Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PNEUMONIA

Adelia Indryani
5021031003

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG
TAHUN 2021
A. Pengertian
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, mikobakteri, jamur, dan virus.
Pneumonitis lebih umum istilah yang menggambarkan proses inflamasi di
jaringan paru-paru yang dapat mempengaruhi atau menempatkan pasien pada
risiko invasi mikroba (Smeltzer, 2014).

Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah
infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara
dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi oleh nanah atau cairan sehingga
kemampuan menyerap oksigen berkurang (Utama, 2018).

B. Etiologi
1. Bakteri
S. Pneumomiae adalah jenis bakteri yang menyebabkan terjadinya
pneumonia pada anak-anak di semua umur berdasarkan komunitas
penyakit pneumonia. Sedangkan M. Pneumoniae dan Chlamydia
pneumoniae adalah penyebab utama pneumonia pada anak diatas umur 5
tahun. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dapat menyerang siapa
saja, mulai dari bayi sampai usia lanjut.
2. Virus
Setengah dari angka kejadian pneumonia disebabkan oleh virus. Virus-
virus ini biasanya menyerang saluran pernafasan bagian atas (terutama
pada anak). Namun, pneumonia yang disebabkan oleh virus tidak berat
dan dapat disembuhkan dalam waktu singkat. Bila terjadi bersamaan
dengan virus influenza, pneumonia yang disebabkan oleh virus ini masuk
ke dalam tingkatan yang berat dan dapat menyebabkan kematian. Virus ini
dapat berkembang biak meskipun tidak terlihat adanya jaringan paru yang
dipenuhi oleh cairan.
3. Mikoplasma
Mikoplasma merupakan agen terkecil di alam bebas yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak dapat
diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri walaupun memiliki
karakteristik dari keduanya. Pneumonia yang disebabkan oleh mikoplasma
termasuk pada derajat ringan namun tersebar luas. Mikoplasma dapat
menyerang segala jenias usia. Tetapi paling sering menyerang anak, pria
remaja, dan usia muda. Angka kematian pneumonia yang disebabkan oleh
mikoplasma sangat rendah, bahkan pada orang yang tidak menjalani
pengobatan.
4. Jenis lainnya
Pneumonia lain yang jarang ditemukan yaitu disebabkan oleh masuknya
makanan, cairan, gas, debu, maupun jamur. Pneumocystitis Carinii
Penumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur adalah salah satu
contoh pneumonia jenis lainnya. Rickettsia (golongan antara virus dan
bakteri yang menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan
psittacosis) juga mengganggu fungsi paru.

C. Patofisiologis
Biasanya, saluran napas bagian atas mencegah kemungkinan infeksi partikel
mencapai saluran pernapasan bagian bawah yang steril. Pneumonia muncul
dari flora normal yang ada pada pasien yang resistensinya telah diubah atau
dari aspirasi flora hadir di orofaring; pasien sering mengalami penyakit akut
atau penyakit kronis yang mendasari yang merusak pertahanan host.
Pneumonia juga dapat terjadi akibat organisme yang ditularkan melalui darah
yang masuk ke sirkulasi pulmonal dan terperangkap di pulmonal tempat tidur
kapiler.

Pneumonia mempengaruhi ventilasi dan difusi. Sebuah inflamasi, reaksi dapat


terjadi di alveolus, menghasilkan eksudat yang mengganggu difusi oksigen
dan karbon dioksida. Sel darah putih, sebagian besar neutrofil, juga bermigrasi
ke dalam alveolus dan mengisi ruang yang biasanya berisi udara. Area paru-
paru tidak cukup berventilasi karena sekret dan edema mukosa yang
menyebabkan oklusi parsial bronkus atau alveolus, dengan akibat penurunan
volume alveolus ketegangan oksigen. Bronkospasme juga dapat terjadi pada
pasien dengan penyakit saluran napas reaktif. Karena hipoventilasi,
ketidakcocokan ventilasi-perfusi terjadi di daerah yang terkena dari paru-paru.
Darah vena yang masuk ke sirkulasi pulmonal melewati area berventilasi dan
melakukan perjalanan ke sisi kiri jantung kurang teroksigenasi. Pencampuran
dari darah beroksigen dan tidak teroksigenasi atau kurang teroksigenasi
akhirnya menyebabkan hipoksemia arteri.

Jika sebagian besar dari satu atau lebih lobus terlibat, penyakit ini disebut
sebagai pneumonia lobaris. Istilah bronkopneumonia digunakan untuk
menggambarkan pneumonia yang terdistribusi dengan cara yang tidak merata,
yang berasal dari satu atau lebih daerah terlokalisasi di dalam bronkus dan
meluas ke yang berdekatan parenkim paru sekitarnya. Bronkopneumonia lebih
umum daripada pneumonia lobaris (Smeltzer, 2014).

D. Manifestasi Klinis
1. Demam
2. Menggigil
3. Sefalgia
4. Gelisah
5. Muntah, kembung, diare (terjadi pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal)
6. Otitis media, konjungtivitis, sinusitis (pneumonia oeh streptococcus
pneumonia atau haemophillus influenza)

E. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


1. Sinar X, untuk mengidentifikasi distribusi structural (misalnya lobar,
bronchial), dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empyema
(stapilococcus), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial), atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia
mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
beratnya penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsy paru : untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

F. Penatalaksanan
Pengobatan umum pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotic
yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi
hipoksemia. Beberapa contoh antibiotic seperti :
a. Penicillin G : untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b. Amantadine, rimantadine : untuk infeksi pneumonia virus
c. Eritromisin, tetrasiklin, derivate tetrasiklin : untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status pernikahan.
2) Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien.
3) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien pneumonia biasanya adalah sesak
nafas.
b) Riwayat kesehatan saat ini
Keluhan utama disertai dengan keluhan lainnya yang dirasakan
oleh pasien, serta kronologis kejadian pasien sampai dirawat di
Rumah Sakit.
c) Riwayat kesahatan dahulu
dikaji apakah pasien pernah menderita seperti ISPA, TB Paru,
trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang dicurigai sebagai penyebab pneumonia seperti
Ca paru, asma, tb paru.
e) Activity Daily Living (ADL)
A. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah karena
peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak
peningkatan mikroorganisme.
B. Pola eliminasi
Pasien sering mengalami penurunan produksi urine akibat
perpindahan cairan evaporasi karena demam.
C. Pola istirahat/tidur
Pasien sering mengalami gangguan istirahat dan tidur
karena adanya sesak nafas.
D. Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan pasien akan menurun karena adanya
kelemahan fisik.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berfokus pada system pernafasan :
1) Ukur tanda vital
2) Inspeksi keadaaan umum : penggunaan oksigen, sianosis, sesak
napas, batuk, wheezing, stridor, cachexia.
3) Wajah : Inspeksi konjungtiva: anemis/tidak, Inspeksi adakah
pernafasan cuping hidung, Inspeksi RR dan irama, catat apakah
irama dangkal dan cepat, normal, dalam dan cepat, Inspeksi adanya
stomatitis, central sianosis.
4) Leher : Inspeksi adanya peningkatan JVP, dan deviasi trahea
5) Dada :
a) Inspeksi bentuk dada, apakah simetris, apakah bentuk dada
normal atau tidak normal (Funnel,barrel, pigeon chest) kaji
adanya bekas luka op, dan adanya pemasangan Chest Drain.
Inspeksi simetrisitas pergerakan dada kanan dan kiri. Inspeksi
pernafasan perut atau dada. Amati apakah ada retraksi dada dan
penggunaan otot-otot bantu pernafasan. Inspeksi kulit dada:
warna, distribusi rambut, jaringan parut, lesi, luka bakar.
b) Palpasi pengembangan dada simetris atau tidak, apakah ada
keterlambatan pengembangan dada di salah satu sisi paru.
Mengkaji fremitus fokal simetris/tidak. Caranya: letakkan
tangan di area apek paru, minta pasien mengucapkan tujuh-
tujuh dan rasakan perbedaan getaran di paru2 kanan dan kiri.
Lakukan cara yang sama di medial dan basal paru. catat
perbedaan getaran (paru2 mana yang lebih lemah) di lembar
dokumentasi pengkajian
c) Melakukan perkusi paru di 10 titik anterior. Kaji adanya
perubahan bunyi resonan ke pekak atau hiperresonan.
Identifikasi batas paru normal. Melakukan perkusi paru di 10
titik posterior. Kaji adanya perubahan bunyi resonan ke pekak
atau hiperresonan. Identifikasi batas paru normal.
d) Melakukan auskultasi paru di 10 titik anterior. Identifikasi
suara vesikuler (normal) dan suara abnormal paru (rochi atau
raler). Catat area paru-paru mana yang mengalami perubahan
suara paru normal. Melakukan auskultasi paru di 10 titik
posterior. Identifikasi suara vesikuler (normal) dan suara
abnormal paru (rochi atau rales). Catat area paru-paru mana
yang mengalami perubahan suara paru normal
e) Abdomen : Inspeksi adanya asites. Peningkatan diameter
abdomen mengurangi ekspansi dada.
f) Ekstermitas : Inspeksi adanya clubbing finger. Clubbing finger
menjadi indikasi kondisi hipoksia yang lama. Kaji telapak
tangan adanya Tar Smoking(Perokok), memar dan telapak
tangan yg menipis (penggunaan jangka panjang streoid). Kaji
tremor, akral, CRT, Edema. Kaji adanya Asterixis (CO2
Retensi).

2. Analisa Data
No Data Etiologi Maslaah Keperawatan
1 DS : dyspnea Bakteri, virus, jamur, Bersihan jalan nafas
DO : mikroplasma tidak efektif b.d
a. Batuk tidak hipersekresi jalan
efektif Bakteri pathogen menginfeksi nafas d.d
b. Sputum berlebih saluran nafas bawah DS : dyspnea
c. Suara nafas DO :
abnormal Menuju parenkim paru
a. Batuk tidak efektif
(mengi,
b. Sputum berlebih
wheezing, Inflamasi di alveoli
c. Suara nafas
ronchi)
abnormal (mengi,
Pneumonia
wheezing, ronchi)

Penumpukan secret di alveoli

Terdengar suara ronchi

Bersihan jalan nafas tidak


efektif
2 DS : - Bakteri, virus, jamur, Hipertermi b.d proses
DO : suhu tubuh mikroplasma inflamasi d.d suhu
diatas nilai normal tubuh diatas nilai
dan kulit terasa Bakteri pathogen menginfeksi normal dan kulit
hangat saluran nafas bawah terasa hangat.

Menuju parenkim paru

Inflamasi di alveoli

Pneumonia

Reaksi virus antibody

Meningkatkan media inflamasi

Suhu meningkat

Hipertermi
3. Rencana Keperawatan
No Masalah Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI judul) Aktifitas (SIKI)
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif a. Observasi
tidak efektif b.d keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi kemampuan
hipersekresi jalan jam diharapkan bersihan jalan batuk
nafas d.d nafas meningkat dengan 2. Monitor adanya retensi
DS : dyspnea kriteria hasil : sputum
DO : a. Batuk efektif cukup 3. Monitor tanda dan gejala
a. Batuk tidak efektif meningkat infeksi saluran nafas
b. Sputum berlebih b. Produksi sputum cukup b. Terapeutik
c. Suara nafas menurun 1. Atur posisi semi fowler
abnormal (mengi, c. Dyspnea cukup menurun atau fowler
wheezing, ronchi) d. Suara nafas abnormal 2. Pasang perlak dan engkok
cukup menurun di pangkuan pasien
e. Frekuensi nafas cukup 3. Buang secret pada tempat
membaik sputum
c. Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan Tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi
Tarik nafas dalam hingga 3
kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah Tarik
nafas dalam yang ke-3
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu
2 Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia a. Observasi
inflamasi d.d suhu keperawatan selama 2 x 24 1. Identifikasi penyebab
tubuh diatas nilai jam diharapkan termoregulasi hipertermia
normal dan kulit membaik dengan kriteria 2. Monitor suhu tubuh
terasa hangat. hasil: 3. Monitorkadar elektrolit
a. Suhu tubuh membaik 4. Monitor haluaran urine
b. Suhu kulit membaik 5. Monitor komplikasi akibat
hipertermia
b. Terapeutik
1. Sediakan lingkuangan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Berikan cairan oral
4. Ganti linen setiap hari
5. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
6. Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Referensi

Smeltzer, et al. (2014). Brunner & Sudrath’s Textbook of Medical- Surgical


Nursing, 11th ed. In Lippincott Williams & Wilkins.

Utama, S. Y. A. (2018). BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


SISTEM RESPIRASI (1st ed.). DEEPUBISH (Grup Penerbitan CV
BUDI UTAMA.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016) Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SLKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai