Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN PNEUMONIA DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN “OKSIGENASI” DI RUANG

RS. BHAYANGKARA MAKASSAR

Disusun Oleh :
ISWANDHARY H.

2216133

PEMBIMBING
INSTITUSI

SULFIANA S.Kep.Ns
DR.MUH.RIDWAN S,Kep,Ns,M.Kes
PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi

Pneumonia adalah peradangan pada paremkim paru yang


melibatkan bronkus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak (Kusuma, 2016)

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan


paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas
sesak atau nafas cepat. Penyakit ini mempunyai tingkat kematian
yang tinggi. Secara klinis pada anak yang lebih tua selalu disertai
batuk dan nafas cepat dan tarikan dinding dada kedalam. Namun
pada bayi seringkali tidak disertai batuk (Kusuma, 2016)

Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi


pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru.

Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang


disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil
disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Bradley et.al., 2011)

Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan eksudasi dan


konsolidasi. Pada bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang
disebabkan oleh sifilis congenital yang disertai dengan generasi
lemak pada paru-paru sehingga paru-paru tampak pucat serta tidak
mengandung udara (Dorland, 2015).

2. Etiologi

Menurut pendapat (Amin & Hardi 2016), penyebaran infeksi


terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui slang infuse oleh stapilococcus aureus
sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan
pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk
keparu-paru organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia.
Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya yaitu:
1. Bacteria : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus,
Streptokokus hemolyticus, Streptokoccus aureus, Hemophilus
influinzae, mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander.
2. Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus,
v.sitomegalitik, v.influenza.
3. Mycoplasma pneumonia.
4. Jamur : Histoplasma capsulatum, cryptococcus
neuroformans, blastomyces dermatitides, coccidodies immitis,
aspergilus species, candida albicans.
5. Aspirasi : Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah),
cairan amnion, benda asing.
6. Pneumonia Hipostatik. g. Sindrom Loeffler

3. Patofisiologi

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun


difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus
terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu
gerakan dan difusi oksigen serta karbondioksida. Sel-sel darah
putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi kedalam alveoli dan
memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru
tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema
mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki
atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen
alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area
yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi jantung tanpa
mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi
kanan ke sisi kiri jantung. Pencampuran darah yang teroksigenasi
dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia
arterial.

4. Pathways
5. Manifestasi Klinis

Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah
sebagai berikut:
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai
39,5°C – 40,5°C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas
dan peka rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari
normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan tidak biasa.
2. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan
penyakit masa kanak- kanak. Sering kali merupakan bukti awal
dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih
sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit
yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya
berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan, khususnya karena virus,
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusui pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin
encer dan sedikit lendir kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
10. Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk
minum dan makan peroral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau makan/minum,
atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar,
sianosis, distress pernapasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat
1) Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit
2) Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit
6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan diagnostik pneumonia


adalah :
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar,
bronchial dapa juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat
mengindentifikasi semua organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnose
organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi
7. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing

7. Penatalaksanaan

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan


antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit
paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin
perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita
akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan
antara lain :
a. Oksigen 1-2 L/menit.
b. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastric dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

8. Komplikasi

Komplikasi pneumonia menurut Nurarif & Kusuma (2013) yaitu :


1. Hipotensi dan syok
2. Gagal pernafasan
3. Atelektasis
4. Efusi pleura
5. Delirium
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan


pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari
kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan
keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan
dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat
teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak napas
 Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti lemah,
sianosis, sesak napas, adanya suara napas tambahan (ronchi dan
wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung, muntah,
diare)
 Riwayat Kesehatan Masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru,
trauma.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
 Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC
Paru dan lain sebagainya.
4. Pola Fungsi Kesehatan
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.
Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan
rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
 Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan evaporasi karena demam
 Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya
sesak nafas.
 Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan 0menurun karena adanya kelemahan fisik
5. Pemeriksaan Fisik
 Head to toe
 Data Fokus

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
pada kasus pneumonia menurut PPNI (2017) sebagai berikut
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
3. Hipertermia (D.0130)
4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
5. Defisit nutrisi (D0019)
6. Intoleran aktivitas (D.0056)

C. Intervensi Keperawatan

NO DX KEP SLKI SIKI


1 D.0001 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Bersihan pada jalan diharapkan bersihan 1.Monitor pola nafas
nafas b.d sekresi jalan nafas meningkat 2.Monitor bunyi nafas
yang tertahan. dengan kriteria hasil :
Dibuktikan  ProduksI sputum 3.Identifikasi
dengan : menurun Kemampuan batuk
 Mengi menurun
- Sputum berlebih 4.Monitor sputum
 Wheezing
menurun (jumlah, warna, aroma)
- Batuk tidak
efektif  Frekuensi nafas 5.Monitor tanda & gejala
dalam rentang infeksi saluran nafas
- Tidak mampu normal
batuk  Batuk efektif Teraupetik
meningkat
- Mengi, Wheezing, 6.Posisikan semi fowler
 Pola nafas
atau ronki kering
- Dispnea meningkat 7.Berikan minum air
hangat
- Pola nafas
berubah 8.Lakukan suction
selama 15 detik
- Frekuensi nafas
bertambah 9.Berikan oktisgen, jika
perlu
Edukasi
10.Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
11.Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
12.Kolaborasi pemberian
broncodilaor
2 D.0005 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Pola nafas tidak 1.Monitor pola nafas
diharapkan pola nafas
efektif b.d (frekuensi,kedalaman,
membaik dengan kriteria
deformitas dinding usaha nafas)
hasil :
dada. Dibuktikan
2.Monitor,bunyi nafas
dengan : -Kapasitas vital
tambahan (Gurgling,
membaik
- Penggunaan otot mengi, wheezing, ronki)
bantu pernapasan -Tekanan ekpirasi
3.Auskultasi bunyi nafas
meningkat
-Fase ekspirasi
4.Monitor saturasi
memanjang -Tekanan inspirasi
oksigen
meningkat
-Dispnea
Teraupetik
-Dyspnea menurun
-Pola nafas
5.Posisikan semi fowler
abnormal -Penggunaan otot bantu
nafas menurun 6.Lakukan fisioterapi
(takipnea,
dada
bradipnea, -Frekuensi nafas
hipoventilasi) membaik 7.Berikan oksigen, jika
perlu
-Pernafaan
cuping hidung Kolaborasi
-Tekanan ekspirasi 8.Kolaborasi pemberian
bronkodilator
menurun
-Tekanan inspirasi
menurun
3 D.0130 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Hipertermia b.d 1.identifikasi penyebab
diharapkan
proses penyakit hipertermia
termogulasi membaik
(infeksi
dengan kriteria hasil : 2.monitor suhu tubuh
mycobacterium
tuberculosis). -menggigil membaik 3.monitor warna dan
Dibuktikan suhu kulit
-kejang menurun
dengan :
Teraupetik
-takikardi membaik
-suhu tubuh diatas
nilai normal 4.longgarkan atau
-takipnea membaik
lepaslan pakaian
-kejang -suhu tubuh membaik
5.berikan cairan oral
-takikardi -suhu kulit membaik
6.lakukan kompres
-takipnea -tekanan darah membaik dingin
-kulit terasa hangat -ventilasi membaik 7.sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
8.anjurkan tirah baring
Kolaborasi
9.kolaborasipemberian
cairan elektrolit
10.Kolaborasikan
pemberian
antipiretik
4 D.0003 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Gangguan 1.Monitor frekuensi,
diharapkan pertukaran
pertukaran gas b.d irama, kedalaman dan
gas meningkat dengan
ketidakseimbangan upaya nafas
kriteria hasil :
ventilasi-perfusi.
2.Monitor adanya
-Dispnea menurun
Dibuktikan
dengan : -Bunyi nafas tambahan sumbatan jalan nafas
mnurun
-Dispnea 3.Auskultasi bunyi nafas
-Pusing menurun
-Takikardi 4.Monitor saturasi
-Penglihatan kabur oksigen
-Bunyi nafas
menurun
tambahan 5.Monitor kecepatan
-Gelisah menurun aliran oksigen
-PCO2
meningkat/menurun -Nafas cuping hidung 6.Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
-P02 menurun menurun
makan
-Pusing -PCO2 membaik
Teraupetik
-Penglihatan kabur -PO2 membaik
7.Pertahankan kepatenan
-Sianosis -Takikardia membaik jalan nafas

-Gelisah -Sianosis membaik 8.Berikan oksigen


tambahan jika perlu
-Nafas cuping -Pola nafas membaik
hidung Kolaborasi
-Warna kulit membaik
-Pola nafas 9.Kolaborasi penentuan
abnormal dosis oksigen

-Kesadaran 10.Kolaborasi
menurun penggunaan oksigen saat
aktivitas dan tidur
5 D.0019 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Defisit nutrisi b.d 1.Identifikasi status
diharapkan status nutrisi
peningkatan nutrisi
membaik dengan kriteria
kebutuhan
hasil : 2.Identifikasi makanan
metabolisme.
yang disukai
Dibuktikan -Berat badan membaik
dengan : 3.Identifikasi kebutuhan
-Indeks masa tubuh
kalori dan jenis makanan
-Nafsu makan membaik (IMT)
menurut 4.Monitor asupan
-Frekuensi makan
makanan
-Berat badan membaik
menurun 5.Monitor mual &
-Nafsu makan membaik
muntah
-Bising usus
-Membrane mukosa
hiperaktif 6.Monitor berat badan
membaik
-Membrane mukosa
pucat Teraupetik
-Sariawan 7.Lakukan oral hygiene
sebelum makan
8.Berikan makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
9.Berikan makanan yang
tinggi protein dan tinggi
kalori
10.Berikan suplemen
makanan
Edukasi
11.Anjurkan posisi
duduk
12.Ajarkan diet
yang diprogramkan
Kolaborasi
13.Kolaborasikan
pemberian medikasi
sebelum makan
6 D.0056 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1.monitor kelelahan fisik
Intoleransi aktivitas diharapkan toleransi 2.identifikasi
b.d tirah baring, aktivitas meningkat kemampuan
kelemahan, dengan kriteria hasil : berpartisipasi dalam
ketidakseimbangan -kemudahan dalam aktivitas tertentu
antara suplai dan melakukan aktivitas Teraupetik
kebutuhan oksigen. sehari-hari meningkat 3.latihan gerak pasif dan
Dibuktikan -kekuatan tubuh bagian aktif
dengan : atas dan bawah 4.libatkan keluarga
meningkat dalam aktivitas
-Mengeluh lelah -keluhan lelah membaik Kolaborasi
-dispneu saat aktivitas 5.anjurkan melakukan
-Frekuensi jantung
menurun aktivitas secara bertahap
meningkat
-Dyspnea
-sianosis
D. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu


pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Implementasi atau tindakan
adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak
bekerja sendiri, tetappi perlu melibatkan secaara integrasi semua profesi
kesehatan yang menjadi tim perawataan. Pada langkah ini, perawatan
memberikan asuhan keperawataan yang pelaksanaannya berdasarkan
rencana keperawataan yang telaah disesuaikan pada langkah sebelumnya
(Intervensi).

E. EVALUASI

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari


tindakan keperawatan pasien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan,
evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil atau format yang dilakukan
setiap kali selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses atau sumatif
yang dilakukan dengan membandingkan respon pasien pada tujuan khusus
dan umum yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.

S : respon subyektif pasien terhadap tindakan yang dilaksanakan

O : respon obyektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang


dilaksanakan

A : analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untun menyimpulka


apakah masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada
masalah yang kontradiktif dengan masalah yang ada

P : pelaksanaan atau rencana yang akan dilakukan kepada pasien setelah


dilakukan implementasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

 Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dewasa Dengan Pneumonia : Study Kasus Indonesian Jurnal of Health
Development. Indonesian Jurnal of Health Development, 2(2), 102–107.
https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/40
 Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health
Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Datadan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
 Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
 Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro,
B., Hutapea, A. D.,Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan
Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita
Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam 15.00)
 Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
(diakes tanggal 17 juni 2021, jam 11.50)
 Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan.
 Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan.
 Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta SelatanPneumonia adalah peradangan pada paremkim
paru yang melibatkan bronkus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak (Kusuma, 2016)
 Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas
cepat. Penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Secara klinis
pada anak yang lebih tua selalu disertai batuk dan nafas cepat dan tarikan
dinding dada kedalam. Namun pada bayi seringkali tidak disertai batuk
(Kusuma, 2016)
 Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut
yang mempengaruhi paru-paru.
 Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan
oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011)
 Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan eksudasi dan
konsolidasi. Pada bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang
disebabkan oleh sifilis congenital yang disertai dengan generasi lemak
pada paru-paru sehingga paru-paru tampak pucat serta tidak mengandung
udara (Dorland, 2015).

Anda mungkin juga menyukai