Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya
berasal dari suatu infeksi. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Misnadiarly, 2008).
Community acquired pneumonia (CAP) adalah dimulai sebagai
penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia.
Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.Tipe
pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua
(Librianty, 2015).
Community acquired pneumonia(CAP) adalah pneumonia infeksius
pada seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit baru -baru
ini.CAP adalah tipe pneumonia yang paling sering. Penyebab paling sering
dari CAP berbeda tergantung usia seseorang, tetapi mereka termasuk
Streptococcus pneumoniae,virus,bakteri atipikal dan Haemophilus influenzae.
Di atas semuanya itu , Streptococcus pneumoniae adalah penyebab paling
umum dari CAP seluruh dunia(Perhimpunan Dokter Paru Indoneisa, 2014).

B. Etiologi pneumonia
1. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-
positif atau gram-negatif seperti : Steptococcus pneumonia
(pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus,
Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.

1
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus. Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory,
Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus,
Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial pernapasan, hanta
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi
(Perhimpunan Dokter Paru Indoneisa, 2014).

C. Patofisiologi
Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks
merupakan rute infeksi yang peling sering. Rute inokulasi lain meliputi
inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah (hematogen) dari area infeksi yang
jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi. Jalan napas atas
merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi, pembersihan
mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi IgA dapat
terhambat oleh berbagai penyakit, penurunan imun, merokok, dan intubasi
endotrakeal (Utama, 2018).
Pertahanan jalan napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi
mukosiliar, surfaktan, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit (PMN),
dan imunitas selular dan humoral. Pertahan ini dapat dihambat oleh penurunan
kesadaran, merokok, produksi mukus yang abnormal (mis, kistik fibrosis atau

2
bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah baring berkepanjangan
(Utama, 2018).
1. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya
virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup
melalui mulut dan hidung.setelah  masuk virus menyerang jalan nafas dan
alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung
mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut
apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi
kerusakan paru.Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi
sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli. Kumpulan
dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan
oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan
paru,banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi
organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap
infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering
merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus
influensa,virus syccytial  respiratory(RSV),adenovirus dan
metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia
kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga
berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh
cytomegalovirus(CMV) (Utama, 2018).
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada
di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui
aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.

3
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas
seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju
alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan
diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini
memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari
pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan
membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan
cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun (Librianty, 2015).
Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada
pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan
cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu
transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi
menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal
seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada
bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding
dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema.
Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah
Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk
pada warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses
yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena
bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada
antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain (Librianty, 2015).
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada
hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae,
sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari
pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain

4
penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram
negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram
negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni
termasuk bkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni
yang disebabkan bakteri dan jamur.Neutrophil, bakteri, dan cairan dari
sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi
oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran
darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik
syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian
tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju
area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan
komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari
pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus
pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal (Librianty, 2015).
Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada
warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang
dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri
atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan
pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda
dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan
pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus
pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab
paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram
positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus
aureus.
Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada
bakteri gram negatif. Beberapa dari bakteri gram negatif yang
menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus influenzae, Klebsiella
pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Moraxella

5
catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin
memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipikal yang
menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae, dan Legionella pneumophila.
3. Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin
terjadi pada  individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan
AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain.patofisiologi
dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang
disebabkan bakteri. Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering
disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans,
Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis. Histoplasmosis paling
sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi, dan Coccidiomycosis
paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
4. Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit
ini secara khas  memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah
memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru,biasanya melalui
darah.Terdapat seperti pada pneumonia tipe  lain ,kombinasi dari destruksi
seluler dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi
oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil berespon dengan
dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat
menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang
mendasari pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling umum yang
dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii,Strongioides
stercoralis dan Ascariasis. a adalah Toxoplasma  gondii, Strongioides
stercoralis dan Ascariasis (Misnadiarly, 2008).

6
D. Manifestasi Klinik
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu
tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada,
dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga
hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,
kurang nafsu makan,dansakit kepala.
Tanda dan Gejala berupa: Batuk nonproduktif, Ingus (nasal
discharge),Suara napas lemah, Retraksi intercosta, Penggunaan otot bantu
nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo menunjukkan
infiltrasi melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas,
Menggigil, Berkeringat, Lelah.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1. Kulit yang lembab
2. Mual dan muntah
3. Kekakuan sendi (Udin, 2019)
E. Klasifikasi
Sistem klasifikasi lain yang penting digunakan untuk pneumonia
adalah klasifikasi klinis kombinasi, yang mengkombinasikan banyak faktor
termasuk usia, faktor resiko untuk beberapa mikroorganisme, adanya penyakit
paru yang mendasari dan penyakit sistemik yang mendasari.
1. Skema klasifikasi awal
Deskripsi awal dari pneumonia difokuskan pada anatomi atau
penampakan patologi dari paru-paru, baik melalui inspeksi lansung pada
waktu otopsi atau melalui mikroskop. Penumonia lobarik adalah infeksi
yang hanya melibatkan satu lobus atau bagian dari paru. Pneumonia lobarik
sering disebabkan streptococcus pneumonia. Pneumonia multilobar
melibatkan lebih satu lobus dan sering merupakan penyakit yang lebih
berat dari pneumonia lobarik. Pneumonia interstistial melibatkan area

7
diantara alveoli dan mungkin disebut sebagai “pneumonia interstial.”
Pneumonia interstial lebih sering disebabkan oleh virus atau oleh bakteri
atipikal.
2. Skema klasifikasi kombinasi
Umumnya klinis telah mengklasifikasi pneumonia berdasarkan
karakteristik klinis, membagi mereka menjadi akut (kurang dari 3 minggu)
dan krinik. Hal ini berguna karena pneumonia kronik cenderung untuk
lebih tidak infeksisus, tau mycobakterial, jamur atau gabungan infeksi
bakteri yang disebabkan oleh obtruksi jalan napas. Pneumonia akut lebih
jauh dibagi menjadi bronchopneumonia klasik (seperti streptococcus
pneumoniae), pneumonia atipikal (seperti pneumonia intertisial dari
mycoplasma pneumonia atau chlamydia pneumoniae) dan sindrom aspirasi
pneumonia. Terdapat 2 kategori besar dari pneumonia didalam skema ini,
yaitu :
a. Community acquired pneumonia
Community acquired pneumonia (CAP) adalah penumonia
infeksius pada seseorang yang tidak menjalani rawat inap dirmah sakit
baru-baru ini. CAP adalah tipe pneumonia yang paling sering.
Penyebab paling sering dari CAP berbeda tergantung usia seseorang,
tetapi mereka termasuk streptococcus pneumonia, virus, bakteri
atipikal dan haemophilus influenza. Streptococcus pneumonia adalah
penyebab paling paling umum dari CAP. Bakteri gram negatif
menyebabkan CAP pada populasi beresiko tertentu.
b. Hospital acquired pneumonia
Hospital acquried pneumonia, juga disebut pneumonia
nosokomial adalah pnemonia yang disebabkan selama perawatan
dirumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
Penyebabnya, mikrobiologi, perawatan dan prognosis berbeda dari
community acquried pneumonia . pasien rawat inap mungkin

8
mempunyai banyak faktor risiko untuk pneumonia, termasuk ventilasi
mekanisme, malnutrisi berkepanjangan, penyakit dasar jantung dan
paru-paru, penurunan jumlah asam lambung dan gangguan imun.
Mikroorganisme disuatu rumah sakit mungkin termasuk bakteri
resisten sperti : MRSA, pseudomonas, enterobacter, dan serratia.
Karena individu dengan Hospital acquired pneumonia biasanya
memiliki penyakit yang mendasari dan terekspos dengan bakteri yang
lebih berbahaya, cenderung lebih mematikan dripada Community
acquired pneumonia. Ventilator associated pneumonia (VAP) adlah
bagian dari Hospital acquired pneumonia. VAP adalah pneumonia
yang timbul setelah minimal 48 jam sesudah intubasi dan ventilasi
mekanis (Perhimpunan Dokter Paru Indoneisa, 2014).
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan diagnostic
1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan
infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin
bersih.
2. Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali,
terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan
efusi pleura.
3. Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial
dan ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan
konduksi intraventrikular.  Kadang-kadang ditemukan voltase QRS
yang rendah, atau gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.

9
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) nilai normal 90-100 % : tidak
normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah :
diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,
bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab.
b. JDL nilai normal leukosit 4400-11300/mm3: leukositosis biasanya ada,
meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan
imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
c. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
d. LED(nilai normal P : 0-20 mm/jam L : 0-15 mm/jam) : meningkat
e. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan
komplain menurun, hipoksemia.
f. Elektrolit : natrium (nilai normal : 135-145 mEq/L) dan klorida(98-
108 mEq/L) mungkin rendah
g. Bilirubin nilai normal Negatif 0,02 mg/dL: mungkin meningkat
h. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka : menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (Misnadiarly, 2008).
G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Tindakan kewaspadaan isolasi untuk pasien dengan penurunan imun.
b. Posisikan pasien untuk mencegah aspirasi
c. Untuk mencegah VAP
1) Hindari volume lambung yang berlebihan
2) Pilih intubasi oral dari pada nasal
3) Pemeliharaan sirkuit ventilator secara cermat
4) Suksion subglotis kontinu

10
5) Variasi/rotasi postural
6) Gunakan sukralfat daripada penyekat H2 untuk profilaksis (masih
kontroversial)
7) Bilas mulut dengan klorheksidin (Perhimpunan Dokter Paru
Indoneisa, 2014).
2. Penatalaksaan infeksi akut
a. Oksigen dan hidrasi bila ada indikasi
b. Pertimbangkan isolasi respirasi
c. Hospitalisasi diindikasikan bila
1) Usia diatas 65 tahun, tunawisma, dirawat dirumah sakit karena
pneumonia ditahun yang lalu
2) Denyut nadi > 140/menit, frekuensi respirasi > 30/menit
hipotensi.
3) Temperatur > 38,30C
4) Penurunan status mental, sianosis
5) Imunosupresi, kondisi penyerta
6) Mikroorganisme risiko tinggi (mis, infeksi pseudomonas yang
terbaru)
7) SDP < 4000 atau > 3000/µL
8) Tekanan parsial oksigan dalam darah arteri (PaO2) < 60 atau
PaCO2> 50
9) Foto ronsen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau
progresi cepat
d. Menarik napas dalam dan batuk, fisioterapi dada bila tersedia
e. Antibiotik untuk pneumonia bakteri, parasit, atau jamur (bukan
virus)
1) Perlindungan empiris paling sering digunakan pada pasien
rawat jalan; pewarnaan gram pada sputum dapat menjadi
panduan terapi pada pasien rawat inap tetapi mungkin perlu

11
diubah bila kultur dengan sensitivitas telahtersedia (48 samapi
72 jam).
2) Pilihan antibiotik empiris bervariasi berdasar pada pasien rawat
jalan versus rawat inap, usia, faktor risiko pasien, dan
pengkajian pasien; pilihan antibiotika empiris yang umum
dirangkum dalam tabel dibawah.

Tipe pasien Pengkajian pasien Antibiotika empiris

Pasien rawat jalan Imunokomperen Makrolida, fluoroqulnolon


Diperkirakan terdapat atau doksisiklin
S pneuminiae yang Amoksilin/klavulanat
resisten terhadap PCN Doksisiklin
Aspirasi
Usia 18 sampai 40
tahun

Pasien rawat inap Bangsal medis umum Beta laktam dengan


ICU makrolida atau
Penyakit paru fluoroquinolon sama seperti
Aspirasi anti-pseudomonas dengan
makrolida atau
fluoroquinolon dengan
aminoglikosida
Fluoroquinolon dengan
klindamisin.

12
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
a. Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
b. Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
a. Gejala : riwayat gagal jantung kronis
b. Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
a. Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan
a. Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
b. Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
a. Gejala : sakit kepala bagian frontal
b. Tanda : perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
a. Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7. Pernafasan
a. Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
b. Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
c. Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural

13
d. Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial.
e. Fremitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
f. Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
a. Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
b. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada
kasus rubela / varisela
9. Penyuluhan
a. Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis (Utama,
2018).
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
b. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Dispnea
Objektif
1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal (mis takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
c. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Ortopnea
Objektif
1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung

14
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun’
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah
d. Kondisi klinis terkait
1) Depresi system saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Trauma thoraks
4) Gullian barre syndrome
5) Multiple sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Intoksikasi alcohol
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten
b. Gejala dan tanda mayor
Objektif :
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
5) Mekonlum di jalan napas (pada neonatus)
c. Gejala dan tanda minor
Subjektif :

15
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif :
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
d. Kondisi klinis terkait
1) Gullian bare syndrome
2) Sklerosis multiple
3) Myasthenia gravis
4) Prosedur diagnostik (mis.bronkoskopi, transesophageal
echocardiography [TEE])
5) Depresi sistem saraf pusat
6) Cedera kepala
7) Stroke
8) Kuadriplagia
9) Sindrom aspirasi meconium
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida.
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membrane alveolus-kapiler
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Dispnea

16
Objektif
1) PCO2 meningkat/menurun.
2) Po2 menurun
3) Takikardi
4) pH arteri meningkat/menurun
5) Bunyi nafas tambahan
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Pusing
2) Penglihatan kabur
Objektif
1) Sianosis
2) Diaphoresis
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal (cepat / lambat ,regular / irregular, dalam /
dangkal)
6) Warna kulit abnormal (mis, pucat, kebiruan)
7) Kesadaran menurun.
e. Kondisi klinis terkait
1) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
2) Gagal jantung kongestif
3) Asma
4) Pneumonia
5) Tuberculosis paru
6) Penyakit membrane hialin
7) Asfiksia
8) Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
9) Prematuritas

17
10) Infeksi saluran napas.

4. Defisit nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
b. Penyebab
1) Kurangnya asupan makanan
2) ketidakmampuan menelan makanan
3) Ketidakmampuan menagbsorbsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Factor ekonomi faktor psikologi
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Tidak Tersedia
Objektif
1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentan normal
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
Objektif
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan melemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun

18
7) Rambut rontok berlebih
8) Diare.

e. Kondisi klinis terkait


1) AIDS
2) Kanker
3) Kerusakan neuromuskular
4) Infeksi
5) Parkinson
6) Penyakit Crohn’s
5. Hipertermia
a. Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b. Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Tidak tersedia
Objektif
1) Suhu tubuh diatas nilai normal
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif

19
1) Tidak tersedia
Objektif
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
e. Kondisi klinis terkait
1) Proses Infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas
6. Nyeri akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemis,neoplasma).
2) Agen pencedera kimiawi (mis.terbakar,bahan kimia iritan).
3) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan.
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak meringis

20
2) Bersikap protektif
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
d. Kondisi Klinis Terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukoma
7. Intoleransi aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subyektif
1) Mengeluh Lelah
Objektif
1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
d. Gejala dan tanda minor
Subyektif
1) Dispnea saat/setelah aktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lemah

21
Objektif
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktiivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4) Sianosis
e. Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Penyakit jantung koroner
3) Gagal jantung kongestif
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan muskuloskeletal
C. Perencanaan (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019)
1. Pola Nafas Tidak Efektif
Manajemen Jalan Nafas
a. Observasi
1) Monitor pola Nafas ( frekuensi, kedalaman dan usaha)
Rasional : mengetahui status dan kemungkinan perubahan pada
pola nafas pasien
2) Monitor bunyi nafas tambahas
Rasional : adanya bunyi nafas tambahan biasanya berkaitan karena
adanya hambatan pada jalan nafas
3) Monitor sputum
Rasional : adanya sputum yang berlebih dapat menjadi hambatan
dalam saluran pernapasan
b. Terapeutik
1) Posisikan semi-fowler atau fowler

22
Rasional : mengurangi rasa sesak pada pasien
2) berikan minum air hangat
Rasional : melegahkan tenggorokan dan mengencerkan dahak
yang ada
3) Lakukan fisioterapi dada
Rasional : mengeluarkan secret pada saluran nafas
4) Berikan oksigen
Rasional : membantu mengurangi sesak pada pasien
c. Edukasi
1) Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : mengeluarkan secret secara maksimal
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Manajemen jalan napas
1) Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas).
b) Monitor bunyi napas tambahan ( mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Terapeutik
a) Posisikan semi fowler atau fowler
b) Berikan minum hangat
c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
d) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
e) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
f) Keluarkan sumbatam benda padat dengan forsep McGill
g) Berikan oksigen, jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi

23
b) Ajarkan teknik batuk efektif.

4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
3. Gangguan Pertukaran Gas
Terapi oksigen
1) Observasi
a) Monitor kecepatan aliran oksigen
b) Monitor posisi alat terapi oksigen
c) Mononitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan cukup
d) Monitor efektifitas terapi oksigen (mis, oksimetri, analisa
gas darah), jika perlu
e) Monitor tanda-tanda hipoventilasi
f) Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasi
g) Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
h) Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
i) Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
2) Terapiutik
a) Bersihkan secretdari mulut, hidung dan trakea, jika perlu
b) Pertahankan kepatenan jalan nafas
c) Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
d) Berikan oksigen tabahan jika perlu
e) Tetap berikan oksigen ketika pasien ditransportasi
f) Gunakan pernagkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
mobilitasi pasien
3) Edukasi

24
a) Ajarkan pasien dan keluarga cara mengguanakn oksigen di
rumah
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan tidur
4. Defisit Nutrisi
Manajemen Nutrisi
a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
Rasional :mengetahui status nutrisi terkini pasien serta masalah
dalam pemenuhan nutrisi pasien
2) Identifikasi alergi makanan dan intoleransi makanan
Rasional :mengetahui jenis makanan yang dapat
menimbulakan alergi pada pasien dan hambatan pasien dalam
pemenuhan nutrisi
3) Monitor asupan makanan
Rasional : mengetahui jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi pasien
4) Monitor hasil pemeriksaan laboratoium
Rasional : kadar albumin yang rendah dalam pemeriksaan
darah dapat meningindikasikan pasien mengalami malnutrisi
b. Terapeutik
1) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Rasional : menarik minat pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
2) Berikan makanan tinggi serat
Rasional : untuk mencegah terjadinya konstipasi
c. Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

25
Rasional : memudahkan proses pencernaan makanan ke
lambung

d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Rasional : untuk membantu pasien dapat menghabiskan porsi
makannanya
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan
Rasional : memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
5. Hipertermi
Manajemen hipertermia
a) Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor haluaran urine
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
b) Terapiutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidosis
(Keringat berlebihan).
6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

26
7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8) Berikan oksigen, jika perlu
c) Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
6. Nyeri akut
Manajemen Nyeri
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
Rasional : mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri dari pasien
2) Identifikasi skala nyeri
Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien
3) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : mengetahaui hal-hal yang dapat memperberat ataupun
memperingan nyeri yang dirasakan pasien
4) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Rasional : mengetahui seberapa besar rasa nyeri mempengarui
kualitas hidup pasien
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi
napas dalam)
Rasional : mengurangi tingkat nyeri pasien/ mengalihkan pasien
dari rasa nyerinya
2) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

27
Rasional : mengurangi resiko factor yang dapat memperberat
nyeri/menimbulkan nyeri.

3) Fasilitasi isterahat dan tidur


Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istrahat pasien
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Rasional : memberikan informasi terkait nyeri yang dirasakan
pasien
2) Jelaskan strategi mengatasi nyeri
Rasional : membantu pasien mengatasi saat rasa nyeri muncul
3) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri karakteristik,
penyebak, lokasi saat nyeri muncul
4) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional : memudahkan pasien untuk mengotrol nyeri dengan cara
sederhana
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Rasional : mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan
pasien
7. Intoleransi Aktivitas
Manajemen Energi :
a. Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur

28
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas.

b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjungan).
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.

29
PENYIMPANGAN KDM CAP (PNEUMONIA)

Bakteri (Steptococcus Virus (pneumonia Parasit (Toxoplasma


pneumonia Jamur (Histoplasma
gondii,Strongioides
(pneumokokus), virus.Influenzae virus, capsulatum, Cryptococcus
stercoralis dan Ascariasis.
Streptococcus neoformans,
Parainfluenzae virus, a adalah Toxoplasma 
piogenes,Staphylococcus Pneumocystis jiroveci dan
gondii,Strongioides
aureus, Klebsiela Respiratory) Coccidioides immitis)
stercoralis dan Ascariasis)
pneumoniae, Legionella,
hemophilus influenzae)

Masuk tubuh melalui kulit


atau tertelan

Virus dan bakteri masuk paru-paru melalui Parasit masuk


droplet udara ,elalui darah menuju
paru-paru
Menyerang jalan nafas dan alveoli
Sel darah putih (eosinofil)
berespon terhadap infeksi parasit
Mematikan sel melalui penghancur
sel/apoptosis
Gangguan transportasi O2

Sistem imun merespon infeksi virus dan


bakteri

Mengakibatkan terjadi kerusakkan paru

Cairan masuk kedalam alveoli

CAP (Pneumonia)

Saluran pernafasanatas saluran pernafasan bawah

Antigen
30
Peningkatan Edema antara
Dilatasi
zat pirogen kapiler dan alveoli
pembuluh darah

Respon humoral
Metabolisme Iritasi PMN
Eksudat plasma meningkat eritrosit pecah
masukalveoli
Antigen pathogen berikaan dengan antibodi
Peningkatan Edema paru
Antigen-antibodi berikatan dengan molekul komplemen Gangguan suhu
difusi dalam
plasma Pengerasan
anoreksia dinding paru
Pengaktifan kaskade komplemen Hipertemi

Gangguan
Kemotaksis netrofil dan makrofag Intake kurang pertukaran gas Penurunan
compliance paru
Aktifitas proses fagositosis oleh netrofil
dan makrofag Defisit Nutrisi Suplai O2 menurun

Penumpukan fibrin, eksudat,


eritosit, leukosit hipoksia

Secret menumpuk ada bronkus Intoleransi


aktivitas Fatigue
Bersihan
Batuk , sesak napas dispnea jalan nafas
tidak efektif

Pola Nafas Tidak


Efektif

31
DAFTAR PUSTAKA

Librianty, N. (2015). Panduan Melacak Penyakit. Jakarta Selatan: PT. Lintas Kata.

Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium.
Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Perhimpunan Dokter Paru Indoneisa. (2014). Pneumonia Komunitas : Pedoman


Diagnosis & Penalataksanaan Di Indonesia. Badan Penerbit FKUI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Udin, M. F. (2019). Buku Praktiks Penyakit Respirasi Pada Anak. Malang: UB Press.

Utama, S. Y. A. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.


Yogyakarta: Deepublish.

32
LAPORAN PENDAHULUAN
COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA ( CAP )
RS WAHIDI SUDIRHUSODO MAKASSAR

OLEH:

NUR SYAHRAENY RAMLI


21.04.018

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

33
YAYASAN PERAWAT SELAWESI SELATAN
STIKES PANAKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021/2022

34

Anda mungkin juga menyukai