KMB Lanjutan I
Fasilitator:
Abdul Majid, S.Kep.Ns. M.Kep.Sp.Kep.MB
Disusun oleh:
Kelompok IV
Fitria Masriani
Dwi Esti Handayani Andi Wahyuni
Rosita Ferry Adref
Nunung Iriani M Nur Doa Siti Yartin
Nursyamsi
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai “Asuhan Keperawatan pada pesien dengan gangguan system
Pernapasan Pneumomnia“. Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok
di semester 2 untuk Mata Kuliah KMB Lanjutan I pada Program Magister
Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar.
Makalah ini kami buat dengan melihat berbagai sumber referensi atau
literatur yang ada. Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh bantuan
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada
makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran serta kritik yang
dapat membangun, untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
2
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Pneumonia merupakan suatu penyakit peradangan akut pada parenkim
paru yang berawal dari infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
(Nurarif & Kusuma, 2015). Pneumonia adalah peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bermacam-macam agen infeksius, termasuk virus,
bakteri, dan mukoplasma(Smeltzer & Bare, 2008); (Kurniati, Trisyani, &
Theresia, 2018).Pneumonia merupakan proses inflamasi pada parenkim paru
yang berhubungan dengan peningkatan cairan alveolar dan interstisial (Black
& Hawks, 2014).
3
VIRUS BAKTERIAL MYCOPLASMAL
Respiratory syncytial Streptococcus Mycoplasma
Agen virus, parainfluenxa, pneumonia, pneumoniae
penyebeb influenza, adenovirus, Staphylococcus
rhinovirus aureus, Haemophilus
influenza
Usia Seluruh usia, paling Seluruh usia Paling sering terjadi
sering terjadi pada anak pada anak usia < 5
usia < 5 tahun tahun
Awal serangan Bertahap Cepat Bertahap
Demam Sedang Tinggi, sering dengan Rendah
menggigil
Batuk Kering Produktif Kering, melengking,
khususnya malam
hari
Suara napas Sedikit crackles, sedikit Menurun, crackles, Ditemukan crackles,
wheezing ronchi wheezing jarang
Tanda dan Beratnya bervariasi; Nyeri pleuritis, Sakit kepala,
gejala lain mialgia anoreksia pharyngitis,malaise,
Foto thoraks; menyebar Foto thoraks: menyebar anoreksia
atau tambahan infiltrat atau tambahan infiltrate Foto thoraks:
Darah putih normal Sel darah putih mungkin
meningkat, sering menunjukkan area
dengan peningkatan sel konsolidasi
Sel darah putih
normal
Penanganan Perawatan suportif Perawatan suportif Perawtan suportif
spesifik Rentan terhadap infeksi Antibiotik Antibiotik
instalasi gawat sekunder
darurat
Table 1. Jenis-jenis Pneumonia dengan sifat karakteristik (Kurniati et al., 2018).
B. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma, agen
jamur, dan protozoa. Aspirasi makanan, cairan, atau muntahan atau asap
beracun atau bahan kimia berbahaya, debu, atau gas dapat menyebabkan
terjadinya pneumonia. Pneumonia bisa menyebabkan komplikasi pada orang
dengan imobilitas atau penyakit kronis, influenza, dan dapat menjadi
penyebab kematian (Black & Hawks, 2014).
4
Penyebaran infeksi lebih sering terjadi melalui droplet yang disebabkan
oleh streptoccus pneumonia. Melalui selang infus biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus(Nurarif & Kusuma, 2015).
5
memberikan obat-obatan. Jika terdapat depresi pernafasan, tunda
pemberian obat dan laporkan ke tim medis.
8. Pasien tidak sadar atau mempunyai refleks batuk dan menelan yang buruk
akan mengalami penumpukan sekresi atau aspirasi. Tindakan preventif :
lakukan suction lendir sesuai indikasi.
9. Lansia yang post operasi dan mengalami depresi refleks batuk dan glotis.
Tindakan preventif : sering mobilisasi, batuk efektif, dan latihan
pernafasan.
10. Pasien yang mendapatkan terapi pernafasan dengan menggunakan alat
bantu. Tindakan preventif : Pastikan kebersihan alat bantu pernafasan yang
digunakan.
11. Lansia. Menurut hasil penelitian (Langke, Ali, & Simanjuntak, 2015)
dengan melihat hasil foto toraks penderita pneumonia lebih banyak
ditemukan pada kelompok lansia, terutama laki-laki.
D. Manifestasi Klinis
Pneumonia dapat menimbulkan gejala diantaranya (Nurarif & Kusuma,
2015) :
1) Demam. Paling sering pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu 39,5 –
40,5 derajat Celsius dan disertai infeksi ringan. Seperti hasil penelitian
(Subanada, Putu, & Purniti, 2010), Suhu dan jumlah leukosit berhubungan
dengan pneumonia bakteri pada anak.
2) Meningismus merupakan tanda-tanda meningeal tanpa disertai infeksi
meninges.
3) Anoreksia, muntah, nyeri abdomen, dan muntah.
4) Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
5) Keluaran nasal, dapat berupa cairan encer dan rinorea atau kental dan
purulen.
6) Terdapat bunyi abnormal pada pernafasan (mengi, stridor, krekels)
7) Batuk, kesulitan bernafas, dan disfagia
6
8) Kondisi berat pada bayi berupa muntah, kejang, letargis, sianosis, dan
distress pernafasan berat.
9) Takipnue ( 2-11 bulan : ≥ 50 kpm dan 1-5 tahun : ≥ 40 kpm ).
E. Patofisiologi
Normal (sistem
Organisme
pertahanan) terganggu
Trombus
Kuman patogen
Eksudat masuk ke
mencapai bronkioli
alveoli
terminalis merusak sel Toksin, coagulase
epitel bersilia, sel goblet
Alveoli
Permukaan lapisan
Cairan edema + leukosit pleura tertutup ebal
Sel darah merah,
ke alveoli eksudat trombus vena
leukosit, pneumokokus
pulmonalis
mengisi alveoli
Konsolidasi paru
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas Ketidakefektifan pola
napas
7
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural ( lobar, bronchial ) ; abses.
2) Biopsi paru : menetapkan diagnosis.
3) Pemeriksaan kultur, sputum dan darah : mengidentifikasi organisme
4) Pemeriksaan serologi : membantu membedakan diagnosis organisme
khusus.
5) Pemeriksaan fungsi paru : mengetahui kondisi paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6) Spirometrik statistic : mengidentifikasi jumlah udara yang teraspirasi
7) Bronkostopi : menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia secara umum diberikan berupa (Nurarif &
Kusuma, 2015):
1) Kaji pernapasan (Kurniati et al., 2018)
2) Oksigen 1-2 L/menit
3) IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3:1 + KCl 10 mEq/500 ml cairan. (
Tetap memperhatikan jumlah asupan cairan sesuai berat badan, kenaikan
suhu, dan status hidrasi ).
4) Pemberian makanan enteral secara bertahap dapat diberikan jika napas
tidak terlalu sesak, melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
8
5) Berikan inhalasi dengan normal salin dan beta agonis jika terdapat sekrsi
lendir berlebih, untuk meningkatkan transport mukolisier.
6) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
7) Berikan antipiretik, jika dibutuhkan (Kurniati et al., 2018).
8) Penatalaksanaan pemberian antibiotik disesuaikan hasil kultur,
berdasarkan penyebabnya :
a. Pneumonia community based : Ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dan
Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.
b. Pneumonia hospital based : Sefatoksim 100 mg/kgBB/hari, dan
Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.
9). Penelitian yang dilakukan oleh (Quartin, Scerpella, Puttagunta, & Kett,
2013) menemukan adanya kejadian Multi-Drug Resistant (MDR) patogen
gram negatif yang sama terhadap pasien pneumonia dengan Healthcare-
Associated Pneumonia (HCAP), Hospital-Acquired Pneumonia (HAP),
maupun Ventilator-Associated Pneumonia (VAP).
9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DAN
NURSING CARE PLAN (NCP) PNEUMONIA
(Doenges E Mailynn, Moorhouse Mary Frances, 2014)
A. Initial Assesment
1. Aktivitas dan Istirahat
a) Keletihan
b) Kelemahan
c) Insomnia
d) Imobilisasi dan dan tirah baring dalam jangka waktu panjang
e) Berkurangnya tolerandi terhadap aktivitas
f) Kelesuan
2. Sirkulasi
a) Riwayat gagagl jantung kronis dalam jangka waktu dekat ini
b) Takikardi
c) Tampak pucat
d) Tampak lemas
3. Makanan dan cairan
a) Kehilangan selera makan
b) Mual dan muntah
c) Dystensi abdomen
d) Suara / bising usus yang hiperaktif
e) Kulit kering dengan turgor yang jelek
f) Penampilan kurus (malnutrisi)
4. Neurosensory
a) Sakit kepala frontal (influenza)
b) Perubahan dalam mental, seperti kebingungan, mengantuk
c) Perubahan perilaku, seperti mudah tersinggung, gelisah, lesu
5. Nyeri / Ketidaknyamanan
a) Sakit kepala
b) Nyeri dada (pleuritic) diperparah oleh batuk
10
c) Sakit dada substernal (influenza)
d) Mialgia, artralgia
e) Sakit perut
f) Memegang / menjaga daerah yang terkena nyeri
g) Posisi-biasanya terletak pada sisi yang terkena dampak untuk
membatasi pergerakan
6. Pernapasan
a) Riwayat infeksi saluran pernapasan atas yang berulang atau
kronis(URI), tuberkulosis, PPOK
b) Riwayat merokok
c) Napas pendek progresif
d) Adanya trakeostomi, tabung endotrakea
e) Perawatan saat ini dengan ventilator mekanis
f) Batuk kering (awalnya), maju menjadi batuk produktif
g) Respirations: Takipnea, respirasi mendengkur dangkal
h) Penggunaan otot aksesori, cuping hidung
i) Suara nafas berkurang atau tidak ada di area yang terlibat
j) Suara nafas bronkial di atas area konsolidasi
k) Bunyi napas cracels saat inspiratif
l) Warna kulit : Pucat atau sianosis bibir atau kuku
m) Sputum: Sedikit atau berlebihan; pink, berkarat, atau purulen
(hijau,kuning, atau putih)
n) Perkusi: Dull over pada area terkonsolidasi
o) Fremitus: Taktil dan vokal, secara bertahap meningkat dengan
konsolidasi terdengar friction rub
p) Tanda-tanda gangguan pernafasan (Bradley dkk, 2011)
1) Takipnea - laju pernafasan, napas / menit
2) Usia 0-2 bulan:> 60
3) Usia 2-12 bulan:> 50
4) Usia 1-5 tahun:> 40
5) Usia 5 tahun:> 20
11
q) Dispnea
r) Retraksi (suprasternal, intercostals, atau subcostal); menyemburkan
hidung
s) Terdengar suara Menggerogoti
t) Apnea
u) perubahan status mental
v) Pulse oksimetri berukuran 90% ruang udara
7. Kenyamanan
a) Menggigil berulang
b) Riwayat gannguan sistem kekebalan tubuh yang berubah, seperti
sistemik lupuserythematosus (SLE), AIDS, keganasan aktif,
neurologispenyakit, HF, diabetes, penggunaan steroid atau kemoterapi;
institusionalisasi,debilitasi umum
c) Diaphoresis
d) Gemetar
e) Ruam, dalam kasus rubeola atau varicella
f) Demam 102 ° F sampai 104 ° F (39 ° C sampai 40 ° C)
8. Edukasi
a) Riwayat Operasi, penggunaan alkohol kronis atau riwayat alkoholisme
yang panjang,terapi obat intravena (IV), kemoterapiatau terapi
imunosupresif lainnya
b) Penggunaan suplemen herbal, seperti bawang putih, ginkgo,
licorice,bawang merah, kunyit, horehound, marshmallow, mullein, ceri
liarkulit kayu, astragalus, echinacea, elderberry, goldenseal, Oregon,
akar anggur
9. Pertimbangan rencana belajar
a) Bantuan dengan perawatan mandiri, tugas ibu rumah tangga
b) Oksigen tambahan, terutama jika pemulihan berkepanjangan
atauKondisi predisposisi lainnya ada
10. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan radiologi
12
1) Rontgen dada: Mengevaluasi organ dan struktur di dalam
dada.Mengkonfirmasi diagnosis pneumonia.Sinar-X dada tidak
dilakukan secara rutin untuk anak-anak, tapiharus diperoleh pada
anak dengan dugaan atau terdokumentasihipoksemia atau distres
pernafasan yang signifikan (Black and Hawks, 2014)
Konfirmasikan diagnosis pneumonia. Mengidentifikasi distribusi
structural pneumonia, seperti lobar atau bronkial. Mungkin
tunjukkaninfiltrasi yang tersebar atau terlokalisasi (bakteri) atau
menyebar daninfiltrat nodular luas (lebih sering virus). Dalam
MycoplasmaPneumonia, rontgen dada bisa jadi jelas
2) Ultrasongraphy: Menggunakan gelombang ultrasonik untuk
memvisualisasikan internalorgan untuk patologi yang mungkin.
Penelitian terbaru menemukan bahwa pencitraan ultrasound point-
of-caredapat mendiagnosis pneumonia pada anak-anak dan dewasa
mudadengan spesifisitas yang lebih tinggi daripada x-ray (Shah,
2013).
b) Pemeriksaan darah
3) Hitung darah lengkap (CBC): Baterai tes skrining itubiasanya
meliputi hemoglobin (Hgb); hematokrit (Hct); merahjumlah sel
darah merah (RBC), morfologi, indeks, dan distribusiindeks lebar;
jumlah trombosit dan ukuran; sel darah putih (WBC)hitungan dan
diferensial Menyediakan data dasar tentang hematologisistem dan
menghasilkan informasi yang berkaitan dengan pengangkutan
oksigenkapasitas dan infeksi.
4) Pemeriksaan sputum: Koleksi sering diperlukan untuk
menentukanetiologi penyakit, jenis organisme, dan kepekaan
terhadap antibiotik. Pemeriksaan sputum serial mungkin
diperlukan untuk menentukanrespon terhadap pengobatan
5) RSV Washing : Mendeteksi virus yang sedang ditumpahkan
disekret pernapasan / hidung anak yang terinfeksi biasanyaantara
usia 6 bulan sampai 2 tahun.
6) Kultur darah: Menentukan adanya infeksi.
13
c) Pemeriksaan lainya
1) Uji serologis (titer virus atau Legionella, agglutinin
dingin):Membantu diagnosis banding organisme spesifik.
2) Gas darah arterial (ABG): Mengukur oksigen dan karbondioksida
untuk menyingkirkan hipoksemia atau hiperkkapnia.
3) Bronkoskopi: Penyisipan ruang lingkup yang fleksibel ke
dalamSaluran udara memungkinkan visualisasi langsung cabang
trakeobronkialuntuk kelainan dan untuk mendapatkan dahak untuk
pemeriksaan sitologi
4) Oksimetri pulsa: Pengukuran darah oksigen arteri noninvasive
difusi dan saturasi.
11. Prioritas keperawatan
a) Menjaga atau memperbaiki fungsi pernafasan.
b) Mencegah komplikasi.
c) Dukung proses recuperative.
d) Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis,
danpengobatan.
12. Tujan pemulangan
a) Ventilasi dan oksigenasi cukup untuk kebutuhan individu.
b) Komplikasi dicegah atau diminimalkan.
c) Proses penyakit, prognosis, dan rejimen terapeutikdipahami.
d) Perubahan gaya hidup diidentifikasi dan diawali untuk
mencegahnyakambuh.
e) Rencanakan di tempat untuk memenuhi kebutuhan setelah keluar.
B. Diagnosa Keperawatan
Dignosa keperawatn yang kemungkinan muncul pada pasien dengan
Pneumonia adalah sebagai berikut (Doenges E Mailynn, Moorhouse Mary
Frances, 2014), (International NANDA, 2014)(Black Joyce M and Hawks
Jane Hokanson, 2014):
14
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d infeksi ([peradangan bronkial
trakea, pembentukan edema]; penyakit paru obstruktif kronik, serta
Eksudat di alveoli
2. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar-kapiler dan
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Resiko infeksi
a. Faktor resiko : Pertahanan primer yang tidak memadai - tindakan
siliaris menurun, stasis cairan tubuh [sekret pernapasan], Defek
sekunder yang tidak memadai - [adanya infeksi yang ada],
imunosupresi; penyakit kronis, malnutrisi
4. Intoleransi aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan
oksigen Kelemahan umum
5. Nyeri akut b/d Agen penyebab cedera (mis., Pembengkakan biologis
parenkim paru, reaksi seluler terhadap racun yang beredar; persisten
fisikbatuk)
6. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Faktor resiko : Ouput yang berlebihan melalui rute normal- [misalnya,
demam, diafonis besar, pernafasan mulut,
hiperventilasi]Penyimpangan mempengaruhi asupan cairan
7. Resiko kekurangan volume cairan
a. Faktor resiko : Faktor biologis - kebutuhan metabolik meningkat
[demam, proses menular][Distensi abdomen dan gas (menelan udara
selama episode dyspneic)]
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, perawatan,
perawatan diri, dan kebutuhan pemulangan. b/d Kurangnya terpapar
informasi, kesalahan penafsiran informasi dan kurang daya ingat
15
C. Intervensi Keperawatan
16
pernafasan tekanan
positif intermiten
(IPPB), perkusi, dan
drainase postural.
Lakukan perawatan
antara makan dan batas
cairan bila sesuai.
8) Berikan obat, seperti
yang ditunjukkan,
misalnya mukolitik,
ekspektoran,
bronkodilator, dan
analgesik.
9) Berikan cairan
tambahan seperti IV,
oksigen yang
dilembabkan/
10) Pantau rontgen dada
serial, ABG, dan
oksimetri nadi
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan 1) Kaji tingkat pernafasan,
b/d Perubahan membran perawatan 1 kali 24 jam kedalaman, dan
alveolar-kapiler dan klien mampu menunjukan kesulitan bernapas
Ketidakseimbangan pertukaran gas dengan 2) Amati warna kulit,
ventilasi-perfusi batasan karakteristik: selaput lendir, dan
1. Kognisi warna kuku mencatat
2. Orientasi Kognitif adanya sianosis perifer
3. Tingkat Delirium atau sentral sianosis
4. Keseimbangan 3) Menilai status mental.
Elektrolit & Asam/ 4) Pantau denyut jantung
Basa dan ritme.
5. Konservasi Energi 5) Pantau suhu tubuh,
6. Fungsi Sensori: seperti yang
Pandangan ditunjukkan. Bantu
7. Keparahan Gejala dengan langkah-langkah
8. Perfusi Jaringan kenyamanan untuk
9. Perfusi Jaringan: mengurangi demam dan
Organ Abdominal menggigil, seperti
10. Perfusi Jaringan: penambahan atau
Kardiak pengangkatan bedcover,
11. Perfusi Jaringan: suhu kamar yang
Selurel nyaman, dan mandi
12. Perfusi Jaringan: spons air hangat atau
Pulmonari dingin.
13. Tanda-Tanda Vital 6) Pertahankan bedrest.
17
Dorong penggunaan
teknik relaksasi dan
kegiatan diversifikasi
7) Tinggikan kepala dan
dorong perubahan posisi
yang sering, dalam
bernapas, dan batuk
efektif.
8) Monitor hasil ABG dan
pulse oximetri
9) Berikan terapi oksigen
dengan cara yang tepat,
misalnya,kanule nasal,
NRM,NRM
10) Siapkan dan transfer ke
unit perawatan kritis
jika ditunjukkan
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1) Pantau tanda vital
perawatn 1 kali 24 jam secara dekat, terutama
klien tidak menunjukan saat inisiasi terapi.
tanda- tanda infeksi 2) Anjurkan klien
dengan batasan mengenai disposisi
karakteristik: sekresi (misalnya,
1. Control Resiko meningkatkan dan
Komunitas: Penyakit mengeksitasi versus
Menular menelan) dan pelaporan
2. Konsekuensi perubahan warna,
Imobilitas: Fisiologi jumlah, dan bau sekresi.
3. Status Imunitas 3) Tunjukkan dan dorong
4. Pengetahuan: teknik mencuci tangan
Manajeman Penyakit dengan baik.
Akut 4) Ubah posisi sering dan
5. Manajeman Penyakit: berikan pulmonary yang
Kronik baik toilet.
6. Respon Pengobatan 5) Lakukan teknik suction
7. Status Nutrisi: Asupan yang tepat untuk klien
Nutrisi 6) Batasi pengunjung
8. Kontrol Resiko: Proses seperti yang
Infeksi manajemen ditunjukkan.
Diri: Penyakit Kronik 7) Tindakan pencegahan
9. Perilaku berhenti isolasi secara individual
Merokok 8) Dorong istirahat
secukupnya seimbang
dengan aktivitas sedang.
9) Berikan asupan nutrisi
18
yang memadai.
10) Pantau efektivitas terapi
antimikroba.
11) Selidiki perubahan
mendadak atau
memburuknya
kondisinya Seperti
meningkatnya nyeri
dada, suara jantung
ekstra, berubah
sensorium, demam
berulang, dan
perubahan Karakteristik
dahak
12) Berikan antimikroba,
seperti yang
ditunjukkan, oleh hasil
dahak dan kultur darah:
misalnya, makrolida
seperti azitromisin
(Zithromax),
klaritromisin (Biaxin),
eritromisin (E-Mycin);
Kombinasi penisilin,
misalnya, amoksisilin
dan klavulanat
(Augmentin);
tetracyclines, untuk
Contohnya, doksisiklin
(Doryx, Bio-Tab);
fluoroquinolones,
misalnya,
moksifloksasin
(Avelox), levofloxacin
(Levaquin), ciprofloxin
(sipro), gemifloxin
(Factive); sefalosporin,
untuk Misalnya,
cefuroxime (Kefurox,
Zinacef), cefaclor
(Ceclor), ceftazidime
(Ceptax, Fortaz);
ketolides, misalnya,
telithromycin
4 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan 1) Evaluasi respons klien
19
Ketidakseimbangan antara perawatan 1 kali 24 jam terhadap aktivitas.
suplai dan permintaan klien mampu menunjukan Perhatikan laporan
oksigen Kelemahan umum toleransi aktifitas di tandai tentang dispnea,
denngan batasan peningkatan kelemahan
karakteristik: dan kelelahan, dan
1. Toleransi Terhadap perubahan tanda vital
Aktivitas selama dan setelah
2. Daya Tahan aktivitas.
3. Energi Psikomotor 2) Sediakan lingkungan
yang sepi dan batasi
pengunjung selama fase
acut seperti yang
ditunjukkan
3) Doronglah penggunaan
manajemen stress dan
kegiatan diversifikasi
yang sesuai.
4) Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana
perawatan dan
kebutuhan
menyeimbangkan
aktivitas dengan
istirahat.
5) Bantu klien untuk
mengasumsikan posisi
nyaman untuk istirahat
dan tidur.
6) Bantu dengan kegiatan
perawatan diri
seperlunya.
Menyediakan
7) peningkatan aktivitas
yang progresif selama
fase pemulihan
5 Nyeri akut b/d Agen Setelah dilakukan 1) Tentukan karakteristik
penyebab cedera (mis., perawatan 1 kali 24 jam nyeri,. Selidiki
Pembengkakan biologis klien mampu mengontol perubahan karakter,
parenkim paru, reaksi nyeri di tandai dengan lokasi, dan intensitas
seluler terhadap racun batasan karakteristik: sakit
yang beredar; persisten 1. Tingkat kecemasan 2) Pantau tanda vital.
fisik batuk) 2. Napsu makan 3) Sediakan tindakan
3. Kepuasan Klien: pengamanan, seperti
Manajemen Nyeri back rubs, perubahan
4. Kepuasan Klien: posisi, dan musik yang
20
Konrol Gejala tenang atau percakapan.
5. Status Kenyamanan 4) Dorong penggunaan
6. Status Kenyamanan: relaksasi dan latihan
Fisik pernapasan.
7. Tingkat 5) Tawarkan kebersihan
Ketidaknyamanan mulut (oral Hygiene)
8. Pergerakan yang sering.
9. Keparahan Mual 6) Berikan analgesic dan
&Muntah antitusif sesuai indikasi
10. Nyeri: Respon
Psikologis Tambahan
11. Nyeri: Efek yang
Mengganggu
12. Tidur
13. Kontrol Gejala
14. Keparahan Gejala
15. Tanda-Tanda Vital
6 Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1) Identifikasi faktor-faktor
nutrisi kurang dari perawatan 1 kali 24 jam yang berkontribusi
kebutuhan tubuh klien mampu menunjukan terhadap
status nutrisi yang adekuat ketidakmampuan untuk
di tandai dengan batasan makan, seperti dyspnea
karakteristik: berat, nyeri, mual dan
1. Napsu makan muntah, dahak
meningkat berlebihan, atau
2. Mempertahankan atau perawatan pernafasan.
mengembalikan BB 2) Sediakan wadah tertutup
yang diinginkan untuk sputum dan ganti
sesering mungkin engan
interval waktu.
3) Membantu dan
mendorong kebersihan
mulut setelah muntah,
setelah perawatan
drainase aerosol dan
postural, dan sebelum
makan.
4) Jadwalkan perawatan
pernapasan minimal 1
jam sebelum makan.
5) Auskultasi prestaltik
usus. Amati dan raba
distensi abdomen
6) Sediakan makanan kecil
dan sering, termasuk
21
makanan kering, seperti
roti panggang atau
biskuit, dan makanan
yang menarik bagi klien.
7) Evaluasi keadaan gizi
umum. Dapatkan berat
badan awal Timbang
secara teratur dan catat
hasil dalam grafik.
8) Konsultasikan tim ahli
gizi dan gizi.
7 Resiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Manajemen cairan
volume cairan perawatn 3 kali 24 jam 2. Menilai perubahan tanda-
klien mampu menunjukan tanda vital: seperti
keseimbangan volume peningkatan suhu, demam
cairan di tandai denngan yang berkepanjangan,
batasan karakteristik: takikardia dan hipotensi
1. Keseimbangan Cairan ortostatik
2. Hidrasi 3. Kaji turgor kulit,
kelembaban selaput lendir,
bibir dan lidah
4. Perhatikan mual dan
muntah
5. Pantau asupan dan
pengeluaran cairan:
perhatikan warna dan
karakteeristik urine
6. Pantau adanya takikardia
7. Pantau asupan cairan
memalui rute perenteral
8 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan pasien
(kebutuhan belajar) perawatan 3 kali 24 jam tentang penyakitnyadan
tentang kondisi, klien mampu menunjukan proses harapan pemulihan.
perawatan, perawatan diri, pengetahuan tentang 2. Berikan informasi yang
dan kebutuhan pengetahuan penyakit dibutuhkan klien tentang
pemulangan. b/d yang adekuat di tandai penyakitnya
Kurangnya terpapar dengan batasan 3. Berikan informasi
informasi, kesalahan karakteristik: pentingnya batuk efektif
penafsiran informasi dan 1. Ungkapan verbal 4. Tekankan kebutuhan dan
kurang daya ingat tentang pemahaman pentingnya kelanjutan
kondisi penyakit, terapi antibiotik sesuai
proses penyakit dan waktu yang ditentukan
prognosis 5. Berikan informasi
2. Komunikasi verbal pentingnya penghentian
tengtang pemanhaman merokok
22
regimen tepeutik 6. Berikan informasi
3. Memulai prubahan pentingnya keseimbangan
gaya hidup yang istirahat dan aktifitas
diperlukan 7. Berikan informasi tanda
4. Berpartisipasi dalam dan gejala yang
program pengobatan memerlukan tindakan
perawatan:
Adanya peningkatan
dyspnea
Nyeri dada
Kelelahan yang
berkepanjangan
Penurunan BB
Demam atau
kedinginan
D. Evaluasi
Hasil yang dievaluasi adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan napas kembali efektif
2. Tidak ditemukan gangguan pertukaran gas
3. Tidak terjadi infeksi
4. Tercapainya toleransi terhadap aktivitas klien
5. Nyeri dapat dikontrol
6. Tidak terjadi gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Tidak terjadi gannguan keseimbangan cairan dan elektrolit
8. Pengetahuan tentang proses penyakit, kondisi dan regimen teraupetik
adekuat
1 11) Tinggikan kepala tempat tidur; Airway hygiene in the intensive care unit :
ubah posisi sering a. Kebersihan jalan napas adalah pencegahan
12) Bantu klien dengan latihan pneumonia dan gagal napas, dekontaminasi
pernafasan yang sering. Tunjukkan orofaring dengan bilidida biocide
dan bantu klien, sesuai kebutuhan; mengurangi kejadian pneumonia
23
belajar untuk melakukan aktivitas, b. pengisapan trakea harus dilakukan hanya
seperti batuk efektif pada basis 'sesuai kebutuhan'. Perangkat
13) Berikan cairan kurang lebih 2500 kateter hisap tertutup (in-line) harus
cc perhari sesuai indikasi dan digunakan dan perubahan rutinperangkat ini
cairan yang diberikan adalah cairan tidak diperlukan
hangat c. fisioterapi dada harus dibatasi untuk
14) Membantu dan memantau efek pasien dengan atelektasis akut dan / atau
perawatan nebulizer dan fisioterapi produksi sputum berlebihan yang tidak
pernafasan lainnya, seperti mampu melakukan kebersihan jalan napas
spirometer insentif, pernafasan independen
tekanan positif intermiten (IPPB),
perkusi, dan drainase postural.
Lakukan perawatan antara makan Management pain
dan batas cairan bila sesuai.
15) Berikan obat, seperti yang Diet Elemental untuk mengurangi resiko
ditunjukkan, misalnya mukolitik, pneumonia aspirasi pada pasien tirah baring
ekspektoran, bronkodilator, dan
analgesik. Rehabilitasi ADL menunjukkan Glittre
16) Berikan cairan tambahan seperti Activities of Daily Living test (Latihan
IV, oksigen yang dilembabkan pernapasan dan berjalan bebas, latihan
peregangan otot, latihan otot perifer) dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kualitas
fungsional dibandingkan dengan yang latihan
fisioterapy pernapasan standar
11) Pertahankan bedrest. Dorong
penggunaan teknik relaksasi dan
kegiatan diversifikasi
12) Berikan terapi oksigen dengan cara
yang tepat, misalnya,kanule nasal,
NRM,NRM
24
memburuknya kondisinya Seperti
meningkatnya nyeri dada, suara
jantung ekstra, berubah sensorium,
demam berulang, dan perubahan
Karakteristik dahak
19) Berikan antimikroba, seperti yang
ditunjukkan, oleh hasil dahak dan
kultur darah: misalnya, makrolida
seperti azitromisin (Zithromax),
klaritromisin (Biaxin), eritromisin
(E-Mycin); Kombinasi penisilin,
misalnya, amoksisilin dan
klavulanat (Augmentin);
tetracyclines, untuk Contohnya,
doksisiklin (Doryx, Bio-Tab);
fluoroquinolones, misalnya,
moksifloksasin (Avelox),
levofloxacin (Levaquin),
ciprofloxin (sipro), gemifloxin
(Factive); sefalosporin, untuk
Misalnya, cefuroxime (Kefurox,
Zinacef), cefaclor (Ceclor),
ceftazidime (Ceptax, Fortaz);
ketolides, misalnya, telithromycin
8) Evaluasi respons klien terhadap
aktivitas. Perhatikan laporan
tentang dispnea, peningkatan
kelemahan dan kelelahan, dan
perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas.
9) Doronglah penggunaan manajemen
stress dan kegiatan diversifikasi
yang sesuai.
10) peningkatan aktivitas yang
progresif selama fase pemulihan
7) Sediakan tindakan pengamanan,
seperti back rubs, perubahan
posisi, dan musik yang tenang atau
percakapan.
8) Dorong penggunaan relaksasi dan
latihan pernapasan.
9) Tawarkan kebersihan mulut (oral
Hygiene) yang sering.
9) Sediakan wadah tertutup untuk
sputum dan ganti sesering mungkin
25
engan interval waktu.
10) Membantu dan mendorong
kebersihan mulut setelah muntah,
setelah perawatan drainase aerosol
dan postural, dan sebelum makan.
8. Diskusikan dengan pasien tentang
penyakitnyadan proses harapan
pemulihan.
9. Berikan informasi yang dibutuhkan
klien tentang penyakitnya
10. Berikan informasi pentingnya
batuk efektif
11. Tekankan kebutuhan dan
pentingnya kelanjutan terapi
antibiotik sesuai waktu yang
ditentukan
12. Berikan informasi pentingnya
penghentian merokok
13. Berikan informasi pentingnya
keseimbangan istirahat dan
aktifitas
14. Berikan informasi tanda dan gejala
yang memerlukan tindakan
perawatan:
Adanya peningkatan dyspnea
Nyeri dada
Kelelahan yang berkepanjangan
Penurunan BB
Demam atau kedinginan
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
akan meningkatkan kenyaman fisik pasien sehingga gejala dari gangguan
penyakit pneumonia dapat terkontrol dengan baik.
Adapun kebutuhan sehari-hari pada pasien ,kenyamanan dan adaptasi
yang diterapkan dalam proses keperawatan kasus pneumonia, sejalan dengan
teori keperawatan Virginia Handerson ,Katharine kolcaba dan Calista Roy,
sehingga kelompok merekomendasikan tiga teori keperawatan ini untuk
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan pneumonia dengan penjabaran
sebagai berikut
1. Teori Virginia Handerson
Karena dalam melakukan pengkajian, perawat akan
mengidentifikasi jenis kegiatan yang dapat dan tidak dapat pasien lakukan
secara mandiri dalam kegiatan sehari-hari, ada 14 komponen penanganan
perawatan, dimana kebutuhan dasar manusia itu diklasifikasikan menjadi 4
kategori yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan
spiritual. Untuk kebutuhan biologis pasien dapat bernafas secara normal,
personal hygiene di bantu oleh keluarga pasien.sedangkan secara
psikologis berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan
emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat (Alligood.M.R, 2017).
2. Teori Comfort Kolcaba
Teori Comfort Kolcaba diaplikasikanpada kasus pneumonia
bertujuan untuk meningkatkan kenyaman pasien terhadap rasa nyeri dan
pemenuhan kebutuhan oksigen yang dirasakan oleh pasien, terutama pada
pasien yang baru mengalami gejala tersebut. Untuk memenuhi kenyaman
pasien secara holistik diperlukan kerjasama antara pasien, keluarga pasien
dan petugas kesehatan khususnya perawat. Perawat berusaha
menempatkan pasien dalam suasana yang tenang, menurunkan tekanan
emosi dan psikis pasien.(Yeni, 2017)
3. Teori Adaptasi Roy
Konsep utama teori ini ada adaptasi manusia terhadap stimulus
yang ada disekitarnya baik internal maupun eksternal. Respon manusia
terhadap stimulus berupa respon adaptif dan respon maladaptif, respon
adaptif akan meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuannya,
28
sedangkan respon maladaptif kegagalan dalam mencapai tujuan akan
menjadi ancaman dalam kelangsungan hidupnya. Dalam kasus gangguan
respirasi khususnya pneumonia konsep teori adaptasi Roy dibutuhkan
dalam intervensi keperawatan adaptasi pasien terhadap gejala yang
dirasakan, adaptasi terhadap perubahan peran (aktivitas yang terbatas),
adaptasi terhadap lingkungan rumah sakit, dan adaptasi terhadap segala
tindakan medis yang dilakukan terkait keluhan gangguan sistem respirasi.
Pada proses adaptasi perawat mengkaji segala sumber stressor
yang ada dalam diri pasien, karena sumber stressor dari lingkungan pasien
seperti pekerjaan, keluarga, suasana lingkungan di rumah sakit, sehingga
hubungan pasien dengan orang lain, kebudayaan, kepercayaan hingga
masa lalu pasien yang dapat menjadi stressor akhirnya timbul gejala
gangguan respirasi misalnya pola nafas tidak efektif, sianosis dan takipnea
berat.
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit infeksi pada paru yang menyerang pada anak dan
orang dewasa. Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bermacam-macam agen infeksius, termasuk virus, bakteri,
dan mukoplasma(Smeltzer & Bare, 2008);
Berdasarakan teori keperawatan ditemukan 8 Diagnosa keperawatan yang
kemungkinan muncul pada pasien dengan Pneumonia adalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas, gangguan pertukaran gas, intoleransi aktivitas, nyeri
akut, kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, perawatan,
perawatan diri, dan kebutuhan pemulangan, resiko infeksi, resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko kekurangan
volume cairan dan teori keperawatan yang kami coba terapkan dalam
mendekatan teoori adalah teori adaptasi Roy, teori comfort colcaba, virginia
Henderson
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth. (M. Ester & E. Panggabean, Eds.) (8th ed.). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Subanada, I. B., Putu, N., & Purniti, S. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pneumonia Bakteri pada Anak, 12(3).
Yeni, R. I. (2017). Application of Kathrine Kolcaba ’ s Comfort Theory on
Children Fulfillment of Oxygenation Need in Treatment Rooms, 8, 65–73.
32