Anda di halaman 1dari 12

A.

Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi
saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai sesak nafas yang disebabkan
oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di alveoli
yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus,

bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).


Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran
pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh
adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa
eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Abdjul & Herlina, 2020).

B. KLASIFIKASI
Menurut Departemen Kesehatan RI, pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pneumonia berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bawah ke dalam pada waktu
menarik nafas.
2. Pneumonia ringan Bila disertai dengan adanya peningkatan frekuensi pola nafas
3. Bukan pneumonia (penyakit paru lain) Tidak ditemukan adanya perubahan frekuensi pola nafas dan tidak
ada tarikan dinding dada pada saat bernafas.
C. ETIOLOGI
Menurut Nurarif (2015), etiologi pneumonia terdiri dari:

1. Bacteria: pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcusaureus,


haemophillus influenzae, mycobacterium tuberculosis.
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Jamur: hitoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastornyces dermatitides Aspirasi: makanan,
kerosene (minyak tanah,bensin), cairan amnion, benda asing)
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya
akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan
pengobatan dengan antubiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015).

D. PATOFISIOLOGI
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi
alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai
dengan obstruksi jalan nafas. Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia
di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi
karena terganggunya salah satu

mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi
maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus
maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem limpatik dapat mencapai
bakteri sampai darah atau pleura viceral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan
paru menurun dan aliran darah menjadi 13 terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-
to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi
meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 oC sampai 40,5 oC).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea (25 sampai 45 kali pernapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea
ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan suhu tubuh
(Celcius).
5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mikroplasma, atau infeksi
organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri pleuritik, myalgia,
ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau mukopurulen dikeluarkan.

7. Pneumonia : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau, bergantung pada agen
penyebab
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia adalah :
1. Sinar X : Mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnyanya: lobar, bronchial), dapat juga
menyatakan abses.
2. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fingsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

7. Bronchoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing


G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :

1. Pleuritis : Peradangan pada selaput pembungkusau paru-paru atau pleura


2. Atelektasis : Keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna akibat kurangnya
mobilisasi atau reflek batuk hilang
3. Empiema : Adanya pus pada rongga pleura
4. Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena infeksi bakteri yang menyebabkan
jaringan paru-paru menjadi bernanah
5. Edema pulmonary: Suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari pembuluh darah kecil paru ke
dalam kantong udara dan daerah disekitarny
6. Infeksi super perikarditis: Peradangan yang terjadi pada selaput pembungkus jantung (perikardium)

7. Meningitis: Infeksi yang menyerang selaput otak

8. Arthritis: Suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan (biasanya terjadi pada kaki dan
tangan)

H. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan pneumonia antara lain:

1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus didorong setidaknya
untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
d. Hidrasi: pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk mempertahanakan hidrasi dan
mencairkan sekresi
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada : mungkin diperlukan jika masalah sekunder seperti
emfisema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien
pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya maka biasanya diberikan oantibiotik golongan Penicillin G
untuk infeksi pneumonia virus, Eritromicin, Tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau penyelidikan
oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan
pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan
cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian
meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status
pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status
pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama

Keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak napas


b. Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti lemah, sianosis, sesak napas, adanya
suara napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung,
muntah, diare)
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru, trauma. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai
penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC Paru dan lain sebagainya.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.

b. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan rangsangan gaster sebagai
dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan evaporasi karena
demam

d. Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak nafas.
e. Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik

5. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada kasus pneumonia menurut PPNI (2017) sebagai berikut
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
3. Hipertermia (D.0130)

4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)


5. Defisit nutrisi (D0019)
6. Intoleran aktivitas (D.0056)

C. INTERVENSI

SLKI-SIKI
Diomehso Kjpjrowotoe
NO (SDKI) SLKI SIKI

1. D0001 Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan
Bersihan pada jalan nafas
diharapkan bersihan jalan nafas 1. Monitor pola nafas
b.d sekresi yang tertahan. meningkat dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi nafas
Dibuktikan dengan :
- Produksi sputum 3. Identifikasi Kemampuan batuk
- Sputum berlebih menurun 4. Monitor sputum (jumlah,
- Batuk tidak efektif - Mengi menurun warna, aroma)
- Tidak mampu batuk - Wheezing menurun 5. Monitor tanda & gejala
- Mengi, Wheezing, infeksi saluran nafas
- Frekuensi
rentang normalnafas
atau ronki kering dalam
- Dispnea - Batuk efektif meningkat Teraupetik
- Pola nafas berubah 6. Posisikan semi fowler
- Pola nafas meningkat
- Frekuensi nafas
bertambah
7. Berikan minum air hangat
8. Lakukan suction selama 15 detik
9. Berikan oktisgen, jika perlu

Edukasi
10. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
11. Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
Setelah dilakukan 12. Kolaborasi pemberian
intervensi keperawatan broncodilaor
2. D0005 diharapkan pola nafas membaik Observasi
Pola nafas tidak efektif dengan kriteria hasil :
1. Monitor pola nafas (frekuensi,
b.d deformitas dinding - Kapasitas vital membaik kedalaman, usaha nafas)
dada. Dibuktikan dengan : - Tekanan ekpirasi
- Penggunaan otot bantu
2. Monitor bunyi nafas tambahan
meningkat
pernapasan (Gurgling, mengi, wheezing,
- Tekanan inspirasi ronki)
- Fase ekspirasi meningkat
memanjang 3. Auskultasi bunyi nafas
- Dispnea 4. Monitor saturasi oksigen
- Pola nafas abnormal
(takipnea, bradipnea, - Dyspnea menurun Teraupetik
hipoventilasi)
- Pernafaan cuping
- Penggunaan otot bantu 5. Posisikan semi fowler
nafas menurun 6. Lakukan fisioterapi dada
hidung
- Frekuensi nafas
- Tekanan ekspirasi
membaik 7. Berikan oksigen, jika perlu
menurun Kolaborasi
- Tekanan inspirasi 8. Kolaborasi pemberian
menurun bronkodilator

3. D0130 Setelah dilakukan Observasi


Hipertermia b.d proses intervensi keperawatan
diharapkan termogulasi membaik 1. identifikasi penyebab
penyakit (infeksi hipertermia
mycobacterium tuberculosis). dengan kriteria hasil :
Dibuktikan dengan : - menggigil membaik 2. monitor suhu tubuh
- suhu tubuh diatas nilai - kejang menurun 3. monitor warna dan suhu
normal kulit
- takikardi membaik
- kejang
- takipnea membaik Teraupetik
- takikpkpnanredai 4. longgarkan atau lepaslan
- suhu
- kulit terasa hangat
tkubliuthmmemembbaiakik pbaekriakian cairan oral
5.
- tekanan darah membaik 6. lakukan kompres dingin
- ventilasi membaik 7. sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien

Edukasi
8. anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian
4. D0003 cairan elektrolit
Gangguan pertukaran gas 10. Kolaborasikan pemberian
b.d ketidakseimbangan Setelah dilakukan
ventilasi-perfusi. intervensi keperawatan antipiretik
Dibuktikan dengan : diharapkan pertukaran gas Observasi
- Dispnea meningkat dengan kriteria hasil :
- Takikardi - Dispnea menurun 1. Monitor frekuensi, irama,
- Bunyi nafas tambahan kedalaman dan upaya nafas
- Bunyi nafas tambahan
mnurun 2. Monitor adanya sumbatan
- PCO2 - Pusing menurun
meningkat/menurun jalan nafas
- Penglihatan kabur
- P02 menurun menurun 3. Auskultasi bunyi nafas
- Pusing - Gelisah menurun 4. Monitor saturasi oksigen
- Nafas cuping hidung 5. Monitor kecepatan aliran
- Penglihatan kabur
oksigen
6. Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat

makan
- Sianosis
menurun
- Gelisah
- PCO2 membaik
- Nafas cuping hidung Teraupetik
- PO2 membaik
- Pola nafas abnormal
- Takikardia membaik
- Kesadaran menurun 7. Pertahankan kepatenan jalan
- Sianosis membaik
nafas
- Pola nafas membaik
8. Berikan oksigen tambahan jika
- Warna kulit membaik
perlu

Kolaborasi

9. Kolaborasi penentuan dosis


oksigen
10. Kolaborasi penggunaan
5. D.0019 oksigen saat aktivitas dan tidur
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan
peningkatan kebutuhan intervensi keperawatan Observasi
diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
m e t a b ol isme. 2. Identifikasi makanan yang
de n g a n : m em b aik dengan
Dibuktikan h a s il :
- Nafsu makan menurut kriteria d is u k a
3. I I d e n t i f i k a s i kebutuhan
- Berat badan menurun - Berat badan membaik
kalori dan jenis makanan
- Indeks masa tubuh
- Bising usus hiperaktif membaik (IMT) 4. Monitor asupan makanan
- Membrane mukosa - Frekuensi makan 5. Monitor mual & muntah
pucat membaik 6. Monitor berat badan
- Sariawan - Nafsu makan membaik
- Membrane mukosa Teraupetik
membaik 7. Lakukan oral hygiene sebelum
makan
8. Berikan makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
9. Berikan makanan yang
tinggi protein dan tinggi
kalori
10. Berikan suplemen
makanan

Edukasi
11. Anjurkan posisi duduk
12. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
13. Kolaborasikan pemberian
medikasi sebelum makan
6 D.0056 Setelah dilakukan Observasi
Intoleransi aktivitas b.d tirah intervensi keperawatan
diharapkan toleransi 1. monitor kelelahan fisik
baring, kelemahan,
ketidakseimbangan antara suplai aktivitas meningkat dengan kriteria 2. identifikasi kemampuan
dan kebutuhan oksigen. hasil : berpartisipasi dalam aktivitas
Dibuktikan dengan : - kemudahan dalam tertentu
- Mengeluh lelah melakukan aktivitas sehari-
hari meningkat Teraupetik
- Frekuensi jantung
meningkat - kekuatan tubuh bagian atas 3. latihan gerak pasif dan aktif
dan bawah meningkat
- Dyspnea 4. libatkan keluarga dalam
- keluhan lelah membaik aktivitas
- sianosis
- dispneu saat aktivitas
menurun Kolaborasi
5. anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

D. IMPLEMENTASI
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan secara mandiri
maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang
sudah dibuat (Patrisia jt oa., 2020)

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara membandingkan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan.
Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan
yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil
(Patrisia et al., 2020).
PATHWAY

Normal (system
pertahanan) terganggu Organisme

Virus Saluran nafas bagian Stapilokokus Trombus


bahwah Termokokus
Kuman patogen mencapai
Toksin, Koagulase
bronkioli. Terminalis
Eksudat masuk ke alveoli
merusak sel epitel bersila,
sel globlet Permukaan lapisan pleura
Sel darah merah leukosit. tertutup tebal eksudat
Pneumokukus mengisi trombus vena pulmunalis
Cairan edema + leukosit alveoli
ke alveoli
Nekrosis hemoragik
Konsulidasi Paru Leukosit+fibrin mengalami
konsolidasi

Kapasitas vita, kompliance


menurun, hemoraagik Leukositosis

Peningkatan suhu tubuh Produksi


sputum Abses
Kelemahan pneumotocele
meningkat (kerusakan
jaringan perut)
Hipertermia D.0130
Intoleransi Aktivitas
Batuk
D.0056 Pola nafas tidak
Bersihan jalan
nafas tidak Distensi efektif
Gangguan efektif abdomen
D.0005
Pertukaran Gas
D.0001
Mual,
D.0001 muntah Defisit Nutrisi

D.0019
Intake nutrisi
kurang
DAFTAR PUSTAKA

Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan Pneumonia : Study Kasus
Indonesian Jurnal of Health Development. Indonesian Jurnal of Health Deνelopment, 2(2), 102—107.
https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/40

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/Data- dan-Informasi_Profil-
Kesehatan-Indonesia-2018.pdf

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: Mediaction

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A. D., Khusniyah, Z., &
Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan
Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam 15.00) Rohmah, N., & Walid,
S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media. (diakes tanggal 17 juni 2021, jam 11.50)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan. Tim Pokja SIKI

DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019).

Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai