Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
NAMA : ELVIDA
JUNITA
NIM :
1614201050
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan (Behrman, 2000 : 885).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk sinus, rongga telinga tengah
dan pleura (Nelson, 2003:725).
Common Cold
2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain dari genus streptokokus, stafilikokus, pneumokokus,
hemorillus, bordetele, adenovirus, korinobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain
adalah golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,
herpes virus dan lain-lain. Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran
pernafasan, mereka menginfeksi mukosa hidung trachea dan bronkus. Infeksi virus
primer pertama kali ini akan menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan
banyak mucus lendir dan terjadilah akumulasi sputum di jalan nafas.
3. Patofisiologi
Cold lebih berat pada anak kecil dari pada anak yang lebih tua atau dewasa.
Pada umunya, anak yang berumur 3 bulan sampai 5 tahun menderita demam pada
awal perjalanan infeksi, kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang
berlokalisasi muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam, dan anak yang
lebih tua dapat menderita demam ringan, komplikasi purulen terjadi lebih sering dan
parah pada umur-umur yang lebih muda. Sinusitis persisten dapat terjadi pada semua
umur.
Pada awal bayi yang umurnya lebih dari 3 bulan adalah demam yang timbul
mendadak, iritabilitas, gelisah, dan bersin. Ingus hidung mulai keluar dalam beberapa
jam, segera menyebabkan obstruksi hidung, yang dapat menggangu pada saat
menyusu, pada bayi kecil yang mempunyai ketergantungan lebih besar pada
pernapasan hidung, tanda-tanda kegawatan pernapasan sedang dapat terjadi. Selama
2-3 hari pertama membrana timpani biasanya mengalami kongesti, dan cairan dapat
ditemukan di belakang membrana tersebut, yang selanjutnya dapat terjadi otitis media
purulenta atau tidak. Sebagian kecil bayi mungkin muntah, dan beberapa penderita
menderita diare. Fase demam berakhir dari beberapa jam sampai 3 hari, demam dapat
berulang dengan komplikasi purulen dan infeksi faring. Pada anak yang tua gejala
awalnya adalah kekeringan dan iritsi dalam hidung dan tidak jarang, di dalam faring.
Gejala ini dalam beberapa jam diserti dengan bersin, rasa menggigil, nyeri otot, ingus
hidung yang encer, dan kadang-kadang batuk. Nyeri kepala, lesu, anoreksia, dan
demam ringan mungkin ada. Dalam 1 hari sekresi biasanya menjadi lebih kental dan
akhirnya menjadi purulen. Obstruksi hidung menyebabkan pernapasan mulut, dan hal
ini, melalui pengeringan membrana mukosa tenggorokan, menambah rasa nyeri. Pada
kebanyakan kasus, fase Akut berakhir selama 2-4 hari (Nelson, 2003: 1456).
5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah otitis media, yang ditemukan pada
bayi-bayi kecil sampai sebanyak 25% nya. Walaupun komplikasi ini dapat terjadi
awal pada perjalanan cold, ia biasanya muncul sesudah fase Akut nasofaringitis.
Dengan demikian otitis media harus dicurigai jika memang berulang. Kebanyakan
ISPA juga melibatkan saluran pernapasan bawah. Dan banyak kasus, fungsi paru
menurun walaupun gejala pernapasan bawah tidak mencolok atau tidak ada.
Sebaliknya, laringotrakheobronkitis, bronkiolitis, atau pneumoni dapat berkembang
selama perjalanan nasofaringitis akut. Nasofaringitis virus juga sering merupakan
pemicu gejala asma pada anak dengan saluran pernapasan reaktif (Nelson, 2003:
1457).
6. Pemeriksaan Penunjang
Vaksin yang efektif belum ada. Gamma glubulin atau vitamin C tidak
mengurangi frekuensi keparahan infeksi dan penggunaan tidak dianjurkan. Karena
selesma cold terdapat dimana-mana, maka tidak mungkin mengisolasi anak dari
keadaan ini. Namun karena komplikasi pada bayi yang amat muda dapat relatif
serius, maka harus dilakukan beberapa upaya untuk melindungi bayi dari kontak
dengan orang-orang yang berpotensi terinfeksi. Penyebaran infeksi adalah dengan
aerosol (bersin, batuk) atau kontak langsung dengan bahan yang terinfeksi (tangan)
(Berhman, 2000 : 1457).
1. Pengkajian
Diderita oleh usia bayi dan usia dewasa. Pada usia bayi kebanyakan diderita
dengan usia 0-5 tahun, pada usia dewasa diderita pada umur 18-30 tahun.
b. Jenis kelamin
Timbulnya ISPA disebabkan karena riwayat keluarga dan lingkungan terjadi pada
anak-anak dengan adanya pernapasan dalam dan dangkal, retraksi dinding dada,
pernapasan cuping hidung, sianosis pada mulut dan hidung, suhu tubuh meningkat
39-40oC. Penyakit ISPA membuat aktivitas klien berkurang, timbulnya ISPA sering
terjadi pada anak-anak dan lingkungan.
d. Riwayat keluarga
f. Sirkulasi
Denyut jantung menjadi cepat, sianosis, suhu tubuh meningkat 39-40oC dan
membran mukosa lembab.
g. Integritas ego
i. Neurosensori
Kesadaran apatis.
j. Interaksi sosial
k. Keamanan
Diagnosa Keperawatan
Intervensi :
1. Periksa posisi anak dengan sering untuk memastikan bahwa anak tidak
merosot\
2. Hindari pakaian dan bedong yang ketat
3. Berikan bantal dan bantuan untuk mempertahankan jalan nafas
4. Beri peningkatan kelembapan dan oksigen
5. Tingkatkan istirahat dan tidur dengan menjadwalkan aktivitas dan periode
istirahat yang tepat
6. Anjurkan teknik relaksasi
7. Ajarkan pada anak dan keluarga tindakan untuk mengurangi upaya
pernapasan
Rasional
Intervensi :
Rasional :
Intervensi :
Rasional :
Intervensi:
Rasional :
1. Untuk mencegah penyebaran infeksi nosokimial
2. Untuk mencegah atau mengatasi infeksi
3. Untuk mendukung pertahanan tubuh alami
4. Untuk mencegah penyebaran infeksi
5. Untuk mencegah penyebaran infeksi dari luar
e. Intoleransi aktivitas b.d proses inflamasi, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Intervensi :
Rasional :
Andaners. (2009). Prevalensi ispa pada anak. Rertrived 18 Juni 2014. From
(http://prevalensi repository child.usu.ac.id/bitstream)
Berhman. (2000). Ilmu kesehatan anak. (Edisi ke lima belas). Jakarta: EGC
Nelson. (2003). Ilmu kesehatan anak. (Edisi ke lima belas). Jakarta: EGC
Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. (Edisi 6). Jakarta: EGC