanan
emosi dan psikis pasien.(Yeni, 2017)
3. Teori Adaptasi Roy
Konsep utama teori ini ada adaptasi manusia terhadap stimulus
yang ada disekitarnya baik internal maupun eksternal. Respon manusia
terhadap stimulus berupa respon adaptif dan respon maladaptif, respon
adaptif akan meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuannya,

28
sedangkan respon maladaptif kegagalan dalam mencapai tujuan akan
menjadi ancaman dalam kelangsungan hidupnya. Dalam kasus gangguan
respirasi khususnya pneumonia konsep teori adaptasi Roy dibutuhkan
dalam intervensi keperawatan adaptasi pasien terhadap gejala yang
dirasakan, adaptasi terhadap perubahan peran (aktivitas yang terbatas),
adaptasi terhadap lingkungan rumah sakit, dan adaptasi terhadap segala
tindakan medis yang dilakukan terkait keluhan gangguan sistem respirasi.
Pada proses adaptasi perawat mengkaji segala sumber stressor
yang ada dalam diri pasien, karena sumber stressor dari lingkungan pasien
seperti pekerjaan, keluarga, suasana lingkungan di rumah sakit, sehingga
hubungan pasien dengan orang lain, kebudayaan, kepercayaan hingga
masa lalu pasien yang dapat menjadi stressor akhirnya timbul gejala
gangguan respirasi misalnya pola nafas tidak efektif, sianosis dan takipnea
berat.

29
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit infeksi pada paru yang menyerang pada anak dan
orang dewasa. Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bermacam-macam agen infeksius, termasuk virus, bakteri,
dan mukoplasma(Smeltzer & Bare, 2008);
Berdasarakan teori keperawatan ditemukan 8 Diagnosa keperawatan yang
kemungkinan muncul pada pasien dengan Pneumonia adalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas, gangguan pertukaran gas, intoleransi aktivitas, nyeri
akut, kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, perawatan,
perawatan diri, dan kebutuhan pemulangan, resiko infeksi, resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko kekurangan
volume cairan dan teori keperawatan yang kami coba terapkan dalam
mendekatan teoori adalah teori adaptasi Roy, teori comfort colcaba, virginia
Henderson

30
DAFTAR PUSTAKA

Alligood.M.R. (2017). Pakar Teori Keperawatan. cv.trans.info media.


Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. (A. Suslia, F. Ganiajri, P. P. Lestari, &
R. W. A. Sari, Eds.) (8th ed.). Singapore: Elseviers Singapore Pte Ltd.
Black Joyce M and Hawks Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan (8th ed.). Elseiver INC.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).
Nursing Intervention Classification (NIC). (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Eds.) (Edisi Keen). United Kingdom: Elsevier.
Doenges E Mailynn, Moorhouse Mary Frances, M. C. A. (2014). Nursing Care
Plans Guidelines for Individualizing Client Care Across The Life Span (9th
ed.). V A Davis Company.
International, N. (2014). Nursing Diagnoses Defenitions and Classification 2015-
2017. (K. S. Herdman T Heather, Ed.) (10th ed.).
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniati, A., Trisyani, Y., & Theresia, S. I. M. (2018). Keperawatan Gawat
Darurat dan Bencana Sheehy (1st ed.). Singapore: Elseviers Singapore Pte
Ltd.
Langke, N., Ali, R. H., & Simanjuntak, M. L. (2015). Gambaran Foto Toraks
Pneumonia di Bagian/SMF Radiologi FK UNSRAT / RSUP Prof. DR. R. D
Kandou Manado, (September).
Langke Nurpratiwi, Ali RH & simanjuntak, M, L. (2015). Gambaran Foto Thorax
Pneumonia di Bagian/SMF Radiologi FK UNSRAT/RSUD Prof. DR. R. D
Kandou Manado.
Moorhead, S., Marion, J., Maas, M. L., & Elizabeth, S. (2013). Nursing Outcones
Classification (NOC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.) (Edisi Keli).
United Kingdom: Elsevier.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. (Yudha, Budi, & Oskar, Eds.).
Jogyakarta: Mediaction Jogja.
O Ruawaren, E Lahti, LC Jennings, D. M. (2011). Viral pneumonia, 377 (9773),
1264–75. https://doi.org/10.1016 / S0140-6736 (10) 61459-6
Quartin, A. A., Scerpella, E. G., Puttagunta, S., & Kett, D. H. (2013). A
comparison of microbiology and demographics among patients with
healthcare-associated , pneumonia : a retrospective analysis of 1184 patients
from a large , international study, 0–5.

31
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth. (M. Ester & E. Panggabean, Eds.) (8th ed.). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Subanada, I. B., Putu, N., & Purniti, S. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pneumonia Bakteri pada Anak, 12(3).
Yeni, R. I. (2017). Application of Kathrine Kolcaba ’ s Comfort Theory on
Children Fulfillment of Oxygenation Need in Treatment Rooms, 8, 65–73.

32

Anda mungkin juga menyukai